Anda di halaman 1dari 3

1.

Dokter memulai dengan menganamnesa pasien ( menanyakan ada


tidak keluhan dan gejala di bawah ini :
 Suara serak atau hilang suara (afonia)
 Gejala lokal seperti suara parau, seperti suara yang kasar atau suara
yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara
yang biasa/normal bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni).
 Sesak nafas dan stridor.
 Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menelan atau berbicara
 Gejala radang umum seperti demam, malaise
 Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental.
 Gejala common cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga
sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala,
batuk dan demam dengan temperatur yang tidak mengalami
peningkatan dari 38o C.
 Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis
yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada
anak berupa anak menjadi gelisah, nafas berbunyi, air hunger, sesak
semakin bertambah berat.
 Laringitis kronik ditandai dengan afonia yang persisten. Pada pagi
hari, biasanya tenggorokan terasa sakit namun membaik pada suhu
yang lebih hangat. Nyeri tenggorokan dan batuk memburuk kembali
menjelang siang. Batuk ini dapat juga dipicu oleh udara dingin atau
minuman dingin.
 Faktor Risiko
1. Penggunaan suara yang berlebihan
2. Pajanan terhadap zat iritatif seperti asap rokok dan minum-
minuman alkohol
3. Adanya refluks gastroesofageal, bronkitis, dan pneumonia
4. Rhinitis alergi
5. Perubahan suhu yang tiba-tiba.
6. Malnutrisi
7. Keadaan menurunnya sistem imun atau daya tahan tubuh.

2. Dokter melakukan pemeriksaan fisik, mencari ada/tidak :

Pemeriksaan dengan laringoskopi indirek khusus untuk pasien dewasa


untuk melihat daerah laring dan sekitarnya.

 Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis


dan membengkak terutama di bagian atas dan bawah pita suara.
 Biasanya terdapat tanda radang akut di hidung atau sinus paranasal.
 Pada laringitis kronik, dapat ditemukan nodul, ulkus dan penebalan
mukosa pita suara.
3. Dokter menetapkan diagnosis kerja Laringitis berdasarkan hasil
anamnesa, pemeriksaan fisik dengan diagnosis banding :
 Benda asing pada laring
 Faringitis
 Bronkiolitis
 Bronkitis
 Pneumonia
 Tumor pada laring
 Kelumpuhan pita suara

4. Dokter menulis terapi pada rekam medis dan melanjutkan dengan


pemberian resep kepada pasien sesuai dengan terapi Laringitis :
 Parasetamol atau Ibuprofen sebagai antipiretik dan analgetik.
 Pemberian antibiotik dilakukan bila peradangan dari paru dan bila
penyebab berupa Streptokokus grup A ditemukan melalui kultur.
Pada kasus ini, antibiotik yang dapat digunakan yaitu golongan
Penisilin.
 Proton Pump Inhibitor pada laringitis yang disebabkan oleh refluks
laringofaringeal.
 Kortikosteroid dapat diberikan jika laringitis berat.
 Laringitis tuberkulosis: obat antituberkulosis.
 Laringitis luetika: penisilin dengan dosis tinggi.

Konseling dan Edukasi

Memberitahu pasien dan keluarga untuk:

 Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan


olahraga teratur.
 Menghentikan merokok.
 Mengistirahatkan pasien berbicara dan bersuara atau tidak bersuara
berlebihan.
 Menghindari makanan yang mengiritasi seperti makanan pedas dan
minum es.
 Meningkatkan asupan cairan.
Kriteria Rujukan

Indikasi masuk rumah sakit apabila:

 Usia penderita dibawah 3 tahun


 Terdapat tanda sumbatan jalan nafas.
 Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau exhausted
 Curiga adanya tumor laring

Perawatan di rumah kurang memadai.

Anda mungkin juga menyukai