Anda di halaman 1dari 4

LARINGITIS AKUT

No. Dokumen :
No. Revisi : 01
SOP
Tanggal Terbit : 2 Januari 2023
Halaman : 1/4
Hj. Sumirat Maslinani, S.ST
UPTD PUSKESMAS PENGARON
NIP. 19750223 200604 2 003

1. Pengertian Definisi : Laringitis adalah peradangan pada laring yang dapat


disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur. Laringitis juga
merupakan akibat dari penggunaan suara yang berlebihan,
pajanan terhadap polutan eksogen, atau infeksi pada pita
suara. Refluks gastroesofageal,
bronkitis, dan pneumonia juga dapat menyebabkan laringitis.
Laringitis pada anak sering diderita oleh anak usia 3 bulan
hingga 3
tahun, dan biasanya disertai inflamasi pada trakea dan
bronkus dan
disebut sebagai penyakit croup. Penyakit ini seringkali
disebabkan
oleh virus, yaitu virus parainfluenza, adenovirus, virus
influenza A
dan B, RSV, dan virus campak. Selain itu, M. pneumonia juga
dapat
menyebabkan croup
ICD 10 : J04.0 Acute laryngitis
Keluhan :
1. Pasien datang dengan keluhan suara serak atau hilang
suara
(afonia).
2. Gejala lokal seperti suara parau, seperti suara yang
kasar atau
suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih
rendah
dari suara yang biasa/normal bahkan sampai tidak
bersuara
sama sekali (afoni). Hal ini terjadi karena gangguan
getaran
serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara
kiri dan
kanan.
3. Sesak nafas dan stridor.
4. Nyeri tenggorokan, terutama nyeri ketika menelan atau
berbicara.
5. Gejala radang umum, seperti demam, malaise.
6. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan
dahak kental.
7. Gejala common cold, seperti bersin-bersin, nyeri
tenggorok
hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal
congestion), nyeri
kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang
tidak
mengalami peningkatan dari 38℃.
8. Obstruksi jalan nafas apabila ada edema laring diikuti
edema
subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan
biasanya sering
terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, nafas
berbunyi,
air hunger, sesak semakin bertambah berat.
9. Laringitis kronik ditandai dengan afonia yang persisten.
Pada
pagi hari, biasanya tenggorokan terasa sakit namun
membaik
pada suhu yang lebih hangat. Nyeri tenggorokan dan
batuk
memburuk kembali menjelang siang. Batuk ini dapat
juga
dipicu oleh udara dingin atau minuman dingin
Faktor Risiko:
a. Penggunaan suara yang berlebihan.
b. Pajanan terhadap zat iritatif seperti asap rokok dan
minuman alkohol.
c. Adanya refluks laringofaringeal, bronkitis, dan pneumonia.
d. Rhinitis alergi
e. Perubahan suhu yang tiba-tiba.
f. Malnutrisi.
g. Keadaan menurunnya sistem imun atau daya tahan tubuh
Pemeriksaan Fisik
Laringoskopi indirek (khusus untuk pasien dewasa):
1. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang
hiperemis dan membengkak terutama di bagian atas dan bawah
pita suara.
2. Biasanya terdapat tanda radang akut di hidung atau sinus
paranasal.
3. Pada laringitis kronik, dapat ditemukan nodul, ulkus dan
penebalan mukosa pita suara
Pemeriksaan Penunjang (bila diperlukan)
Pemeriksaan darah lengkap
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
Klasifikasi
a. Laringitis Akut
Laringitis akut adalah radang akut laring, dapat disebabkan
oleh virus dan bakteri. Keluhan berlangsung <3 minggu dan
pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus influenza (tipe A
dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirusdan adenovirus.
Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae,
Branhamellacatarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus
aureus, dan Streptococcuspneumoniae.
b. Laringitis Kronik
Laringitis kronik dapat terjadi setelah laringitis akut yang
berulang, dan juga dapat diakibatkan oleh sinusitis kronis,
deviasi septum berat, polip hidung, bronkitis kronik, refluks
laringofaring, merokok, pajanan terhadap iritan yang bersifat
konstan, dan konsumsi alkohol berlebih. Tanda dari laringitis
kronik ini yaitu nyeri tenggorokan yang tidak signifikan, suara
serak, dan terdapat edema pada laring. Mungkin juga
disebabkan penyalahgunaan suara (vocal abuse) seperti
berteriak-teriak atau bicara keras
Komplikasi
Tonsilitis, Abses peritonsilar, Abses retrofaringeal, Gangguan fungsi tuba
Eustachius, Otitis media akut, Sinusitis, Laringitis, Epiglotitis, Meningitis,
Glomerulonefritis akut, Demam rematik akut, Septikemia
Penatalaksanaan
a. Non-medikamentosa
1. Istirahat suara (vocal rest).
2. Rehabilitasi suara (voice therapy), bila diperlukan.
3. Meningkatkan asupan cairan.
4. Bila terdapat sumbatan laring dilakukan pemasangan pipa
endotrakea, atau trakeostomi.
b. Medikamentosa
1. Parasetamol atau Ibuprofen sebagai antipiretik dan
analgetik.
2. Pemberian antibiotik dilakukan bila peradangan dari paru
dan bila penyebab berupa Streptokokus grup A ditemukan
melalui kultur. Pada kasus ini, antibiotik yang dapat
digunakan yaitu golongan Penisilin.
3. Proton Pump Inhibitor pada laringitis yang disebabkan oleh
refluks laringofaringeal.
4. Kortikosteroid dapat diberikan jika laringitis berat.
5. Laringitis tuberkulosis: obat antituberkulosis.
6. Laringitis luetika: penisilin dengan dosis tinggi.
Konseling dan Edukasi
Memberitahu pasien dan keluarga untuk:
a. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan
olahraga teratur.
b. Berhenti merokok bagi anggota keluarga yang merokok.
c. Mengistirahatkan pasien berbicara dan bersuara atau tidak
bersuara berlebihan
d. Menghindari makan makanan yang dapat mengiritasi tenggorok.
e. Selalu menjaga higiene mulut dan tangan
Kriteria Rujukan
Indikasi rawat rumah sakit apabila:
a. Terdapat tanda sumbatan jalan nafas atas
b. Usia penderita dibawah 3 tahun
c. Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau exhausted
d. Ada kecurigaan tumor laring
Prognosis
a. Ad vitam : Bonam
b. Ad functionam : Bonam
c. Ad sanationam : Bonam
2. Tujuan Mampu mendiagnosis dan melakukan terapi pada pasien laringitis akut
3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskemas Pengaron Nomor 6 Tahun 2023 tentang
Kebijakan Pelayanan Klinis
4. Referensi Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07
/MENKES/1186/2022 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur 1. Petugas poli umum menerima rekam medis dari petugas kajian awal
2. Petugas memanggil pasien sesuai urutan.
3. Petugas memeriksa tanda vital pasien.
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik.
5. Petugas mengirim pasien ke ruang rujukan dengan menggunakan
blangko rujukan internal/buku rujukan internal.
6. Petugas menentukan diagnosis dan terapi penyakit.
7. Petugas memberikan rujukan eksternal (jika diperlukan).
8. Petugas memberikan konseling
9. Petugas menulis di Rekam Medis
10. Petugas mempersilahkan pasien menunggu di ruang tunggu Apotik
6. Diagram Alir -
7. Unit Terkait 1. Poli Rawat Jalan
2. Ruang Tindakan, UGD dan Rawat Inap

8. Rekaman historis perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan
1 Kebijakan SK Kepala UPTD Puskemas 2 Januari 2023
Pengaron Nomor 6 Tahun 2023
tentang Kebijakan Pelayanan Klinis
2 Referensi Keputusan Mentri Kesehatan 2 Januari 2023
Republik Indonesia Nomor
HK.01.07 /MENKES/1186/2022
Tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama

Anda mungkin juga menyukai