Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT DENGAN DIAGNOSA MEDIS VULNUS MORSUM


DI RUANG UNIT GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT DAERAH MANGUSADA

OLEH
ANAK AGUNG ISTRI REVALIANA PRADNYANDARI
(193213006/ A-13A)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


STIKES WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022
Lembar Pengesahan

Denpasar, 7 Desember 2022

Mahasiswa Mengetahui,
Pembimbing Klinik
STIKes Wira Medika Bali
RSD Mangusada

( A A Istri Revaliana Pradnyandari ) (Ns. I Kadek Agus Sartika, S.Kep)


NIM 193213006 NIP 198012312006041017

Mengetahui,
Pembimbing Akademik
STIKes Wira Medika Bali

(Ns. I Nyoman Asdiwinata, S.Kep.,M.Kep)

NIK 2.01.12.553
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI UMUM

Vulnus atau luka adalah suatu diskontinuitas jaringan yang abnormal, baik di
dalam maupun pada permukaan tubuh. Luka dapat terjadi karena trauma yang berasal
dari luar, atau berasal dari dalam karena gesekan fragmen tulang yang patah, rusaknya
kulit dari infeksi atau tumor ganas (Ridhwan Ibrahim, 2002). Secara umum luka
dikategorikan menjadi dua yaitu luka simplek dimana luka hanya melibatkan kulit
(epidermis saja) contohnya vulnus abrasi ; lalu luka komplek dimana luka yang terjadi
disamping kulit juga melibatkan jaringan di dalamnya (otot, pembuluh darah,saraf).
Penyebab luka ada berbagai macam sebab yaitu Trauma mekanis (tergesek, terpotong,
terpukul, tertusuk, terbentur, terjepit); Trauma elektrik (sengatan listrik, sambaran
petir); Trauma termis oleh karna suhu terlalu panas (vulnus lombustum), suhu dingin
(vulnus longolationum). Macam-macam luka dan kategori penyebabnya :
1. Luka memar (vulnus contussum)
2. Luka lecet (vulnus abrasi)
3. Luka sayat (vulnus incisi)
4. Luka robek (vulnus laceratum)
5. Luka tusuk (vulnus punctum)
6. Luka tembak (vulnus sclopetum)
7. Luka granulasi
8. Vulnus ulkus
9. Luka gigitan ( vulnus morsum )

B. DEFINISI VULNUS MORSUM


Vulnus morsum merupakan luka yang tercabik-cabik yang dapat berupa memar yang
disebabkan oleh gigitan binatang atau manusia (Morison J, 2003). Dapat ditemui pada
bekas gigitan terasa nyeri, panas, dan udem. Luka gigitan yang paling sering dijumpai
diantaranya:
a. Ular (vulnus morsum serpentis)
b. Anjing (vulnus morsum canis)
c. Kucing (vulnus morsum felis )
d. Monyet (vulnus morsum macacus)
e. Manusia (vulnus morsum sapiens)
f. Kalajengking (vulnus morsum scorpion)

C. ETIOLOGI
Luka akibat gigitan hewan memiliki bentuk permukaan luka yang mengikuti gigi
hewan yang menggigit. Dengan kedalaman luka juga menyesuaikan gigitan hewan
tersebut.

D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut black (1993) manifestasi vulnus adalah sebagai berikut:
• Deformitas: Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti: rotasi pemendekan
tulang, penekanan tulang.
• Bengkak: edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur
• Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
• Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
• Tenderness/keempukan
• Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
• Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
• Pergerakan abnormal
• Krepitasi

E. PATOFISIOLOGI
Vulnus terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tubuh yang bisa
disebabkan oleh traumatis/mekanis, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan
listrik, dan gigitan hewan atau binatang. Vulnus yang terjadi dapat menimbulkan
beberapa tanda dan gejala seperti bengkak, krepitasi, shock, nyeri, dan deformitas atau
bisa juga menimbulkan kondisi yang lebih serius. Tanda dan gejala yang timbul
tergantung pada penyebab dan tipe vulnus. Vulnus morsum disebabkan karena gigitan
binatang atau manusia. Dapat ditemui pada bekas gigitan terasa nyeri, panas, dan udem.
Kasus Gigitan anjing merupakan kasus tertinggi yang paling sering terjadi.
Dimana anjing merupakan salah satu penyebab atau vektor dari penyakit rabies. Rabies
atau dikenal juga dengan istilah penyakit anjing gila adalah penyakit infeksi yang
bersifat akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Adapun
vektor dalam penularan penyakit ini adalah anjing, kucing dan binatang-binatang liar
seperti kera, kelelawar, rakun, serta rubah. Virus rabies ditemukan dalam jumlah
banyak pada air liur hewan yang menderita rabies. Virus ini akan ditularkan ke hewan
lain atau ke manusia terutama melalui luka gigitan, jilatan pada luka / kulit yang tidak
utuh, jilatan pada selaput mukosa yang utuh. Gejala rabies pada manusia diawali dengan
demam ringan atau sedang, sakit kepala, nafsu makan menurun, badan terasa lemah,
mual, muntah dan perasaan yang abnormal pada daerah sekitar gigitan (rasa panas,
nyeri berdenyut), selanjutnya ditandai dengan kejang-kejang lalu lumpuh dan akhirnya
meninggal dunia.

Luka akibat gigitan ular dapat berasal dari gigitan ular yang berbisa ataupun
gigitan ular yang tida berbisa.Pada umumnya ular menggigit pada saat ia sangat aktif,
yaitu pada senja hari atau fajar.ebagai akibat dari 1 jenis toksin saja. Bisa ular venom)
terduiri dari 20 atau lebih komponen sehingga pengaruhnya tidak dapat
diinterpretasikan. Gejala atau gambaran klinis yang dapat terjadi antara lain edema,
nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis ( dalam 30 menit – 24 jam), hipotensi,
kelemahan otot, berkeringat, menggigil, mual, hipersalivasi, muntah, nyeri kepala dan
pandangan kabur.
F. PATHWAY

Etiologi vulnus

Mekanik : benda tajam, benda


tumpul, tembakan/ledakan, Non mekanik:
gigitan binatang bahan kimia, suhu tinggi, radiasi

Kerusakan integritas jaringan

Kerusakan integritas
kulit Traumatic jaringan

Kerusakan pembuluh darah


Rusaknya barrier pertahanan
primer Terputusnya kontinuitas jaringan

Terpapar lingkungan Pendarahan berlebih


Kerusakan syaraf perifer

Keluarnya cairan tubuh


Resiko infeksi
Stimulasi neurotransmitter
(histamine, prostaglandin,
bradikinin, prostagladin) Hipotensi, hipovolemi, hipoksia,
hiposemi

Resiko syok : hipovolomik


Nyeri akut
ansietas

Pergerakan terbaras Gangguan pola tidur

Gangguan mobilitas fisik


G. KOMPLIKASI
a. Kerusakan Arteri: Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi
pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom: Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius
yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot,
saraf, dan pembuluh darah.
c. Infeksi: System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
d. Shock: Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.

H. PENATALAKSANAAN
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu
evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka,
pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.

1. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi).
2. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk membersihkan kulit. Untuk melakukan
pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptic.
Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci
yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama
waktu rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam
pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Selain larutan
antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat ini
sering digunakan yaitu Normal Saline. Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%.
3. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan
mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi;
membuang jaringan nekrosis dan debris. Beberapa langkah yang harus diperhatikan
dalam pembersihan luka yaitu :
a. Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan
mati dan benda asing.
b. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
c. Berikan antiseptik
d. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal
e. Bila perlu lakukan penutupan luka
4. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam
boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas
tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam.
5. Penutupan Luka
Mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses
penyembuhan berlangsung optimal.
6. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada
penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan,
infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan,
sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah
yang menyebabkan hematom.
7. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Identifikasi meliputi :
1. Tanggal masuk rumah sakit
2. Jam masuk rumah sakit
3. Nomer refistrasi
4. Jenis kasus (bedah non bedah)
5. Diagnose medis (diagnose medic saat klien masuk dan saat pengkajian)
6. Biodata
a) Identitas pasien
b) Identitas kelurga/pengantar
7. Riwayat kesehatan
a) Keluhan masuk
b) Keluhan masuk adalah keluhan yang mengirim klien dirawat di RS
c) Riwayat keluhan masuk
8. Primery survey
a) Airway :
(1) Apakah ada tanda-tanda sumbatan jalan nafas
(2) Apakah terdengar bunyi stridor
(3) Apakah ada tanda-tanda keberadaan benda asing, darah, muntah dalam mulut
(4) Apakah jalan napas paten
b) Breathing
(1) Apakah ada hembusan udara dari hidung (fell)
(2) Pengembangan dada (look)
(3) Apakah terdengar suara nafas (listen)
(4) Frekuensi nafas
(5) Retraksi intercostals
(6) Bunyi nafas (ngorek, bersiul, megap, dll)
(7) Penggunaan otot-otot aksesoris pernafasan
(8) Suara nafas tambahan (ronchi, wheezing, rales, dll)
c) Circulation
(1)Apakah ada poendarahan/tidak
(2)Apakah ada pulsa karotis, nadi radial
(3)Apakah nadi teraba atau tidak
(4)Kualitas nadi (luat, lemah, kecil)
(5)Akral (hangat/dimgin)
(6)Pengisian kapiler ( < 3 detik / > 3 detik )
(7)Apakah ada tanda-tanda syok (nadi lemah dan cepat, nadi lebih dari
100x/menit pada dewasa)
(8)Apakah kulit teraba dingin atau tidak
(9)Apakh kulit tanpak pucat atau kebiru-biruan
(10) Apakah pasien tidak sadar atau tampak mengantuk
d) Disability : gunakan AVPU
(1) A – Alert (jaga) : apakah klien memengerti apoa yang anda sampaikan
(2) V – Voice (suara) : apakah klien bias berbicara kepada anda
(3) P – Pain (nyeri) : apakah klien berespon terhadap nyeri
(4) U – Unresponsive (tidak berespon) : apakah klien tidak sadar atau berespon
(5) Cek ukuran , apakah ikuran sama atau tidak, apakah bereaksi terhadap cahaya
(mengecil)
(6) GCS (Glasgow Coma Scale)

9. Survey sekunder
a) AMPLE
(1) Alergi
(2) Medication
(3) Past history (riwayat singkat penyakit, kecelakaan, tindakan pembedahan,
dan perawatan selama sakit)
(4) Last time ate or drank (waktu terakhir makan dan minum)
(5) Event (apa yang menyebabkan terjadinya kecelakaan ? kecelakaan
kendaraan, luka bakar, dll)
b) Pemeriksaan fisik (ekposure)
(1) Keadaan umum:
Inspeksi saat kontak pertama dengan klien (tampak keadaan umum tidak sakit,
keadaan sakit ringan, sakit sedang, atau lemah)
(2) TTV
(3) Berat badan
(4) Tinggi badan
(5) Kepala
(a) Reaksi pupil terhadap cahaya, ukuran
(b) Apakah ada luka, deformitas/cacat, memar, pembengkakan, tulang yang
penyek kedalam
(c) Apakah ada cairan yang keluar dari telinga dan hidung
(d) Periksa adanya nyeri tekan
(e) Ukur GCS
(6) Leher
(a) Tanda-tanda injury spinal
(b)Apakah ada luka, deformitas/cacat, memar, pembengkakan
(c) Apakah ada distensi/penggembungan dari vena leher
(d)Perhatikan posisi trakhea-apakah ditengah-tengah atau terdorong kesalah
satu sisi
(e) Rasakan apakah ada udara di bawah kulit (empisema subkutan)
(7) Dada
(a) Hasil pemeriksaan EKG
(b) Kecepatan nafas, upaya nafas
(c) Pengembangan data (simetris/tidak)
(d) Apakah ada luka, deformitas, memar, bengkak, atau depresi tulang (tulang
masuk ke dalam)
(e) Bunyi nafas
(8) Perut
(a) Apakah ada luka, memar, bengkak pada kulit atau pembesaran pada
seluruh perut (distensi)
(b) Apakah ada skar (bekas luka) yang lama, bising usus, peristaltik usus.
(c) Nyeri pada kuadran abdomen, kekakuan atau tampak sikap pada area perut
yang mengindikasi pendarahan pada perut
(9) Pelvis, rektum dan genital
(a) Apakah ada luka, deformitas, memar
(b)Apakah ada perdarahan uretra
(c) Apakah ada perdarahan sekitar rectum, scrotum dan vagina
(d)Apakah ada fraktur atau dislokasi
(10) Lengan dan tungkai
(a) Apakah ada luka, deformitas, memar atau pembengkakan
(b) Apakah ada nyeri tekan ? apakah pasien dapat merasakan sensasi
sentuhan yang anda lakukan ? pergerakan sendi
(c) Nadi perifer ada/ tidak
(d) Suhu anggota gerak, tangan dan kaki ? panas atau dingin
(11) Punggung
(a) Apakah ada luka, deformitas, memar atau pembengkakan, depresi
tulang
(b) Apakah ada pendarahan yang berasal dari anus
(c) Apakah ada nyeri tekan
c) Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan serum : hal ini dilakukan karena ada pada pasien dengan luka
bakar mengalami kehilangan volume
2. Pemeriksaan darah : misal pada pasien dengan luka gigitan dapat dijumpai
hipoprototrombinemia, trombositopenia, hipofibrinogemia, dan anemia
3. Pemeriksaan elektrolit : pada pasien dengan luka bakar mengalami
kehilangan volume cairan dan gangguan Na-K pump
4. Analisa gas darah biasanya pasien luka bakar terjadi asidosis metabolisme
dan kehilangan protein
5. Faal hati dan ginjal
6. Elektrolit terjadi penurunan calcium dan serum, peningkatan alkali phosphate
7. Serum albumin: total protein menurun, hiponatremia
8. Rediologi : untuk mengetahui penumpukan cairan paru, inhalas asap dan
menunjukan factor yang mendasari ; pada pasien vulnus morsum biasanya
terdapat emboli paru/edama paru
9. ECG : untuk mengatahui adanya aritmia

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, prosedur invasif,
pertahanan sekunder tidak adekuat.
c. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan melalui
abnormal (perdarahan).
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
e. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Dx Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri
Nyeri akut b.d agen keperawatan selama…. x24 jam. 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
pencedera fiisk Dibuktikan diharapkan nyeri pasien durasi, frekuansi, kualitas,
dengan : berkurang dengan kriteria hasil: intensitas nyeri
- Mengeluh nyeri 1) Nyeri pasien berkurang 2. Identifikasi skala nyeri
- Tampak meringis a. Nyeri ringan 3. Berikan nonfarmakologis untuk
- Gelisah b. Nyeri sedang mengurangi rasa nyeri
- Sulit tidur c. Nyeri berat 4. Ajarkan teknik nonfarmakologi
- Tekanan darah 2) Pasien tidak meringis untuk mengurangi rasa nyeri
meningkat 3) Tidur pasien nyenyak 5. Kolaborasi pemberian nalgetic,
- Pola nafas berubah jika perlu
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Pencegahan infeksi
Resiko infeksi b.d keperawatan selama …x 24 jam 1. monitor tanda dan gejala infeksi
ketidakadekuatan diharapkan resiko infeksi dapat 2. cuci tangan sebelum dan sesudah
pertahanan tubuh primer berkurang. Dengan kriteria hasil ke pasien
sebagai berikut : 3.berikan perawatan kulit pada area
1. Mengenali tanda dan gejala edema
yang mengindikasikan risiko 4. jelaskan tanda dan gejala infeksi
dalam penyebaran infeksi 5. kolaborasi pemberian infeksi jika
2. Mengetahui cara mengurangi perlu
penularan infeksi
3. Mengetahui aktivitas yang
dapat meningkatkan infeksi
3. Resiko hypovolemia bd Setelah dilakukan asuhan Manajemen hypovolemia :
kehilangan cairan secara keperawatan selama .. x24 jam. 1. untuk mengetahui adanya
aktif Diharapkan status cairan hypovolemia
membaik dengan kriteria hasil : 2. untuk memenuhi kebutuhan
1.Output urin meningkat cairan dalam tubuh
2. Perasaan lemah menurun 3. untuk memenuhi kebutuhan
3. Intake cairan meningkat cairan dalam tubuh
4.Membran mukosa lembab
4. untuk memenuhi kebutuhan
cairan dalam tubuh

4. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan asuhan Dukungan mobilisasi


bd nyeri Dibuktikan keperawatan selama …x 24 jam 1.Identifikasi adanya nyeri atau
dengan : diharapkan resiko infeksi dapat keluhan fisik lainnya
- Mengeluh sulit berkurang. Dengan kriteria hasil 2.monitor kondisi umum selama
bergerak sebagai berikut : melakukan mobilisasi
- Nyeri saat bergerak 1.Pergerakan ekstremitas 3.fasilitasi aktivitas mobilisasi
- Kekuatan otot meningkat (skala 5) dengan alat bantu
menurun 2. Kekuatan otot meningkat 4.Jelaskan tujuan dan prosedur
- ROM menurun (skala 5) mobilisasi
3.Rentang gerak (ROM) 5.Ajarkan mobilisasi sederhana yang
meningkat (skala 5) harus dilakukan (mis, duduk di
4. Nyeri menurun (skala 5) tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)

5. Ansietas bd krisis Setelah dilakukan asuhan Reduksi ansietas


situasional Dibuktikan keperawatan selama ..x 24 jam 1.Identifikasi saat tingkat ansietas
dengan : pertemuan maka tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu,
- Tampak gelisah menurun dengan kriteria hasil: stressor).
- Tampak tegang 1. Verbalisasi kebingungan 2. Monitor tanda-tanda ansietas
- Merasa khawatir menurun (verbal dan nonverbal).
- Frekuensi napas 2. Verbalisasi khawatir akibat 3.Ciptakan suasana terapeutik untuk
meningkat kondisi menumbuhkan kepercayaan.
- Frekuensi nadi yang dihadapi menurun 4. Informasikan secara faktual
meningkat 3.Perilaku gelisah menurun mengenai diagnosis,pengobatan, dan
- Tremor 4.Perilaku tegang menurun prognosis.
- Muka tampak pucat 5.Frekuensi tekanan darah 5. Kolaborasi pemberian obat
- Suara bergetar menurun antiansietas, jika perlu
6. Frekuensi nadi menurun
7.Frekuensi pernapasan
menurun

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap implementasi dimulai setelah intervensi disusun dan ditujukan pada nursing
orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2013).

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, intervensi dan impleme ntasi.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan
(Nursalam, 2013). Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana :
S : merupakan ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh
pasien atau keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O: merupakan keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang dilihat secara objektif.
A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif
pasien.
P: artinya planning. Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi atau perencanaan yang ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan
yang telah ditentukan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif.,dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI : Media Aesculapius


NANDA. Nanda International Nursing Diagnosis : Definitions and Classification. West
Ssussex-United Kingdom : Wiley-Blackwell

Tim POKJA SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta:Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim POKJA SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim POKJA SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta:Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai