Mendengkur adalah kondisi ketika seseorang mengeluarkan suara kasar saat tidur.
Kondisi ini merupakan dampak dari terhalang atau menyempitnya saluran
pernapasan. Penyempitan saluran napas tersebut bisa disebabkan oleh kondisi
medis yang serius.
Mendengkur atau ngorok dapat dialami oleh setiap orang dan umumnya tidak
perlu dikhawatirkan. Namun, kondisi ini juga bisa menjadi tanda dari gangguan
kesehatan lain, termasuk sleep apnea.
Mendengkur dapat menimbulkan berbagai masalah, baik pada kesehatan
maupun sosial. Mendengkur yang keras dan terjadi dalam jangka waktu lama
(kronis) dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung atau stroke.
Di samping itu, mendengkur juga dapat memengaruhi hubungan sosial, karena
bisa mengganggu orang yang tidur bersama penderita.
Penyebab Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh terhalang atau menyempitnya saluran pernapasan.
Penyempitan ini menyebabkan getaran pada saluran pernapasan ketika tidur
sehingga menimbulkan suara dengkuran. Makin terhalang saluran pernapasan,
makin keras pula suara dengkuran.
Terhalangnya saluran pernapasan dapat terjadi akibat melemahnya otot
tenggorokan, umumnya akibat penuaan. Kondisi ini juga dapat disebabkan oleh:
Sleep apnea
Hidung atau saluran napas tersumbat, karena pilek (rhinitis) atau sinusitis
Tulang hidung bengkok
Pembengkakan amandel atau kelenjar adenoid
Penyakit gondok
Kelainan bentuk wajah
Obesitas
Proses penuaan
Konsumsi minuman beralkohol
Konsumsi obat yang dapat menyebabkan kantuk
Sedang hamil, karena hormon kehamilan dapat menyebabkan peradangan
hidung
Kelemahan otot mulut, hidung, atau tenggorokan
Gejala Mendengkur
Kebanyakan orang tidak menyadari ketika dirinya mendengkur. Oleh karena itu,
umumnya seseorang baru mengetahui dirinya mendengkur setelah diberitahu
oleh orang yang tidur bersamanya atau tinggal serumah.
Walaupun demikian, terkadang orang yang mendengkur dapat mengalami
gejala sebagai berikut:
Diagnosis Mendengkur
Diagnosis mendengkur diawali dengan menanyakan secara rinci gejala yang
dialami dan penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya. Dokter juga akan
mengajukan pertanyaan terkait pola tidur, kebersihan tempat tidur, berapa kali
pasien terbangun di malam hari, kantuk yang muncul di siang hari, hingga
lamanya waktu tidur siang.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk tekanan darah,
serta pemeriksaan dada, mulut, hidung, dan leher. Setelah itu, pemeriksaan
tambahan akan dilakukan untuk menegakkan diagnosis, yaitu:
Pengukuran IMT
Dokter akan mengukur indeks masa tubuh (IMT) pasien, untuk
memeriksa apakah berat badan pasien ideal atau tidak
Tes tidur dengan polisomnografi
Tes ini bertujuan untuk memeriksa pernapasan pasien ketika tidur dengan
alat khusus yang dipasangkan ke tubuh. Tes ini juga memeriksa
gelombang otak, denyut jantung, kadar oksigen, dan gerakan tubuh ketika
tidur.
Pemindaian
Pemindaian dengan CT scan atau MRI dilakukan untuk memeriksa
sumbatan, tumor, atau pembengkakan terutama di kepala dan leher
Pengobatan Mendengkur
Pengobatan mendengkur atau ngorok akan disesuaikan dengan penyebabnya.
Sebagai contoh, penanganan mendengkur yang disebabkan oleh alergi adalah
dengan obat antialergi. Sedangkan bila mendengkur disebabkan oleh hidung
tersumbat, maka dokter akan meresepkan obat dekongestan.
Selain itu, ada tindakan lebih lanjut yang dapat dilakukan untuk
mengatasi penyebab mendengkur, baik dengan metode operasi maupun
nonoperasi.
Metode nonoperasi dilakukan jika mendengkur disebabkan oleh penyempitan
saluran napas saat tidur (sleep apnea). Sementara prosedur operasi dilakukan
jika ngorok disebabkan oleh kelainan pada saluran pernapasan, misalnya tulang
hidung bengkok, radang amandel, atau pembesaran kelenjar adenoid.
Beberapa metode nonoperasi untuk mengatasi ngorok adalah:
Tonsilektomi
Tonsilektomi atau operasi amandel dilakukan ketika mendengkur
disebabkan oleh gangguan pada amandel (tonsil).
Uvulopalatopharyngoplasty (UPPP)
Prosedur ini dilakukan untuk mengencangkan tenggorokan dan langit-
langit mulut. Prosedur ini juga digunakan untuk mengatasi sleep apnea.
Laser-assisted uvula palatoplasty (LAUP)
LAUP menggunakan sinar laser untuk merekonstruksi langit-langit mulut
dan menghilangkan sumbatan pada saluran pernapasan.
Radiofrequency ablation (somnoplasty)
Somnoplasty adalah prosedur untuk menyusutkan jaringan berlebih pada
lidah atau langit-langit mulut menggunakan energi gelombang radio.
Septoplasty
Operasi septoplasty dilakukan bila mendengkur disebabkan oleh tulang
hidung bengkok.
Komplikasi Mendengkur
Mendengkur yang berlangsung dalam jangka panjang dapat menimbulkan
berbagai komplikasi kesehatan, seperti:
Pencegahan Mendengkur
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah sekaligus
mengurangi mendengkur, yakni:
Sleep Apnea
Apnea tidur atau sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan
pernapasan seseorang terhenti sementara selama beberapa kali saat sedang tidur.
Kondisi ini dapat ditandai dengan mengorok saat tidur dan tetap merasa
mengantuk setelah tidur lama.
Istilah apnea pada sleep apnea berarti pernapasan terhenti atau berhenti
bernapas. Penderita sleep apnea dapat berhenti bernapas selama sekitar 10
detik sebanyak ratusan kali selama tidur.
Kondisi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan tubuh kekurangan
oksigen dan memunculkan keluhan sesak napas di malam hari. Pada wanita,
kondisi ini terkadang bisa menyebabkan mendengkur saat hamil.
Penyebab Sleep Apnea
Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa jenis
sleep apnea menurut penyebabnya:
Gejala Sleep Apnea
Pada banyak kasus, penderita tidak menyadari dirinya mengalami gejala sleep
apnea. Gejala tersebut justru disadari oleh orang yang tidur sekamar dengan
penderita.
Diagnosis Sleep Apnea
Pada tahap awal pemeriksaan, dokter akan menanyakan gejala yang dialami
oleh pasien, baik pada pasien sendiri maupun kepada keluarganya, terutama
yang tidur bersama pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan
fisik, seperti menimbang berat badan, serta memeriksa kondisi hidung dan
tenggorokan.
Setelah itu, dokter akan meminta pasien untuk menjalani pemeriksaan pola
tidur yang disebut sleep study. Pada pemeriksaan ini, dokter akan memantau
pola pernapasan dan fungsi tubuh pasien ketika sedang tidur, baik di rumah
maupun di klinik khusus di rumah sakit.
Pengobatan Sleep Apnea
Pengobatan apnea tidur tergantung pada kondisi pasien dan tingkat
keparahan sleep apnea yang dialaminya. Sleep apnea ringan dapat ditangani
secara mandiri, misalnya dengan menurunkan berat badan, berhenti merokok,
berhenti mengonsumsi minuman beralkohol, dan mengubah posisi tidur
menjadi menyamping atau tengkurap.
Jika kondisinya sudah cukup parah, sleep apnea perlu mendapatkan
penanganan medis, antara lain dengan:
Terapi khusus
Jika perubahan pola hidup tidak berhasil mengatasi gejala apnea tidur atau
jika gejala yang muncul sudah cukup parah, penderita dianjurkan untuk
menjalani terapi dengan alat-alat berikut:
CPAP (continuous positive airway pressure)
Alat ini digunakan untuk meniupkan udara ke saluran pernapasan
melalui masker yang menutupi hidung dan mulut penderita sleep
apnea saat tidur. Tujuan terapi CPAP adalah untuk mencegah
tenggorokan menutup dan meredakan gejala-gejala yang muncul,
seperti mengorok.
BPAP (bilevel positive airway pressure)
Alat ini bekerja dengan cara menaikkan tekanan udara saat pasien
menarik napas dan menurunkan tekanan udara saat pasien
mengembuskan napas. Dengan begitu, pasien akan lebih mudah untuk
bernapas. Alat ini juga bisa menjaga agar jumlah oksigen dalam tubuh
pasien tercukupi.
MAD (mandibular advancement device)
Alat ini didesain untuk menahan rahang dan lidah untuk mencegah
penyempitan pada saluran pernapasan yang menyebabkan
seseorang mendengkur. Namun, MAD tidak dianjurkan bagi penderita
apnea tidur yang parah.
Operasi
Jika perubahan gaya hidup dan terapi dengan alat-alat di atas masih tidak
berhasil memperbaiki gejala sleep apnea dalam 3 bulan, langkah selanjutnya
yang dapat dipertimbangkan adalah operasi.
Operasi untuk menangani sleep apnea akan disesuaikan dengan penyebab
utama apnea tidur pada pasien, meliputi:
Uvulopalatopharyngoplasty
Pada prosedur ini, dokter akan mengangkat sebagian jaringan di bagian
belakang mulut dan bagian atas tenggorokan, sekaligus mengangkat
amandel dan kelenjar adenoid, untuk mencegah pasien ngorok saat
tidur.
Ablasi radiofrekuensi
Prosedur ini digunakan untuk mengangkat sebagian jaringan di bagian
belakang mulut dan bagian belakang tenggorokan dengan
menggunakan gelombang energi khusus.
Operasi reposisi rahang
Pada operasi rahang, tulang rahang bawah akan diposisikan lebih maju
daripada tulang wajah. Tujuannya adalah untuk memperluas ruang di
belakang lidah dan langit-langit.
Implan alat stimulasi saraf
Pada operasi ini, dokter akan menanamkan alat khusus untuk
menstimulasi saraf yang mengontrol gerakan lidah. Saat tidur, alat ini
akan bekerja seirama dengan napas penderita sehingga lidah akan
bergerak maju dan membuka jalan napas ketika penderita menarik
napas.
Trakeostomi
Trakeostomi dilakukan untuk menciptakan saluran pernapasan baru
pada kondisi apnea tidur yang sangat parah. Dokter akan membuat
sayatan di leher pasien, kemudian memasukkan tabung metal atau
plastik ke dalamnya.
Komplikasi Sleep Apnea
Jika tidak segera ditangani, sleep apnea dapat meningkatkan risiko
penderitanya mengalami komplikasi, berupa:
Pencegahan Sleep Apnea
Cara untuk mencegah sleep apnea adalah dengan mengontrol faktor
risikonya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan berhenti
merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol. Apabila Anda sulit berhenti
merokok atau menderita kecanduan alkohol, konsultasikan dengan dokter agar
mendapatkan terapi.
Jika Anda menderita obesitas atau bahkan obesitas morbid, berkonsultasilah
dengan dokter gizi untuk menjalani program penurunan berat badan agar
risiko terkena sleep apnea lebih rendah. Dokter gizi akan mengatur pola
makan yang sesuai dengan kondisi Anda dan menetapkan target penurunan
berat badan yang aman.
PENYAKIT JANTUNG
Penyakit jantung adalah kondisi ketika bagian jantung yang meliputi pembuluh
darah jantung, selaput jantung, katup jantung, dan otot jantung mengalami
gangguan. Penyakit jantung bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti sumbatan
pada pembuluh darah jantung, peradangan, infeksi, atau kelainan bawaan.
Jantung adalah organ vital yang terdiri dari otot dan terbagi menjadi empat
ruang. Ruang jantung dibatasi oleh katup jantung yang berfungsi mengatur
aliran darah agar bergerak ke satu arah.
Pada dinding jantung, terdapat pembuluh darah jantung atau arteri koroner yang
mengalirkan darah kaya oksigen ke seluruh bagian jantung. Pembuluh ini
memiliki dua cabang, yaitu pembuluh darah koroner kanan dan kiri.
Jantung juga memiliki dua selaput yang disebut perikardium. Fungsinya adalah
untuk melindungi jantung, menjaga posisi jantung tetap pada tempatnya, dan
mencegah terjadinya luka akibat gesekan ketika berdenyut.
Penyakit jantung juga lebih sering terjadi pada seseorang dengan faktor risiko
berikut:
Gejala penyakit jantung tergantung pada jenis yang dialami penderita. Namun,
gejala yang biasanya muncul adalah:
Nyeri dada
Dada sering berdebar
Sesak napas
Pembengkakan di kaki
Lemas
Pingsan
Tidak merokok
Mengonsumsi makanan sehat bergizi lengkap dan seimbang
Berolahraga rutin
Memeriksakan diri ke dokter secara berkala, terutama jika memiliki
penyakit yang meningkatkan risiko terserang penyakit jantung,
seperti diabetes, penyakit tiroid, atau hipertensi
Penyakit Autoimun
Lupus
Lupus dapat memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penyakit
ini dapat menimbulkan gejala seperti demam, nyeri sendi dan otot,
ruam kulit, kulit menjadi sensitif, sariawan, bengkak di tungkai,
sakit kepala, kejang, nyeri dada, sesak napas, pucat, dan
perdarahan.
Penyakit Graves
Penyakit Graves dapat menimbulkan gejala berupa berat badan
menurun secara tiba-tiba, mata menonjol (eksoftalmus), rambut
rontok, jantung berdebar, gelisah, dan insomnia.
Psoriasis
Penyakit ini dapat dikenali dengan munculnya bercak merah yang
tebal dan bersisik.
Multiple sclerosis
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh multiple sclerosis meliputi mati
rasa di salah satu bagian tubuh, gangguan penglihatan, otot kaku
dan lemas, koordinasi tubuh berkurang, dan kelelahan.
Myasthenia gravis
Gejala yang dapat dialami akibat myasthenia gravis adalah
kelopak mata terkulai, pandangan kabur, lemah otot, kesulitan
bernapas, dan kesulitan menelan.
Tiroiditis Hashimoto
Penyakit ini dapat menimbulkan gejala berupa berat badan naik
secara tiba-tiba, sensitif terhadap udara dingin, mati rasa di tangan
dan kaki, lemas, mengantuk, rambut rontok, menstruasi yang tidak
teratur, dan sulit berkonsentrasi.
Kolitis ulseratif dan Crohn’s disease
Gejala yang dapat dialami jika menderita kedua penyakit ini adalah
sakit perut, diare, buang air besar berdarah, demam, dan
penurunan berat badan.
Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis dapat membuat penderitanya mengalami
gejala berupa nyeri, kemerahan, dan bengkak di sendi, terutama
sendi jari-jari tangan.
Sindrom Guillain Barré
Penyakit ini menimbulkan gejala berupa lemah otot, kesemutan,
lemas, dan gangguan keseimbangan, yang jika kondisinya makin
parah bisa berkembang menjadi kelumpuhan.
Vaskulitis
Vaskulitis dapat dikenali dengan gejala demam, berat badan
menurun secara tiba-tiba, kelelahan, tidak nafsu makan, dan ruam
kulit.
Obat-obatan
Obat-obatan yang dapat diberikan untuk menangani penyakit autoimun
meliputi:
Penyakit jantung
Kerusakan saraf
Deep vein thrombosis
Kerusakan organ, seperti hati atau ginjal
Depresi atau gangguan kecemasan
Penyakit jantung koroner adalah kondisi ketika pembuluh darah utama yang
memberi pasokan darah, oksigen, dan nutrisi untuk jantung menjadi rusak.
Biasanya, kondisi ini disebabkan oleh plak kolesterol dan peradangan.
Penyebab Penyakit Jantung Koroner
Ada banyak penyebab penyakit jantung koroner. Meski begitu, penelitian telah
menunjukkan bahwa ada beberapa hal yang bisa memicunya, seperti:
Mereka semua merupakan faktor utama yang melukai dinding arteri, sehingga
menyebabkan penyakit jantung koroner.
Saat arteri rusak, plak akan lebih mudah menempel pada arteri sehingga lambat
laun menebal. Penyempitan pembuluh kemudian akan menghambat aliran darah
kaya oksigen ke jantung.
Jika plak ini pecah, trombosit akan menempel pada luka di arteri dan
membentuk gumpalan darah yang memblokir arteri. Ini dapat menyebabkan
angina semakin parah. Ketika bekuan darah cukup besar, maka arteri akan
tertekan yang menyebabkan infark miokard atau kematian otot jantung.
Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner
Beberapa faktor yang dapat memengaruhi penyakit jantung koroner,meliputi:
Usia Lanjut
Pertambahan usia menyebabkan arteri menyempit dan rapuh.
Berjenis Kelamin Pria
Menurut jurnal ilmiah berjudul Why do men get more heart disease than
women? An international perspective yang dipublikasikan oleh U.S. National
Library of Medicine, disebutkan bahwa pria secara keseluruhan lebih cenderung
mengalami penyakit jantung koroner.
Ini karena pria kurang adaptif mengatasi peristiwa stres secara fisiologis,
perilaku, dan emosional yang berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit
jantung koroner.
Riwayat Keluarga
Apabila ada anggota keluarga yang mengidap gangguan jantung, maka risiko
penyakit jantung koroner lebih meningkat.
Kebiasaan Merokok
Nikotin dapat menyebabkan penyempitan arteri sementara karbon monoksida
menyebabkan kerusakan pembuluh.
Memiliki Hipertensi
Memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan/atau kadar lemak darah yang tinggi
dapat memicu penyakit jantung koroner.
Trauma Mental
Memiliki trauma mental atau stres psikologis berat jangka waktu panjang juga
bisa menempatkan seseorang pada risiko penyakit jantung koroner.
Gejala Penyakit Jantung Koroner
Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit jantung koroner, meliputi:
Sakit Dada
Berkurangnya aliran darah di arteri koroner dapat berarti jantung tidak
menerima cukup darah. Ini dapat menyebabkan jenis nyeri yang disebut angina.
Angina dapat memberikan sensasi berat, tekanan, rasa sakit, sensasi terbakar,
tindihan yang menyebar ke rahang, leher, lengan, dan bahu.
Serangan Jantung
Plak lemak di salah satu arteri koroner yang pecah dapat menyebabkan
pembentukan gumpalan darah. Ini bisa menghalangi dan mengurangi aliran
darah yang dibutuhkan ke jantung. Akibatnya, terjadilah serangan jantung.
Kematian Mendadak
Jika aliran darah arteri koroner ke jantung tersumbat parah dan tidak dipulihkan,
ini dapat menyebabkan kematian mendadak.
Pengobatan Penyakit Jantung Koroner
Beberapa obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit jantung koroner,
meliputi:
Obat-obatan Penurun Kolesterol
Ini termasuk statin, niasin, dan fibrat. Obat-obatan ini membantu mengurangi
kadar kolesterol darah, sehingga mengurangi jumlah lemak yang menempel
pada pembuluh.
Aspirin
Obat ini atau pengencer darah lainnya membantu untuk melarutkan darah yang
tersumbat, dan mencegah risiko stroke atau infark miokard. Namun dalam
beberapa kasus, aspirin mungkin bukan pilihan yang baik. Beritahu dokter jika
keluarga atau kerabat mengidap gangguan pembekuan darah.
Beta Blockers
Obat ini menurunkan tekanan darah dan mencegah risiko infark miokard.
Nitrogliserin dan Inhibitor Enzim yang Mengubah Angiotensin
Obat ini dapat membantu mencegah risiko infark miokard.
Operasi
Pemasangan stent untuk memperlebar arteri koroner yang menyempit ataupun
bedah koroner seperti operasi bypass jantung adalah pengobatan yang paling
umum untuk penyakit jantung koroner. Dokter juga dapat melakukan
angioplasty bila diperlukan.
Pencegahan Penyakit Jantung Koroner
Beberapa tips berguna untuk mencegah penyakit jantung koroner:
Pola Makan Sehat
Terapkan menu makan yang kaya serat dan cukup nutrisi, perhatikan pula cara
pengolahannya, sebaiknya hindari makanan yang diolah dengan cara digoreng
di dalam banyak minyak, sebaliknya olah makanan dengan cara ditumis,
direbus, ataupun dikukus.
Jika harus mengolah makanan dengan cara menggoreng, sebaiknya gunakan
minyak zaitun daripada minyak goreng, sebab minyak zaitun memiliki
kandungan lemak yang rendah.
Hindari makanan makanan yang mengandung kolesterol dan lemak tinggi,
misalnya seafood–kandungan kolesterol tinggi di dalamnya dapat
membahayakan jantung. Pilih produk makanan yang rendah lemak atau bahkan
tanpa lemak. Konsumsi susu, keju, ataupun mentega yang rendah lemak.
Selain lemak, hindari juga makanan yang mengandung gula yang tinggi,
misalnya soft drink. Konsumsi karbohidrat secukupnya karena secara alami
tubuh akan memproses karbohidrat menjadi gula dan lemak. Mengonsumsi oat
atau gandum dapat membantu menjaga kesehatan jantung.
Berhenti Merokok
Siapapun tahu bahwa rokok berdampak negatif untuk kesehatan jantung, karena
itu, hentikan kebiasaan merokok segera agar jantung tetap sehat.
Hindari Stres
Saat stres, otak memerintah tubuh mengeluarkan hormon kortisol untuk
mengatasinya. Namun, jika hormon ini diproduksi berlebihan dapat
menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku.
Hormon norepinephrine juga akan diproduksi oleh tubuh untuk mengatasi stres,
tapi jika diproduksi berlebihan dapat mengakibatkan tekanan darah meningkat.
Hipertensi
Tekanan darah tinggi juga dapat menjadi penyebab penyakit jantung, sebab
tekanan darah yang berlebihan dapat melukai dinding arteri dan memungkinkan
kolesterol LDL memasuki arteri dan berakibat pada meningkatnya timbunan
plak.
Obesitas
Jaga pola makan agar tidak berlebihan, sehingga terhindar dari kegemukan.
Seseorang dengan lingkar pinggang lebih dari 80 sentimeter memiliki risiko
lebih tinggi untuk terkena serangan jantung koroner.
Selain itu, obesitas atau kelebihan berat badan dapat meningkatkan resiko
terkena tekanan darah tinggi dan diabetes. Diabetes merupakan salah satu faktor
yang mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner selain dapat
meningkatkan risiko terkena serangan jantung.
Olahraga Teratur
Lakukan olahraga kardio, seperti jogging, berjalan kaki, renang, ataupun
bersepeda. Jenis olahraga tersebut dapat menguatkan kerja otot jantung dan
melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh.
Konsumsi Antioksidan
Radikal bebas yang berasal dari polusi udara, asap rokok, dan asap kendaraan
bermotor dapat menyebabkan endapan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan penyumbatan.
Radikal bebas dalam tubuh dapat dihilangkan lewat konsumsi antioksidan, di
mana antioksidan bekerja menangkap radikal bebas dalam tubuh dan
membuangnya. Antioksidan bisa diperoleh dari berbagai macam sayuran dan
buah.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika keluarga atau kerabat mengalami satupun tanda atau gejala yang disebutkan
di atas, sebaiknya diskusikanlah dengan dokter.
GAGAL GINJAL
Gagal ginjal merupakan kondisi di mana satu atau kedua ginjal tidak dapat lagi
berfungsi dengan baik. Terkadang, gagal ginjal bersifat sementara dan muncul
dengan cepat. Namun di lain waktu, gagal ginjal juga dapat menjadi kondisi
kronis yang akan memburuk secara perlahan dalam waktu yang lama. Oleh
karena itu, gagal ginjal dapat dibedakan menjadi dua jenis utama, yakni gagal
ginjal kronis dan akut.
Perlu diingat bahwa ginjal merupakan sepasang organ yang terletak di daerah
punggung bawah tubuh. Organ tersebut memiliki beberapa fungsi penting pada
tubuh. Salah satunya seperti membuang racun atau limbah dari tubuh.
Racun tersebut nantinya akan masuk ke kandung kemih dan dibuang ketika
seseorang buang air kecil. Jika ginjal kehilangan kemampuannya untuk
menyaring limbah atau racun dari darah, maka gagal ginjal akan terjadi.
Penyebab Gagal Ginjal
Mayoritas gagal ginjal akut terjadi karena berkurangnya aliran darah ke ginjal.
Berikut ini beberapa hal yang bisa menurunkan aliran darah ke ginjal:
Selain karena berkurangnya aliran darah ke ginjal, gagal ginjal akut juga bisa
dipicu oleh dua penyebab, yaitu:
Di samping itu, perlu diingat bahwa gagal ginjal dapat menyebabkan gejala
yang bervariasi pada setiap orang. Gejala yang muncul akan tergantung dari
tingkat keparahan pengidapnya.
Diagnosis Gagal Ginjal
Dokter akan menggunakan berbagai tes untuk mengukur fungsi ginjal dan
mendiagnosis gagal ginjal. Jika dokter mencurigai seseorang berisiko
mengalami gagal ginjal, maka dokter akan merekomendasikan beberapa
pemeriksaan seperti:
Bagi orang yang mengalami gagal ginjal akut yang cukup parah, mungkin
diperlukan prosedur dialisis atau cuci darah, karena ginjal sudah bisa
menjalankan fungsinya seperti normal.
Komplikasi Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, seperti:
LUPUS
Penyakit lupus atau lupus eritematosus adalah penyakit autoimun kronis
yang bisa menyebabkan peradangan di beberapa bagian tubuh, seperti kulit, sendi,
ginjal, hingga otak. Lupus dapat dialami oleh siapa saja, tetapi lebih sering dialami
oleh wanita.
Pada kondisi normal, sistem imun akan melindungi tubuh dari infeksi atau
cedera. Akan tetapi, pada orang yang mengalami penyakit autoimun seperti
lupus, sistem imun justru menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh yang sehat.
Lupus terbagi dalam beberapa jenis, yaitu systemic lupus erythematosus (SLE),
lupus pada kulit (cutaneus lupus), lupus akibat obat (drug induced lupus), dan
lupus yang terjadi pada bayi baru lahir (neonatal lupus).
Penyebab dan Gejala Lupus
Penyebab lupus belum diketahui secara pasti. Kombinasi dari faktor genetik dan
lingkungan sering dikaitkan dengan terjadinya lupus. Beberapa pemicu
munculnya gejala lupus adalah paparan sinar matahari, penyakit infeksi, atau
obat-obatan tertentu.
Lupus dapat menyebabkan peradangan di berbagai organ dan bagian tubuh. Hal
ini menyebabkan gejala lupus bisa berbeda pada penderitanya. Meski begitu,
terdapat sejumlah gejala umum yang bisa terjadi, seperti nyeri dan kaku pada
sendi, lelah, ruam kulit, sensitif terhadap sinar matahari, dan penurunan berat
badan.
Pengobatan dan Pencegahan Lupus
Lupus tidak dapat disembuhkan. Pengobatan yang ada sebatas untuk meredakan
keluhan, mencegah munculnya gejala, dan menghambat perkembangan
penyakit. Metode pengobatannya bisa berupa pemberian obat-obatan, penerapan
pola hidup sehat, dan pengelolaan stres dengan cara yang positif.
Lupus juga tidak dapat dicegah. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk menurunkan risiko terkena lupus atau mencegah kambuhnya keluhan dan
gejala. Contohnya adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat, menghindari
pemicu lupus, dan melakukan kontrol kesehatan ke dokter secara berkala.
KANKER PARU-PARU
Kanker paru menjadi salah satu jenis kanker yang paling banyak terjadi di
Indonesia, baik pada pria maupun wanita, dan menjadi penyebab utama
kematian akibat kanker.
Kanker ini wajib untuk diwaspadai, terlebih Global Burden of Cancer Study
(Globocan) dari World Health Organization (WHO) mencatat kanker paru-paru
di Indonesia berada pada urutan ketiga dengan jumlah 34.783 kasus (8,8% dari
total kasus) pada tahun 2020.
Sahabat MIKA, mari kenali lebih dalam mengenai kanker paru, ciri-cirinya,
pengobatan, hingga bagaimana cara deteksi dini pada artikel berikut ini.
Ada sejumlah faktor lainnya yang memicu peningatan risiko kanker paru,
diantaranya:
Berikut ini beberapa gejala umum yang dialami oleh pasien kanker paru adalah
sebagai berikut:
Terapi penyinaran
Metode penyembuhan kanker berikutnya yaitu dengan terapi penyinaran. Jenis
pengobatan ini dilakukan apabila pasien tidak dapat menjalani pembedahan
karena memiliki penyakit lain atau keadaan yang serius.
Terapi penyinaran ini bukan untuk penyembuhan melainkan untuk
memperlambat pertumbuhan kanker. Selain itu, terapi ini dipilih untuk
mengurangi nyeri otot, penekanan saraf tulang belakang, dan sindroma vena
kava superior.
Namun, ada beberapa efek samping dari pilihan metode terapi penyinaran, yaitu
menyebabkan peradang paru-paru (pneumonitis karena penyinaran), dengan
gejala berupa batuk, sesak nafas dan demam.
Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan ketika kanker, terutana karsinoma sel kecil telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya, sehingga tidak memungkinkan untuk
dilakukan pembedahan.
Terkadang, kemoterapi ini disetai terapi penyinaran.
Penderita kanker paru-paru banyak yang mengalami penurunan fungsi paru-
paru. Sahabat MIKA bisa mengurangi efek samping gangguan pernafasan
dengan melakukan terapi oksigen dan pemberian obat yang melebarkan saluran
udara (bronkodilator).
Kanker payudara adalah suatu jenis tumor ganas yang berkembang pada sel-sel
payudara. Kanker ini dapat tumbuh jika terjadi pertumbuhan yang abnormal
dari sel-sel pada payudara. Sel-sel tersebut membelah diri lebih cepat dari sel
normal dan berakumulasi, yang kemudian membentuk benjolan atau massa.
Pada stadium yang lebih parah, sel-sel abnormal ini dapat menyebar melalui
kelenjar getah bening ke organ tubuh lainnya.
Ada beberapa jenis yang terbagi menjadi dua tipe yang berbeda,
yaitu invasive dan non-invasive. Kanker payudara invasive terjadi ketika sel
kanker telah menyebar ke bagian lain payudara. Sedangkan kanker
payudara non-invasive, merupakan kondisi sel kanker belum menyebar dari
jaringan aslinya.
Ada beberapa jenis kanker payudara yang sering terjadi:
Ductal Carcinoma In Situ;
Lobular Carnicoma In Situ;
Invasive Ductal Carcinoma; dan
Invasive Lobular Carcinoma.
Sementara itu, beberapa jenis yang jarang terjadi adalah paget disease of the
breast, angiosarcoma, hingga phyllodes tumor. Mengetahui jenis kanker
payudara yang kamu alami adalah hal yang cukup penting. Hal ini akan
menentukan pengobatan dan perawatan yang perlu kamu lakukan untuk
mengatasi penyakit ini.
Penyebab Kanker Payudara
Kanker payudara terjadi akibat pertumbuhan abnormal dari sel-sel pada
payudara. Pertumbuhan abnormal tersebut diduga disebabkan oleh mutasi gen
yang diturunkan secara genetik.
Sejumlah gen bermutasi yang diturunkan yang dapat meningkatkan
kemungkinan kondisi ini telah diidentifikasi. Yang paling terkenal adalah gen
kanker payudara 1 (BRCA1) dan gen kanker payudara 2 (BRCA2), keduanya
secara signifikan meningkatkan risiko penyakit ini dan ovarium.
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang
paling sering terjadi pada wanita. Berdasarkan penelitian pada tahun 2020, ada
lebih dari 600.000 kasus kanker serviks dengan 342.000 kematian di seluruh
dunia.
Di Indonesia, kanker serviks menempati peringkat kedua setelah kanker
payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak terjadi dari seluruh kasus
kanker pada tahun 2020. Tercatat ada lebih dari 36.000 kasus dan 21.000
kematian akibat kanker ini.
Jenis Kanker Serviks
Kanker serviks terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
Meski jarang terjadi, kedua jenis kanker serviks di atas dapat terjadi secara
bersamaan. Kanker serviks juga bisa terjadi pada sel leher rahim selain sel
skuamosa atau sel kelenjar, tetapi hal ini sangat jarang terjadi.
Meski tidak mematikan seperti serangan jantung, penyakit asam lambung atau
GERD perlu ditangani agar tidak menimbulkan komplikasi.
Penyakit asam urat merupakan kondisi yang dapat menyebabkan gejala nyeri
yang tak tertahankan, pembengkakan, serta adanya rasa panas di area
persendian. Semua sendi di tubuh berisiko terkena asam urat, tetapi sendi yang
paling sering terserang adalah jari tangan, lutut, pergelangan kaki, dan jari kaki.
Umumnya, penyakit asam urat dapat lebih mudah menyerang pria, khususnya
mereka yang berusia di atas 30 tahun.
Pada wanita, penyakit asam urat ini dapat muncul setelah terkena menopause.
Rasa sakit yang dialami pengidap asam urat dapat berlangsung selama rentang
waktu 3-10 hari, dengan perkembangan gejala yang begitu cepat dalam
beberapa jam pertama. Sering kali orang salah kaprah dan menyamakan
penyakit asam urat dengan rematik. Padahal, rematik adalah istilah yang
menggambarkan rasa sakit pada persendian atau otot yang mengalami
peradangan.
Penyebab Penyakit Asam Urat
Secara alamiah, asam urat merupakan senyawa yang diproduksi oleh tubuh
untuk mengurai purin. Purin merupakan zat alami yang memiliki beberapa
fungsi penting bagi tubuh. Mulai dari mengatur pertumbuhan sel hingga
menyediakan energi. Nantinya, ketika sudah selesai digunakan tubuh, asam urat
akan dibuang melalui urine.
Namun, terkadang tubuh dapat menghasilkan terlalu banyak asam urat atau
ginjal mengalami gangguan sehingga mengeluarkan terlalu sedikit asam urat.
Ketika ini terjadi, asam urat dapat menumpuk, membentuk kristal urat tajam
seperti jarum di sendi atau jaringan di sekitarnya yang menyebabkan rasa sakit,
peradangan, dan pembengkakan.
Faktor Risiko Penyakit Asam Urat
Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu peningkatan kadar asam urat
dalam darah seseorang, antara lain:
Sakit lutut nyatanya juga bisa menjadi pertanda penyakit ini, baca selengkapnya
di tulisan ini: Sakit Lutut Tiba-tiba, Waspada Terjangkit Asam Urat.
Diagnosis Penyakit Asam Urat
Untuk memastikan apakah gejala tertentu merupakan indikasi penyakit asam
urat atau bukan, dokter akan melakukan beberapa langkah diagnosis. Dokter
mungkin akan melakukan beberapa hal, seperti menanyakan riwayat penyakit
pasien, seberapa sering gejala muncul, dan memeriksa lokasi sendi yang sakit.
Selain itu, ada juga pemeriksaan lanjutan yang akan dilakukan untuk
memastikan diagnosis, antara lain:
Tes darah. Tes ini ditujukan untuk mengukur kadar asam urat dan
kreatinin dalam darah. Orang yang mengidap asam urat memiliki
kreatinin hingga 7 mg/dL. Namun, tes ini tidak selalu memastikan
penyakit asam urat, karena beberapa orang diketahui memiliki kadar
asam urat tinggi, tetapi tidak mengidap penyakitnya.
Tes urine 24 jam. Prosedur ini dilakukan dengan memeriksa kadar asam
urat dalam urine yang dikeluarkan pasien selama 24 jam terakhir.
Tes cairan sendi. Prosedur ini akan mengambil cairan sinovial pada
sendi yang terasa sakit, kemudian akan diperiksa di bawah mikroskop.
Tes pencitraan. Pemeriksaan foto rontgen akan dilakukan guna
mengetahui penyebab radang pada sendi. Sementara itu, USG juga bisa
dilakukan untuk mendeteksi kristal asam urat pada sendi.
Selain perubahan gaya hidup, ada beberapa pantangan yang harus diketahui
pengidap asam urat.
“Pengidap penyakit asam urat perlu lebih memperhatikan makanan, karena
makanan tertentu dapat memicu gejala asam urat. Beberapa makanan
pantangannya yaitu daging merah dan daging olahan, alkohol, serta
makanan dan minuman manis.”
Pengidap penyakit asam urat disarankan cermat dalam memilih makanan.
Sebab, beberapa makanan dapat memicu kelebihan asam urat, yang
menyebabkan penumpukan cairan di sekitar persendian. Akibatnya, gejala
asam urat muncul.
Penumpukan cairan di sekitar persendian dapat menyebabkan kristal asam
urat. Kemudian, pembentukan kristal tersebut menyebabkan persendian
membengkak dan meradang, sehingga akan merasakan sakit yang hebat.
Salah satu cara untuk mencegah gejala muncul yaitu dengan menghindari
makanan pantangan, terutama makanan yang banyak mengandung purin.
Makanan Pantangan Pengidap Penyakit Asam Urat
Pengidap penyakit asam urat sebaiknya menghindari makanan yang
mengandung banyak purin. Adapun, purin adalah bahan kimia yang secara
alami ditemukan dalam makanan dan minuman tertentu. Saat tubuh memecah
bahan kimia tersebut, terbentuk asam urat sebagai produk sampingannya.
Itulah sebabnya, pengidap harus mengurangi makanan dan minuman dengan
kandungan banyak purin, yaitu untuk mengurangi kadar asam urat. Maka itu
penting untuk mengurangi konsumsi makanan tertentu untuk mengurangi
kadar asam urat dalam tubuh.
Berikut ini beberapa makanan pantangan yang sebaiknya dihindari pengidap
asam urat:
Daging merah, termasuk daging organ, dari sapi, domba, dan kambing
mengandung banyak purin. Hal itulah yang menyebabkan pengidap penyakit
asam urat harus menghindari atau membatasi makanan tersebut secara ketat.
Alkohol
Alkohol dapat mengganggu proses pembuangan asam urat dari tubuh. Hal
tersebut disebabkan adanya kadar purin yang tinggi dalam minuman
beralkohol.
Biasanya, purin akan terurai menjadi asam urat dan dikeluarkan dari tubuh
melalui urin. Namun, proses tersebut dapat terhenti ketika kadar asam urat
terlalu tinggi. Sebab kristal terbentuk di sekitar persendian, dan asam urat pun
berkembang.
Karbohidrat olahan
Roti putih
Kue
Permen
Pasta (kecuali yang terbuat dari gandum utuh).
Perlu diingat, makanan yang ramah untuk pengidap asam urat tidak
mengandung karbohidrat olahan. Setidaknya pastikan jumlah yang
terkandung sangat sedikit.
Hingga saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit asam
urat. Bahkan mengatur pola makan pun sebenarnya bukanlah pengobatan.
Namun setidaknya mengatur pola makan dan cermat memilih makanan dapat
mengelola gejala atau mencegah datangnya gejala. Meskipun begitu,
perawatan tersebut harus dilakukan dalam jangka panjang dan disiplin.
Selain menjalani pola makan yang sehat, dokter mungkin juga
merekomendasikan untuk olahraga secara teratur serta menurunkan berat
badan berlebih. Dalam kebanyakan kasus, hal tersebut dapat membantu
mengendalikan asam urat, tapi tetap disertai dengan membatasi makanan
dengan banyak kandungan purin.
Pencegahan Penyakit Asam Urat
Beberapa perubahan gaya hidup diyakini dapat membantu menurunkan risiko
penyakit asam urat, yaitu:
Minum banyak air untuk membantu ginjal berfungsi lebih baik dan
menghindari dehidrasi.
Berolahraga secara teratur untuk menjaga berat badan yang sehat. Sebab,
berat badan ekstra meningkatkan asam urat dalam tubuh dan memberi
lebih banyak tekanan pada persendian.
Menghindari penggunaan obat-obatan tertentu. Misalnya seperti obat-
obatan yang bersifat diuretik atau imunosupresan.
Membatasi konsumsi makanan dan minuman yang memiliki kandungan
zat purin tinggi. Misalnya seperti daging merah, minuman beralkohol,
hingga makanan dan minuman tinggi fruktosa.
Konsumsi makanan sehat seperti sayuran dan buah yang memiliki antioksidan
tinggi.
1. Munculnya tofi
Tofi adalah kumpulan kristal urat yang terbentuk akibat penumpukan asam urat,
dan dapat berkembang pada persendian dan tulang rawan. Kristal yang
mengeras ini dapat menyebabkan benjolan dengan berbagai ukuran terbentuk di
bagian tubuh. Misalnya seperti jari dan tangan, pergelangan kaki, siku, hingga
telinga. Meskipun tofi biasanya tidak menyakitkan, namun kondisi ini dapat
menyebabkan kerusakan sendi.
2. Kerusakan sendi
Asam urat kronis dapat menyebabkan pembengkakan sendi dan peradangan
kronis. Keduanya pada akhirnya berisiko menimbulkan komplikasi berupa
kerusakan sendi.
3. Penyakit batu ginjal
Pengidap asam urat memiliki peningkatan risiko terkena batu ginjal. Sebab,
kadar asam urat yang tinggi dapat menyebabkan kristal asam urat terkumpul di
saluran kemih dan membentuknya batu ginjal.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika kamu merasakan beberapa gejala asam urat yang tak kunjung membaik,
sebaiknya segeralah memeriksakan diri ke dokter. Penanganan yang cepat dan
tepat akan menghindarkan kamu dari berbagai komplikasi serius.
PENYAKIT BATU GINJAL
Gejala Epilepsi
Kejang berulang merupakan gejala utama epilepsi. Karakteristik kejang akan
bervariasi dan bergantung pada bagian otak yang terganggu pertama kali dan
seberapa jauh gangguan tersebut terjadi. Jenis kejang epilepsi dibagi menjadi
dua berdasarkan gangguan pada otak, yaitu:
1. Kejang Parsial
Pada kejang parsial atau focal, otak yang mengalami gangguan hanya sebagian
saja. Kejang parsial ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
2. Kejang Umum
Pada kejang umum atau menyeluruh, gejala terjadi pada sekujur tubuh dan
disebabkan oleh gangguan yang berdampak kepada seluruh bagian otak. Berikut
ini adalah gejala-gejala yang bisa terjadi saat seseorang terserang kejang umum:
Ada jenis epilepsi yang umumnya dialami oleh anak-anak, dikenal dengan nama
epilepsi absence atau petit mal. Meski kondisi ini tidak berbahaya, prestasi
akademik dan konsentrasi anak bisa terganggu. Ciri-ciri epilepsi ini adalah
hilangnya kesadaran selama beberapa detik, mengedip-ngedip atau menggerak-
gerakkan bibir, serta pandangan kosong. Anak-anak yang mengalami kejang ini
tidak akan sadar atau ingat akan apa yang terjadi saat mereka kejang.
Penyebab Epilepsi
Epilepsi dapat mulai diidap pada usia kapan saja, umumnya kondisi ini terjadi
sejak masa kanak-kanak. Berdasarkan penyebabnya, epilepsi dibagi dua, yaitu:
Diagnosis Epilepsi
Langkah untuk mengetahui epilepsi, dokter pertama-tama akan menanyakan
perihal aktivitas yang dilakukan oleh pengidap. Selanjutnya, dokter akan
melakukan beberapa tes untuk mengetahui bagaimana kinerja otak dengan cara
mengecek:
cara berjalan.
otot.
kepekaan.
kemampuan berpikir.
Selain itu, dokter akan menyarankan tes berikut, jika kamu terindikasi mengidap
epilepsi, seperti:
Pengobatan Epilepsi
Belum ada metode dan obat untuk menyembuhkan epilepsi. Namun, ada obat
untuk mencegah terjadinya kejang yaitu obat yang dapat menahan gejala
epilepsi, sehingga pengidapnya dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
normal. Kejang-kejang pada pengidap epilepsi perlu ditangani dengan tepat
adalah untuk menghindari terjadinya situasi yang dapat berakibat fatal.
Misalnya terjatuh, tenggelam, atau mengalami kecelakaan saat berkendara
akibat kejang.
Pencegahan Epilepsi
Selain dengan obat, penanganan epilepsi juga perlu ditunjang dengan pola hidup
yang sehat, seperti olahraga secara teratur, tidak mengonsumsi minuman
beralkohol secara berlebihan, serta diet khusus.
Kapan Harus ke Dokter?
Kamu perlu menghubungi dokter jika mengalami gejala-gejala epiepsi seperti
berikut: