Anda di halaman 1dari 24

Obstructive Sleep Apnea

(OSA)

Aisyah Cholifaur Rohmah


Hardi Rahmat Wicaksono
Definisi

Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah


keadaan apnea (penghentian aliran udara
selama 10 detik atau lebih sehingga
menyebabkan 2-4% penurunan saturasi
oksigen) dan hipopnea akibat adanya
sumbatan total (apnea) atau sebagian
(hipopnea) jalan napas atas yang terjadi
secara berulang pada saat tidur selama fase
non-REM atau REM sehingga menyebabkan
aliran udara ke paru menjadi terhambat.
Epidemiologi

• OSA pertama kali dipublikasikan pada tahun 1956 oleh


Sidney Burwell. Prevalensi OSA di negara-negara maju
diperkirakan mencapai 2- 4% pada pria dan 1-2% pada
wanita. Prevalensi OSA pada pria 2-3 kali lebih tinggi dari
wanita. Belum diketahui mengapa OSA lebih jarang
ditemukan pada wanita.
• Prevalensi OSA pada anak-anak sekitar 3% dengan
frekuensi tertinggi pada usia 2-5 tahun. Penyebab utama
OSA pada anak-anak adalah hipertrofi tonsil dan
adenoid, tetapi dapat juga akibat kelainan struktur
kraniofasial seperti pada sindroma Pierre Robin dan
Down. Secara umum frekuensi OSA meningkat secara
progresif sesuai dengan penambahan usia.
Etiologi

• pembesaran tonsil dan adenoid. Pembesaran jaringan


limfadenoid ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
risiko seperti paparan iritan lingkungan, seperti asap
rokok, infeksi, rinitis alergi, dan asma. Beberapa studi
kohort menunjukkan bahwa faktor genetik juga
berpengaruh dengan kemungkinan pengaruh pada pusat
ventilasi, anatomi, atau keduanya.
• Obesitas merupakan faktor risiko penting untuk OSA
anak. Keparahan OSA berbanding lurus dengan derajat
obesitas, Beberapa sebab lain OSA pada anak meliputi
sindrom Down, sindrom Pierre-Robin, palatoskizis, alergi,
kelainan anatomi, dan lain-lain. OSA lebih sering
didapatkan pada etnis Afrika-Amerika.
Patofisiologi

Tidur supineotot dilator faring lumen


faring menyempit saat inspirasi
Obstruksi nasalnafas mulutrelaksasi otot
genioglosuslidah bergeser ke belakang 
turbulensi udara(mendengkur)
Sumbatan terjadi karena kegagalan otot-otot
dilator saluran nafas tas untuk menstabilkan
jalan nafasotot-otot faring relaksasi, lidah
dan palatum mole jatuh kebelakang
obstruksi
• Trauma vibrasi turbulensi edem
progresivitas meningkat
• Prinsip utama pada OSA yaitu terdorongnya lidah
dan palatum ke belakang hingga menempel pada
dinding faring posterior menyebabkan oklusi
nasofaring dan orofaring. Tidur berbaring (supine)
dapat menyebabkan kolapsnya saluran napas
akibat pergerakan mandibula, palatum mole dan
lidah ke arah belakang. Sistem saraf pusat berperan
penting dalam OSA kombinasi aktivitas otot saluran
napas atas yang menurun pada saat tidur. Aktivasi
kemoreseptor oleh hipoksemia dan hiperkapnia
selama apnea mengakibatkan hiperventilasi disertai
proses terbangun mendadak yang tidak disadari.
Gejala OSA

• Mendengkur
• Mengantuk yang berlebihan pada siang hari (EDS)
• Tersedak
• Tidur tidak nyeyak
• Letih dan lesu sepanjang hari
• Penurunan konsentrasi
• Riwayat OSA dalam keluarga
Diagnosis
• Anamnesis
• Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan penunjang
- Gold standart  Polisomnografi (PSG)
- Kuesioner EES dan brouillette
- Pulse oxymetri
- Sefalometri dan foto polos saluran napas
atas
elektroensefalografi (EEG) untuk mencatat gelombang listrik saraf pusat,
elektrookulografi (EOG) untuk mencatat gerakan mata, oksimetri untuk mencatat
saturasi oksigen, monitor holter untuk mencatat rekaman jantung, elektromiografi
(EMG) untuk mencatat gerakan otot pernapasan selama tidur dan monitor untuk
mencatat posisi tidur
kuesioner Brouillette
• Skor OSAS = 1,42D + 1,41A + 0,71S – 3,83
• D: kesulitan bernafas (0: tidak pernah, 1: sekali sekali, 2:
sering, 3: selalu)
• A: apnea (0: tidak ada, 1: ada)
• S: snoring (mendengkur) (0: tidak pernah, 1: sekali-
sekali, 2: sering, 3: selalu)
• Dengan rumus di atas, ditentukan kemungkinan OSAS
berdasarkan nilai:
• Skor < -1 : bukan OSAS
• Skor -1 sampai 3,5 mungkin OSAS mungkin bukan
OSAS
• Skor > 3,5 sangat mungkin OSAS
Terapi
• Modifikasi gaya hidup
- Kurangi berat badan (obesitas)
- Hindari minum alkohol
- Tidur satu sisi dengan menggunakan
pengganjal
- Berhenti merokok
Terapi Non Bedah
CPAP
Terapi non bedah
• Oral Devices

Mandibular advancing devices Tongue retaining devices


Terapi Bedah
• Tonsilektomi dan adenoidektomi
• UPPP (Uvulopalatofaringoplasti)
• Pembedahan pada daerah hidung seperti
septoplasti bedah sinus endoskopik
fungsional dan konkotomi
• Laser-Assisted Uvulopalatoplast
• Trakeostomi
• Indikasi pembedahan OSA adalah
1. AHI >20x/jam
2. saturasi O2 <90%
3. Adanya gangguan kardiovaskuler (seperti
aritmia dan hipertensi), gejala
neuropsikiatri
4. gagal dengan terapi non-bedah
5. kelainan anatomi
Surgical Management

Uvulopalatopharyngoplasty
Surgical Management
Laser Assisted Uvulopalatoplasty
Trakeostomi
Komplikasi OSA
• Neuropsikologiskantuk berlebihan pada
siang hari, kurang konsentrasi dan daya
ingat, sakit kepala, depresi.
• Kardiovaskuler takikardi, hipertensi,
aritmia, blokade jantung, angina, penyakit
jantung iskemik, gagal jantung kongestif,
stroke.
• Respirasi hipertensi pulmonum, cor
pulmunale.
• gagal nafas dan kematian

Anda mungkin juga menyukai