Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah gangguan pernapasan yang terjadi saat tidur. OSA ditandai
dengan adanya obstruksi jalan napas yang menyebabkan napas berhenti sesaat, baik secara total
maupun parsial. Akibatnya, pengidap akan kekurangan oksigen dan berkali-kali terjaga, bahkan
terbangun karena merasa tercekik.
Umur, seiring bertambahnya usia, semakin besar juga risiko mengalami OSA.
Post menopause.
Pecandu alkohol.
Tidur telentang.
Perokok.
Konsentrasi terganggu.
Depresi.
Hipertensi.
Daya ingat menurun.
Mengantuk.
Kepribadian berubah.
Cara mendiagnosis OSA adalah dengan melakukan PSG (polisomnografi). PSG merupakan uji
diagnostik untuk memeriksa gangguan tidur yang dilakukan pada malam hari di laboratorium tidur yang
dirancang sedemikian rupa. Pemeriksaan PSG meliputi beberapa komponen yang nantinya bertujuan
menghitung berapa jumlah total apnea ditambah hypopnea setiap jam selama tidur.
Masalah kardiovaskular.
Masalah mata.
Selain CPAP, ada juga terapi Bi-level PAPA yang membantu mengalirkan tekanan saat kamu menarik
napas dan saat menghembuskan napas. Bedanya adalah pengidap bernapas dengan spontan.
Keuntungan terapi ini adalah dapat mengurangi kerja pernapasan. Namun sayangnya, terapi ini tidak
dianjurkan untuk digunakan sebagai terapi awal pengobatan OSA.
Sedangkan pilihan terapi bedah dapat dipertimbangkan hanya jika terapi non bedah tidak memberikan
hasil yang efektif. Pilihan terapi bedah untuk mengobati OSA, antara lain operasi pengangkatan jaringan,
stimulasi jalan nafas atas, penanaman generator impuls kecil, operasi rahang, dan implan.
Selain itu, Obstructive Sleep Apnea juga bisa diatasi dengan mengubah gaya hidup yang tidak sehat,
antara lain:
Menghindari konsumsi obat penenang, nikotin dan kafein pada malam hari. Perbaiki juga kekuatan otot
pernapasan bagian atas dan mekanisme pernapasan sentral.
Konsumsi alkohol secukupnya atau tidak sama sekali, dan jangan minum beberapa jam sebelum tidur.
Berhentilah merokok.
Jangan tidur telentang. Sebaiknya kamu tidur dalam posisi miring (menghadap ke kanan atau ke kiri).
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Obstructive sleep apnea - Symptoms and causes.
WebMD. Diakses pada 2019. Obstructive Sleep Apnea Explained.
Diperbarui pada 23 September 2019