Anda di halaman 1dari 3

LARINGITIS

Nomor Dokumen : 078/SOP/UKP/DS/2018


Nomor Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit : 20 Desember 2018
Halaman :1/3
KLINIK
Heny S.Tr.Keb
AL BAROKAH

1. Pengertian Laringitis adalah peradangan pada laring yang dapat disebabkan oleh
virus, bakteri, atau jamur. Laringitis juga merupakan akibat dari
penggunaan suara yang berlebihan, pajanan terhadap polutan eksogen,
atau infeksi pada pita suara. Refluks gastroesofageal, bronkitis, dan
pneumonia juga dapat menyebabkan laringitis.
2. Tujuan Sebagai acuan bagi dokter dan praktisi kesehatan di Klinik Al Barokah
dalam menangani laringitis di klinik Al Barokah
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Klinik Nomor 01/UKP/DS/2018 Tentang
Kebijakan Pelayanan Klinis
4. Referensi 1. Buku Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di Klinik Al Barokah
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur 1. Anamnesa :
Keluhan suara serak atau hilang suara (afonia).
Gejala lainnya (croup), antara lain:
a. Gejala local seperti suara parau, seperti suara yang kasar atau
suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari
suara yang biasa/normal bahkan sampai tidak bersuara sama sekali
(afoni). Hal ini terjadi karena gangguan getaran serta ketegangan
dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan.
b. Sesak nafas dan stridor.
c. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menelan atau berbicara.
d. Gejala radang umum seperti demam, malaise.
e. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental.
f. Gejala common cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga
sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala,
batuk dan demam dengan temperatur yang tidak mengalami
peningkatan dari 38oC.
g. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem
subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering
terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, nafas berbunyi, air
hunger, sesak semakin bertambah berat.
h. Laringitis kronik ditandai dengan afonia yang persisten. Pada pagi
hari, biasanya tenggorokan terasa sakit namun membaik pada suhu
yang lebih hangat. Nyeri tenggorokan dan batuk memburuk
kembali menjelang siang. Batuk ini dapat juga dipicu oleh udara
dingin atau minuman dingin.
Faktor Risiko
a. Penggunaan suara yang berlebihan.
b. Pajanan terhadap zat iritatif seperti asap rokok dan minum-

1/3
minuman alkohol.
c. Adanya refluks gastroesofageal, bronkitis, dan pneumonia.
d. Rhinitis alergi.
e. Perubahan suhu yang tiba-tiba.
f. Malnutrisi.
g. Keadaan menurunnya sistem imun atau daya tahan tubuh.
2. Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan dengan laring oskopi indirek khusus untuk pasien
dewasa untuk melihat daerah laring dan sekitarnya.
a. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang
hiperemis, membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita
suara.
b. Biasanya terdapat tanda radang akut di hidung atau sinus paranasal
c. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem
subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering
terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, stridor, air hunger,
sesak semakin bertambah berat dengan retraksi suprasternal dan
epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang
dapat mengancam jiwa anak.
d. Pada laring itiskronik, dapat ditemukan nodul, ulkus dan
penebalan mukosa pita suara.
3. Pemeriksaan penunjang :
a. Foto rontgen soft tissue leher AP lateral: bisa tampak
pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign). Tanda ini
ditemukan pada 50% kasus.
b. Foto thorax AP.
c. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap.
4. Diagnosis :
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
bila perlu
5. Penatalaksanaan :
a. Istirahat yang cukup, terutama pada laryngitis akibat virus.
Istirahat ini juga meliputi pengistirahatan pita suara.
b. Menghindari iritan yang memicu nyeri tenggorokan atau batuk.
c. Menghindari udara kering.
d. Minum cairan yang banyak.
e. Berhenti merokok dan konsumsi alkohol.
f. Bila diperlukan rehabilitasi suara (voice therapy).
g. Pengobatan simptomatik dapat diberikan dengan parasetamol
atau ibuprofen sebagai anti piretik jika pasien demam. Bila ada
gejala nyeri tenggorokan dapat diberikan analgetik dan bila
hidung tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal seperti fenil
propanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin.
h. Pemberian antibiotic dilakukan bila peradangan dari paru dan
bila penyebab berupa streptokokus grup A dapat ditemukan
melalui kultur. Pada kasus ini, antibiotik yang dapat digunakan
yaitu penicillin.

1. Proton Pump Inhibitor pada laryngitis dengan penyebab


GERD (Laring of aringeal refluks).

2/3
2. Kortiko steroid dapat diberikan jika laryngitis berat.
3. Bila terdapat sumbatan laring dilakukan pemasangan pipa
endotrakea, atau trakeostomi.
4. Laringitis tuberkulosa, sesuai dengan penyakit TBC
diberikan obat anti tuberkulosa.
5. Laringitis Luetika diberikan obat sesuai penyakit leutika,
penisilin dengan dosis tinggi.
6. Konseling dan Edukasi dengan memberitahu pasien dan keluarga
untuk:
a. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi
dan olahraga teratur.
a. Menghentikan merokok.
b. Mengistirahatkan pasien berbicara dan bersuara atau tidak
bersuara berlebihan.
c. Menghindari makanan yang mengiritasi seperti makanan pedas
dan minumes.
7. Kriteria rujukan :
Indikasi masuk rumah sakit apabila:
a. Usia penderita dibawah 3 tahun.
b. Terdapat tanda sumbatan jalan nafas.
c. Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau exhausted.
d. Curiga adanya tumor laring.
e. Perawatan di rumah kurang memadai
6. Bagan alir -
7. Dokumen Terkait -
8. Unit Terkait Ruang Pelayanan Umum

3/3

Anda mungkin juga menyukai