Perlu diketahui bahwa akalasia tergolong penyakit langka yang dapat diturunkan. Akalasia
sendiri merujuk pada kondisi ketika kerongkongan (esofagus) kehilangan kemampuan untuk
mendorong makanan dari mulut ke perut. Normalnya, Lower Esophageal Sphincter (LES)
akan mengendur, sehingga makanan dapat masuk ke perut.
Pada pengidap akalasia, LES tidak dapat mengendur dengan benar, sehingga makanan
menumpuk pada bagian bawah kerongkongan atau naik kembali menuju mulut. LES
merupakan lingkaran otot yang berada pada bagian bawah kerongkongan. LES akan
membuka dan menutup dengan sendirinya untuk mencegah asam lambung naik ke
kerongkongan.
Gejala Akalasia
Tidak semua pengidap mengalami gejala akalasia. Kebanyakan dari mereka mengalami
kesulitan dalam menelan makanan atau minuman. Selain itu, gejala yang tampak, meliputi:
Sejumlah gejala tersebut dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi kapan pun. Jika
sejumlah gejala tersebut dibiarkan saja, maka risiko kanker kerongkongan pun meningkat.
Oleh karena itu, segera melakukan langkah perawatan yang tepat saat menemukan gejalanya.
Komplikasi Akalasia
Komplikasi akalasia umumnya muncul akibat sejumlah gejala yang dialami tidak diatasi
dengan langkah perawatan tepat. Komplikasi terjadi secara bertahap, mulai dari
meningkatnya kesulitan menelan makanan dan minuman, hingga penurunan berat badan
akibat malnutrisi. Berikut ini komplikasi lainnya:
Diagnosis Akalasia
Proses diagnosis dilakukan oleh dokter spesialis berdasarkan hasil wawancara dan keluhan
yang dialami pengidap. Kemudian, dokter melanjutkan proses diagnosis dengan melakukan
pemeriksaan fisik dan penunjang lain. Berikut ini beberapa pemeriksaan penunjang yang
dilakukan:
Pengobatan Akalasia
Pengobatan akalasia bertujuan untuk membuka otot LES, sehingga makanan dan minuman
bisa masuk ke dalam perut. Berikut ini beberapa prosedur pengobatan yang umum dilakukan:
Obat-Obatan
Konsumsi obat-obatan dari dokter dapat membantu mengendurkan otot-otot di
kerongkongan, sehingga proses menelan menjadi lebih mudah dan tidak menyakitkan.
Prosedur ini belum tentu berhasil untuk semua orang, dan efeknya berlangsung sebentar.
Penggunaan obat biasanya berfungsi untuk meredakan gejala, sembari menunggu pengobatan
lainnya.
Peregangan Otot
Sebelum melakukan prosedur, pengidapnya terlebih dulu diberikan anestesi umum.
Kemudian, dokter memasukkan benda semacam balon, yang kemudian dipompa untuk
membantu meregangkan cincin otot tenggorokan. Tujuannya adalah, meningkatkan elastisitas
otot saat menelan. Prosedur ini berisiko kecil merobek kerongkongan, sehingga memerlukan
operasi darurat.
Injeksi Botoks
Cairan botoks dimasukkan ke dalam kerongkongan menggunakan endoskop, dan disuntikkan
pada cincin otot. Tujuannya adalah merelaksasi otot tenggorokan, sehingga proses menelan
tidak terasa menyakitkan. Meski efektif dilakukan, prosedur harus dilakukan secara berulang
selama beberapa bulan hingga tahun. Cara ini menjadi alternatif pada orang yang tidak dapat
menjalani perawatan lain.
Operasi
Prosedur operasi dilakukan dengan memotong otot cincin, sehingga memungkinkan makanan
masuk ke dalam perut. Hasilnya dapat dirasakan secara permanen, dan membuat pengidap
lebih mudah menelan tanpa rasa sakit. Ketika cara tersebut tidak berhasil, sebagian orang
mungkin saja memerlukan operasi pengangkatan sebagian area kerongkongannya.
Sama seperti pada prosedur pengobatan lainnya, sejumlah langkah untuk mengatasi akalasia
juga dapat memicu munculnya komplikasi. Beberapa kondisi yang menjadi komplikasi
pengobatan akalasia, seperti lubang di kerongkongan, kembung, gangguan pencernaan
kronis, dan kembalinya gejala akalasia.
Pencegahan Akalasia
Jika disebabkan oleh faktor genetik, tidak ada langkah pencegahan yang dapat dilakukan.
Namun, kamu dapat melakukan pemeriksaan dini, agar sejumlah gejala yang muncul dapat
diatasi dengan langkah tepat. Berikut ini beberapa langkah pencegahan akalasia.
Berhenti merokok.
Perbanyak konsumsi air putih saat makan.
Kunyah makanan hingga benar-benar halus sebelum ditelan.
Jangan konsumsi makanan yang dapat memicu peningkatan asam lambung,
seperti makanan pedas, asam, dan makanan serta minuman mengandung
kafein.
Makan dengan porsi kecil tapi sering.
Jangan konsumsi makan saat mendekati waktu tidur.
Posisikan kepala lebih tinggi saat tidur.