Anda di halaman 1dari 7

William Bahagia, Putu Ristyaning Ayu | Obstructive Sleep Apnea Syndrome

Sindrom Obstructive Sleep Apnea


William Bahagia1, Putu Ristyaning Ayu 2
1 Mahasiswa Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Obstructive Sleep Apnea (OSA) merupakan kelainan dan bagian dari sleep¬-disorder breathing syndrome yang kompleks.
Gejala OSA sering terjadi, namun sulit untuk dideteksi. OSA yang tidak mendapatkan tatalaksana dengan baik, dapat
menimbulkan masalah kesehatan jangka panjang. OSA merupakan suatu keadaan terjadinya obstruksi jalan nafas atas
secara periodik selama tidur yang menyebabkan nafas berhenti secara intermiten, baik komplit (apnea) atau parsial
(hipoapnea). Kondisi ini dikarakteristikkan terjadi di saluran nafas atas (utamanya pada orofaring) sehingga terjadi
penurunan aliran udara. Gejala OSA dikelompokkan menjadi gejala malam dan gejala siang hari. Episode rekuren apnea,
intermiten hipoksia dan fragmentasi tidur dapat memengaruhi fungsi organ terutama sistem saraf pusat dan
kardiovaskuar sehingga terjadi perubahan keseimbangan metabolik. Baku emas diagnosis OSA adalah melalui
pemeriksaan tidur malam dengan alat Polysomnography/PSG). Biasanya indeks yang digunakan untuk mengetahui
derajat ringan-buruk OSA adalah Apnea-Hipoapnea Index (AHI), yaitu menghitung jumlah peristiwa obstruktif per jam
selama tidur dan hasil monitoring kardiorespirasi. Penatalaksanaan OSA terdiri dari terapi bedah dan terapi non-bedah.
Positive airway pressure (PAP) diketahui merupakan terapi baku emas untuk OSA. Artikel ini merupakan suatu studi
literatur untuk membahas patofisiologi, faktor risiko, tanda dan gejala, hingga penanganan dan pencegahan OSA.

Kata kunci: obstructive sleep apnea, hipoapnea apnea-hipoapnea index, positive airway pressure

Obstructive Sleep Apnea Syndrome


Abstract
Obstructive Sleep Apnea (OSA) is a disorder and part of a complex sleep disorder breathing syndrome. OSA symptoms
often occur althought it difficults to detect. If OSA does not get good management, it will cause long-term health
problems. OSA is a condition of periodic upper airway obstruction during sleep that causes the breath to stop
intermittently, either completely (apnea) or partial (hypoapnea). This condition is occurring in the upper respiratory
tract (mainly in the oropharynx) resulting in decreased air flow. OSA symptoms are classified into night symptoms and
daytime symptoms. Recurrent episodes of apnea, intermittent hypoxia and sleep fragmentation may affect organ
function, especially the central nervous system and cardiovascular system, resulting in changes in metabolic balance.
The gold standard for diagnosis of OSA is through a night sleep check with Polysomnography / PSG). The index used to
determine the degree of mild-bad OSA is the Apnea-Hypoapnea Index (AHI), which counts the number of obstructive
events per hour during sleep and the results of cardiorespiratory monitoring. Management of OSA consists of surgical
therapy and non-surgical therapy. Positive airway pressure (PAP) is known to be the gold standard therapy for OSA. This
article is a literature study to discuss pathophysiology, risk factors, signs and symptoms, to the handling and prevention
of OSA.

Keywords: obstructive sleep apnea, hipoapnea apnea-hipoapnea index, positive airway pressure

Korespodensi: William Bahagia, Alamat Jl. Malaka Raya no 10B, Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Jakarta Timur, HP
081288773250, email williambahagia@gmail.com

Pendahuluan proses tidur dapat berakibat gangguan pada


Bernafas dan tidur merupakan bagian kualitas hidup.1
proses fisiologis dasar dalam kehidupan Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah
manusia sehari-hari. Bila proses bernapas kelainan dan merupakan bagian dari sleep-
berhenti dalam beberapa menit, kehidupan disorder breathing syndrome yang kompleks.
manusia juga dapat berhenti. Tidur Gejala OSA sering terjadi, namun sulit untuk
merupakan bagian lain dari proses fisiologis dideteksi. OSA yang tidak ditatalaksana
dasar tersebut, bila terjadi gangguan pada dengan baik dapat mengakibatkan masalah

Medula |Volume 9 | Nomor 4 | Januari 2020 |705


William Bahagia, Putu Ristyaning Ayu | Obstructive Sleep Apnea Syndrome

kesehatan jangka panjang seperti gangguan terjadi penurunan aliran udara. Kejadian
jantung, gangguan sistem metabolik, obstruktif menyebabkan asifiksia progresif,
gangguan kognitif, tidur tidak berkualitas, yang meningkatkan usaha bernafas untuk
nokturia, nyeri kepala pagi hari, iritabilitas mengkompensasi saluran nafas yang sempit
dan gangguan memori. Selain itu, OSA juga hingga penderita terbangun (gambar 1).5,6
berhubungan dengan penurunan
produktivitas kerja, kecelakaan kerja
ataupun kecelakaan lalu lintas yang dapat
mengakibatkan cidera ringan hingga berat.
Biaya yang dikeluarkan akibat OSA dan
gangguan tidur juga tidak dapat diabaikan.
Tatalaksana yang tepat dapat meredakan
gejala dan mengurangi beberapa sekuele.2,3
Prevalensi OSA pada orang dewasa
usia pertengahan di Amerika Serikat sangat
bervariasi. Suatu penelitian yang menuliskan
24% pada laki-laki dan 9% pada perempuan.
Beberapa penelitian studi kohort menuliskan
bila terdapat obesitas dengan Body Mass Gambar 1. Rekaman poligrafi dari apnea
obstruktif. Gangguan aliran udara hidung dengan
Index (BMI) 25-28 (moderately overweight),
adanya gerakan dada dan perut. Di bawah
diperkirakan 1 dari 5 laki-laki tersebut akan merupakan , osilasi saturasi oksigen (SaO2) 2.
mengalami OSA derajat berat, sedangkan
OSA derajat sedang adalah 1 dari 15 laki- Patofisiologi OSA multifaktorial,
laki.2,3 terdiri dari kompleksitas interaksi antara
Sebuah penelitian menuliskan sekitar faktor anatomi dan non-anatomi (Gambar 2).
24% pria dan 9% wanita dewasa memiliki Faktor anatomi yaitu struktur faring dan
Apnea-Hypoapnea Index (AHI) lebih 5x/jam. kraniofasial. Sedangkan faktor non-anatomi
Dalam penelitian yang sama dituliskan pula antara lain gangguan fungsi otot dilator
terdapat sekitar 4% pria, 2% wanita dan 1-3% faringeal, kesadaran prematur pada
anak memiliki OSA, yaitu gejala daytime penyempitan jalan nafas ringan (ambang
hypersomnolence yang diakibatkan oleh batas pernapasan rendah), dan kontrol
kejadian apnea-hipopnea. Pada populasi usia pernapasan yang tidak stabil (penguatan
pertengahan bangsa kaukasia usia loop tinggi).7
pertengahan memiliki prevalensi OSA ada
dikisaran 4% pada pria dan 2% pada
perempuan. Sedangkan pada populasi usia di
atas 65 tahun prevalensinya lebih dari 10% 4

Isi
Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah
keadaan terjadinya obstruksi jalan nafas atas
secara periodik selama tidur yang
menyebabkan nafas berhenti secara
intermiten, baik komplit (apnea) ataupun
parsial (hipoapnea). Kondisi ini
dikarakteristikkan terjadi di saluran nafas Gambar 2. Faktor anatomi dan non anatomi
atas (utamanya pada orofaring) sehingga OSA7

Medula |Volume 9 | Nomor 4 | Januari 2020 |706


William Bahagia, Putu Ristyaning Ayu | Obstructive Sleep Apnea Syndrome

Patensi saluran nafas atas sebagian kardiovaskular sehingga dapat terjadi


besar diatur oleh otot-otor faring, yang perubahan keseimbangan metabolik2
dibagi menjadi 2 bagian yaitu otot fase
inspirasi dan otot tonus ritmik konstan. Otot Tabel 1. Faktor Predisposisi OSA
fase inspirasi, misalnya musculus Umum Obesitas (IMT >30
genioglossus yang berfungsi mengatur kg/m2)
kontraksi reguler dengan menyesuaikan pada Gender (pria>wanita)
Riwayat OSA pada
gerakan pernapasan, yang memiliki fungsi
keluarga
seperti diafragma. Otot tonus ritmik konstan,
Pasca-menopause
misalnya musculus palatinus tensi yang Abnormalitas Rinitis
bekerja konstan dan dapat hilang atau hidung/faring Polip nasi
menurun tonusnya pada keadaan tidur. 1 Hipertrofi tonsil dan
Tahanan saluran nafas atas meningkat adenoid
selama tidur dan akan diperberat apabila ada Deviasi septum nasi
faktor predisposisi. Lumpuhnya saluran nafas Genetik atau Sindrom Down
atas dapat terjadi apabila tekanan negatif kongenital Sindrom Pierre-Robin
yang dibuat oleh otot-otot pernapasan, lebih Sindrom Marfan
Penyakit lain Akromegali
besar dari kemampuan otot-otot dalam
Hipotiroidisme
melebarkan saluran nafas atas.1
Kelainan struktur Lingkar leher>40 cm
Periode apnea terjadi apabila saluran napas atas Abnormalitas sendi
terjadinya henti napas berlangsung selama temporo-mandibula
10 detik atau lebih. Sedangkan periode Mikrognatia
hipoapnea adalah apabila terjadi keadaan Retrognatia
reduksi aliran udara sekitar 30%, berlangsung Makroglosia
selama 10 detik dan berhubungan dengan Abnormalitas palatum
penurunan saturan oksigen darah sebesar Kraniosinostrosis
4%. Periode apnea, biasanya diakhiri dengan
bentuk arousal dari tidur, dimana otot-otot Tabel 2. Gejala Klinis pada OSA
yang berperan pada dilatasi saluran nafas Nokturnal Diurnal
Snoring Mengantuk berat
atas mulai bekerja normal dan aliran udara
Apnea Nyeri kepala saat pagi
pernapasan kembali normal. Proses arousal hari
selama periode tidur berakibat proses tidur Tersedak saat malam Depresi/iritabilitas
mengalami fragmentasi, kadang penderita hari
bisa terbangun mendadak.1 Nokturia Kehilangan memori
Beberapa faktor predisposisi OSA Insomnia Penurunan libido
antara lain, umum (obesitas, usia, jenis
kelamin), genetik atau kongenital, Sekitar 80% gejala utama
abnormalitas hidung/faring, penyakit lain fragmentasi tidur nocturnal adalah
dan kelainan struktur saluran napas atas.5 mengantuk pada siang hari. Kelainan
OSA sering tidak terdeteksi karena tersebut dapat merugikan atau
terjadi saat pasien tidur. Gejala OSA membahayakan seperti gangguan saat
dikelompokkan menjadi gejala malam dan bekerja dan dapat menyebabkan kecelakaan
gejala siang hari. Episode rekuren apnea, lalu lintas. Pada beberapa kasus gangguan
intermiten hipoksia dan fragmentasi tidur tersebut dapat berkembang kearah
dapat memengaruhi fungsi dari sistem organ gangguan kognitif dan neurobehaviour,
terutama sistem saraf pusat dan ketidakmampuan konsentrasi, gangguan
memori dan perubahan suasana perasaan

Medula |Volume 9 | Nomor 4 | Januari 2020 |707


William Bahagia, Putu Ristyaning Ayu | Obstructive Sleep Apnea Syndrome

seperti iritabilitas dan depresi. Pada akhirnya atau lebih memiliki Sensitivitas 61% dan
mengakibatkan gangguan kualitas hidup. Spesifitasnya 93% untuk OSA
OSA yang tidak mendapatkan tatalaksana  Skor Mallampati abnormal (meningkat)
adekuat dapat mengakibatkan morbiditas  Penyempitan dinding saluran nafas
dan mortalitas pada sistem kardiovaskular. lateral, yang merupakan predictor
Kelainan kardiovaskular utama adalah independent dari adanya OSA pada pria
resistensi obat hipertensi sistemik (>50 tetapi tidak pada wanita
sampel), penyakit iskemik jantung, aritima  Tonsil yang membesar
jantung dan stroke. Beberapa penelitian  Retrognatia atau mikrognathia
melaporkan tidur dengan hipoksia,  Langit-langit keras (palatum durum)
berhubungan dengan inflamasi ringan melengkung tinggi
sistemik sehingga dapat menimbulkan inisiasi  Hipertensi arteri sistemik, muncul pada
atau akselerasi proses aterogenesis. Adapun sekitar 50% dari pasien dengan OSA8
kelainan metabolik yang terjadi pada OSA
tidak berhubungan dengan peningkatan Tabel 3. Epworth sleepiness scale
berat badan. Pada penderita OSA sering Kriteria Nilai
didapatkan resistensi insulin, diabetes Mengantuk
melitus tipe 2 dan perubahan profil lipid yang 1. Duduk dan membaca 0 1 2 3
dapat meningkatkan risiko morbiditas 2. Menonton televisi 0 1 2 3
kardiovaskular.8 3. Duduk diam di tempat 0 1 2 3
Diagnosis OSA dapat ditegakkan umum (di bioskop atau
rapat)
dengan melakukan anamnesis pola tidur,
4. Sebagai penumpang mobil 0 1 2 3
pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi dan
selama 1 jam tanpa
pemeriksaan penunjang khusus. Kuesioner istirahat
Epworth Sleepiness Scale dapat digunakan 5. Rebahan untuk istirahat 0 1 2 3
untuk mengetahui gejala OSA yang berkaitan sore ketika memungkinkan
dengan kebiasaan tidur dan rasa mengantuk 6. Duduk dan berbicara 0 1 2 3
saat melakukan dalam kegiatan sehari-hari. dengan seseorang
Selain itu penting menanyakan kepada 7. Duduk tenang setelah 0 1 2 3
penderita OSA tentang pengalamannya makan siang tanpa mnum
terbangun dari tidur apakah karena tersedak, alkohol
8. Saat mengemudi dan mobil 0 1 2 3
mendengkur (dapat ditanyakan pada teman
berhenti beberapa menit
tidur) serta saat bangun dari tidur apakah
dalam kemacetan
badan terasa tidak segar, serta gejala-gejala
lain pada siang dan malam harinya. 0=Tidak pernah mengantuk Nilai ESS ≥10
Kemudian ditanyakan faktor risiko seperti 1=Sediki mengantuk indikasi
usia, riwayat penyakit yang berhubungan 2=Cukup mengantuk daytime
dengan OSA seperti stroke, hipertensi, dan 3=Sangat mengantuk dan tertidur sleepiness
penyakit jantung.5 atau sleep
disorder
Dari pemeriksaan fisik penderita OSA,
didapatkan antara lain: Baku emas untuk diagnosis OSA adalah
 Obesitas-indeks massa tubuh (BMI) lebih melalui pemeriksaan tidur semalam dengan
dari 30 kg/m2 alat Polysomnography/PSG). Parameter-
 Lingkar leher yang besar- Lebih dari 43 parameter yang direkam pada
cm (17 inch) pada pria dan 37 cm (15 polysomnogram adalah
inch) pada wanita. Lingkar leher 40 cm electroencephalography (EEG),

Medula |Volume 9 | Nomor 4 | Januari 2020 |708


William Bahagia, Putu Ristyaning Ayu | Obstructive Sleep Apnea Syndrome

electrooculography (pergerakan bola mata), gejala. Jika AHI lebih dari 5 dan kurang dari
electrocardiography (EKG), 15, CPAP diindikasikan jika terdapat gejala
electromyography (pergerakan rahang (rasa mengantuk, gangguan kognitif,
bawah dan kaki), posisi tidur, aktivitas perubahan mood) atau terdapat hipertensi,
pernapasan dan saturasi oksigen. penyakit jantung coroner atau riwayat
Karakterisitik OSA pada saat dilakukan PSG stroke.9
adalah penurunan saturasi oksigen berulang, Penderita OSA dengan memiliki Indeks
sumbatan sebagian atau komplit dari jalan Massa Tubuh (IMT) ≥ 28 kg/m2 diperkirakan
nafas atas (kadang-kadang pada kasus yang terdapat pada 60-90% populasi, sehingga
berat terjadi beberapa ratus kali) yang penurunan berat badan harus menjadi salah
disertai dengan ≥ 50% penurunan amplitudo satu tujuan terapi OSA. Beberapa penelitian
pernafasan, peningkatan usaha pernafasan menunjukkan adanya penurunan AHI,
sehingga terjadi perubahan stadium tidur perbaikan gejala OSA, seperti rasa kantuk di
menjadi lebih dangkal dan terjadi desaturase siang hari, serta peningkatan saturasi oksigen
oksigen. ). Biasanya indeks yang digunakan setelah penderita OSA menjalani program
untuk mengetahui derajat ringan-buruk OSA penurunan berat badan10.
adalah Apnea-Hipoapnea Index (AHI), yaitu Pada penderita OSA, posisi tidur
menghitung jumlah peristiwa obstruktif per telentang atau spine berhubungan dengan
jam selama tidur dan hasil monitoring peningkatan episode apnea atau hypopnea
kardiorespirasi4,5 dan keparahan desaturasi oksigen. Hal
tersebut terjadi karena pengaruh gravitasi
Tabel 4.
Derajat OSA berdasarkan Apnea serta perubahan ukuran dan posisi saluran
Hypopnea Index (AHI) nafas atas. Penderita OSA dapat
Derajat dikelompokkan menjadi dua yakni OSA
AHI < 5 Normal atau postural dan non postural. Diagnosis OSA
snoring
postural ditegakkan apabila episode
primer
obstruksi selama tidur terjadi terutama saat
5<AHI<20 Ringan
20<AHI<40 Sedang posisi telentang (AHI pada posisi telentang
AHI>40 Berat minimal dua kali lebih besar dibanding
dengan posisi non telentang). Sebagian besar
OSA ringan hingga sedang adalah OSA
Penatalaksanaan OSA terdiri dari postural (antara 65-87%) sehingga terapi
terapi non-bedah dan terapi bedah. Positive posisi dapat menjadi solusi yang sederhana,
airway pressure (PAP) diketahui merupakan murah dan efektif untuk mengurangi periode
terapi baku emas untuk OSA. Bentuk umum obstruksi saat tidur. Beberapa strategi
dari PAP adalah Continuous Positive Airway digunakan untuk mencegah punggung pasien
Pressure (CPAP). Alat ini dapat digunakan menyentuh alas tidur, seperti pemasangan
melalui masker nasal, masker oral atau alarm yang berbunyi saat pasien tidur dalam
variasi-variasi lain. Alat ini berfungsi sebagai posisi telentang, atau pemasangan bantal
dukungan pneumatik yang mempertahankan atau bola agar merasa tidak nyaman saat
patensi saluran nafas atas dengan tidur dalam posisi telentang. Terapi posisi
meningkatkan tekanan saluran nafas atas dikatakan berhasil apabila terdapat
melebihi nilai kritis (nilai tekanan kurang dari penurunan AHI hingga kurang dari 10 paska
tersebut mengakibatkan kolaps jalan nafas). terapi.8
Indikasi CPAP antara lain pada semua Terapi dengan alat buatan (oral
penderita AHI lebih dari 15, tanpa melihat appliances/OA) merupakan salah satu terapi
komorbiditas, tipe pekerjaan dan derajat yang digunakan untuk penderita OSA ringan

Medula |Volume 9 | Nomor 4 | Januari 2020 |709


William Bahagia, Putu Ristyaning Ayu | Obstructive Sleep Apnea Syndrome

sampai sedang dan penderita OSA berat yang menyebabkan nafas berhenti secara
tidak toleran terhadap CPAP atau menolak intermiten, baik komplit (apnea) atau parsial
dilakukan pembedahan. OA yang paling (hipoapnea). Patofisiologi OSA merupakan
sering digunakan adalah Mandibular multifaktorial, terdiri dari kompleksitas
Advanced Splints (MAS), yaitu alat yang interaksi antara faktor anatomi dan non-
terpasang pada arkus dental atas maupun anatomi. Faktor anatomi yaitu struktur faring
bawah untuk mempertahankan posisi dan kraniofasial. Sedangkan faktor non
mandibula dan mencegah agar lidah tidak anatomi termasuk gangguan fungsi otot
jatuh ke belakang. Prinsip terapi OA sama dilator faringeal, kesadaran prematur pada
halnya seperti CPAP, yaitu berfungsi penyempitan jalan nafas ringan (ambang
mencegah kolapsnya saluran nafas atas batas pernapasan rendah), dan kontrol
selama tidur sehingga dapat menurunkan pernapasan yang tidak stabil (penguatan
episode apnea atau hipoapnea pada loop tinggi).
penderita OSA. Terdapat beberapa efek Untuk menghilangkan
samping OA yaitu hipersalivasi, mulut kering, mengorok (snoring),
iritasi gusi, atralgia pada sendi pertimbangkan
temporomandibular, nyeri pada gigi, dan AHI <5 penurunan berat
perubahan oklusi gigi.5 badan intervensi
Terapi pembedahan pada OSA tingkah laku
bertujuan untuk memperbaki volume dan
bentuk saluran nafas atas. Indikasi
Ketika ada gejala atau
pembedahan pada OSA adalah AHI ≥ komplikasi
20x/jam, saturasi O2 < 90%, tekanan kardiovaskuler, terapi
AHI 5-15
esophagus di bawah -10 cmH2O, adanya dengan CPAP, oral
gangguan kardiovaskular (seperti aritmia dan appliance, atau terapi
hipertensi), gejala neuropsikiatri, gagal posisi
dengan terapi non-bedah dan adanya
kelainan anatomi yang menyebabkan Ketika ada gejala atau
obstruksi jalan nafas. Tonsilektomi dan komplikasi
adenoidektomi merupakan tindakan operasi kardiovaskuler, terapi
AHI >15
yang paling sering dilakukan dan merupakan dengan CPAP, oral
terapi lini pertama pada anak dengan OSA appliance, atau terapi
posisi
derajat sedang hingga berat. Metode
operatif lain meliputi Uvula Palato Gambar 1. Manajemen OSA berdasarkan AHI.
Pharyngoplasty (UPPP), Maxillo Mandibular CPAP sebagai terapi lini pertama sedangkan
Advancement (MMA), dan tonsilektomi yang terapi posisi hanya diindikasikan pada pasien OSA
dilakukan pada penderita OSA berat yang postural2
terancam hidupnya. Namun, efektivitas
sebagian besar terapi operatif untuk OSA Beberapa faktor predisposisi OSA
menurun seiring dengan pertambahan umur antara lain yang umum (obesitas, usia, jenis
dan berat badan. Selain itu tidak ada satu kelamin), genetik atau kongenital,
teknik yang benar-benar baik untuk OSA.8 abnormalitas hidung/faring, penyakit lain
dan kelainan struktur saluran napas atas.
Ringkasan OSA sering tidak terdeteksi karena terjadi
Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah saat penderita tidur. Gejala OSA di
keadaan terjadinya obstruksi jalan nafas atas kelompokkan menjadi gejala malam dan
secara periodik selama tidur yang gejala siang hari. Baku emas untuk diagnosis

Medula |Volume 9 | Nomor 4 | Januari 2020 |710


William Bahagia, Putu Ristyaning Ayu | Obstructive Sleep Apnea Syndrome

OSA adalah melalui pemeriksaan tidur Respir J. 2014;1600–7.


semalam dengan menggunakan alat Poly 4. Arnardottir ES, Bjornsdottir E,
Somnography/PSG). Indeks yang digunakan Olafsdottir KA, Benediktsdottir B,
untuk mengetahui derajat ringan-buruk OSA Gislason T. Obstructive sleep apnoea in
adalah Apnea-Hipoapnea Index (AHI), yaitu the general population : highly
menghitung jumlah peristiwa obstruktif per prevalent but minimal symptoms. Eur
jam selama tidur dan hasil monitoring Respir J [Internet]. 2015;194–202.
kardiorespirasi. Penatalaksanaan OSA terdiri Available from:
dari terapi non-bedah dan terapi bedah. http://dx.doi.org/10.1183/13993003.01
Positive airway pressure (PAP) diketahui 148-2015
merupakan terapi baku emas untuk OSA. 5. Cahyono A, Hermani B, Mangunkusumo
Alat ini berfungsi sebagai dukungan E, Perdana RS. Hubungan Obstructive
pneumatik yang mempertahankan patensi Sleep Apnea dengan Penyakit Sistem
saluran nafas atas dengan meningkatkan Kardiovaskuler. ORLI. 2011;41(1):37–45.
tekanan saluran nafas atas melebihi nilai 6. Franklin KA, Sahlin C, Stenlund H,
kritis (nilai tekanan kurang dari tersebut Lindberg E. Sleep apnoea is a common
mengakibatkan kolaps jalan nafas). occurrence in females. Eur Respir J.
2013;41(3):610–5.
Simpulan 7. Osman AM, Carter SG, Carberry JC,
Obstructive sleep apnea (OSA) adalah Eckert DJ. Obstructive sleep apnea :
kelainan yang merupakan bagian dari sleep- current perspectives. Dove Press.
disorder breathing syndrome yang kompleks. 2018;(10):21–34.
Gejala OSA sering terjadi, namun sulit untuk 8. Setyaningrum SD. Hubungan Antara
dideteksi. OSA yang tidak ditatalaksana Fungsi Kognitif Dengan Riwayat
dengan baik dapat mengakibatkan masalah Obstructive Sleep Apnea Syndrome
kesehatan jangka panjang seperti gangguan (Osas) pada Pasien Pasca Stroke Iskemik
jantung, gangguan metabolik, gangguan Di Rsup Dr Kariadi. Universitas
kognitif, tidur tidak berkualitas, nokturia, Diponegoro; 2017.
nyeri kepala pagi hari, iritabilitas dan 9. Bakker J, Campbell A, Neill A.
gangguan memori. Randomized Controlled Trial Comparing
Flexible and Continuous Positive Airway
Daftar Pustaka Pressure Delivery : Effects on
1. Purnamasari D. Buku Ajar Ilmu Penyakit Compliance , Objective and Subjective
Dalam. Edisi 6. Jakarta: Papdi; 2014. Sleepiness and Vigilance. Pubmed.
2325 p. 2010;33(4):30–2.
2. Spicuzza L, Caruso D, Maria G Di. 10. Sasongko PV, Yunika K, Andhitara Y.
Obstructive sleep apnoea syndrome and Faktor-Faktor Yang Berhubungan
its management. Sage J. 2015;273–85. dengan Terjadinya Obstructive Sleep
3. Ye L, Pien GW, Ratcliffe SJ, Bjo E, Apnea Syndrome (Osas) pada Pasien
Arnardottir ES, Pack AI, et al. The Stroke Iskemik. J Kedokt Diponegoro.
different clinical faces of Obstructive 2016;5(4):1461–71.
Sleep Apnoea : a Cluster Analysis. Eur

Medula |Volume 9 | Nomor 4 | Januari 2020 |711

Anda mungkin juga menyukai