Anda di halaman 1dari 11

Obstructive Sleep Apnea (OSA)

OSA
Definisi OSA adalah keadaan apnea (penghentian aliran udara selama 10 detik
sehingga menyebabkan 2-4% penurunan saturasi oksigen) dan hipopnea
(penurunan aliran udara paling sedikit 30-50% sehingga menyebabkan
penurunan saturasi oksigen) ada sumbatan total atau sebagian jalan napas
atas yang terjadi secara berulang pada saat tidur selama non-REM atau
REM sehingga menyebabkan aliran udara ke paru menjadi terhambat.
Sumbatan ini menyebabkan pasien menjadi terbangun saat tidur atau terjadi
peralihan ke tahap tidur yang lebih awal. Kejadian apnea terjadi selama 10-
60 detik dan OSA yang ekstrim dapat terjadi berulang setiap 30 detik.
ETIOLOGI
A. Faktor risiko
1. Umur : prevalens dan derajat OSA meningkat sesuai dengan
bertambahnya umur.
2. Jenis kelamin : Risiko laki-laki untuk menderita OSA adalah 2 kali
lebih tinggi dibandingkan perempuan sampai menopause.
3. Ukuran dan bentuk jalan napas :
a) Struktur kraniofasial (palatum yang bercelah, retroposis
mandibular).
b) Micrognathia (rahang yang kecil).
c) Macroglossia (lidah yang besar), pembesaran adenotonsillar.
d) Trakea yang kecil (jalan napas yang sempit).
ETIOLOGI
B. Faktor penyakit
1. Emfisema dan asma.
2. Penyakit neuromuscular (polio, myasthenia gravis, dll).
3. Obstruksi nasal.
4. Hypothyroid, akromegali, amyloidosis, paralisis pita suara,
sindroma postpolio, kelainan neuromuskular, Marfan's syndrome
dan Down syndrome.

C. Gaya hidup
1. Merokok
2. Obesiti : 30-60% pasien OSA adalah orang yang berbadan gemuk.
a) Penurunan berat badan akan menurunkan gejala-gejala OSA.
b) Penurunan berat badan akan mempermudah pasien diobati dengan
menggunakan nasal CPAP.
Patogenesis
• pendorongan lidah dan palatum ke belakang sehingga
aposisi dengan dinding faring posterior yang
menyebabkan berhentinya aliran udara meskipun
pernapasan masih berlangsung sehingga timbul apnea,
asfiksia sampai periode arousal.
• ukuran lumen faring yang dibentuk oleh otot dilator
faring yang berfungsi menjaga keseimbangan tekanan
faring pada saat terjadinya tekanan negatif
intratorakal akibat kontraksi diafragma.
Patogenesis
• kelainan kraniofasial mulai dari hidung sampai
hipofaring yang dapat menyebabkan penyempitan pada
saluran napas atas. kelainan daerah ini dapat
menghasilkan tahanan yang tinggi
• obesitas juga berperan dalam penyempitan jalan napas.
berat badan yang berlebihan pada dinding dada dan
disfungsi diafragma mengganggu upaya ventilasi saat
tidur dan jaringan lemak pada leher dan lidah
menurunkan diameter saluran napas yang merupakan
predisposisi terjadinya penutupan pramatur saat
jaringan otot relaksasi waktu tidur.
TANDA & GEJALA UMUM
1. Gejala malam hari saat tidur
a. Mengeluarkan air liur saat tidur (Drooling / ngiler)
b. Mulut kering
c. Tidur tak nyenyak / terbangun saat tidur
d. Terlihat henti napas saat tidur oleh rekan tidurnya
e. Tersedak atau napas tersengal saat tidur
2. Gejala saat pagi atau siang hari
a. Mengantuk
b. Pusing saat bangun tidur pagi hari
c. Refluks gastroesofageal
d. Tidak bisa konsentrasi
e. Depresi
f. Penurunan libido
g. Impotensi
h. Bangun tidur terasa tak segar
DIAGNOSIS
Baku emas untuk diagnosis OSA adalah melalui pemeriksaan
tidur semalam dengan alat polysomnography / PSG).
Parameter-parameter yang direkam pada polysomnogram
adalah electroencephalography (EEG), electrooculography
(pergerakan bola mata), electrocardiography (EKG),
electromyography (pergerakan rahang bawah dan kaki), posisi
tidur, aktiviti pernapasan dan saturasi oksigen.
KRITERIA DIAGNOSIS
1. Keadaan mengantuk berat sepanjang hari yang tidak dapat
dijelaskan karena sebab lain.
2. Dua atau lebih keadaan seperti tersedak sewaktu tidur,
terbangun beberapa kali ketika tidur, tidur yang tidak
menyebabkan rasa segar, perasaan lelah sepanjang hari dan
gangguan konsentrasi.
3. Hasil PSG menunjukkan ≥ 5 jumlah total apnea ditambah
terjadi hipopnea per-jam selama tidur (AHI ≥ 5).
4. Hasil PSG negatif untuk gangguan tidur lainnya.
TATA LAKSANA
1. Intervensi bedah :
Pembedahan hidung; bedah plastik untuk palatum, uvula dan
faring; somnoplasty; trakeostomi.
2. Perubahan gaya hidup :
Menurunkan berat badan; menghindari alkohol dan obat-obatan
pembantu untuk tidur; menghindari kelelahan yang sangat dan
mengkonsumsi kafein.
3. Alat-alat buatan :
Alat untuk mereposisi rahang dan mencegah lidah jatuh ke
belakang (mempertahankan posisi lidah); cervical collars atau
bantal; CPAP.
Pencegahan
Obstructive Sleep Apnea
• Menghindari obat penenang atau obat tidur
Dikarenakan obat penenang / obat tidur daoat membuat tenggorokan relaksasi ( kendur ) yang
membuat saluran udara menyempit seperti obat bius .
• Menurunkan berat badan jika mengalami kelebihan berat badan
Adanya lemak yang berlebihan terutama pada leher juga akan berpengaruh pada proses
pernafasan
• Menghindari tidur telentang
• Menjaga kualitas tidur , jangan kurang tidur . Karena akan berpotensi besar untuk
menyebabkan dengkuran dan saluran nafas mengalami relaksasi
• Berhenti merokok
Merokok dapat meningkatkan resiko inflamasi dan penumpukan cairan pada saluran
pernafasan
• Membatasi konsumsi minuman keras / alkohol , terutama pada saat sebelum tidur
• Olah Raga secara teratur untuk mengontrol berat badan pasien juga lemak .

Anda mungkin juga menyukai