Anda di halaman 1dari 10

askep laringitis

Senin, 08 November 2010


askep laringitis

BAB I
PENDAHULUAN

Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi
utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melinduni jalan
nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai
kontak suara yang terdiri atas:
1. Epiglotis – daun katup kartilago yang menutupi ostium kearah laring selama menelan
2. Glotis – Ostium antara pita suara dalam laring
3. Kartilago tiroid – Kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun
(adams apple)
4. Kartilago krikoid – Satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam faring (terletak dibawah
kartilago tiroid)
5. Kartilago aritenoid – Digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
6. pita suara – Ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara, pita
suara melekat pada lumen laring
1
BAB II
KONSEP MEDIS

A. Pengertian
Laringitis adalah peradangan kotak suara (laring) karena terlalu banyak digunakan,
iritasi atau infeksi. Di dalam kotak suara terdapat pita suara - dua lipatan selaput lendir yang
membungkus otot dan tulang rawan.
B. Etiologi
Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara,
pemanjaan terhadap debu, bahan kimiawi , asap rokok, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian
dari infeksi saluran nafas atas.
Penyebab inflamsi ini hamper selalu karena virus . Invasi bakteri mungkin sekunder.
Laringitis biasanya berkaitan dengan ringitis atau nasofaring. Awitan infeksi mungkin berkaitan
dengan pemanjaan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada
imunitas.
C.Patofisiologi
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin sekunder.
Laringitis biasanyan disertai rinitis atau nasofaring. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan
pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada
immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring
Dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis
ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan
mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk
memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut
akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan
memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut.

2
Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika
berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh.

D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala laringitis akut termasuk suara serak atau tidak dapat mengeluarkan
suara sama sekali dan batuk berat. Laringitis kronis ditandai oleh suara serak yang persisten.
Laringitis mungkin sebagai komplikasi sinusitis kronis dan bronkhitis kronis.

E. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan laringitis akut termasuk mengistirahatkan suara, menghindari
merokok, istirahat di tempat tidur, dan menghirup uap dingin atau aerosol. Jika laringitis
merupakan bagian dari infeksi pernafasan yang lebih luas akibat organisme bakteri atau jika
lebih parah, terapi antibiotik yang tepat perlu diberikan. Sebagian besar pasien dapat sembuh
dengan pengobatan konservatif, namun laringitis cenderung lebih parah pada pasien lansia dan
dapat diperburuk oleh pneumonia.
Untuk laringitis kronis, pengobatannya termasuk mengistirahatkan suara,
menghilangkan setiap infeksi traktus respiratorius primer yang mungkin ada, dan membatasi
merokok .
Penggunaan kortikosteroid topikal, seperti inhalsi beklometason dipropinate (
Vanceril), dapa juga digunakan.
Preparat ini tidak mempunyai efek sistemik atau kerja lama dan dapat mengurangi reaksi
inflamsi lokal.
F. Intervensi Keperawatan/ Pendidikan pasien
Pasien diinstruksikan untuk mengistirahatkan suara dan mempertahankan kelembaban
lingkungan. Jika terjadi sekresi larinngeal selam periode akut, disarankan penggunaan
ekspektoran sejalan dengan pemasukan cairan harian 3 L untuk mengencerkan sekresi.

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Riwayat pasien yang lengkap yang menunjukkan kemungkinan tanda dan gejala sakit
kepala, sakit tenggorokan, dan nyeri sekitar mata dan pada kedua sisi hidung, kesulitan menelan,
batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat, dan rasa tidak nyaman umum dan keletihan.
Menetapkan kapan gejala mulai timbul, apa yang menjadi pencetusnya, apa jika ada yang dapat
menghilangkan atau meringankan gejala tersebut dan apa yang memperburuk gejala tersebut
adalah bagian dari pengkajian, jika mengidentifikasi riwayat alergi atau adnya penyakit yang
timbul bersamaan.
Inspeksi menunjukkan pembengkakan, lesi, atau asimetris hidung juga perdarahan atau
rabas. Mukosa hidung diinspeksi terhadap temuan abnormal seperti warna kemerahan,
pembengkakan, atau eksudat, dan polip hidung yang mungkin terjadi dalan ritinitis kronis.
Sinus frontal dan maksilaris dipalpasi terhadap nyeri tekan, yang menunjukkan
inflamasi. Tenggorokan diamati dengan meminta klien membuka mulutnya lebar-lebar dan nafas
dalam. Tonsil dan faring diinspeksi terhadap temuan abnormal seperti warna kemerahan,
asimetris, atau adanya drainase, ulserasi, atau perbesaran
Trakea di palpasi terhadap posisi garis tengah dalam leher juga dipalpasi terhadap
pembesaran dan nyeri tekan yang berkaitan.

4
Penyimpangan KDM

Virus

Inflamasi
Kurangnya informasi Banyak Bahan kimia Asap dan Debu

Menggunakan pita suara

defesit pengaruh mengenai Sakit tenggorokan & Batuk Nyeri Sekitar mata dan
Pencegahan infeksi pernapasan suara serak dan batuk kedua sisi hidung

Atas, rigamen prosedur khusus, Sekresi Berlebihan tersumbat

Atau perawatan pasca operatif Keletihan

Kerusakan komunikasi verbal Kesulitan menelan

Demam Kehilangan volume cairan

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien dapat mencakup
berikut ini :
1. Inefeksif bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder akibat
proses inflamasi.
Intervensi :
Pembersihan jalan nafas.
Penumpukan sekresi dapat menghambat jalan nafas pada pasien dengan jalan atas.
Perubahan pola nafas, dan upaya bernafas yang dibutuhkan untuk dapat melewati sumbatan
menjadi meningkat. Terdapat beberapa tindakan yang dapat digunakan untuk mengencerkan
sekresi yang kental atau untuk menjaga sekresi basah sehingga dapat dikeluarkan dengan mudah.
Meningkatkan masukan cairan dapat membantu mengencerkan lendir. Melembabkan lingkungan
dengan vaporizer ruangan atau menghirup uap juga dapat mengencerkan sekresi yang
mengurangi inflamasi membran mukosa. Pasien diinstruksi tentang posisi yang baik untuk
meningkatkan drainase dari sinus, yang tergantung di mana letak infeksi. Sebagai contoh
drainase dari sinusitis atau ritinitis dicapai dengan posisi tegak. Pada beberapa kondisi, medikasi
sistemik atau topikal bila di resepkan membantu untuk menghilangkan kongesti nasal atau
tenggorokan.

2. Nyeri berhubungan dengan iritasi jalan nafas atas sekunder akibat infeksi.
Intervensi Keperawatan
Tindakan Meningkatkan Kenyamanan
Infeksi traktus respiratorius atau biasanya menghasilkan rasa tidak nyaman setempat.
Pada sinusitis, nyeri terjadi dalam area sinus atau dapat menyebabkan sakit kepala umum.
Pada faringitis, laringitis atau tonsilitis, terjadi sakit tenggorokan. Perawat mendorong pasien
untuk menggunakan analgesik, seperti asetaminofin (Tylenol ) dengan kodein, sesuai yang
diresepkan, yang akan membantu menghilangkan rasa tidak nyaman ini. Tindakan lain yang
sangat membantu termasuk anastesi topikal untuk penghilangan simptomatik lepuh herpeks
simpleks dan sakit tenggorokan; kantung panas untk menghilangkan kengesti sinusitis dan
meningkatkan drainase dan kumur air hangat atau irigasi untuk menghilangkan nyeri sakit
tenggorokan.
Menyarankan pasien untuk istirahat akan membantu menghilangkan rasa tidak nyaman umum
atau demam yang menyertai gangguan jalan nafas atas. Perawat mengintruksikan pasien tentang
teknik higiene umum pada mulut dan hidung untuk membantu menghilangkan rasa tidak nyaman
setempat dan untuk mencegah penyebaran infeksi. Perawatan pascaoperatif setelah tonsilektomi
dan adenoidektomi, pemasangan Callar es dapat mengurangi pembengkakan dan menurunkan
perdarahan..

3 Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan iritasi jalan nafas atas sekunder akibat
infeksi dan pembengkakan.
Intervensi :
Peningkatan komunikasi
Infeksi jalan nafas atas dapat mengakibatkan suara serak atau kehilangan suara. Pasien di
instruksikan untuk tidak mencoba berbicara, untuk menghindari berbicara sedapat mungkin, dan
untuk merekomendasikan dengan cara menuliskan bila memungkinkan. Regangan dengan pita
suara lebih lanjut dapat menghambat pulihnya suara dengan sempurna.
4 Defisit cairan volume yang berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan sekunder akibat
diaforesis yang berkaitan demam.
Intervensi
Memperbanyak masukan cairan .
Pada ISPA upaya bernafas dan frekuensi pernafasan meningkat karena terjadinya
inflamasi dan pembentukan sekresi. Hal ini selanjutnya, dapat meningkatkan kehilangan cairan
tidak kasat mata. Demam yang timbul meningkatkan laju metabolik, yang mengakibatkan
diaforesis dan peningkatan kehilangan cairan. Sakit tenggorokan malise dan demam dapat
mengganggu keinginan pasien untuk makan. Pasien dianjurkan untuk minum 2-3L sehari selama
infeksi jalan nafas tahap akut, kecuali ada kontraindikasi untuk mengencerkan sekresi dan
meningkatkan drainase. Cairan dingin atau hangat dapat melegakan, tergantung pada
penyakitnya

5 Defisit pengetahuan mengenai pencegahan infeksi pernafasan atas, regimen pengobatan,


prosedur khusus, atau perwatan pascaoperatif.
Inetervensi :
Penyuluhan Pasien
Penyuluhan pasien penting dalam mencegah infeksi dan penyebaran ke orang lain dan
meminimalkan komplikasi. Pencegahan diri hampir semua infeksi jalan nafas atas adalah sulit
karena banyak potensial penyebab.
Perawat menginstruksikan kepada pasien tentang pentingnya tindakan kesehatan yang
baik. Diet yang bergizi , olah raga yang sesuai dan istirahat serta tidur yang cukup penting untuk
mendukung daya tahan tubuh dan mengurangi kerentanan tehadap infeksi pernafasan .
Instruksi tentang cara mencegah infeksi silang pada anggota keluarga yang lain juga penting.
Mencuci tangan masih tetap cara terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi . Pembuangan
tisu basah dengan baik menutup mulut saat batuk juga harus ditekankan. Hal-hal penting yang
harus ditekankan dalam program penyuluhan untuk mencegah infeksi pernapasan.

5
C. Masalah Kolaboratif / Potensial Komplikasi
1. Sepsis
2. Abses peritonsilar
3. Otitis media
4. Sinusitis
D. Perencanaan dan Implementasi
Tujuan utama pasien dapat mencakup pemeliharaan potensi jalan nafas, menghilangkan
nyeri, pemeliharaan cara efektif komunikasi, tidak terjadi defisit volume cairan, dan pengetahun
tentang pencegahan infeksi jalan nafas atas, tidak terdapat komplikasi.
F. Pemantauan Penanganan Komplikasi Potensial.
Jika pasien mencari perawatn tambahan karena gejala menjadi lebih memburuk, perawat
akan memeriksa tanda-tanda vital dan mengamati lonjakan suhu tubuh, juga peningkatan
frekuensi nadi untuk mendeteksi sepsis, otitismedia atau sinusitis. Kesulitan menelan dan sakit
tenggorokan yang berat dapat menjadi tanda penting abses peritonsilar. Pasien diinstruksikan
untuk mengukur suhu tubuh pagi dan sore hari sampai penyembuhan terjadi.
Pasien dijelaskan juga tentang tanda dan gejala komplikasi dan pentingnya untuk
menghubungi pemberi perawatan kesehatan primer jika terjadi indikasi dini komplikasi.

E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1. Mempertahankan jalan nafas tetap paten dengan mengatasi sekresi.
a. Melaporkan penurunan kongesti
b. Mengambil posisi terbaik untuk memudahkan drainase sekresi.
2. Melaporkan perasaan lebih nyaman.
a. Mengikuti tindakan untuk kenyamanan-analgesik kantung panas, kumur, istirahat.
b. Memperagakan higiene mulut yang adekuat.

3. Menunjukkan kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan, keinginan, dan tingkat


kenyamanan .
4. Mempertahankan masukan cairan yang tidak adekuat
5. Mengidentifikasi strategi untuk mencegah jalan nafas atas reaksi alergi.
6. Menunjukkan tingkat pengetahuan yang cukup dan melakukan perawatan secara adekuat.

9
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Laringitis adalah peradangan pada laring yang terjadi karena banyak sebab. Inflamasi laring
sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan
kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas.
Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang hanya mengenai pita suara.

Penatalaksanaan laringitis akut termasuk mengistirahatkan suara, menghindari merokok,


istirahat di tempat tidur, dan menghirup uap dingin atau aerosol. Jika laringitis merupakan bagian
dari infeksi pernafasan yang lebih luas akibat organisme bakteri atau jika lebih parah, terapi
antibiotic yang tepat perlu diberikan. Sebagian besar pasien dapat sembuh Dengan pengobatan
konservatif; namun laringitis cenderung lebih parah pada pasien lansia dan dapat diperburuk oleh
pneumonia. Untuk laringits kronis, pengobatannya termasuk mengistirahatkan suara,
menghilangkan setiap infeksi traktus respiratorius primer yang mungkun ada, dan membatasi
merokok. Penggunaan kortikosteroid topical, seperti inhalasi beklometason dipropionate
(vanceril), dapat digunakan. Preparat ini tidak mempunyai efek sistemik atau kerja lama dan
dapat megurangi reaksi inflamasi local.

DAFTAR PUSTAKA
Rothrock, C. J. (2000). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.

Sjamsuhidajat & Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.

Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (1998). Buku Ajar Ilmu penyakit THT. FKUI :

Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai