Anda di halaman 1dari 7

Asma adalah gangguan inflamasi kronik jalan napas yang melibatkan berbagai sel

inflamasi dan elemennya yang berhubungan dengan hiperreaktivitas bronkus


sehingga menyebabkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak, rasa berat di
dada dan batuk yang timbul terutama pada malam atau dini hari yang bersifat
reversible (dapat membaik) dengan atau tanpa

Penyebab dan Gejala Asma


Meskipun penyebabnya belum diketahui secara pasti, ada beberapa hal yang kerap
menjadi pemicu asma, yaitu:

 Asap rokok
 Debu
 Bulu hewan
 Udara dingin
 Infeksi virus
 Paparan zat kimia

Pengobatan dan Pencegahan Asma


Pengobatan asma dapat akan disesuaikan dengan kondisi pasien. Tujuannya
adalah untuk meredakan gejala asma, mencegah kekambuhan gejala, serta
mengurangi pembengkakan dan penyempitan pada saluran pernapasan. Metodenya
bisa berupa pemberian obat-obatan atau operasi.
Meski sulit dicegah, ada upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya
serangan asma, antara lain dengan:

 Menjalani vaksinasi influenza dan pneumonia secara teratur


 Mengetahui pemicu munculnya gejala asma dan menghindarinya
 Melakukan pemeriksaan ke dokter bila gejala tidak juga membaik setelah
menjalani pengobatan

 Adapun pemicu asma itu sendiri dapat berbeda-beda pada tiap penderita, antara
lain:

 Infeksi saluran pernapasan, seperti flu


 Alergen (zat pemicu alergi), seperti bulu hewan, tungau, debu, dan serbuk
bunga
 Paparan asap kimia, asap rokok, dan polusi udara
 Kondisi cuaca, seperti badai, udara dingin atau panas, cuaca lembap atau
berangin, serta perubahan suhu yang drastis
 Kondisi ruangan yang lembap, berjamur, atau berdebu
 Stres
 Emosi yang berlebihan, misalnya kesedihan yang berlarut, marah tak
terkendali, atau tertawa terbahak-bahak
 Aktivitas fisik atau olahraga yang terlalu berat
 Obat-obatan, misalnya obat pereda nyeri antiinflamasi nonsteroid (seperti
aspirin atau ibuprofen) dan obat penghambat beta
 Makanan atau minuman yang mengandung zat aditif, misalnya selai, udang,
makanan olahan, makanan siap saji, minuman kemasan sari buah, bir,
dan wine
 Alergi makanan, misalnya pada udang atau kacang-kacangan
 Penyakit asam lambung (GERD)

Faktor Risiko Asma


Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit
asma, yaitu:

 Jenis kelamin laki-laki pada anak-anak, dan perempuan pada remaja atau
dewasa
 Riwayat asma atau alergi atopik, seperti alergi makanan, rhinitis alergi,
atau eksim, pada keluarga
 Berat badan berlebih atau obesitas
 Riwayat bronkiolitis atau infeksi paru-paru pada masa kanak-kanak
 Lahir dengan berat badan di bawah normal
 Kelahiran prematur, terutama jika membutuhkan ventilator
 Kebiasaan merokok, termasuk pada ibu hamil
 Paparan asap rokok saat masih kecil
 Bidang pekerjaan yang berisiko terpapar zat kimia, seperti petani, penata
rambut, atau pekerja pabrik

Gejala utama asma adalah gangguan pernapasan, yang dapat meliputi:

 Sulit bernapas
 Batuk
 Dada terasa sesak, nyeri, dan seperti tertekan
 Mengi atau bengek

Keluhan di atas dapat menyerupai gejala dari penyakit lain. Namun, keluhan
tersebut dapat dicurigai disebabkan oleh asma bila memiliki karakteristik berikut:

 Bertambah buruk di pagi atau malam hari


 Hilang timbul di hari yang sama
 Timbul atau bertambah buruk saat penderita terinfeksi virus, seperti pilek
 Dipicu oleh olahraga, alergi, udara dingin, atau napas berlebihan saat tertawa
atau menangis

Di samping itu, ada pula istilah serangan asma, yang ditandai dengan perburukan
gejala. Serangan asma dapat berlangsung secara mendadak atau dalam beberapa
hari. Kondisi ini ditandai dengan gejala yang lebih serius, seperti:

 Gejala batuk, mengi, dan sesak di dada yang makin sering dan memburuk
 Gangguan bicara, makan, atau tidur akibat sulit bernapas
 Bibir dan jari-jari yang terlihat membiru
 Butuh lebih sering menggunakan inhaler
 Denyut jantung meningkat
 Pusing, lelah, atau mengantuk
 Pingsan

Kapan Harus ke Dokter


Segera ke dokter jika Anda atau keluarga Anda mengalami gejala serangan asma,
terutama jika disertai kondisi berikut:

 Tidak dapat diredakan dengan menggunakan inhaler


 Napas yang sangat cepat
 Sesak napas dan mengi yang memburuk dengan sangat cepat
 Batuk yang sulit berhenti atau mengi yang terdengar cukup keras saat
bernapas
 Sesak napas saat melakukan aktivitas ringan
 Rasa cemas dan panik
 Warna jari, bibir, dan gusi menjadi kebiruan atau pucat
 Dada terasa nyeri atau tertekan
 Sulit berbicara
 Wajah pucat dan berkeringat dingin

Serangan asma yang parah dapat membahayakan jiwa. Segera cari pertolongan
medis ke IGD untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Pemeriksaan ke dokter juga diperlukan bila Anda:

 Menduga mengalami asma


 Mengalami asma yang bertambah parah
 Menderita asma sehingga perlu melakukan pemeriksaan rutin untuk
memastikan efektivitas pengobatan yang sedang dijalani

Untuk mendiagnosis asma, dokter akan mengajukan pertanyaan seputar gejala


serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik,
yaitu dengan:

 Melihat bagian hidung, tenggorokan, dan saluran pernapasan atas


 Mendengarkan napas pasien dengan stetoskop untuk mendeteksi adanya
gejala asma, seperti mengi
 Melihat kulit pasien untuk mendeteksi kondisi alergi, seperti eksim dan gatal-
gatal

Guna memastikan diagnosis, dokter akan memeriksa fungsi paru-paru pasien


melalui beberapa tes berikut:

Spirometri
Pada spirometri, dokter akan meminta pasien untuk menarik napas dalam dan
mengembuskannya secepat mungkin ke spirometer. Tes ini bertujuan untuk
mengukur kinerja paru-paru berdasarkan volume udara dan jumlah total udara yang
diembuskan.
Peak flow meter test
Tes ini menggunakan alat bernama peak flow meter (PFM), untuk mengukur
kecepatan udara dari paru-paru dalam sekali embusan napas.

Tes provokasi saluran napas


Dalam tes ini, pasien akan diminta untuk menghirup zat yang dapat memicu asma,
seperti histamin atau metakolin. Meski dapat memastikan diagnosis, tes ini berisiko
memicu serangan asma sehingga hanya boleh dilakukan dalam pengawasan dokter.

Uji oksida nitrat


Tes ini dilakukan untuk mengukur kadar oksida nitrat yang diembuskan saat
bernapas. Jika hasil tes menunjukkan kadar yang tinggi, dapat diduga saluran
pernapasan pasien mengalami pembengkakan.
Jika diperlukan, dokter juga akan melakukan beberapa tes lanjutan, yang meliputi:

 Tes alergi, untuk mendeteksi adanya alergi yang mungkin menyebabkan


asma
 Pemindaian, seperti foto Rontgen, untuk mendeteksi penyakit yang bisa
memicu gangguan pernapasan
 Tes eosinofil dalam dahak, untuk mendeteksi keberadaan salah satu sel
darah putih (eosinofil) dalam air liur dan dahak yang dikeluarkan saat batuk
 Tes provokatif dengan olahraga atau paparan udara dingin, untuk mengukur
sumbatan pada saluran pernapasan sebelum dan setelah melakukan aktivitas
fisik yang berat atau menghirup udara dingin
 Tes gas dan difusi, untuk mengetahui kemampuan darah dalam menyerap
oksigen dan gas lain dari proses pernapasan, dengan mengukur kadar gas
yang diembuskan saat bernapas

Berikut ini adalah penjelasan masing-masing metode beserta pengobatannya:

Pengobatan Jangka Pendek


Metode pengobatan jangka pendek bertujuan untuk secara cepat meredakan
serangan asma saat sedang terjadi dan mencegah kekambuhan gejala. Ada tiga
jenis obat yang dapat digunakan pada metode ini, yaitu:

1. Inhaler short-acting beta2-agonist
Inhaler dapat digunakan untuk meredakan gejala dengan cepat saat serangan asma
sedang berlangsung. Obat ini dapat membuka saluran pernapasan yang menyempit
sehingga udara dapar kembali masuk.
Meski inhaler dapat dengan mudah meredakan gejala asma, obat ini sebaiknya
hanya digunakan sesuai dengan anjuran dokter. Hal ini karena penggunaannya tidak
boleh terlalu sering dan perlu dicatat tiap minggunya.
2. Kortikosteroid oral atau infus
Dokter akan meresepkan kortikosteroid untuk meredakan peradangan di saluran
pernapasan.

3. Obat antikolinergik
Obat antikolinergik, seperti ipratropium dan tiotropoium, digunakan untuk
melemaskan saluran pernapasan sehingga pasien bisa lebih mudah bernapas.

Pengobatan Jangka Panjang


Pengobatan jangka panjang bertujuan untuk meredakan gejala dengan mengurangi
peradangan dan mencegah penyempitan saluran pernapasan. Metode ini dilakukan
dengan mengonsumsi obat-obatan secara rutin, seperti:

 Kortikosteroid dalam bentuk hirup atau pil, untuk mengurangi respons tubuh
terhadap peradangan
 Obat biologis bentuk suntik, seperti omalizumab, mepolizumab, reslizumab,
dan benralizumab, yang berfungsi meredakan respons tubuh terhadap
alergen pada penderita asma yang parah
 Obat modifikasi leukotrien, seperti montelukast, zafirlukast, dan zileuton,
untuk meredakan peradangan dan menjaga saluran pernapasan tetap
terbuka
 Stabilisator sel mast, seperti cromolyn, untuk mencegah peradangan pada
saluran pernapasan saat terpapar alergen atau penyebab asma lain dengan
mencegah sel imun menghasilkan sinyal pemicu peradangan
 Imunoterapi, dalam bentuk hirup, tablet, atau sirup, untuk mengurangi
respons tubuh terhadap alergen penyebab asma
 Inhaler bronkodilator, untuk mencegah penyempitan saluran pernapasan

Penanganan Darurat
Serangan asma merupakan kondisi darurat yang membahayakan jiwa. Pada kondisi
tersebut, dokter akan memberikan obat-obatan melalui nebulizer atau infus. Bila
diperlukan, dokter juga dapat memberikan terapi oksigen atau alat bantu
pernapasan, seperti ventilator atau tabung oksigen.

Bronchial Thermoplasty
Bronchial thermoplasty adalah operasi untuk mengatasi asma yang parah dan tidak
bisa ditangani dengan metode pengobatan lain. Meski begitu, tidak semua penderita
asma cocok untuk menjalani prosedur ini.
Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan selang tipis dan lentur ke dalam paru-
paru, untuk memanaskan otot-otot di sekitar saluran napas. Tujuannya adalah untuk
merusak otot tersebut agar penyempitan pada saluran pernapasan dan serangan
asma dapat berkurang.
Asma yang parah dapat menyebabkan status asmatikus. Kondisi ini terjadi ketika
penderita asma tidak merespons pengobatan biasa sehingga perlu ditangani di
rumah sakit.
Status asmatikus dapat menimbulkan sejumlah komplikasi pada penderita asma,
yaitu:

 Gagal napas, akibat saluran pernapasan melebar dan penuh lendir


 Henti jantung, yang terjadi akibat kekurangan oksigen
 Hipoksemia, yaitu kerusakan atau kematian otak akibat darah tidak
mengandung cukup oksigen dalam waktu yang lama
 Alkalosis respiratorik, yang terjadi ketika tubuh kekurangan karbondioksida
akibat bernapas terlalu cepat
 Hiperkarbia, terutama pada pengguna ventilator, akibat ketidakmampuan
paru-paru dalam membuang karbondioksia sehingga menumpuk di dalam
tubuh
 Pneumotoraks, yaitu ketika paru-paru kolaps atau rusak sehingga udara
bocor ke ruang di antara paru-paru dan dinding dada
 Pneumonediastinum, yang terjadi ketika udara bocor dari paru-paru ke
rongga dada

Asma juga dapat menyebabkan penderitanya sering masuk IGD atau menjalani
perawatan di rumah sakit akibat serangan asma. Selain itu, penderita juga dapat
mengalami komplikasi lain yang memengaruhi kualitas hidup, berupa:

 Gangguan pada aktivitas sehari-hari, seperti tidur, bekerja, dan bersekolah


 Penyempitan saluran pernapasan secara permanen sehingga memengaruhi
kemampuan bernapas
 Efek samping akibat penggunaan obat asma dalam jangka panjang
 Gangguan pertumbuhan dan gangguan belajar pada anak-anak
 Risiko stres, cemas, dan depresi yang lebih tinggi pada orang dewasa

Asma sulit untuk dicegah, karena penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti.
Meski begitu, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari serangan
asma, yaitu:

 Menjalani pengobatan asma yang telah ditentukan oleh dokter, termasuk


dengan mengonsumsi obat-obatan secara rutin dan sesuai petunjuk dokter
 Menjalani vaksinasi flu dan pneumonia secara teratur
 Mengetahui pemicu munculnya gejala asma dan menghindarinya
 Mewaspadai timbulnya gejala asma, seperti batuk, mengi, atau sesak napas
 Menangani gejala asma sedini mungkin dengan mengonsumsi obat-obatan
atau menghentikan aktivitas yang dapat memicu serangan
 Melakukan konsultasi dan pemeriksaan ke dokter bila pengobatan tidak juga
mampu meredakan gejala
 Menjalani pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi
seimbang, berolahraga dalam intensitas ringan secara teratur, dan tidak
merokok
 Menurunkan berat badan bila menderita obesitas
 Mengelola stres dengan baik

Anda mungkin juga menyukai