Anda di halaman 1dari 57

MENDENGKUR/MENGOROK

Mendengkur adalah kondisi ketika seseorang mengeluarkan suara kasar saat tidur.
Kondisi ini merupakan dampak dari terhalang atau menyempitnya saluran
pernapasan. Penyempitan saluran napas tersebut bisa disebabkan oleh kondisi
medis yang serius.
Mendengkur atau ngorok dapat dialami oleh setiap orang dan umumnya tidak
perlu dikhawatirkan. Namun, kondisi ini juga bisa menjadi tanda dari gangguan
kesehatan lain, termasuk sleep apnea.
Mendengkur dapat menimbulkan berbagai masalah, baik pada kesehatan
maupun sosial. Mendengkur yang keras dan terjadi dalam jangka waktu lama
(kronis) dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung atau stroke.
Di samping itu, mendengkur juga dapat memengaruhi hubungan sosial, karena
bisa mengganggu orang yang tidur bersama penderita.

Penyebab Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh terhalang atau menyempitnya saluran pernapasan.
Penyempitan ini menyebabkan getaran pada saluran pernapasan ketika tidur
sehingga menimbulkan suara dengkuran. Makin terhalang saluran pernapasan,
makin keras pula suara dengkuran.
Terhalangnya saluran pernapasan dapat terjadi akibat melemahnya otot
tenggorokan, umumnya akibat penuaan. Kondisi ini juga dapat disebabkan oleh:

 Sleep apnea
 Hidung atau saluran napas tersumbat, karena pilek (rhinitis) atau sinusitis
 Tulang hidung bengkok
 Pembengkakan amandel atau kelenjar adenoid
 Penyakit gondok
 Kelainan bentuk wajah
 Obesitas

Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang mendengkur, yaitu:

 Proses penuaan
 Konsumsi minuman beralkohol
 Konsumsi obat yang dapat menyebabkan kantuk
 Sedang hamil, karena hormon kehamilan dapat menyebabkan peradangan
hidung
 Kelemahan otot mulut, hidung, atau tenggorokan
Gejala Mendengkur
Kebanyakan orang tidak menyadari ketika dirinya mendengkur. Oleh karena itu,
umumnya seseorang baru mengetahui dirinya mendengkur setelah diberitahu
oleh orang yang tidur bersamanya atau tinggal serumah.
Walaupun demikian, terkadang orang yang mendengkur dapat mengalami
gejala sebagai berikut:

 Sering terbangun ketika tidur malam hari


 Nyeri tenggorokan ketika bangun
 Sering merasa tidak cukup tidur
 Pusing atau sakit kepala ketika bangun
 Penurunan pada kualitas pekerjaan atau prestasi di sekolah

Kapan harus ke dokter


Dianjurkan untuk menemui dokter jika Anda sering mendengkur, terutama bila:

 Mendengkur terjadi lebih dari tiga kali seminggu


 Terbangun akibat tersedak atau dengan terengah-engah
 Merasakan sakit di kepala atau tenggorokan setiap bangun tidur
 Merasa sangat mengantuk di siang hari sehingga sulit berkonsentrasi
 Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi)
 Mendengkur bisa berhenti lalu menjadi keras secara tiba-tiba
 Merasa gelisah
 Mengalami nyeri dada
 Sering tertidur ketika beraktivitas, misalnya saat sedang rapat atau
berkendara

Diagnosis Mendengkur
Diagnosis mendengkur diawali dengan menanyakan secara rinci gejala yang
dialami dan penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya. Dokter juga akan
mengajukan pertanyaan terkait pola tidur, kebersihan tempat tidur, berapa kali
pasien terbangun di malam hari, kantuk yang muncul di siang hari, hingga
lamanya waktu tidur siang.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk tekanan darah,
serta pemeriksaan dada, mulut, hidung, dan leher. Setelah itu, pemeriksaan
tambahan akan dilakukan untuk menegakkan diagnosis, yaitu:

 Pengukuran IMT
Dokter akan mengukur indeks masa tubuh (IMT) pasien, untuk
memeriksa apakah berat badan pasien ideal atau tidak
 Tes tidur dengan polisomnografi
Tes ini bertujuan untuk memeriksa pernapasan pasien ketika tidur dengan
alat khusus yang dipasangkan ke tubuh. Tes ini juga memeriksa
gelombang otak, denyut jantung, kadar oksigen, dan gerakan tubuh ketika
tidur.
 Pemindaian
Pemindaian dengan CT scan atau MRI dilakukan untuk memeriksa
sumbatan, tumor, atau pembengkakan terutama di kepala dan leher

Pengobatan Mendengkur
Pengobatan mendengkur atau ngorok akan disesuaikan dengan penyebabnya.
Sebagai contoh, penanganan mendengkur yang disebabkan oleh alergi adalah
dengan obat antialergi. Sedangkan bila mendengkur disebabkan oleh hidung
tersumbat, maka dokter akan meresepkan obat dekongestan.
Selain itu, ada tindakan lebih lanjut yang dapat dilakukan untuk
mengatasi penyebab mendengkur, baik dengan metode operasi maupun
nonoperasi.
Metode nonoperasi dilakukan jika mendengkur disebabkan oleh penyempitan
saluran napas saat tidur (sleep apnea). Sementara prosedur operasi dilakukan
jika ngorok disebabkan oleh kelainan pada saluran pernapasan, misalnya tulang
hidung bengkok, radang amandel, atau pembesaran kelenjar adenoid.
Beberapa metode nonoperasi untuk mengatasi ngorok adalah:

 Penggunaan mesin continuous positive airway pressure (CPAP)


Pada terapi ini, masker dari mesin CPAP akan dipasangkan ke mulut dan
hidung pasien sebelum tidur. Mesin ini berfungsi mengalirkan udara yang
akan menjaga saluran pernapasan tetap terbuka. Dengan begitu, pasien
dapat bernapas lebih baik saat tidur.
 Pemasangan alat khusus pada mulut
Pemasangan alat ini dilakukan atas anjuran dan pengawasan dokter gigi.
Alat ini berfungsi untuk menahan rahang, lidah, dan mulut bagian bawah
agar tidak menutup saluran pernapasan.

Sedangkan tindakan operasi untuk menangani mendengkur antara lain:

 Tonsilektomi
Tonsilektomi atau operasi amandel dilakukan ketika mendengkur
disebabkan oleh gangguan pada amandel (tonsil).
 Uvulopalatopharyngoplasty (UPPP)
Prosedur ini dilakukan untuk mengencangkan tenggorokan dan langit-
langit mulut. Prosedur ini juga digunakan untuk mengatasi sleep apnea.
 Laser-assisted uvula palatoplasty (LAUP)
LAUP menggunakan sinar laser untuk merekonstruksi langit-langit mulut
dan menghilangkan sumbatan pada saluran pernapasan.
 Radiofrequency ablation (somnoplasty)
Somnoplasty adalah prosedur untuk menyusutkan jaringan berlebih pada
lidah atau langit-langit mulut menggunakan energi gelombang radio.
 Septoplasty
Operasi septoplasty dilakukan bila mendengkur disebabkan oleh tulang
hidung bengkok.

Komplikasi Mendengkur
Mendengkur yang berlangsung dalam jangka panjang dapat menimbulkan
berbagai komplikasi kesehatan, seperti:

 Penurunan kadar oksigen dalam darah (hipoksemia)


 Lelah berkepanjangan
 Perubahan suasana hati
 Penurunan daya konsentrasi
 Hipertensi
 Diabetes melitus tipe 2
 Kecelakaan ketika berkendara
 Penurunan kualitas hidup
 Serangan jantung
 Stroke

Pencegahan Mendengkur
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah sekaligus
mengurangi mendengkur, yakni:

 Mengurangi berat badan jika memiliki berat badan berlebih


 Tidur dengan posisi miring
 Tidur dengan posisi kepala sedikit lebih tinggi
 Tidak mengonsumsi minuman beralkohol, terutama sebelum tidur
 Menghindari asap rokok dan berhenti merokok
 Beristirahat dan tidur yang cukup

Alat pengganjal khusus hidung yang berfungsi mempermudah pernapasan juga


bisa digunakan untuk mengurangi dengkuran. Namun, konsultasikan terlebih
dahulu dengan dokter terkait cara penggunaan dan risiko alat ini.
Pembesaran adenoid adalah peradangan dan pembengkakan pada kelenjar di
dalam hidung atau tenggorokan bagian atas (kelenjar adenoid). Kondisi ini
membuat seseorang kesulitan untuk bernapas dan terpaksa bernapas melalui
mulut.
Adenoid berfungsi memerangkap kuman yang masuk melalui mulut dan
hidung. Organ ini juga menghasilkan antibodi untuk membantu tubuh
melawan infeksi.
Pada anak-anak, pembesaran adenoid merupakan kondisi yang normal.
Adenoid yang telah membesar akan mengecil setelah anak berusia 5–7 tahun
dan makin mengecil saat memasuki usia dewasa.

Sleep Apnea
Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur.
Kondisi ini dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa
mengantuk setelah tidur lama.
Istilah apnea pada sleep apnea berarti pernapasan terhenti atau berhenti
bernapas. Penderita sleep apnea dapat berhenti bernapas selama sekitar 10
detik sebanyak ratusan kali selama tidur.
Kondisi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan tubuh kekurangan
oksigen dan memunculkan keluhan sesak napas di malam hari. Pada wanita,
kondisi ini terkadang bisa menyebabkan mendengkur saat hamil.

Penyebab Sleep Apnea
Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa jenis
sleep apnea menurut penyebabnya:

 Obstructive sleep apnea


Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang tenggorokan
terlalu rileks. Kondisi ini membuat saluran pernapasan menyempit atau
menutup saat menarik napas, misalnya karena lidah tertelan.
 Central sleep apnea
Central sleep apnea terjadi ketika otak tidak dapat mengirimkan sinyal
dengan baik ke otot yang mengontrol pernapasan. Hal ini menyebabkan
penderita tidak bisa bernapas selama beberapa waktu.
 Complex sleep apnea
Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive sleep
apnea dan central sleep apnea.

Faktor risiko sleep apnea


Apnea tidur dapat terjadi pada siapa saja, bahkan pada anak-anak. Namun,
seseorang akan lebih berisiko terserang sleep apnea jika memiliki beberapa
faktor risiko di bawah ini:

 Berjenis kelamin laki-laki


 Berusia 40 tahun ke atas
 Memiliki amandel dan lidah yang besar atau rahang yang kecil
 Terdapat hambatan di hidung akibat tulang hidung yang bengkok
 Memiliki penyakit alergi atau gangguan sinus
 Mengonsumsi minuman beralkohol atau kecanduan alkohol
 Mengonsumsi obat tidur
 Merokok

Gejala Sleep Apnea
Pada banyak kasus, penderita tidak menyadari dirinya mengalami gejala sleep
apnea. Gejala tersebut justru disadari oleh orang yang tidur sekamar dengan
penderita.

Beberapa gejala umum  yang muncul saat penderita sleep apnea sedang tidur


adalah:
 Mengorok dengan keras
 Berhenti bernapas selama beberapa kali ketika sedang tidur
 Tersengal-sengal berusaha mengambil napas atau sesak napas saat
sedang tidur
 Terbangun dari tidur akibat merasa tercekik atau batuk-batuk di malam
hari
 Sulit tidur (insomnia)

Selain gejala yang muncul saat tidur, penderita sleep apnea juga bisa


merasakan keluhan setelah bangun dari tidur, antara lain:

 Terbangun dengan mulut yang terasa kering


 Sakit kepala ketika baru bangun tidur
 Merasa sangat mengantuk di siang hari
 Sulit berkonsentrasi, belajar, atau mengingat sesuatu
 Mengalami perubahan mood dan mudah marah
 Mengalami penurunan libido

Kapan harus ke dokter


Konsultasikan ke dokter jika Anda mengalami gejala di atas atau apabila
orang lain mengatakan bahwa Anda mengalami hal tersebut. Periksakan diri
juga ke dokter jika Anda merasakan gejala-gejala di atas setelah bangun dari
tidur atau merasa kualitas hari Anda menurun.

Diagnosis Sleep Apnea
Pada tahap awal pemeriksaan, dokter akan menanyakan gejala yang dialami
oleh pasien, baik pada pasien sendiri maupun kepada keluarganya, terutama
yang tidur bersama pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan
fisik, seperti menimbang berat badan, serta memeriksa kondisi hidung dan
tenggorokan.
Setelah itu, dokter akan meminta pasien untuk menjalani pemeriksaan pola
tidur yang disebut sleep study. Pada pemeriksaan ini, dokter akan memantau
pola pernapasan dan fungsi tubuh pasien ketika sedang tidur, baik di rumah
maupun di klinik khusus di rumah sakit.

Tes-tes yang dilakukan untuk mendeteksi sleep apnea adalah:


 Tes tidur di rumah
Pada pemeriksaan ini, pasien akan membawa pulang alat khusus yang
dapat merekam dan mengukur detak jantung, kadar oksigen dalam
darah, aliran napas, dan pola napas ketika tidur.
 Polisomnografi (nocturnal polysomnography)
Pada pemeriksaan ini, dokter akan menggunakan peralatan yang
memonitor aktivitas jantung, paru-paru, dan otak, pola pernapasan,
gerakan lengan dan kaki, serta kadar oksigen dalam darah saat pasien
tidur.

Jika hasil tes menunjukkan bahwa pasien menderita obstructive sleep apnea,


dokter akan merujuk pasien ke dokter THT untuk menghilangkan sumbatan di
hidung dan tenggorokan. Sementara itu, pada pasien yang menderita central
sleep apnea, dokter akan memberi rujukan ke dokter spesialis saraf.

Pengobatan Sleep Apnea
Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan tingkat
keparahan sleep apnea yang dialaminya. Sleep apnea ringan dapat ditangani
secara mandiri, misalnya dengan menurunkan berat badan, berhenti merokok,
berhenti mengonsumsi minuman beralkohol, dan mengubah posisi tidur
menjadi menyamping atau tengkurap.
Jika kondisinya sudah cukup parah, sleep apnea perlu mendapatkan
penanganan medis, antara lain dengan:

Terapi khusus
Jika perubahan pola hidup tidak berhasil mengatasi gejala apnea tidur atau
jika gejala yang muncul sudah cukup parah, penderita dianjurkan untuk
menjalani terapi dengan alat-alat berikut:

 CPAP (continuous positive airway pressure)
Alat ini digunakan untuk meniupkan udara ke saluran pernapasan
melalui masker yang menutupi hidung dan mulut penderita sleep
apnea saat tidur. Tujuan terapi CPAP adalah untuk mencegah
tenggorokan menutup dan meredakan gejala-gejala yang muncul,
seperti mengorok.
 BPAP (bilevel positive airway pressure)
Alat ini bekerja dengan cara menaikkan tekanan udara saat pasien
menarik napas dan menurunkan tekanan udara saat pasien
mengembuskan napas. Dengan begitu, pasien akan lebih mudah untuk
bernapas. Alat ini juga bisa menjaga agar jumlah oksigen dalam tubuh
pasien tercukupi.
 MAD (mandibular advancement device)
Alat ini didesain untuk menahan rahang dan lidah untuk mencegah
penyempitan pada saluran pernapasan yang menyebabkan
seseorang mendengkur. Namun, MAD tidak dianjurkan bagi penderita
apnea tidur yang parah.

Operasi
Jika perubahan gaya hidup dan terapi dengan alat-alat di atas masih tidak
berhasil memperbaiki gejala sleep apnea dalam 3 bulan, langkah selanjutnya
yang dapat dipertimbangkan adalah operasi.
Operasi untuk menangani sleep apnea akan disesuaikan dengan penyebab
utama apnea tidur pada pasien, meliputi:

 Uvulopalatopharyngoplasty
Pada prosedur ini, dokter akan mengangkat sebagian jaringan di bagian
belakang mulut dan bagian atas tenggorokan, sekaligus mengangkat
amandel dan kelenjar adenoid, untuk mencegah pasien ngorok saat
tidur.
 Ablasi radiofrekuensi
Prosedur ini digunakan untuk mengangkat sebagian jaringan di bagian
belakang mulut dan bagian belakang tenggorokan dengan
menggunakan gelombang energi khusus.
 Operasi reposisi rahang
Pada operasi rahang, tulang rahang bawah akan diposisikan lebih maju
daripada tulang wajah. Tujuannya adalah untuk memperluas ruang di
belakang lidah dan langit-langit.
 Implan alat stimulasi saraf
Pada operasi ini, dokter akan menanamkan alat khusus untuk
menstimulasi saraf yang mengontrol gerakan lidah. Saat tidur, alat ini
akan bekerja seirama dengan napas penderita sehingga lidah akan
bergerak maju dan membuka jalan napas ketika penderita menarik
napas.
 Trakeostomi
Trakeostomi dilakukan untuk menciptakan saluran pernapasan baru
pada kondisi apnea tidur yang sangat parah. Dokter akan membuat
sayatan di leher pasien, kemudian memasukkan tabung metal atau
plastik ke dalamnya.

Komplikasi Sleep Apnea
Jika tidak segera ditangani, sleep apnea dapat meningkatkan risiko
penderitanya mengalami komplikasi, berupa:

 Sakit kepala berkepanjangan


 Tekanan darah tinggi (hipertensi)
 Diabetes tipe 2
 Penyakit jantung
 Sindrom metabolik
 Gangguan fungsi organ hati
 Depresi

Selain komplikasi di atas, sleep apnea juga dapat mengganggu aktivitas


sehari-hari penderitanya dan menurunkan performa dalam bekerja atau
belajar. Sleep apnea juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan
saat berkendara akibat rasa kantuk dan penurunan kewaspadaan. Efek
gangguan tidur ini tentu tidak baik bagi kesehatan.

Pencegahan Sleep Apnea
Cara untuk mencegah sleep apnea adalah dengan mengontrol faktor
risikonya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan berhenti
merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol. Apabila Anda sulit berhenti
merokok atau menderita kecanduan alkohol, konsultasikan dengan dokter agar
mendapatkan terapi.
Jika Anda menderita obesitas atau bahkan obesitas morbid, berkonsultasilah
dengan dokter gizi untuk menjalani program penurunan berat badan agar
risiko terkena sleep apnea lebih rendah. Dokter gizi akan mengatur pola
makan yang sesuai dengan kondisi Anda dan menetapkan target penurunan
berat badan yang aman.

PENYAKIT JANTUNG

Penyakit jantung adalah kondisi ketika bagian jantung yang meliputi pembuluh
darah jantung, selaput jantung, katup jantung, dan otot jantung mengalami
gangguan. Penyakit jantung bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti sumbatan
pada pembuluh darah jantung, peradangan, infeksi, atau kelainan bawaan.
Jantung adalah organ vital yang terdiri dari otot dan terbagi menjadi empat
ruang. Ruang jantung dibatasi oleh katup jantung yang berfungsi mengatur
aliran darah agar bergerak ke satu arah.

Pada dinding jantung, terdapat pembuluh darah jantung atau arteri koroner yang
mengalirkan darah kaya oksigen ke seluruh bagian jantung. Pembuluh ini
memiliki dua cabang, yaitu pembuluh darah koroner kanan dan kiri.
Jantung juga memiliki dua selaput yang disebut perikardium. Fungsinya adalah
untuk melindungi jantung, menjaga posisi jantung tetap pada tempatnya, dan
mencegah terjadinya luka akibat gesekan ketika berdenyut.

Jenis Penyakit Jantung


Tergantung bagian jantung yang terkena, penyakit jantung terbagi dalam
beberapa jenis, yaitu:

 Penyakit jantung koroner, yaitu penyempitan di pembuluh darah jantung


 Gangguan irama jantung (aritmia)
 Penyakit jantung bawaan, yaitu kelainan jantung sejak lahir
 Gangguan pada otot jantung (kardiomiopati)
 Infeksi di perikardium (perikarditis) dan bagian dalam jantung
(endokarditis), baik akibat bakteri, virus, maupun parasit
 Penyakit katup jantung

Penyebab dan Gejala Penyakit Jantung


Penyebab penyakit jantung tergantung pada jenisnya. Secara umum, penyakit
jantung dapat diakibatkan oleh kondisi berikut:

 Penumpukan lemak di dalam pembuluh darah koroner (aterosklerosis)


 Tekanan darah tinggi (hipertensi)
 Diabetes tidak terkontrol
 Infeksi

Penyakit jantung juga lebih sering terjadi pada seseorang dengan faktor risiko
berikut:

 Sering mengonsumsi makanan dengan kadar gula, garam, atau lemak


yang terlalu tinggi
 Jarang berolahraga
 Kurang tidur
 Merokok
 Terlalu banyak mengonsumsi minuman beralkohol
 Stres berlebihan
 Menggunakan NAPZA

Gejala penyakit jantung tergantung pada jenis yang dialami penderita. Namun,
gejala yang biasanya muncul adalah:

 Nyeri dada
 Dada sering berdebar
 Sesak napas
 Pembengkakan di kaki
 Lemas
 Pingsan

Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Jantung


Penanganan penyakit jantung tergantung pada jenisnya. Metode pengobatannya
bisa dengan perbaikan gaya hidup, pemberian obat-obatan untuk jantung, atau
tindakan operasi, seperti operasi katup jantung atau transplantasi jantung.

Penyakit jantung dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor risikonya.


Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah:

 Tidak merokok
 Mengonsumsi makanan sehat bergizi lengkap dan seimbang
 Berolahraga rutin
 Memeriksakan diri ke dokter secara berkala, terutama jika memiliki
penyakit yang meningkatkan risiko terserang penyakit jantung,
seperti diabetes, penyakit tiroid, atau hipertensi
Penyakit Autoimun

Penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh


seseorang menyerang tubuhnya sendiri. Ada lebih dari 80 penyakit yang
digolongkan penyakit autoimun. Beberapa penyakit di antaranya memiliki
gejala serupa, seperti lelah, nyeri otot, dan demam.
Normalnya, sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk menjaga tubuh dari
serangan organisme asing, seperti bakteri atau virus. Ketika terserang
organisme asing, sistem kekebalan tubuh akan melepas protein yang
disebut antibodi untuk melawan dan mencegah terjadinya penyakit.
Akan tetapi, pada penderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh
menganggap sel tubuh yang sehat sebagai zat asing. Akibatnya,
antibodi yang dilepaskan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel
sehat tersebut.

Penyebab Penyakit Autoimun


Penyebab penyakit autoimun belum diketahui secara pasti. Namun, ada
beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang
terkena penyakit autoimun, yaitu:

 Memiliki riwayat penyakit autoimun dalam keluarga


 Menderita infeksi bakteri atau virus, misalnya infeksi virus Epstein
Barr
 Terkena paparan bahan kimia, seperti asbes, merkuri, dioksin,
atau pestisida
 Merokok
 Memiliki berat badan berlebih atau obesitas

Gejala Penyakit Autoimun


Beberapa jenis penyakit autoimun memiliki gejala awal yang sama,
seperti:

 Sering merasa lemas


 Otot pegal atau nyeri sendi
 Ruam kulit
 Demam yang hilang timbul
 Bengkak di sendi atau wajah
 Rambut rontok
 Sulit konsentrasi
 Kesemutan di tangan atau kaki

Meski menimbulkan beberapa gejala awal yang sama, masing-masing


penyakit autoimun tetap memiliki gejala spesifik, seperti diabetes tipe 1
yang gejalanya berupa sering haus, lemas, dan berat badan menurun
drastis.
Berikut ini adalah beberapa contoh penyakit autoimun dan gejalanya:

 Lupus
Lupus dapat memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penyakit
ini dapat menimbulkan gejala seperti demam, nyeri sendi dan otot,
ruam kulit, kulit menjadi sensitif, sariawan, bengkak di tungkai,
sakit kepala, kejang, nyeri dada, sesak napas, pucat, dan
perdarahan.
 Penyakit Graves
Penyakit Graves dapat menimbulkan gejala berupa berat badan
menurun secara tiba-tiba, mata menonjol (eksoftalmus), rambut
rontok, jantung berdebar, gelisah, dan insomnia.
 Psoriasis
Penyakit ini dapat dikenali dengan munculnya bercak merah yang
tebal dan bersisik.
 Multiple sclerosis
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh multiple sclerosis meliputi mati
rasa di salah satu bagian tubuh, gangguan penglihatan, otot kaku
dan lemas, koordinasi tubuh berkurang, dan kelelahan.
 Myasthenia gravis
Gejala yang dapat dialami akibat myasthenia gravis adalah
kelopak mata terkulai, pandangan kabur, lemah otot, kesulitan
bernapas, dan kesulitan menelan.
 Tiroiditis Hashimoto
Penyakit ini dapat menimbulkan gejala berupa berat badan naik
secara tiba-tiba, sensitif terhadap udara dingin, mati rasa di tangan
dan kaki, lemas, mengantuk, rambut rontok, menstruasi yang tidak
teratur, dan sulit berkonsentrasi.
 Kolitis ulseratif dan Crohn’s disease
Gejala yang dapat dialami jika menderita kedua penyakit ini adalah
sakit perut, diare, buang air besar berdarah, demam, dan
penurunan berat badan.
 Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis dapat membuat penderitanya mengalami
gejala berupa nyeri, kemerahan, dan bengkak di sendi, terutama
sendi jari-jari tangan.
 Sindrom Guillain Barré
Penyakit ini menimbulkan gejala berupa lemah otot, kesemutan,
lemas, dan gangguan keseimbangan, yang jika kondisinya makin
parah bisa berkembang menjadi kelumpuhan.
 Vaskulitis
Vaskulitis dapat dikenali dengan gejala demam, berat badan
menurun secara tiba-tiba, kelelahan, tidak nafsu makan, dan ruam
kulit.

Gejala penyakit autoimun dapat mengalami flare, yaitu timbulnya gejala


secara tiba-tiba dengan derajat yang berat. Flare biasanya terjadi akibat
dipicu oleh suatu hal, misalnya paparan sinar matahari atau stres.

Kapan harus ke dokter


Lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala awal yang telah
disebutkan di atas, terutama jika Anda berisiko menderita penyakit
autoimun.
Segera ke dokter jika gejala tersebut tak kunjung membaik, makin
memburuk, atau jika Anda mengalami gejala yang spesifik.

Diagnosis Penyakit Autoimun


Untuk mendiagnosis penyakit autoimun, dokter akan melakukan tanya
jawab seputar gejala dan riwayat kesehatan pasien, serta riwayat
penyakit di dalam keluarga pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
Tidak mudah bagi dokter untuk mendiagnosis penyakit autoimun. Meski
setiap penyakit autoimun memiliki ciri khas, tetapi gejala yang muncul
bisa sama. Oleh karena itu, dokter biasanya akan melakukan
pemeriksaan penunjang berikut ini untuk memastikan diagnosis:
 Tes ANA (antinuclear antibody), untuk mengetahui aktivitas
antibodi yang menyerang tubuh
 Tes autoantibodi, untuk mendeteksi karakteristik antibodi dalam
tubuh
 Tes darah lengkap, untuk menghitung jumlah sel darah merah dan
sel darah putih
 Tes C-Reactive protein, untuk mendeteksi peradangan dalam
tubuh
 Tes sedimentasi eritrosit, untuk mengetahui tingkat keparahan
peradangan yang terjadi di dalam tubuh

Pengobatan Penyakit Autoimun


Sebagian besar penyakit yang tergolong penyakit autoimun belum dapat
disembuhkan, tetapi gejala yang timbul dapat diringankan dan dicegah
agar tidak terjadi flare.
Pengobatan untuk menangani penyakit autoimun tergantung pada jenis
penyakit yang diderita, gejala yang dirasakan, dan tingkat
keparahannya. Metode penanganannya antara lain:

Obat-obatan
Obat-obatan yang dapat diberikan untuk menangani penyakit autoimun
meliputi:

 Obat nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs), seperti


ibuprofen dan naproxen, untuk mengatasi nyeri dan demam
 Obat penekan sistem kekebalan tubuh, seperti kortikosteroid,
untuk menghambat perkembangan penyakit dan memelihara
fungsi organ tubuh
 Obat anti-TNF, seperti infliximab, untuk mencegah peradangan
akibat penyakit autoimun rheumatoid arthritis dan psoriasis

Terapi pengganti hormon


Terapi pengganti hormon dilakukan jika pasien menderita penyakit
autoimun yang menghambat produksi hormon di dalam tubuh.
Contohnya, pemberian suntik insulin untuk mengatur kadar gula darah
pada penderita diabetes tipe 1, atau pemberian hormon tiroid bagi
penderita tiroiditis.
Komplikasi Penyakit Autoimun
Penyakit autoimun dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius,
yaitu:

 Penyakit jantung
 Kerusakan saraf
 Deep vein thrombosis
 Kerusakan organ, seperti hati atau ginjal
 Depresi atau gangguan kecemasan

Pencegahan Penyakit Autoimun


Penyakit autoimun tidak selalu bisa dicegah, karena kebanyakan
penyakit autoimun terkait dengan faktor genetik. Meski demikian, ada
beberapa upaya yang dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit
autoimun, yaitu:

 Berolahraga secara rutin


 Tidak merokok
 Menjaga berat badan tetap ideal
 Menggunakan alat pelindung ketika bekerja, agar terhindar dari
paparan bahan kimia
 Rutin mencuci tangan dengan benar agar terhindar infeksi virus
dan bakteri
Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner adalah kondisi ketika pembuluh darah utama yang
memberi pasokan darah, oksigen, dan nutrisi untuk jantung menjadi rusak.
Biasanya, kondisi ini disebabkan oleh plak kolesterol dan peradangan.
Penyebab Penyakit Jantung Koroner
Ada banyak penyebab penyakit jantung koroner. Meski begitu, penelitian telah
menunjukkan bahwa ada beberapa hal yang bisa memicunya, seperti:

 Tekanan darah tinggi.


 Kolesterol dan trigliserida tinggi
 Diabetes.
 Kegemukan.
 Kebiasaan merokok.
 Peradangan pada pembuluh darah.

Mereka semua merupakan faktor utama yang melukai dinding arteri, sehingga
menyebabkan penyakit jantung koroner.
Saat arteri rusak, plak akan lebih mudah menempel pada arteri sehingga lambat
laun menebal. Penyempitan pembuluh kemudian akan menghambat aliran darah
kaya oksigen ke jantung.
Jika plak ini pecah, trombosit akan menempel pada luka di arteri dan
membentuk gumpalan darah yang memblokir arteri. Ini dapat menyebabkan
angina semakin parah. Ketika bekuan darah cukup besar, maka arteri akan
tertekan yang menyebabkan infark miokard atau kematian otot jantung.
Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi penyakit jantung koroner,meliputi:
 Usia Lanjut
Pertambahan usia menyebabkan arteri menyempit dan rapuh.
 Berjenis Kelamin Pria 
Menurut jurnal ilmiah berjudul Why do men get more heart disease than
women? An international perspective yang dipublikasikan oleh U.S. National
Library of Medicine, disebutkan bahwa pria secara keseluruhan lebih cenderung
mengalami penyakit jantung koroner.
Ini karena pria kurang adaptif mengatasi peristiwa stres secara fisiologis,
perilaku, dan emosional yang berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit
jantung koroner.
 Riwayat Keluarga
Apabila ada anggota keluarga yang mengidap gangguan jantung, maka risiko
penyakit jantung koroner lebih meningkat.
 Kebiasaan Merokok
Nikotin dapat menyebabkan penyempitan arteri sementara karbon monoksida
menyebabkan kerusakan pembuluh.
 Memiliki Hipertensi
Memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan/atau kadar lemak darah yang tinggi
dapat memicu penyakit jantung koroner.
 Trauma Mental
Memiliki trauma mental atau stres psikologis berat jangka waktu panjang juga
bisa menempatkan seseorang pada risiko penyakit jantung koroner.
Gejala Penyakit Jantung Koroner
Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit jantung koroner, meliputi:

 Nyeri dada atau ketidaknyamanan pada dada yang menjalar ke leher,


rahang, bahu, dan tangan sisi kiri, punggung, perut sisi kiri (sering
dianggap maag).
 Keringat dingin, mual, muntah, atau mudah lelah.
 Irama denyut jantung yang tidak stabil (aritmia), bahkan bisa
menyebabkan henti jantung (sudden cardiac arrest) yang bila tidak
ditangani dengan cepat dapat menyebabkan kematian.

Diagnosis Penyakit Jantung Koroner


Diagnosis penyakit jantung koroner dapat dilakukan dengan wawancara,
pemeriksaan fisik, ataupun pemeriksaan laboratorium. Beberapa jenis
pemeriksaan untuk penyakit ini, meliputi:
 Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan-kelainan pada
irama jantung.
 Ekokardiogram
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kerusakan berefek
pada fungsi jantung.
 Tes Stres
Jika seseorang memiliki faktor risiko, dokter akan menyarankan tes stres. Pada
pemeriksaan ini, kamu akan diminta untuk berjalan atau bersepeda statis
sementara dokter akan mengukur aktivitas jantung dengan EKG.
Komplikasi Penyakit Jantung Koroner
Ada beberapa komplikasi yang diakibatkan oleh penyakit jantung koroner,
yaitu:
 Gagal Jantung
Gagal jantung berarti jantung tidak mampu memompa cukup darah ke seluruh
tubuh. Hal ini dapat menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru, kesulitan
bernapas, dan pembengkakan pada kaki, hati, atau perut.
 Detak Jantung Tidak Normal
Detak jantung yang tidak normal disebut aritmia. Ketika seseorang beristirahat,
jantung biasanya berdetak sekitar 60 hingga 80 kali per menit dalam ritme yang
dapat diprediksi, stabil, dan dengan kekuatan yang konsisten. Aritmia dapat
terjadi pada pengidap penyakit jantung koroner dengan kondisi: 

 Bradikardia, detak jantung yang lambat.


 Takikardia, detak jantung yang cepat.
 Fibrilasi atrium, ritme yang kacau dan tidak teratur di ruang atas jantung
(atrium).
 Fibrilasi atrium, menyebabkan jantung menjadi tidak efektif dalam
memompa darah keluar dari atrium ke ruang bawah jantung (ventrikel)
dan ke bagian lain dari tubuh untuk sirkulasi. Seiring waktu, fibrilasi
atrium dapat menyebabkan stroke iskemik atau gagal jantung.

 Sakit Dada
Berkurangnya aliran darah di arteri koroner dapat berarti jantung tidak
menerima cukup darah. Ini dapat menyebabkan jenis nyeri yang disebut angina. 
Angina dapat memberikan sensasi berat, tekanan, rasa sakit, sensasi terbakar,
tindihan yang menyebar ke rahang, leher, lengan, dan bahu.
 Serangan Jantung
Plak lemak di salah satu arteri koroner yang pecah dapat menyebabkan
pembentukan gumpalan darah. Ini bisa menghalangi dan mengurangi aliran
darah yang dibutuhkan ke jantung. Akibatnya, terjadilah serangan jantung. 
 Kematian Mendadak
Jika aliran darah arteri koroner ke jantung tersumbat parah dan tidak dipulihkan,
ini dapat menyebabkan kematian mendadak.
Pengobatan Penyakit Jantung Koroner
Beberapa obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit jantung koroner,
meliputi:
 Obat-obatan Penurun Kolesterol
Ini termasuk statin, niasin, dan fibrat. Obat-obatan ini membantu mengurangi
kadar kolesterol darah, sehingga mengurangi jumlah lemak yang menempel
pada pembuluh.
 Aspirin
Obat ini atau pengencer darah lainnya membantu untuk melarutkan darah yang
tersumbat, dan mencegah risiko stroke atau infark miokard. Namun dalam
beberapa kasus, aspirin mungkin bukan pilihan yang baik. Beritahu dokter jika
keluarga atau kerabat mengidap gangguan pembekuan darah.
 Beta Blockers
Obat ini menurunkan tekanan darah dan mencegah risiko infark miokard.
 Nitrogliserin dan Inhibitor Enzim yang Mengubah Angiotensin
Obat ini dapat membantu mencegah risiko infark miokard.

 Operasi
Pemasangan stent untuk memperlebar arteri koroner yang menyempit ataupun
bedah koroner seperti operasi bypass jantung adalah pengobatan yang paling
umum untuk penyakit jantung koroner. Dokter juga dapat melakukan
angioplasty bila diperlukan.
Pencegahan Penyakit Jantung Koroner
Beberapa tips berguna untuk mencegah penyakit jantung koroner:
 Pola Makan Sehat
Terapkan menu makan yang kaya serat dan cukup nutrisi, perhatikan pula cara
pengolahannya, sebaiknya hindari makanan yang diolah dengan cara digoreng
di dalam banyak minyak, sebaliknya olah makanan dengan cara ditumis,
direbus, ataupun dikukus. 
Jika harus mengolah makanan dengan cara menggoreng, sebaiknya gunakan
minyak zaitun daripada minyak goreng, sebab minyak zaitun memiliki
kandungan lemak yang rendah.
Hindari makanan makanan yang mengandung kolesterol dan lemak tinggi, 
misalnya seafood–kandungan kolesterol tinggi di dalamnya dapat
membahayakan jantung. Pilih produk makanan yang rendah lemak atau bahkan
tanpa lemak. Konsumsi susu, keju, ataupun mentega yang rendah lemak.
Selain lemak, hindari juga makanan yang mengandung gula yang tinggi,
misalnya soft drink. Konsumsi karbohidrat secukupnya karena secara alami
tubuh akan memproses karbohidrat menjadi gula dan lemak. Mengonsumsi oat
atau gandum dapat membantu menjaga kesehatan jantung.
 Berhenti Merokok
Siapapun tahu bahwa rokok berdampak negatif untuk kesehatan jantung, karena
itu, hentikan kebiasaan merokok segera agar jantung tetap sehat.
 Hindari Stres
Saat stres, otak memerintah tubuh mengeluarkan hormon kortisol untuk
mengatasinya. Namun, jika hormon ini diproduksi berlebihan dapat
menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku. 
Hormon norepinephrine juga akan diproduksi oleh tubuh untuk mengatasi stres,
tapi jika diproduksi berlebihan dapat mengakibatkan tekanan darah meningkat.
 Hipertensi
Tekanan darah tinggi juga dapat menjadi penyebab penyakit jantung, sebab
tekanan darah yang berlebihan dapat melukai dinding arteri dan memungkinkan
kolesterol LDL memasuki arteri dan berakibat pada meningkatnya timbunan
plak.
 Obesitas
Jaga pola makan agar tidak berlebihan, sehingga terhindar dari kegemukan.
Seseorang dengan lingkar pinggang lebih dari 80 sentimeter memiliki risiko
lebih tinggi untuk terkena serangan jantung koroner.
Selain itu, obesitas atau kelebihan berat badan dapat meningkatkan resiko
terkena tekanan darah tinggi dan diabetes. Diabetes merupakan salah satu faktor
yang mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner selain dapat
meningkatkan risiko terkena serangan jantung.
 Olahraga Teratur
Lakukan olahraga kardio, seperti jogging, berjalan kaki, renang, ataupun
bersepeda. Jenis olahraga tersebut dapat menguatkan kerja otot jantung dan
melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh.
 Konsumsi Antioksidan
Radikal bebas yang berasal dari polusi udara, asap rokok, dan asap kendaraan
bermotor dapat menyebabkan endapan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan penyumbatan. 
Radikal bebas dalam tubuh dapat dihilangkan lewat konsumsi antioksidan, di
mana antioksidan bekerja menangkap radikal bebas dalam tubuh dan
membuangnya. Antioksidan bisa diperoleh dari berbagai macam sayuran dan
buah.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika keluarga atau kerabat mengalami satupun tanda atau gejala yang disebutkan
di atas, sebaiknya diskusikanlah dengan dokter. 
GAGAL GINJAL

Gagal ginjal merupakan kondisi di mana satu atau kedua ginjal tidak dapat lagi
berfungsi dengan baik. Terkadang, gagal ginjal bersifat sementara dan muncul
dengan cepat. Namun di lain waktu, gagal ginjal juga dapat menjadi kondisi
kronis yang akan memburuk secara perlahan dalam waktu yang lama. Oleh
karena itu, gagal ginjal dapat dibedakan menjadi dua jenis utama, yakni gagal
ginjal kronis dan akut.
Perlu diingat bahwa ginjal merupakan sepasang organ yang terletak di daerah
punggung bawah tubuh. Organ tersebut memiliki beberapa fungsi penting pada
tubuh. Salah satunya seperti membuang racun atau limbah dari tubuh. 
Racun tersebut nantinya akan masuk ke kandung kemih dan dibuang ketika
seseorang buang air kecil. Jika ginjal kehilangan kemampuannya untuk
menyaring limbah atau racun dari darah, maka gagal ginjal akan terjadi. 
Penyebab Gagal Ginjal
Mayoritas gagal ginjal akut terjadi karena berkurangnya aliran darah ke ginjal.
Berikut ini beberapa hal yang bisa menurunkan aliran darah ke ginjal:

 Volume darah yang rendah.


 Jumlah darah yang dipompa jantung di bawah normal.
 Gangguan pada pembuluh darah.
 Pengaruh beberapa obat-obatan tertentu yang bisa mengganggu suplai
darah ke ginjal atau bahkan mengganggu ginjal. Contohnya, obat anti
inflmasi non-steroid (OAINS), obat untuk hipertensi, dan antibiotik
tertentu.
 Cairan pewarna, yang digunakan pada uji pencitraan tubuh dan sinar X.

Selain karena berkurangnya aliran darah ke ginjal, gagal ginjal akut juga bisa
dipicu oleh dua penyebab, yaitu:

 Tersumbatnya saluran urine.


 Kerusakan langsung di ginjal.
Faktor Risiko Gagal Ginjal
Ada beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko terkena gagal ginjal akut,
yaitu: 

 Memiliki risiko tinggi menderita sumbatan saluran urine.


 Mengidap diabetes.
 Mengidap penyakit hati.
 Pembuluh darah pada lengan dan kaki tersumbat.
 Terkena infeksi parah.
 Mengalami dehidrasi.
 Berusia 65 tahun atau lebih.
 Sedang dalam perawatan intensif di rumah sakit.

Gejala Gagal Ginjal


Pada fase awal, gagal ginjal seringkali tidak menunjukkan gejala apa pun dan
hanya bisa dideteksi melalui uji laboratorium. Namun, penyakit ini bisa
berkembang dengan sangat cepat sehingga membuat pengidapnya mengalami
beberapa gejala, seperti: 

 Berkurangnya produksi urine.


 Linglung atau kebingungan.
 Mual dan muntah.
 Sesak napas.
 Penumpukan cairan dalam tubuh atau edema.
 Kelelahan.
 Dehidrasi.
 Sakit di bagian dada.
 Nyeri punggung.
 Sakit perut.
 Tingginya tekanan darah atau hipertensi.
 Gangguan tidur.

Di samping itu, perlu diingat bahwa gagal ginjal dapat menyebabkan gejala
yang bervariasi pada setiap orang. Gejala yang muncul akan tergantung dari
tingkat keparahan pengidapnya. 
Diagnosis Gagal Ginjal 
Dokter akan menggunakan berbagai tes untuk mengukur fungsi ginjal dan
mendiagnosis gagal ginjal. Jika dokter mencurigai seseorang berisiko
mengalami gagal ginjal, maka dokter akan merekomendasikan beberapa
pemeriksaan seperti:  

 Tes darah, yang dapat menunjukkan seberapa baik ginjal membuang


limbah dari darah.
 Pencitraan lanjutan, yang dapat menunjukkan kelainan atau gangguan
ginjal (penyumbatan).
 Tes urin, yang mengukur jumlah urin atau zat tertentu dalam urine,
seperti protein atau darah.

Pengobatan Gagal Ginjal


Umumnya pengidap gagal ginjal akut menjalani perawatan di rumah sakit.
Namun jika gejalanya sudah membaik, mereka diperbolehkan untuk melakukan
rawat jalan dengan beberapa ketentuan berikut ini:

 Tetap dianjurkan agar pasien berkonsultasi dengan dokter ahli urologi


dan ahli ginjal.
 Mengobati infeksi yang menjadi penyebab gagal ginjal akut.
 Memperbanyak konsumsi air mineral untuk menghindari dehidrasi.
 Melakukan tes darah untuk memonitor tingkat kreatinin dan garam.
 Menghentikan pengobatan apa pun yang berisiko menyebabkan gagal
ginjal akut.

Pengidap gagal ginjal sebaiknya menjalani perawatan di rumah sakit apabila:

 Adanya risiko penyumbatan urine.


 Penyakit yang menyebabkan gagal ginjal akut membutuhkan pengobatan
segera.
 Kondisi pasien semakin parah.
 Pasien terkena komplikasi gagal ginjal akut.

Bagi orang yang mengalami gagal ginjal akut yang cukup parah, mungkin
diperlukan prosedur dialisis atau cuci darah, karena ginjal sudah bisa
menjalankan fungsinya seperti normal.
Komplikasi Gagal Ginjal 
Gagal ginjal dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, seperti:

 Anemia. Ketika ginjal tidak bekerja secara tidak optimal, tubuh berisiko


tidak dapat membuat sel darah merah dengan baik. Akibatnya, pengidap
gagal ginjal rentan untuk mengalami anemia. 
 Kelemahan Tulang. Adanya kerusakan pada ginjal  dapat mengganggu
keseimbangan mineral seperti fosfor dan kalsium dalam tubuh.
Ketidakseimbangan tersebut dapat menyebabkan tulang melemah.
 Retensi Cairan. Jika ginjal tidak dapat menyaring air secara memadai
dari darah, pengidap gagal ginjal berisiko mengalami retensi cairan,
terutama di tubuh bagian bawah.
 Penyakit Jantung. Penyakit jantung dapat menyebabkan gagal ginjal,
dan gagal ginjal yang tidak mendapatkan perawatan tepat juga  bisa
menyebabkan penyakit jantung. 
 Hiperkalemia. Gagal ginjal dapat menyebabkan hiperkalemia, atau
peningkatan kadar kalium. Dalam kasus yang parah, hiperkalemia juga
dapat menyebabkan gagal jantung sebagai komplikasinya. 
 Asidosis Metabolik. Fungsi ginjal yang terganggu dapat menyebabkan
asidosis metabolik, di mana cairan tubuh pengidap gagal ginjal
mengandung terlalu banyak asam. Asidosis metabolik dapat
menyebabkan komplikasi seperti batu ginjal atau penyakit tulang.
 Komplikasi Sekunder. Banyak orang dengan gagal ginjal mengalami
beberapa komplikasi sekunder. Misalnya seperti depresi, gagal hati,
penumpukan cairan di paru-paru, kerusakan saraf, hingga infeksi kulit.

Pencegahan Gagal Ginjal


Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah gagal ginjal:

 Ikuti instruksi pada label ketika mengonsumsi obat bebas.


Contohnya, ibuprofen dan aspirin.
 Jika diresepkan obat oleh dokter, pastikan untuk mengonsumsi obat
sesuai dengan petunjuk. Jangan mengurangi atau melebihi dosis yang
diresepkan. 
 Berkonsultasilah dengan dokter untuk menangani gangguan ginjal. Ikuti
rekomendasi dokter untuk menjaga tubuh dari serangan penyakit yang
bisa memicu gagal ginjal. 
 Menjaga dan mengelola kondisi kesehatan saat ini. Contohnya seperti
pengidap diabetes yang perlu menjaga kadar gula darahnya tetap stabil. 
 Menjalani gaya hidup sehat. Melakukan latihan secara rutin, menjaga
pola makanan yang sehat, dan menghindari minuman beralkohol akan
membantu menurunkan risiko mengalami gagal ginjal.

Kapan Harus ke Dokter?


Jika kamu atau anggota keluargamu ada yang mengalami salah satu atau
sejumlah gejala gagal ginjal, segeralah periksakan diri ke dokter. Tujuannya
agar diagnosis dapat dilakukan, sehingga gejala yang dirasa dapat benar-benar
dipastikan penyebabnya. 

LUPUS
Penyakit lupus atau lupus eritematosus adalah penyakit autoimun kronis
yang bisa menyebabkan peradangan di beberapa bagian tubuh, seperti kulit, sendi,
ginjal, hingga otak. Lupus dapat dialami oleh siapa saja, tetapi lebih sering dialami
oleh wanita.
Pada kondisi normal, sistem imun akan melindungi tubuh dari infeksi atau
cedera. Akan tetapi, pada orang yang mengalami penyakit autoimun seperti
lupus, sistem imun justru menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh yang sehat.
Lupus terbagi dalam beberapa jenis, yaitu systemic lupus erythematosus (SLE),
lupus pada kulit (cutaneus lupus), lupus akibat obat (drug induced lupus), dan
lupus yang terjadi pada bayi baru lahir (neonatal lupus).

Penyebab dan Gejala Lupus
Penyebab lupus belum diketahui secara pasti. Kombinasi dari faktor genetik dan
lingkungan sering dikaitkan dengan terjadinya lupus. Beberapa pemicu
munculnya gejala lupus adalah paparan sinar matahari, penyakit infeksi, atau
obat-obatan tertentu.
Lupus dapat menyebabkan peradangan di berbagai organ dan bagian tubuh. Hal
ini menyebabkan gejala lupus bisa berbeda pada penderitanya. Meski begitu,
terdapat sejumlah gejala umum yang bisa terjadi, seperti nyeri dan kaku pada
sendi, lelah, ruam kulit, sensitif terhadap sinar matahari, dan penurunan berat
badan.

Pengobatan dan Pencegahan Lupus
Lupus tidak dapat disembuhkan. Pengobatan yang ada sebatas untuk meredakan
keluhan, mencegah munculnya gejala, dan menghambat perkembangan
penyakit. Metode pengobatannya bisa berupa pemberian obat-obatan, penerapan
pola hidup sehat, dan pengelolaan stres dengan cara yang positif.
Lupus juga tidak dapat dicegah. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk menurunkan risiko terkena lupus atau mencegah kambuhnya keluhan dan
gejala. Contohnya adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat, menghindari
pemicu lupus, dan melakukan kontrol kesehatan ke dokter secara berkala.

KANKER PARU-PARU
Kanker paru menjadi salah satu jenis kanker yang paling banyak terjadi di
Indonesia, baik pada pria maupun wanita, dan menjadi penyebab utama
kematian akibat kanker.
Kanker ini wajib untuk diwaspadai, terlebih Global Burden of Cancer Study
(Globocan) dari World Health Organization (WHO) mencatat kanker paru-paru
di Indonesia berada pada urutan ketiga dengan jumlah 34.783 kasus (8,8% dari
total kasus) pada tahun 2020. 
Sahabat MIKA, mari kenali lebih dalam mengenai kanker paru, ciri-cirinya,
pengobatan, hingga bagaimana cara deteksi dini pada artikel berikut ini. 

Apa itu kanker paru? 


Kanker paru adalah semua penyakit keganasan pada jaringan paru yang berasal
dari sel-sel di dalam paru-paru (primer) maupun keganasan dari luar paru
(metastasis).
Sebagian besar kanker yang juga disebut dengan karsinoma
bronkogenik memang berasal dari dalam organ paru. Lebih dari 90% kanker
paru-paru berawal dari bronki, atau saluran udara besar yang masuk ke paru-
paru. 
Kanker paru tidak hanya terjadi di paru-paru tetapi juga di rongga thorax alias
mediastinum yaitu rongga di antara kedua paru kanan kiri. 
Selain itu, kanker ini juga bisa berasal dari kanker di bagian tubuh lainnya yang
menyebar ke paru-paru.

Jenis-jenis kanker paru


Dua tipe utama dari jenis kanker ini adalah kanker paru sel kecil atau small cell
lung cancer (SCLC) dan non-small cell lung cancer (NSCLC). 
Berikut ini penjelasan terkait jenis kanker paru:

Non-small cell lung cancer (NSCLC)


Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil dapat menyerang perokok maupun
perokok pasif. Sekelompok kanker paru ini berperilaku sama, dengan gejala
batuk yang tidak sembuh, sesak napas, penurunan berat badan, atau batuk darah.

Ada beberapa tipe kanker NSCLC, diantaranya: 

 Karsinoma sel skuamosa (KSS): tergolong lambat tumbuh dengan gejalanya


seperti batuk yang tidak hilang dan sesak napas.
 Adenokarsinoma: jenis kanker NSCLC yang dialami oleh sekitar 40% dari
seluruh kasus kanker paru dan juga sering dialami oleh orang yang tidak
merokok. 
 Karsinoma sel besar (KSB): Diidap oleh 10% pasien kanker paru dengan
karakteristik yang tumbuh cepat, ditemukan di mana saja pada paru dan sulit
diobati. 
 Jenis lain yang jarang ditemukan 
Ketika Sahabat MIKA terdeteksi jenis NSCLC, pilihan pengobatan yang dapat
dilakukan yaitu bedah, radiasi, kemoterapi, dan terapi target.
Pengobatan yang dijalani akan sangat tergantung pada stadium penyakit, gejala
umum yang dialami, komorbiditas, hingga cost-effectiveness.  

Small cell lung cancer (SCLC) 


SCLC adalah penyakit di mana sel-sel ganas (kanker) terbentuk di jaringan
paru-paru. Faktor risiko yang paling utama dari jenis kanker SCLC adalah
merokok dengan tanda utama berupa batuk dan sesak napas. 
Tes dan prosedur yang memeriksa paru-paru digunakan untuk mendiagnosis
dan stadium kanker paru-paru sel kecil.
Untuk jenis Kanker Paru jenis Karsinoma Sel Kecil (KPKSK), terdapat dua
kelompok umum, yaitu: 

 Stadium terbatas (limited stage disease/LD)


 Stadium lanjut (extensive stage disease/ED)

Apa benar pria lebih sering terkena kanker paru?


Faktor risiko laki-laki lebih dari 50 tahun dengan riwayat merokok yang kuat.
Meski begitu, kanker paru dapat disebabkan oleh mutasi genetik sehingga
pasien perempuan atau pasien yang tidak merokok (perokok pasif) juga bisa
terkena penyakit ini. 
Selain itu, kanker paru-paru juga bisa terjadi pada orang yang sering terpapar
zat kimia di lingkungan kerjanya.  

Ada sejumlah faktor lainnya yang memicu peningatan risiko kanker paru,
diantaranya:

 Riwayat anggota keluarga


 Tercemar zat kimia berbahaya dari lingkungan maupun tempat kerja
 Sering terpapar polusi udara
 Pernah menjalani radioterapi

Penyebab kanker paru


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kebiasaan yang dapat memicu
penyakit kanker paru paru adalah merokok. Bahkan, sekitar 90% kasus kanker
paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita disebabkan oleh asap rokok. 
Jika Anda merupakan perokok aktif yang kuat, maka semakin besar risiko untuk
menderita kanker paru-paru.
Hanya sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10-15% pada pria dan 5% pada
wanita), disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja.
Penyebab lainnya yaitu paparan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil
eter, gas mustard dan pancaran oven arang di lingkungan kerja, meskipun
biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok.
Sementara itu, paparan polusi udara sebagai penyebab kanker paru-paru, masih
belum ditemukan secara pasti. 
Kemudian, sejumlah pasien kanker paru-paru juga memiliki riwayat  adanya
pemaparan oleh gas radon di rumah tangga.
Terkadang, kanker paru (terutama adenokarsinoma) terjadi pada orang yang
paru-parunya telah memiliki jaringan parut karena penyakit paru-paru lainnya,
seperti tuberkulosis dan fibrosis.

Gejala kanker paru-paru


Gejala umum yang hampir mirip yaitu batuk, nyeri dada, dan juga sesak napas. 
Selain itu, gejala kanker paru-paru tergantung kepada jenis, lokasi dan cara
penyebarannya. 

Berikut ini beberapa gejala umum yang dialami oleh pasien kanker paru adalah
sebagai berikut: 

 Batuk menetap atau terus-menerus  


 Muncul bunyi mengi atau kondisi suara yang mengeluarkan nada tinggi yang
terdengar saat sedang bernapas. 
 Kerusakan juga bisa terjadi pada saraf pita suara sehingga suara pasien bisa
menjadi serak.
 Nyeri dada, punggung, sampai bahu. Seringkali, nyeri dada ini juga disertai
rasa sesak di dada. Ketika tumor tumbuh ke dalam dinding dada, maka hal ini
akan menyebabkan nyeri dada yang menetap.
 Hilangnya nafsu makan sehingga memicu penurunan berat badan. Apalagi jika
penderita sudah mengalami gangguan menelan karena kanker sudah tumbuh
secara langsung ke dalam atau di dekat kerongkongan. 
 Rasa lelah berlebihan, sekalipun Sahabat MIKA hanya melakukan aktivitas
biasa.
 Sesak napas adalah gejala kanker paru-paru stadium awal yang disebabkan
karena penimbunan cairan di sekitar paru-paru (efusi pleura). Sesak akan
terasa semakin hebat ketika kanker sudah menyebar di dalam paru-paru.
 Rasa sakit di seluruh tubuh, dimulai dari kepala dan lengan, hingga
mengganggu keseimbangan, lengan mati rasa dan lemah. 
 Memicu terjadinya Sindroma Horner dengan gejala tambahan yaitu mata
cekung, penutupan kelopak mata, pupil yang kecil, dan berkurangnya keringat
di salah satu sisi wajah.
 Kanker paru-paru bisa tumbuh ke dalam jantung dan menyebabkan irama
jantung yang abnormal, hingga pembesaran jantung. 

Cara diagnosa kanker paru


Jika seseorang, terutama perokok dengan usia lebih dari 50 tahun, mengalami
batuk yang menetap atau gejala paru-paru lainnya, maka terdapat kemungkinan
terjadinya kanker paru-paru. 
Diagnosis dini cenderung sulit untuk dilakukan karena gejala bisa timbul
sebelum terjadi kelainan pada paru-paru. Pada stadium awal, terutama pada
karsinoma sel kecil, kanker paru-paru bisa menyebar melalui aliran darah
menuju ke hati, otak, kelenjar adrenal dan tulang. 
Jika ini yang terjadi, Sahabat MIKA bisa mengalami sejumlah gejala seperti
nyeri tulang, gagal hati, kebingungan, dan kejang yang bisa timbul sebelum
terjadinya berbagai kelainan paru-paru. 
Seseorang yang tidak menunjukan gejala apapun, bisa saja terkena kanker paru-
paru ketika ditemukannya bayangan pada rontgen dada.
Dokter bisa meminta pasien dengan gejala kanker paru untuk melakukan pilihan
dari pemeriksaan berikut ini: 

 Rontgen dada: bisa menemukan sebagian besar tumor paru-paru, meskipun


tidak semua bayangan yang terlihat merupakan kanker.
 Sitologi dahak: pemeriksaan mikroskopik dari contoh jaringan, yang kadang
berasal dari dahak penderita. Bronkoskopi diperlukan untuk memeroleh
jaringan yang diperlukan.
 CT scan perut dan otak: bisa menunjukkan bayangan kecil yang tidak tampak
pada foto rontgen dada dan bisa menunjukkan adanya pembesaran kelenjar
getah bening. CT scan juga diperlukan untuk mengetahui adanya penyebaran
ke hati, kelenjar adrenal atau otak, dilakukan 
 Screening tulang: untuk mengetahui penyebaran ke tulang  
 Biopsi sumsum tulang, karena karsinoma sel kecil cenderung menyebar ke
sumsum tulang

Cara mengobati kanker paru


Lalu, apakah kanker paru paru bisa sembuh? Sekitar 25-40% penderita tumor
yang terisolasi dan tumbuh secara perlahan, memiliki harapan hidup sampai 5
tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. 
Penderita ini harus melakukan pemeriksaan rutin karena kanker paru-paru
kambuh kembali pada 6-12% penderita yang telah menjalani pembedahan.
Artinya, Sahabat MIKA yang terdiagnosis kanker paru masih bisa sembuh jika
mendapatkan penanganan yang tepat dan penyakit sudah terdeteksi lebih dini. 
Adapun pilihan pengobatan kanker paru-paru diantaranya:

Pembedahan atau Operasi


Pada beberapa pasien, maka diperlukan pembedahan pada kanker selain
karsinoma sel kecil yang belum menyebar. 
Sekitar 10-35% kanker bisa diangkat melalui pembedahan, tetapi pembedahan
tidak selalu membawa kesembuhan.
Sebelum Anda melalui proses operasi, diperlukan tes fungsi paru-paru.
Tujuannya untuk menentukan apakah paru-paru yang tersisa masih bisa
menjalankan fungsinya dengan baik atau tidak. 
Jika ternyata hasilnya buruk, maka pembedahan tidak mungkin dilakukan.
Selain itu, pembedahan juga tidak perlu dilakukan apabila:  

 Kanker telah menyebar keluar paru-paru 


 Kanker terlalu dekat dengan trakea 
 Memiliki keadaan yang serius, seperti sakit paru-paru yang hebat dan penyakit
jantung.

Terapi penyinaran
Metode penyembuhan kanker berikutnya yaitu dengan terapi penyinaran. Jenis
pengobatan ini dilakukan apabila pasien tidak dapat menjalani pembedahan
karena memiliki penyakit lain atau keadaan yang serius. 
Terapi penyinaran ini bukan untuk penyembuhan melainkan untuk
memperlambat pertumbuhan kanker. Selain itu, terapi ini dipilih untuk
mengurangi nyeri otot, penekanan saraf tulang belakang, dan sindroma vena
kava superior.
Namun, ada beberapa efek samping dari pilihan metode terapi penyinaran, yaitu
menyebabkan peradang paru-paru (pneumonitis karena penyinaran), dengan
gejala berupa batuk, sesak nafas dan demam. 

Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan ketika kanker, terutana karsinoma sel kecil telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya, sehingga tidak memungkinkan untuk
dilakukan pembedahan. 
Terkadang, kemoterapi ini disetai terapi penyinaran.
Penderita kanker paru-paru banyak yang mengalami penurunan fungsi paru-
paru. Sahabat MIKA bisa mengurangi efek samping gangguan pernafasan
dengan melakukan terapi oksigen dan pemberian obat yang melebarkan saluran
udara (bronkodilator).

Deteksi kanker paru dengan Medical Check Up di Mitra Keluarga  


Paru-paru merupakan organ yang memiliki fungsi penting pada sistem
pernapasan yang harus dijaga kesehatannya. Sayangnya, penyakit kanker paru
tidak ada screening layaknya pap smear yang bisa mendeteksi adanya kanker
serviks. 
Hal ini  membuat banyak pasien kanker paru baru menemukan dirinya terkena
di stadium akhir dengan kondisi batuk darah, nyeri dada hebat, dan sesak
napas.  Apalagi kanker paru stadium 1-2 biasanya tidak memiliki gejala. 
Maka dari itulah, disarankan melakukan Medical Check Up secara rutin atau CT
Scan dengan dosis kecil 6 bulan sekali. 
Dapatkan harga spesial untuk Medical Check Up di Mitra Keluarga terdekat
yang ada di wilayahmu.
KANKER PAYUDARA

Kanker payudara adalah suatu jenis tumor ganas yang berkembang pada sel-sel
payudara. Kanker ini dapat tumbuh jika terjadi pertumbuhan yang abnormal
dari sel-sel pada payudara. Sel-sel tersebut membelah diri lebih cepat dari sel
normal dan berakumulasi, yang kemudian membentuk benjolan atau massa.
Pada stadium yang lebih parah, sel-sel abnormal ini dapat menyebar melalui
kelenjar getah bening ke organ tubuh lainnya.
Ada beberapa jenis yang terbagi menjadi dua tipe yang berbeda,
yaitu invasive dan non-invasive. Kanker payudara invasive terjadi ketika sel
kanker telah menyebar ke bagian lain payudara. Sedangkan kanker
payudara non-invasive, merupakan kondisi sel kanker belum menyebar dari
jaringan aslinya. 
Ada beberapa jenis kanker payudara yang sering terjadi:
 Ductal Carcinoma In Situ;
 Lobular Carnicoma In Situ;
 Invasive Ductal Carcinoma; dan
 Invasive Lobular Carcinoma.

Sementara itu, beberapa jenis yang jarang terjadi adalah paget disease of the
breast, angiosarcoma, hingga phyllodes tumor. Mengetahui jenis kanker
payudara yang kamu alami adalah hal yang cukup penting. Hal ini akan
menentukan pengobatan dan perawatan yang perlu kamu lakukan untuk
mengatasi penyakit ini.
Penyebab Kanker Payudara
Kanker payudara terjadi akibat pertumbuhan abnormal dari sel-sel pada
payudara. Pertumbuhan abnormal tersebut diduga disebabkan oleh mutasi gen
yang diturunkan secara genetik.
Sejumlah gen bermutasi yang diturunkan yang dapat meningkatkan
kemungkinan kondisi ini telah diidentifikasi. Yang paling terkenal adalah gen
kanker payudara 1 (BRCA1) dan gen kanker payudara 2 (BRCA2), keduanya
secara signifikan meningkatkan risiko penyakit ini dan ovarium. 

Faktor Risiko Kanker Payudara


Selain itu, terdapat beberapa faktor risiko yang diduga menjadi pemicu kondisi
ini, yaitu:

 Jenis kelamin wanita jauh lebih tinggi dibandingkan pria.


 Usia yang bertambah, paling banyak pada usia di atas 50 tahun.
 Belum pernah hamil sebelumnya.
 Memiliki payudara yang padat dengan jaringan ikat yang lebih banyak
daripada jaringan ikat.
 Mulai menopause pada usia lebih tua, yaitu setelah usia 55 tahun.
 Mulai menstruasi sebelum usia 12 tahun.
 Penggunaan alat kontrasepsi hormon dan terapi hormon setelah
menopause.
 Riwayat kanker payudara pada diri sendiri pada salah satu payudara.
 Riwayat kanker payudara pada nenek, ibu, tante, adik, kakak, atau anak
sekandung.
 Pernah terpapar dengan radiasi.
 Kebiasaan merokok atau minum minuman beralkohol.
 Kelebihan berat badan atau obesitas.

Gejala Kanker Payudara


Pada stadium dini, penyakit ini dapat tidak menunjukkan gejala tertentu. Oleh
karena itu, sangat penting untuk melakukan SADARI atau periksa payudara
sendiri setiap bulan, 10 hari setelah masa haid berakhir. Raba dengan teliti
searah jarum jam payudara untuk mendeteksi adanya benjolan atau perubahan
pada payudara. 
Beberapa gejala kanker payudara yang bisa dialami pengidapnya, yaitu: 

 Benjolan atau pengerasan pada payudara yang berbeda dari jaringan


sekitar.
 Darah keluar dari puting payudara.
 Kemerahan atau pembesaran pori-pori kulit payudara yang menyerupai
kulit jeruk.
 Nyeri dan pembengkakan pada payudara.
 Pengelupasan kulit di sekitar puting payudara.
 Perubahan pada kulit payudara, seperti cekungan.
 Perubahan ukuran, bentuk, atau tampilan dari payudara.
 Puting tertarik masuk (retraksi atau inversi) ke dalam.
 Benjolan atau pembengkakan di bawah ketiak.

Diagnosis Kanker Payudara


Dokter akan melakukan diagnosis dengan melakukan wawancara medis
lengkap. Dokter juga akan melalukan pemeriksaan fisik langsung untuk
mendeteksi perubahan pada payudara serta kelenjar getah bening pada ketiak,
serta pemeriksaan penunjang seperti:

 Mammogram atau foto payudara, untuk mendeteksi kelainan pada


payudara.
 Ultrasonografi (USG) payudara, untuk menentukan benjolan payudara
berupa massa padat atau kista yang berisi cairan.
 Biopsi dengan pengambilan sampel jaringan, untuk diperiksa di
laboratorium dan menentukan sel yang diperiksa bersifat jinak atau ganas.
 Computerized Tomography scan (CT scan) dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI), untuk menentukan ukuran serta penyebaran dari kanker
payudara.

Pengobatan Kanker Payudara


Penanganan untuk penyakit ini bergantung pada jenis kanker yang
dialami, stadium kanker, ukuran massa, serta sensitivitas sel kanker terhadap
hormon. Dokter akan menentukan terapi yang paling sesuai dengan keadaan
penderita berdasarkan hal-hal tersebut. Beberapa pilihan pengobatan pada
kanker payudara, antara lain:

 Pembedahan, yang meliputi pengangkatan kanker atau benjolan


(lumpektomi), pengangkatan seluruh payudara (mastektomi),
pengangkatan jumlah terbatas dari kelenjar limfe (sentinel node biopsy),
atau pengangkatan beberapa kelenjar limfe (axillary lymph node
dissection).
 Radioterapi, yang dilakukan dengan menggunakan energi sinar X dan
proton untuk mematikan sel-sel kanker.
 Kemoterapi, yang dilakukan dengan menggunakan obat-obatan tertentu
untuk mematikan sel kanker.
 Terapi hormonal, untuk menghalangi sel kanker untuk mendapatkan
hormon yang mereka butuhkan untuk tumbuh.
 Terapi biologis, bekerja dengan sistem kekebalan tubuh pengidap untuk
membantu melawan sel kanker, atau untuk mengontrol efek samping dari
perawatan kanker lainnya.
 Terapi Radiasi, menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh
sel kanker.

Umumnya, pengidap akan menjalani prosedur pembedahan untuk kanker


payudara dan mendapatkan penanganan lain sebelum dan/atau sesudah
pembedahan, seperti kemoterapi, terapi hormonal, atau terapi radiasi.
Komplikasi Kanker Payudara
Komplikasi kanker payudara biasanya terjadi akibat pengobatan yang diberikan,
baik kemoterapi, radiasi, terapi hormonal, maupun pembedahan. 
Komplikasi pembedahan antara lain:
 Infeksi.
 Rasa sakit.
 Berdarah.
 Jaringan parut permanen.
 Perubahan atau hilangnya sensasi di area dada dan payudara yang
direkonstruksi. 

Sementara kemoterapi bisa menyebabkan komplikasi berupa mual/ muntah,


rambut rontok, kehilangan memori, vagina kering, gejala menopause atau
masalah kesuburan, dan sakit saraf. 
Sedangkan komplikasi terapi hormonal meliputi hot flash, keputihan kering,
kelelahan, mual dan impotensi pada pengidap kanker payudara pria. Ada juga
komplikasi akibat radioterapi, antara lain nyeri dan perubahan kulit, kelelahan,
mual, rambut rontok, masalah jantung dan paru-paru, sakit saraf.
Pencegahan Kanker Payudara
Beberapa upaya pencegahan kanker payudara, antara lain:

 Berolahraga secara rutin.


 Cukup istirahat.
 Menyusui anak hingga berusia dua tahun.
 Pemeriksaan rutin dan teliti dengan SADARI.
 Pengelolaan stres yang baik.
 Pola makan gizi seimbang.
 Tidak merokok atau minum minuman beralkohol.

Kapan Harus ke Dokter?


Jika mengalami benjolan, pembengkakan, atau perubahan pada payudara, yang
sebelumnya tidak pernah ditemukan, segera periksakan diri ke dokter spesialis
onkologi untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.
KANKER SERVIKS

Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim. Kanker ini


umumnya berkembang perlahan dan baru menunjukkan gejala ketika sudah
memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penting untuk mendeteksi kanker serviks
sejak dini sebelum timbul komplikasi serius.
Serviks atau leher rahim adalah bagian rahim yang terhubung ke vagina.
Fungsinya adalah untuk memproduksi lendir yang membantu menyalurkan
sperma dari vagina ke rahim saat berhubungan seksual. Serviks juga berfungsi
melindungi rahim dari bakteri dan benda asing dari luar.

Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang
paling sering terjadi pada wanita. Berdasarkan penelitian pada tahun 2020, ada
lebih dari 600.000 kasus kanker serviks dengan 342.000 kematian di seluruh
dunia.
Di Indonesia, kanker serviks menempati peringkat kedua setelah kanker
payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak terjadi dari seluruh kasus
kanker pada tahun 2020. Tercatat ada lebih dari 36.000 kasus dan 21.000
kematian akibat kanker ini.
Jenis Kanker Serviks
Kanker serviks terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

 Karsinoma sel skuamosa (KSS)


Karsinoma sel skuamosa adalah jenis kanker serviks yang paling sering
terjadi. KSS bermula di sel skuamosa serviks, yaitu sel yang melapisi
bagian luar leher rahim.
 Adenokarsinoma
Adenokarsinoma adalah jenis kanker serviks yang bermula di sel kelenjar
pada saluran leher rahim.

Meski jarang terjadi, kedua jenis kanker serviks di atas dapat terjadi secara
bersamaan. Kanker serviks juga bisa terjadi pada sel leher rahim selain sel
skuamosa atau sel kelenjar, tetapi hal ini sangat jarang terjadi.

Penyebab Kanker Serviks


Kanker serviks terjadi ketika sel-sel yang sehat mengalami perubahan atau
mutasi. Mutasi ini menyebabkan sel-sel tersebut tumbuh tidak normal dan tidak
terkendali sehingga membentuk sel kanker.
Belum diketahui apa yang menyebabkan perubahan pada gen sel-sel tersebut.
Namun, kondisi ini diketahui terkait dengan infeksi human papilloma
virus (HPV), yang bisa menular melalui hubungan seksual.

Angka Harapan Hidup


Angka harapan hidup pada penderita kanker serviks tergantung pada stadium
yang dialaminya. Angka ini merupakan gambaran persentase penderita yang
masih hidup 5 tahun setelah didiagnosis menderita kanker serviks.
Sebagai contoh, angka harapan hidup 80% berarti 80 dari 100 penderita
bertahan hidup hingga 5 tahun atau lebih setelah terdiagnosis kanker serviks.
Berikut adalah angka harapan hidup pada penderita kanker serviks berdasarkan
stadium yang dialami:

 Stadium 1: 90% atau lebih


 Stadium 2: 60–80%
 Stadium 3: 50%
 Stadium 4: ≤30%

Pengobatan dan Pencegahan Kanker Serviks


Pengobatan kanker serviks tergantung pada stadium kanker yang dialami pasien
dan kondisi kesehatannya. Tindakan yang dilakukan dokter meliputi
kemoterapi, radioterapi, bedah, atau kombinasi dari ketiganya.
Peluang penderita kanker serviks untuk sembuh akan lebih besar jika kondisi ini
terdeteksi sejak dini. Oleh sebab itu, setiap wanita disarankan untuk
menjalani skrining kanker serviks secara berkala sejak usia 21 tahun atau sejak
menikah.
Selain itu, pencegahan infeksi HPV yang dapat memicu kanker ini juga dapat
dilakukan dengan menjalani vaksinasi kanker serviks sejak usia 10 tahun.
PENYAKIT ASAM LAMBUNG

Penyakit asam lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD)


adalah munculnya rasa terbakar di dada akibat asam lambung naik ke
kerongkongan. Gejala penyakit asam lambung muncul minimal dua kali dalam
seminggu.
Asam lambung naik atau penyakit asam lambung bisa dialami oleh orang
dewasa atau anak-anak. Gejala penyakit pada lambung ini sering diduga sebagai
serangan jantung atau penyakit jantung koroner, karena gejalanya yang hampir
mirip dengan nyeri dada.

Meski tidak mematikan seperti serangan jantung, penyakit asam lambung atau
GERD perlu ditangani agar tidak menimbulkan komplikasi.

Penyebab dan Gejala Penyakit Asam Lambung


Penyakit asam lambung terjadi ketika otot kerongkongan bagian bawah (otot
LES) melemah. Otot ini seharusnya berkontraksi dan menutup saluran ke
kerongkongan setelah makanan turun ke lambung. Bila otot ini lemah,
kerongkongan akan tetap terbuka dan asam lambung akan naik kembali ke
kerongkongan.
Kondisi ini berisiko terjadi pada orang lanjut usia (lansia), penderita obesitas,
dan ibu hamil.
Gejala utama dari asam lambung naik adalah rasa seperti terbakar di dada
(heartburn), yang bisa memburuk setelah makan atau saat berbaring. Gejala ini
dapat disertai dengan keluhan gangguan pencernaan lainnya, seperti sering
bersendawa, mual dan muntah, maag dan sesak napas, serta mulut terasa asam.
Periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut.

Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Asam Lambung


GERD dapat diatasi dengan mengubah perilaku sehari-hari, seperti menurunkan
berat badan, tidak langsung berbaring setelah makan, menjauhi makanan
tertentu, termasuk buah yang asam, dan berhenti merokok. Beberapa tanaman
herbal, seperti jahe, juga diklaim bermanfaat untuk mengatasi penyakit asam
lambung.
Dokter juga dapat memberikan obat untuk mengatasi penyakit asam lambung
dan meredakan maag akibat asam lambung. Jika cara tersebut belum dapat
mengatasi penyakit asam lambung, operasi dapat dilakukan.
Pengobatan asam lambung memerlukan biaya tidak sedikit. Oleh karena itu,
memiliki asuransi kesehatan bisa menjadi solusi praktis untuk menghemat
kemungkinan biaya pengobatan kondisi saat ini atau nanti.
Penyakit asam lambung dapat dicegah dengan tidak segera berbaring setelah
makan, menghindari konsumsi makanan yang pedas dan asam, serta
menerapkan jadwal makan yang teratur. Selain itu, penyakit ini juga dapat
dicegah dengan berhenti minum minuman berkafein, seperti kopi, serta
minuman beralkohol.
PENYAKIT ASAM LAMBUNG

Penyakit asam urat merupakan kondisi yang dapat menyebabkan gejala nyeri
yang tak tertahankan, pembengkakan, serta adanya rasa panas di area
persendian. Semua sendi di tubuh berisiko terkena asam urat, tetapi sendi yang
paling sering terserang adalah jari tangan, lutut, pergelangan kaki, dan jari kaki.
Umumnya, penyakit asam urat dapat lebih mudah menyerang pria, khususnya
mereka yang berusia di atas 30 tahun.
Pada wanita, penyakit asam urat ini dapat muncul setelah terkena menopause.
Rasa sakit yang dialami pengidap asam urat dapat berlangsung selama rentang
waktu 3-10 hari, dengan perkembangan gejala yang begitu cepat dalam
beberapa jam pertama. Sering kali orang salah kaprah dan menyamakan
penyakit asam urat dengan rematik. Padahal, rematik adalah istilah yang
menggambarkan rasa sakit pada persendian atau otot yang mengalami
peradangan.
Penyebab Penyakit Asam Urat 
Secara alamiah, asam urat merupakan senyawa yang diproduksi oleh tubuh
untuk mengurai purin. Purin merupakan zat alami yang memiliki beberapa
fungsi penting bagi tubuh. Mulai dari mengatur pertumbuhan sel hingga
menyediakan energi. Nantinya, ketika sudah selesai digunakan tubuh, asam urat
akan dibuang melalui urine. 
Namun, terkadang tubuh dapat menghasilkan terlalu banyak asam urat atau
ginjal mengalami gangguan sehingga mengeluarkan terlalu sedikit asam urat.
Ketika ini terjadi, asam urat dapat menumpuk, membentuk kristal urat tajam
seperti jarum di sendi atau jaringan di sekitarnya yang menyebabkan rasa sakit,
peradangan, dan pembengkakan.
Faktor Risiko Penyakit Asam Urat
Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu peningkatan kadar asam urat
dalam darah seseorang, antara lain:

 Pola makan. Mengonsusmi daging merah dan kerang secara berlebihan,


terutama sumber makanan yang mengandung banyak purin, dapat
memicu penyakit asam urat. Selain itu, minum minuman manis dengan
fruktosa juga dapat meningkatkan kadar asam urat, termasuk alkohol, 
 Berat badan berlebih. Jika kamu memiliki kelebihan berat badan, maka
tubuh memproduksi lebih banyak asam urat. Sementara itu, ginjal
menjadi lebih sulit menghilangkan asam urat dari tubuh.
 Riwayat medis. Penyakit dan kondisi medis tertentu dapat meningkatkan
risiko asam urat. Seperti, tekanan darah tinggi yang tidak diobati,
diabetes, obesitas, sindrom metabolik, dan penyakit jantung dan ginjal.
 Mengonsumsi obat-obatan tertentu. Mengonsumsi beberapa obat-obata
tertentu juga dapat meningkatkan kadar asam urat. Contohnya, beberapa
obat yang digunakan untuk mengontrol hipertensi dan obat yang
diresepkan untuk orang yang menjalani transplantasi organ.
 Riwayat keluarga. Jika kamu memiliki anggota keluarga yang mengidap
penyakit asam urat, kemungkinan besar kamu juga akan terkena.
 Usia dan jenis kelamin. Penyakit asam urat lebih sering terjadi pada pria
dibandingkan wanita. Namun, setelah menopause, kadar asam urat pada
wanita bisa mendekati pria. Sementara itu, pria juga lebih mungkin
terkena asam urat lebih awal, yaitu antara usia 30 hingga 50 tahun.
Sedangkan wanita lebih mungkin mengalami asam urat setelah
menopause.
 Baru saja menjalani operasi. Mengalami operasi atau trauma yang baru
terjadi kadang dapat memicu serangan asam urat.

Gejala Penyakit Asam Urat 


Ada beberapa gejala penyakit asam urat yang umum terjadi, di antaranya:

 Nyeri sendi yang intens. Penyakit asam urat biasanya mempengaruhi


jempol kaki, tapi bisa terjadi di bagian sendi manapun. Sendi lain yang
sering terkena yaitu pergelangan kaki, lutut, siku, pergelangan tangan,
dan jari. Rasa sakit yang paling parah terjadi dalam empat hingga 12 jam
pertama serangan penyakit asam urat.
 Rasa tidak nyaman dalam jangka panjang. Setelah rasa sakit yang paling
parah mereda, rasa tidak nyaman pada sendi dapat terjadi lagi dalam
beberapa hari hingga beberapa minggu kemudian. Serangan selanjutnya
cenderung bertahan lebih lama dan memengaruhi lebih banyak
persendian. 
 Peradangan dan kemerahan. Sendi yang terkena bisa membengkak, terasa
lunak, hangat, dan tampak merah. 
 Rentang gerak terbatas. Saat asam urat berkembang, kamu mungkin tidak
dapat menggerakan persendian secara normal.

Sakit lutut nyatanya juga bisa menjadi pertanda penyakit ini, baca selengkapnya
di tulisan ini: Sakit Lutut Tiba-tiba, Waspada Terjangkit Asam Urat.
Diagnosis Penyakit Asam Urat
Untuk memastikan apakah gejala tertentu merupakan indikasi penyakit asam
urat atau bukan, dokter akan melakukan beberapa langkah diagnosis. Dokter
mungkin akan melakukan beberapa hal, seperti menanyakan riwayat penyakit
pasien, seberapa sering gejala muncul, dan memeriksa lokasi sendi yang sakit.
Selain itu, ada juga pemeriksaan lanjutan yang akan dilakukan untuk
memastikan diagnosis, antara lain:

 Tes darah. Tes ini ditujukan untuk mengukur kadar asam urat dan
kreatinin dalam darah. Orang yang mengidap asam urat memiliki
kreatinin hingga 7 mg/dL. Namun, tes ini tidak selalu memastikan
penyakit asam urat, karena beberapa orang diketahui memiliki kadar
asam urat tinggi, tetapi tidak mengidap penyakitnya.
 Tes urine 24 jam. Prosedur ini dilakukan dengan memeriksa kadar asam
urat dalam urine yang dikeluarkan pasien selama 24 jam terakhir.
 Tes cairan sendi. Prosedur ini akan mengambil cairan sinovial pada
sendi yang terasa sakit, kemudian akan diperiksa di bawah mikroskop.
 Tes pencitraan. Pemeriksaan foto rontgen akan dilakukan guna
mengetahui penyebab radang pada sendi. Sementara itu, USG juga bisa
dilakukan untuk mendeteksi kristal asam urat pada sendi.

Pengobatan Penyakit Asam Urat 


Pengobatan penyakit ini dilakukan dengan pemberian obat. Namun, pemberian
obat asam urat ini akan disesuaikan dengan tingkat keparahannya. Obat-obatan
yang diberikan berfungsi untuk meredakan nyeri sekaligus mencegah serangan
asam urat di masa mendatang. Obat-obatan untuk meredakan nyeri asam urat
antara lain:

 Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti aspirin (Bufferin),


ibuprofen (Advil, Motrin), dan naproxen (Aleve).
 Colchicine (Colcrys, Mitigare).
 Kortikosteroid.
Sementara itu, obat-obatan yang berfungsi untuk mencegah serangan asam urat
meliputi:

 Inhibitor xanthine oksidase, seperti allopurinol (Lopurin, Zyloprim) dan


febuxostat (Uloric). 
 Probenesid (Probalan). 

Selain penggunaan obat-obatan, dokter juga akan merekomendasikan perubahan


gaya hidup. Hal ini bertujuan untuk membantu mengelola gejala asam urat
sekaligus mengurangi risiko serangan asam urat di masa depan. Berikut adalah
beberapa perubahan gaya hidup tersebut: 

 Kurangi asupan alkohol. 


 Menurunkan berat badan, jika kamu kelebihan berat badan. 
 Berhenti merokok, jika kamu merupakan perokok.

Selain perubahan gaya hidup, ada beberapa pantangan yang harus diketahui
pengidap asam urat.
“Pengidap penyakit asam urat perlu lebih memperhatikan makanan, karena
makanan tertentu dapat memicu gejala asam urat. Beberapa makanan
pantangannya yaitu daging merah dan daging olahan, alkohol, serta
makanan dan minuman manis.”
Pengidap penyakit asam urat disarankan cermat dalam memilih makanan.
Sebab, beberapa makanan dapat memicu kelebihan asam urat, yang
menyebabkan penumpukan cairan di sekitar persendian. Akibatnya, gejala
asam urat muncul. 
Penumpukan cairan di sekitar persendian dapat menyebabkan kristal asam
urat. Kemudian, pembentukan kristal tersebut menyebabkan persendian
membengkak dan meradang, sehingga akan merasakan sakit yang hebat.
Salah satu cara untuk mencegah gejala muncul yaitu dengan menghindari
makanan pantangan, terutama makanan yang banyak mengandung purin. 
Makanan Pantangan Pengidap Penyakit Asam Urat
Pengidap penyakit asam urat sebaiknya menghindari makanan yang
mengandung banyak purin. Adapun, purin adalah bahan kimia yang secara
alami ditemukan dalam makanan dan minuman tertentu. Saat tubuh memecah
bahan kimia tersebut, terbentuk asam urat sebagai produk sampingannya. 
Itulah sebabnya, pengidap harus mengurangi makanan dan minuman dengan
kandungan banyak purin, yaitu untuk mengurangi kadar asam urat. Maka itu
penting untuk mengurangi konsumsi makanan tertentu untuk mengurangi
kadar asam urat dalam tubuh. 
Berikut ini beberapa makanan pantangan yang sebaiknya dihindari pengidap
asam urat:

 Daging merah dan daging organ

Daging merah, termasuk daging organ, dari sapi, domba, dan kambing
mengandung banyak purin. Hal itulah yang menyebabkan pengidap penyakit
asam urat harus menghindari atau membatasi makanan tersebut secara ketat. 

 Alkohol

Alkohol dapat mengganggu proses pembuangan asam urat dari tubuh. Hal
tersebut disebabkan adanya kadar purin yang tinggi dalam minuman
beralkohol. 
Biasanya, purin akan terurai menjadi asam urat dan dikeluarkan dari tubuh
melalui urin. Namun, proses tersebut dapat terhenti ketika kadar asam urat
terlalu tinggi. Sebab kristal terbentuk di sekitar persendian, dan asam urat pun
berkembang. 

 Makanan dan minuman manis 

Makanan berikutnya yang harus dipantang pengidap penyakit asam urat yaitu


makanan dan minuman manis. Asupan fruktosa dan makanan manis yang
tinggi dapat berpengaruh pada kadar asam urat dalam tubuh. 
Meskipun minuman dengan fruktosa pada minuman ringan tidak mengandung
purin dalam jumlah banyak, tapi tetap terbukti meningkatkan risiko serangan
asam urat. Sebab, asam urat merupakan salah satu produk sampingan dari
metabolisme fruktosa.
 Mengutip Healthline, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa
mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah banyak dapat meningkatkan kadar
asam urat dalam darah. 

 Karbohidrat olahan

Pengidap penyakit asam urat juga harus menghindari atau membatasi


konsumsi karbohidrat olahan. Makanan yang termasuk karbohidrat olahan
yaitu:

 Roti putih
 Kue
 Permen
 Pasta (kecuali yang terbuat dari gandum utuh).

Perlu diingat, makanan yang ramah untuk pengidap asam urat tidak
mengandung karbohidrat olahan. Setidaknya pastikan jumlah yang
terkandung sangat sedikit.
Hingga saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit asam
urat. Bahkan mengatur pola makan pun sebenarnya bukanlah pengobatan.
Namun setidaknya mengatur pola makan dan cermat memilih makanan dapat
mengelola gejala atau mencegah datangnya gejala. Meskipun begitu,
perawatan tersebut harus dilakukan dalam jangka panjang dan disiplin.
Selain menjalani pola makan yang sehat, dokter mungkin juga
merekomendasikan untuk olahraga secara teratur serta menurunkan berat
badan berlebih. Dalam kebanyakan kasus, hal tersebut dapat membantu
mengendalikan asam urat, tapi tetap disertai dengan membatasi makanan
dengan banyak kandungan purin.
Pencegahan Penyakit Asam Urat 
Beberapa perubahan gaya hidup diyakini dapat membantu menurunkan risiko
penyakit asam urat, yaitu: 

 Minum banyak air untuk membantu ginjal berfungsi lebih baik dan
menghindari dehidrasi.
 Berolahraga secara teratur untuk menjaga berat badan yang sehat. Sebab,
berat badan ekstra meningkatkan asam urat dalam tubuh dan memberi
lebih banyak tekanan pada persendian.
 Menghindari penggunaan obat-obatan tertentu. Misalnya seperti obat-
obatan yang bersifat diuretik atau imunosupresan.
 Membatasi konsumsi makanan dan minuman yang memiliki kandungan
zat purin tinggi. Misalnya seperti daging merah, minuman beralkohol,
hingga makanan dan minuman tinggi fruktosa. 

Konsumsi makanan sehat seperti sayuran dan buah yang memiliki antioksidan
tinggi. 

Komplikasi Penyakit Asam Urat


Tanpa penanganan yang tepat, penyakit ini dapat memicu terjadinya berbagai
macam komplikasi. Berikut adalah beberapa risiko komplikasi tersebut:

1. Munculnya tofi 
Tofi adalah kumpulan kristal urat yang terbentuk akibat penumpukan asam urat,
dan dapat berkembang pada persendian dan tulang rawan. Kristal yang
mengeras ini dapat menyebabkan benjolan dengan berbagai ukuran terbentuk di
bagian tubuh. Misalnya seperti jari dan tangan, pergelangan kaki, siku, hingga
telinga. Meskipun tofi biasanya tidak menyakitkan, namun kondisi ini dapat
menyebabkan kerusakan sendi.
2. Kerusakan sendi
Asam urat kronis dapat menyebabkan pembengkakan sendi dan peradangan
kronis. Keduanya pada akhirnya berisiko menimbulkan komplikasi berupa
kerusakan sendi.
3. Penyakit batu ginjal 
Pengidap asam urat memiliki peningkatan risiko terkena batu ginjal. Sebab,
kadar asam urat yang tinggi dapat menyebabkan kristal asam urat terkumpul di
saluran kemih dan membentuknya batu ginjal. 
Kapan Harus ke Dokter?
Jika kamu merasakan beberapa gejala asam urat yang tak kunjung membaik,
sebaiknya segeralah memeriksakan diri ke dokter. Penanganan yang cepat dan
tepat akan menghindarkan kamu dari berbagai komplikasi serius.
PENYAKIT BATU GINJAL

Penyakit batu ginjal atau nefrolitiasis adalah kondisi akibat terbentuknya endapan


padat di dalam ginjal yang berasal dari zat kimia dalam urine. Ukuran batu ginjal
bisa mulai dari sekecil butiran pasir hingga sebesar kacang polong.
Batu ginjal dapat terjadi di sepanjang saluran urine, yaitu dari ginjal, ureter
(saluran yang membawa urine dari ginjal menuju kandung kemih), kandung
kemih, dan uretra (saluran yang membawa urine ke luar tubuh).
Batu ginjal dapat berpindah dan melewati saluran urine. Batu ginjal yang
berpindah, terutama yang berukuran besar, akan sulit melewati saluran urine.
Jika kondisi tersebut terjadi dan menimbulkan rasa sakit, penanganan dari
dokter perlu segera dilakukan.
Bila didiagnosis dan ditangani sejak dini, kondisi ini umumnya tidak
menyebabkan kerusakan permanen pada fungsi ginjal.

Penyebab dan Gejala Batu Ginjal


Batu ginjal terbentuk akibat tingginya kadar zat kimia, seperti kalsium, asam
oksalat, dan fosfor dalam urine. Zat-zat ini dapat membentuk kristal dan
menumpuk di ginjal. Seiring berjalannya waktu, kristal tersebut akan makin
keras seperti batu.
Tingginya kadar zat kimia dalam urine dapat terjadi akibat konsumsi makanan
tinggi purin dan kalsium, kekurangan asupan cairan, serta efek samping operasi
dan obat-obatan, serta kondisi medis tertentu.
Umumnya, batu ginjal yang berukuran kecil tidak menimbulkan gejala. Akan
tetapi, batu ginjal yang berukuran besar dan tersangkut di dalam saluran urine
dapat menimbulkan rasa nyeri hebat di bagian pinggang. Rasa nyeri tersebut
membuat penderitanya merasa tidak nyaman meski sudah berganti posisi tubuh.

Pengobatan dan Pencegahan Batu Ginjal


Metode pengobatan batu ginjal tergantung pada ukuran dan jenis batu ginjal.
Jika batu ginjal berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala, perawatan dapat
dilakukan di rumah. Namun, jika batu ginjal berukuran besar dan menimbulkan
gejala, maka penanganan harus dilakukan oleh dokter.
Cara yang tepat untuk mencegah penyakit batu ginjal adalah dengan
menurunkan risiko terbentuknya batu ginjal. Upaya yang dapat dilakukan antara
lain banyak minum air putih, membatasi konsumsi garam, serta tidak
mengonsumsi makanan yang mengandung kadar oksalat tinggi.
EPILEPSI

Penyakit epilepsi atau ayan merupakan kondisi yang dapat menjadikan


seseorang mengalami kejang secara berulang. Epilepsi bisa menyerang
seseorang ketika terjadinya kerusakan atau perubahan di dalam otak.
Di dalam otak manusia terdapat neuron atau sel-sel saraf yang merupakan
bagian dari sistem saraf. Setiap sel saraf saling berkomunikasi menggunakan
impuls listrik. Pada kasus epilepsi, kejang terjadi ketika impuls listrik tersebut
dihasilkan secara berlebihan, sehingga menyebabkan perilaku atau gerakan
tubuh yang tidak terkendali.
 Faktor Risiko
Beberapa faktor yang berpotensi meningkatkan risiko terkena epilepsi, antara
lain:

 Usia. Epilepsi umumnya dialami oleh usia anak-anak dan lansia. Meski


demikian, kondisi ini juga dapat dialami oleh semua kalangan yang
memiliki risiko terkena epilepsi.
 Genetik. Riwayat kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga dapat
menjadi pemicu penyebab epilepsi.
 Cedera pada kepala. Cedera kepala dapat menjadi penyebab epilepsi.
 Stroke dan penyakit vaskular. Stroke dan penyakit pembuluh darah
(vaskular) lainnya dapat menyebabkan kerusakan otak yang dapat
memicu kondisi ini.
 Demensia.
 Infeksi otak. Peradangan pada otak atau sumsum tulang belakang dapat
meningkatkan risiko terkena epilepsi.
 Riwayat kejang di masa kecil. Kejang dapat disebabkan oleh demam
tinggi. Pada kondisi ini, anak lebih rentan mengalami epilepsi.

Gejala Epilepsi
Kejang berulang merupakan gejala utama epilepsi. Karakteristik kejang akan
bervariasi dan bergantung pada bagian otak yang terganggu pertama kali dan
seberapa jauh gangguan tersebut terjadi. Jenis kejang epilepsi dibagi menjadi
dua berdasarkan gangguan pada otak, yaitu:

1. Kejang Parsial
Pada kejang parsial atau focal, otak yang mengalami gangguan hanya sebagian
saja. Kejang parsial ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

 Kejang parsial simpel, yaitu kejang yang pengidapnya tidak kehilangan


kesadaran. Gejalanya dapat berupa anggota tubuh yang menyentak, atau
timbul sensasi kesemutan, pusing, dan kilatan cahaya. Bagian tubuh yang
mengalami kejang tergantung pada bagian otak mana yang mengalami
gangguan. Contohnya jika epilepsi mengganggu fungsi otak yang
mengatur gerakan tangan atau kaki, maka kedua anggota tubuh itu saja
yang akan mengalami kejang. Kejang parsial juga dapat membuat
pengidapnya mengalami perubahan secara emosi, seperti merasa gembira
atau takut secara tiba-tiba.
 Kejang parsial kompleks. Kadang-kadang, kejang focal memengaruhi
kesadaran pengidapnya, sehingga membuatnya terlihat seperti bingung
atau setengah sadar selama beberapa saat. Inilah yang dinamakan dengan
kejang parsial kompleks. Ciri-ciri kejang parsial kompleks lainnya adalah
pandangan kosong, menelan, mengunyah, atau menggosok-gosokkan
tangan.

2. Kejang Umum
Pada kejang umum atau menyeluruh, gejala terjadi pada sekujur tubuh dan
disebabkan oleh gangguan yang berdampak kepada seluruh bagian otak. Berikut
ini adalah gejala-gejala yang bisa terjadi saat seseorang terserang kejang umum:

 Mata yang terbuka saat kejang.


 Kejang tonik. Tubuh yang menjadi kaku selama beberapa detik. Ini bisa
diikuti dengan gerakan-gerakan ritmis pada lengan dan kaki atau tidak
sama sekali. Otot-otot pada tubuh terutama lengan, kaki, dan punggung
berkedut.
 Kejang atonik, yaitu otot tubuh tiba-tiba menjadi rileks, sehingga
pengidap bisa jatuh tanpa kendali.
 Kejang klonik, yaitu gerakan menyentak ritmis yang biasanya menyerang
otot leher, wajah dan lengan.
 Tekadang, pengidap epilepsi mengeluarkan suara-suara atau berteriak
saat mengalami kejang.
 Mengompol.
 Kesulitan bernapas untuk beberapa saat, sehingga badan terlihat pucat
atau bahkan membiru.
 Dalam beberapa kasus, kejang menyeluruh membuat pengidap benar-
benar tidak sadarkan diri. Setelah sadar, pengidap terlihat bingung selama
beberapa menit atau jam.

Ada jenis epilepsi yang umumnya dialami oleh anak-anak, dikenal dengan nama
epilepsi absence atau petit mal. Meski kondisi ini tidak berbahaya, prestasi
akademik dan konsentrasi anak bisa terganggu. Ciri-ciri epilepsi ini adalah
hilangnya kesadaran selama beberapa detik, mengedip-ngedip atau menggerak-
gerakkan bibir, serta pandangan kosong. Anak-anak yang mengalami kejang ini
tidak akan sadar atau ingat akan apa yang terjadi saat mereka kejang.
 Penyebab Epilepsi
Epilepsi dapat mulai diidap pada usia kapan saja, umumnya kondisi ini terjadi
sejak masa kanak-kanak. Berdasarkan penyebabnya, epilepsi dibagi dua, yaitu:

 Epilepsi idiopatik, disebut juga sebagai epilepsi primer. Ini merupakan


jenis epilepsi yang penyebabnya tidak diketahui. Sejumlah ahli menduga
bahwa kondisi ini disebabkan oleh faktor genetik (keturunan).
 Epilepsi simptomatik, disebut juga epilepsi sekunder. Ini merupakan
jenis epilepsi yang penyebabnya bisa diketahui. Sejumlah faktor, seperti
luka berat di kepala, tumor otak, dan stroke diduga bisa menyebabkan
epilepsi sekunder.

 Diagnosis Epilepsi
Langkah untuk mengetahui epilepsi, dokter pertama-tama akan menanyakan
perihal aktivitas yang dilakukan oleh pengidap. Selanjutnya, dokter akan
melakukan beberapa tes untuk mengetahui bagaimana kinerja otak dengan cara
mengecek:

 cara berjalan.
 otot.
 kepekaan.
 kemampuan berpikir.

Selain itu, dokter akan menyarankan tes berikut, jika kamu terindikasi mengidap
epilepsi, seperti:

 EEG atau elektroensefalogram. Tes EEG dilakukan untuk mengetahui


masalah aktivitas listrik yang ada di otak.
 Tes darah. Tes ini untuk mengetahui tanda infeksi dan masalah
kesehatan lain.

 Pengobatan Epilepsi
Belum ada metode dan obat untuk menyembuhkan epilepsi. Namun, ada obat
untuk mencegah terjadinya kejang yaitu obat yang dapat menahan gejala
epilepsi, sehingga pengidapnya dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
normal. Kejang-kejang pada pengidap epilepsi perlu ditangani dengan tepat
adalah untuk menghindari terjadinya situasi yang dapat berakibat fatal.
Misalnya terjatuh, tenggelam, atau mengalami kecelakaan saat berkendara
akibat kejang.
 Pencegahan Epilepsi
Selain dengan obat, penanganan epilepsi juga perlu ditunjang dengan pola hidup
yang sehat, seperti olahraga secara teratur, tidak mengonsumsi minuman
beralkohol secara berlebihan, serta diet khusus.
Kapan Harus ke Dokter?
Kamu perlu menghubungi dokter jika mengalami gejala-gejala epiepsi seperti
berikut:

 Kejang berlangsung lebih dari 5 menit.


 Pernapasan atau kesadaran tidak kembali setelah kejang berhenti.
 Kejang kedua berlangsung segera setelahnya.
 Demam tinggi.
 Kelelahan akibat panas.
 Sedang hamil.
  Memiliki diabetes.

Pilih dokter di rumah sakit yang sesuai dengan kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai