OBST R U C T I
VE S L EE P Disusun Oleh :
APNEA
Shafira Herowati Febriyanti 1102017213
Shafira Rachmawati
1102017214
Pembimbing Ilmu :
dr. Hastuti Rahmi, Sp. THT-KL
PENDAHULUAN
• Obstructive sleep apnea ditandai dengan episode berulang
penghentian (apnea) atau pengurangan (hipopnea) dalam aliran udara
selama tidur yang disebabkan oleh obstruksi saluran napas bagian
atas (AASM, 2008).
• Kejadian OSA meningkat seiring bertambahnya usia dan kira-kira dua
kali lebih umum pada laki-laki dibandingkan pada perempuan.
• Pasien OSA biasanya terbangun di malam hari disertai dengan
tersedak atau terengah-engah, hal ini dapat menyebabkan rasa kantuk
berlebihan di siang hari dan dapat menurunkan kualitas hidup pasien.
DEFINISI
Obstructive Sleep Apnea (OSA) suatu penyakit yang ditandai
dengan peristiwa kolapsnya saluran napas bagian atas secara
periodik pada saat tidur yang mengakibatkan apnea dan
hipopnea atau keduanya dengan periode antara 10 dan 30 detik,
akibat adanya sumbatan total atau sebagian jalan napas atas
yang terjadi secara berulang pada saat tidur selama NREM (Non
Rapid Eye Movement) atau REM (Rapid Eye Movement)
sehingga menyebabkan aliran udara ke paru menjadi terhambat.
EPIDEMIOLOGI
OSA ringan 17.4% wanita dan 33.9% laki-laki
OSA sedang-berat 5.6% wanita dan 13% laki-laki
Kejadian OSA meningkat seiring bertambahnya usia
dan kira-kira dua kali lebih umum pada laki-laki
dibandingkan pada perempuan
Sekitar 25% orang dewasa di AS dan merupakan
penyebab utama kantuk yang berlebihan, berkontribusi
pada menurunnya kualitas hidup, dan meningkatkan
risiko terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor
Sering berhubungan dengan berbagai penyakit seperti
diabetes melitus, kardiovaskular, stroke, dan kematian.
FAKTOR RISIKO
• Obesitas (IMT >30 • Akromegali
kg/m2) Penyakit lain
Umum • Gender (pria> wanita) • Hipotiroidisme
• Riwayat OSA pada
keluarga • Lingkar leher >40cm
• Pasca-menopause
• Abnormalitas sendi
Genetik atau • Sindrom Down temporomandibular
Kongenital • Sindrom Pierre-Robin Kelainan struktur
• Sindrom Marfan saluran napas • Mikrognatia
atas
• Rinitis • Retrognatia
Abnormalitas • Polip nasi • Makroglosia
hidung/faring • Hipertrofi tonsil dan
adenoid • Abnormalitas palatum
• Deviasi septum nasi • Kraniosinostosis
KLASIFIKASI
Klasifikasi derajat OSA berdasarkan nilai Apnea Hypopnea Index (AHI) yang
ditetapkan oleh The American Academy of Sleep Medicine, dibagi menjadi 3
golongan :
RINGAN
NILAI AHI 5-15 BERAT
NILAI AHI > 30
SEDANG
NILAI AHI 15-30
PATOFISIOLOGI
Obstruksi sal. nafas atas
oklusi Aliran udara terhenti
daerah faring akibat
PALAVRA
nasofaring walaupun pernapasan masih
pendorongan lidah dan
& orofaring berlangsung saat tidur
palatum ke belakang
S
IMPRESSIONANT
PATOFISIOLOGI
PALAVRA
Kelainan fungsi kontrol
neuromuskular pada otot Sal. nafas kolaps
dilator faring
S OBESITAS
IMPRESSIONANT
PATOFISIOLOGI
PALAVRA
S
IMPRESSIONANT
PATOFISIOLOGI
PALAVRA
S
IMPRESSIONANT
PATOFISIOLOGI
PALAVRA
S
IMPRESSIONANT
MANIFESTASI KLINIS
GEJALA MALAM HARI SAAT TIDUR GEJALA SAAT PAGI ATAU SIANG HARI
● Mendengkur ● Mengantuk
● Mengeluarkan air liur saat tidur ● Pusing saat bangun tidur pagi
(Drooling/ngiler) hari
● Mulut kering ● Refluks gastroesofageal
● Tidur tidak nyenyak / terbangun ● Tidak bisa konsentrasi
saat tidur ● Depresi
● Terlihat henti napas saat tidur ● Penurunan libido
oleh rekan tidurnya ● Impotensi
● Tersedak atau napas tersengal ● Bangun tidur terasa tak segar
saat tidur
DIAGNOSIS
ANAMNES Tanyakan gambaran
• Kuisioner Epworth Sleepiness klinis prediktif OSA
IS
Scale (ESS) seperti terengah-engah
saat tidur, sakit kepala
• Kuisioner Standford sleepiness
scale (SSS)
pagi hari, kantuk
berlebihan di siang hari,
• Kuesioner STOP-Bang dll.
• Multiple sleep latency testing Tanyakan faktor risiko.
(MSLT)
Kuesioner ESS
Kuesioner STOP-
Bang
PEMERIKSAAN FISIK
● Indeks Massa Tubuh
● Pemeriksaan saluran
pernafasan atas untuk
identifikasi bentuk yang
abnormal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Polisomnografi
Aliran udara hidung dan mulut,
thoraco-abdominal effort, kadar
saturasi oksigen, nasal pressure
transducer, elektroensefalogram,
elektrookulogram, dan
elektromiogram dagu,
elektrokardiogram, posisi tubuh, dan
gerakan kaki
PEMERIKSAAN PENUNJANG