Anda di halaman 1dari 13

9 Penyebab Asma yang Harus Anda

Waspadai Agar Tidak Gampang


Kambuh

Asma adalah penyakit pernapasan kronis yang disebabkan oleh peradangan dalam saluran
udara (bronkus). Peradangan mengakibatkan bronkus menjadi bengkak, menyempit, dan terus
memproduksi lendir berlebih. Asma tidak bisa disembuhkan, tapi bisa dikendalikan gejalanya.
Salah satu caranya adalah dengan menghindari hal-hal yang menjadi penyebab asma Anda
mudah kambuh.

Kenali dulu berbagai gejala asma


Peradangan yang disebabkan oleh asma membuat otot-otot di sekeliling saluran napas ikut
membengkak dan kemudian mempersempit terowongan jalur napas. Akibatnya, Anda sering
merasa sesak napas atau ngos-ngosan, serta sulit bernapas lega. Anda mungkin merasa dada
sering sakit sesak seperti ada yang mengikat tali erat-erat di sekeliling dada. Napas mengi
berbunyi “ngik-ngik” dan batuk-batuk juga menjadi gejala asma yang paling dapat dikenali.
Pada kasus yang parah, gejala asma bisa meliputi:

 Kesulitan untuk berbicara, makan, dan tidur karena sesak napas.


 Bibir dan ujung jari-jari kaki serta tangan terlihat membiru.
 Jantung berdebar-debar.
 Tampak lemas dan lesu.
 Pusing yang tak kunjung hilang
 Gejala khas asma semakin parah dan sering.
 Inhaler tidak mampu meredakan gejala yang ada.

Jika Anda memiliki salah satu atau beberapa gejala asma seperti yang sudah disebutkan di
atas, segera cari pertolongan medis untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Siapa yang berisiko tinggi terkena penyakit


asma?
Menurut WHO, asma adalah penyakit paling umum yang dialami anak-anak. Meski begitu,
penyakit ini pada dasarnya dapat dialami oleh orang-orang dari segala usia, tetapi paling sering
dimulai pada masa kanak-kanak karena:

 Orangtua memiliki riwayat asma


 Memiliki infeksi pernapasan, misalnya pneumonia, bronkitis, dan lain sebagainya
 Memiliki alergi atopik tertentu, misalnya alergi makanan atau eksim
 Lahir dengan berat badan rendah
 Kelahiran prematur

Di antara anak-anak, anak laki-laki berisko lebih tinggi terkena asma dibandingkan anak
perempuan. Akan tetapi di antara orang dewasa, wanita lebih sering terkena penyakit ini
dibanding pria. Tidak jelas bagaimana seks dan hormon seks memainkan peran menjadi
penyebab asma.

Apa saja penyebab asma?


Sampai saat ini belum diketahui secara jelas apa saja penyebab asma. Akan tetapi serangan
asma dapat terjadi ketika Anda terpapar pemicu asma. Pemicu asma ini dapat berbeda-beda
pada setiap orang.

Oleh karena itu bagi Anda atau orang terdekat yang memiliki asma, penting untuk memahami
berbagai hal yang dapat memicu gejala asma. Berikut berbagai penyebab asma kambuh yang
paling umum:
1. Alergi

Alergi merupakan salah satu penyebab asma yang paling umum. Pasalnya, alergi dan asma
saling berkaitan satu sama lain.

Pada orang yang memiliki alergi, sistem kekebalan tubuh justru menghasilkan antibodi bernama
histamin untuk melawan zat-zat yang sebenarnya tidak membahayakan. Misalnya makanan
atau bulu binatang. Histamin kemudian akan beredar ke seluruh organ tubuh, seperti kulit,
mata, hidung, saluran napas, paru-paru, dan saluran pencernaan lewat aliran darah. Akibatnya,
tubuh akan memunculkan beragam reaksi berlebihan. Salah satunya adalah sesak napas khas
asma.

Secara umum ada dua alergi yang dapat menjadi penyebab asma, yaitu alergi terhirup dan
alergi makanan.

1. Alergi terhirup

Alergi dapat menjadi penyebab asma ketika seseorang menghirup udara yang mengandung
zat-zat tertentu. Sekitar 80 persen orang dengan asma memiliki alergi yang disebabkan oleh
bulu binatang, tungau debu, kecoa, hingga serbuk sari dari pohon, rumput, dan bunga.
Dalam sebuah penelitian, anak-anak yang tinggal di rumah banyak kecoanya empat kali lebih
mungkin mengalami asma kambuhan dibandingkan anak-anak yang rumahnya bersih dari
paparan kecoa.

2. Alergi makanan

Dalam kasus yang jarang, alergi makanan juga dapat menjadi penyebab asma. Gejala asma
bisa terjadi ketika reaksi alergi berkembang makin parah menjadi syok anafilaktik setelah
makan makanan tertentu.

Berikut beberapa makan yang paling sering menyebabkan gejala alergi di antaranya:

 Susu sapi
 Telur
 Kacang kacangan
 Ikan
 Kerang-kerangan
 Kacang pohon (seperti kacang mete atau kenari)
 Gandum
 Kedelai
 Buah segar

Gejala alergi makanan dapat berkisar dari ringan sampai berat, dan mungkin datang tiba-tiba
atau selama beberapa jam. Karena sistem kekebalan tubuh seseorang mungkin bereaksi
terhadap jumlah yang sangat kecil dari alergen, alergi makanan sangat berbahaya dan
berpotensi mengancam nyawa terutama jika memengaruhi pernapasan. Karena itu, orang
dengan asma memiliki peningkatan risiko untuk memunculkan reaksi alergi yang fatal terhadap
makanan.

2. Olahraga
Tidak semua orang yang gemar olahraga lantas akan mengalami asma. Namun khususnya
pada orang-orang tertentu yang sudah punya asma sebelumnya, gejala mereka bisa bertambah
parah akibat olahraga. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan bagi orang yang tidak pernah
punya asma (termasuk atlet) justru mengalaminya hanya saat mereka berolahraga. Kenapa?

Ketika berolahraga atau beraktivitas berat, seperti naik tangga contohnya, Anda mungkin tanpa
sadar menarik dan buang napas lewat mulut. Cara bernapas seperti ini bisa penjadi penyebab
asma muncul.

Mulut tidak memiliki rambut-rambut halus dan rongga sinus seperti hidung yang berfungsi
membantu melembapkan udara yang masuk. Udara kering dari luar yang masuk ke paru lewat
mulut akan memicu penyempitan saluran napas sehingga Anda sulit bernapas lega.

Anda mungkin mengalami gejala asma seperti sesak napas, batuk-batuk, dan napas mengi
berbunyi “ngik-ngik” dalam 5-20 menit pertama berolahraga. Gejala asma karena
olahraga tersebut biasanya dapat mereda dalam hitungan menit atau bahkan beberapa jam
setelahnya.

Penggunaan inhaler asma sebelum memulai olahraga bisa jadi salah satu cara mencegah
terjadinya serangan asma ketika berolahraga. Selain itu, penting juga untuk melakukan
pemanasan pelan-pelan lebih dulu sebelum memulai olahraga. Jangan pula memaksakan
berolahraga terlalu berat di luar kemampuan tubuh.

3 Asam lambung naik


Studi terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen orang pengidap asma ternyata juga
memiliki riwayat penyakit GERD parah. Nyatanya, orang dengan penyakit asma hampir dua kali
lebih rentan terkena GERD dibanding mereka yang bukan penderita asma.

GERD adalah gangguan pencernaan kronis yang ditandai dengan kenaikan asam lambung
lebih dari 2-3 kali setiap minggu. Penyebabnya adalah katup berotot (sfingter) di ujung paling
atas lambung tidak bisa menutup dengan baik untuk menjaga asam lambung tetap ada di dasar
lambung. Akibatnya, asam lambung naik ke kerongkongan. Jika asam lambung naik ke
kerongkongan atau saluran napas, maka akan menyebabkan iritasi dan peradangan bronkus
yang dapat memicu serangan asma.

Dikutip dari laman Mayo Clinic, asam lambung dapat membuat gejala asma memburuk dan
asma dapat memperburuk gejala refluks asam lambung. Penyakit GERD biasanya muncul pada
saat tidur malam ketika penderitanya dalam posisi tidur berbaringg Itu mungkin juga kenapa
gejala asma seringnya kambuh pada malah hari pada orang-orang tertentu.

Beberapa tanda yang menunjukkan refluks asam lambung sebagai penyebab asma termasuk:

 Baru memunculkan gejala asma pada masa dewasa


 Tidak memiliki riwayat penyakit asma dari keluarga
 Gejala asma yang memburuk setelah makan besar atau olahraga
 Gejala asma yang terjadi saat minum minuman beralkohol
 Gejala asma yang terjadi pada malam hari atau saat berbaring
 Obat asma kurang efektif dari biasanya
 Tidak memiliki riwayat alergi atau bronkitis

Jika Anda memiliki salah satu dari tanda yang sudah disebutkan di atas, biasanya dokter akan
melakukan tes khusus untuk memastikan diagnosis. Dengan begitu, dokter dapat menentukan
perawatan yang tepat untuk Anda.

4. Merokok
Orang yang merokok lebih cenderung terkena asma dibandingkan yang mereka yang tidak
merokok. Jika Anda memiliki asma dan merokok, maka hal tersebut dapat membuat gejala
asma semakin memburuk.

Wanita yang merokok selama hamil juga dapat meningkatkan risiko mengi pada janinnya. Tak
hanya itu saja. Bayi yang ibunya merokok selama kehamilan juga memiliki fungsi paru-paru
yang lebih buruk dibandingkan dengan mereka yang ibunya tidak merokok.

Berhenti merokok merupakan salah satu cara terbaik untuk mengurangi gejala asma sekaligus
melindungi paru-paru Anda.

5. Batuk

Selain alergi, batuk juga bisa jadi salah satu penyebab asma. Pemicu asma batuk biasanya
adalah peradangan ataupun infeksi di saluran pernapasan, misalnya karena flu, rhinitis kronis
dan sinusitis (radang sinus), dan bronkitis. Infeksi saluran pernapasan merupakan penyebab
asma paling umum pada anak-anak di bawah usia 10 tahun. Infeksi pernapasan yang memicu
asma ini dapat disebabkan karena virus atau bakteri.

Asma batuk sangat kurang terdiagnosis dan sulit diobati. Jika Anda mengalami batuk yang
berkepanjangan, segera cek kondisi kesehatan Anda ke dokter spesialis paru-paru.
Pengobatan yang biasanya dilakukan adalah tes fungsi paru-paru guna melihat kinerja paru-
paru Anda.
6. Obat-obatan tertentu

Kebanyakan orang tidak pernah mengira bahwa obat-obat tanpa resep tertentu bisa
memperburuk gejala asma. Ya, obat antinyeri NSAID seperti aspirin dan ibuprofen hingga obat
penyakit jantung beta blocker bisa memperburuk gejala asma yang Anda miliki. Bahkan tak
jarang, efek samping obat-obatan tersebut juga dapat berakibat fatal pada penderita asma.

Apabila Anda termasuk salah satu orang yang sensitif terhadap obat-batan tersebut,
hindari ibuprofen, naproxen, dan diclofenac karena mereka bisa memicu serangan asma.
Terlebih bagi Anda yang sudah punya riwayat asma.

Selalu konsultasikan dengan dokter terkait penggunaan obat-obat tersebut sebelum Anda
mengonsumsinya.
7. Pekerjaan tertentu

Pekerjaan Anda bisa jadi penyebab asma suka kambuh tanpa disadari. Ini diakibatkan oleh
pemicu-pemicu yang umum hadir di lingkungan kerja. Misalnya zat kimia, serbuk kayu, debu
konstruksi, dan asap limbah pabrik.

Orang yang paling rentan mengalami asma okupasi adalah para pekerja konstruksi, peternak
hewan, perawat, tukang kayu, petani, dan pekerja lain yang dalam kesehariannya
mengalami paparan polusi udara dan zat kimia serta rokok yang bisa menimbulkan gejala
asma.

Gejala asma okupasi biasanya hanya terjadi saat Anda sedang bekerja.

8. Malam hari
Penelitian menunjukkan bahwa kasus kematian akibat asma paling banyak terjadi pada malam
hari. Kondisi ini terjadi karena meningkatknya paparan alergen, suhu udara, posisi tidur yang
berbaring, atau bahkan produksi hormon tertentu yang mengikuti jam biologis tubuh. Selain itu,
umumnya gejala sinusitis dan asma sering muncul di malam hari, terutama apabila lendir paru
menyumbat saluran napas dan memicu gejala batuk khas asma.

Selalu menyediakan obat asma di samping tempat tidur adalah kunci utama untuk mengatasi
asma malam hari dan mendapatkan tidur yang berkualitas.

9. Penyebab asma lainnya


Selain yang sudah disebutkan di atas, penyebab asma lainnya juga bisa karena hal-hal remeh
dan mungkin tak terpikirkan sebelumnya, seperti:

 Bau-bauan yang kuat, misalnya parfum, bahan pembersih, dan lain sebagainya.
 Udara dingin, perubahan suhu, dan kelembapan dapat menyebabkan asma.
 Rasa cemas,menangis, berteriak, stres, marah, atau tertawa terlalu keras juga dapat memicu
serangan asma.

Beberapa penyakit berikut ini juga dapat menyebabkan beberapa gejala yang mirip asma, tapi
pada dasarnya mereka bukan asma.

 Mengi adalah satu dari sekian gejala asma yang dapat dikenali. Meski begitu bukan berarti
orang yang mengalami mengi pasti memiliki asma. Pasalnya, mengi juga dapat menjadi gejala
dari penyakit lain seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan pneumonia (infeksi paru-
paru).
 Asma jantung adalah bentuk dari gagal jantung yang gejalanya mirip dengan beberapa gejala
asma biasa.
 Disfungsi pita suara.

Bagaimana cara mengobati penyakit asma?


Asma adalah penyakit yang tak bisa disembuhkan. Namun, berbagai cara mulai dari
penggunaan obat hingga perubahan gaya hidup dapat membantu mengendalikan gejala asma
dan mencegahnya kambuh.

Biasanya obat-obatan asma diberikan melalui inhaler. Alat ini digunakan dengan cara dihirup.
Penggunaan obat asma dengan cara dihirup dinilai lebih efektif karena dapat mengirimkan obat
langsung ke saluran pernapasan Anda. Tanyakan secara rinci pada dokter Anda bagaimana
penggunaan inhaler karena setiap inhaler bekerja dengan cara yang berbeda-beda. Pastikan
juga jika Anda memahami apa yang disampaikan dokter karena hal tersebut merupakan bagian
dari salah satu cara penanganan asma yang baik.

Secara umum asma dapat diobati dengan dua jenis obat-obatan, yaitu:

1. Obat kontrol jangka panjang

Kebanyakan orang yang memiliki asma harus minum obat kontrol jangka panjang setiap hari
untuk membantu mencegah gejala. Obat-obatan jangka panjang adalah yang paling efektif
mengurangi peradangan saluran napas, dan membantu mencegah kekambuhan gejala. Obat-
obatan ini termasuk kortikosteroid inhalasi, Cromolyn, Omalizumab (anti-IgE). Jika Anda
memiliki asma yang parah, Anda mungkin harus menggunakan pil kortikosteroid atau cair untuk
jangka pendek agar asma Anda tetap terkontrol.

2. Obat pereda instan

Semua orang yang memiliki penyakit asma memerlukan obat-obatan tertentu untuk membantu
meringankan gejala asma yang mungkin kambuh. Inhalasi short-acting beta2-agonis (albuterol,
pirbuterol, levalbuterol atau bitolterol) adalah pilihan pertama untuk bantuan cepat. Obat-obatan
lain adalah ipratropium (antikolinergik), prednisone, prednisolon (steroid oral). Anda harus
menggunakan obat pereda cepat ketika Anda gejala asma baru mulai muncul.

Jika Anda menggunakan obat ini lebih dari 2 hari seminggu, bicarakan dengan dokter Anda
tentang kontrol asma Anda. Anda mungkin perlu untuk membuat perubahan rencana tindakan
asma Anda

Bagaimana caranya mengontrol gejala asma?


Ada banyak pemicu atau penyebab asma. Reaksi terhadap pemicu asma berbeda untuk setiap
orang dan dapat bervariasi juga dari waktu ke waktu. Penyebab asma tertentu mungkin tidak
berbahaya bagi sebagian orang. Namun bagi beberapa orang lainnya, hal tersebut dapat
memperburuk gejala asma yang ada. Mengenali dan menghindari berbagai penyebab asma
yang spesifik, jika memungkinkan, adalah kunci utama untuk mengontrol gejala asma. Berikut
beberapa hal lain yang dapat Anda lakukan untuk mengontrol gejala asma:

 Melakukan diskusi dengan dokter untuk membuat dan menjalani rencana perawatan yang tepat
untuk Anda.
 Mencari informasi sebanyak-banyaknya terkait cara menggunakan obat asma seperti inhaler,
nebulizer, dan obat-obatan lainnya yang mungkin diresepkan dokter.
 Mencatat gejala asma Anda sebagai cara untuk melacak seberapa baik asma Anda terkontrol.
 Anda mungkin juga harus melakukan vaksin flu setiap tahun. Silakan konsultasi ke dokter untuk
informasi lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai