Asap rokok
Debu
Bulu hewan
Udara dingin
Infeksi virus
Paparan zat kimia
Adapun pemicu asma itu sendiri dapat berbeda-beda pada tiap penderita, antara
lain:
Jenis kelamin laki-laki pada anak-anak, dan perempuan pada remaja atau
dewasa
Riwayat asma atau alergi atopik, seperti alergi makanan, rhinitis alergi,
atau eksim, pada keluarga
Berat badan berlebih atau obesitas
Riwayat bronkiolitis atau infeksi paru-paru pada masa kanak-kanak
Lahir dengan berat badan di bawah normal
Kelahiran prematur, terutama jika membutuhkan ventilator
Kebiasaan merokok, termasuk pada ibu hamil
Paparan asap rokok saat masih kecil
Bidang pekerjaan yang berisiko terpapar zat kimia, seperti petani, penata
rambut, atau pekerja pabrik
Sulit bernapas
Batuk
Dada terasa sesak, nyeri, dan seperti tertekan
Mengi atau bengek
Keluhan di atas dapat menyerupai gejala dari penyakit lain. Namun, keluhan
tersebut dapat dicurigai disebabkan oleh asma bila memiliki karakteristik berikut:
Di samping itu, ada pula istilah serangan asma, yang ditandai dengan perburukan
gejala. Serangan asma dapat berlangsung secara mendadak atau dalam beberapa
hari. Kondisi ini ditandai dengan gejala yang lebih serius, seperti:
Gejala batuk, mengi, dan sesak di dada yang makin sering dan memburuk
Gangguan bicara, makan, atau tidur akibat sulit bernapas
Bibir dan jari-jari yang terlihat membiru
Butuh lebih sering menggunakan inhaler
Denyut jantung meningkat
Pusing, lelah, atau mengantuk
Pingsan
Serangan asma yang parah dapat membahayakan jiwa. Segera cari pertolongan
medis ke IGD untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Pemeriksaan ke dokter juga diperlukan bila Anda:
Spirometri
Pada spirometri, dokter akan meminta pasien untuk menarik napas dalam dan
mengembuskannya secepat mungkin ke spirometer. Tes ini bertujuan untuk
mengukur kinerja paru-paru berdasarkan volume udara dan jumlah total udara yang
diembuskan.
Peak flow meter test
Tes ini menggunakan alat bernama peak flow meter (PFM), untuk mengukur
kecepatan udara dari paru-paru dalam sekali embusan napas.
1. Inhaler short-acting beta2-agonist
Inhaler dapat digunakan untuk meredakan gejala dengan cepat saat serangan asma
sedang berlangsung. Obat ini dapat membuka saluran pernapasan yang menyempit
sehingga udara dapar kembali masuk.
Meski inhaler dapat dengan mudah meredakan gejala asma, obat ini sebaiknya
hanya digunakan sesuai dengan anjuran dokter. Hal ini karena penggunaannya tidak
boleh terlalu sering dan perlu dicatat tiap minggunya.
2. Kortikosteroid oral atau infus
Dokter akan meresepkan kortikosteroid untuk meredakan peradangan di saluran
pernapasan.
3. Obat antikolinergik
Obat antikolinergik, seperti ipratropium dan tiotropoium, digunakan untuk
melemaskan saluran pernapasan sehingga pasien bisa lebih mudah bernapas.
Kortikosteroid dalam bentuk hirup atau pil, untuk mengurangi respons tubuh
terhadap peradangan
Obat biologis bentuk suntik, seperti omalizumab, mepolizumab, reslizumab,
dan benralizumab, yang berfungsi meredakan respons tubuh terhadap
alergen pada penderita asma yang parah
Obat modifikasi leukotrien, seperti montelukast, zafirlukast, dan zileuton,
untuk meredakan peradangan dan menjaga saluran pernapasan tetap
terbuka
Stabilisator sel mast, seperti cromolyn, untuk mencegah peradangan pada
saluran pernapasan saat terpapar alergen atau penyebab asma lain dengan
mencegah sel imun menghasilkan sinyal pemicu peradangan
Imunoterapi, dalam bentuk hirup, tablet, atau sirup, untuk mengurangi
respons tubuh terhadap alergen penyebab asma
Inhaler bronkodilator, untuk mencegah penyempitan saluran pernapasan
Penanganan Darurat
Serangan asma merupakan kondisi darurat yang membahayakan jiwa. Pada kondisi
tersebut, dokter akan memberikan obat-obatan melalui nebulizer atau infus. Bila
diperlukan, dokter juga dapat memberikan terapi oksigen atau alat bantu
pernapasan, seperti ventilator atau tabung oksigen.
Bronchial Thermoplasty
Bronchial thermoplasty adalah operasi untuk mengatasi asma yang parah dan tidak
bisa ditangani dengan metode pengobatan lain. Meski begitu, tidak semua penderita
asma cocok untuk menjalani prosedur ini.
Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan selang tipis dan lentur ke dalam paru-
paru, untuk memanaskan otot-otot di sekitar saluran napas. Tujuannya adalah untuk
merusak otot tersebut agar penyempitan pada saluran pernapasan dan serangan
asma dapat berkurang.
Asma yang parah dapat menyebabkan status asmatikus. Kondisi ini terjadi ketika
penderita asma tidak merespons pengobatan biasa sehingga perlu ditangani di
rumah sakit.
Status asmatikus dapat menimbulkan sejumlah komplikasi pada penderita asma,
yaitu:
Asma juga dapat menyebabkan penderitanya sering masuk IGD atau menjalani
perawatan di rumah sakit akibat serangan asma. Selain itu, penderita juga dapat
mengalami komplikasi lain yang memengaruhi kualitas hidup, berupa:
Asma sulit untuk dicegah, karena penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti.
Meski begitu, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari serangan
asma, yaitu: