Oleh:
NAMA KELOMPOK 3 :
DENPASAR
2022
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini
merupakan salah satu tugas dari Keperawatan Gerontik.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………….i
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengkajian..................................................................................................
3
B. Diagnosa Keperawatan..............................................................................
5
C. Intervensi Keperawatan ...........................................................................
6
D. Implementasi Keperawatan.............................................................................
9
E. Evaluasi Keperawatan.....................................................................................
9
A. Pengertian Anemia
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer,
2002 : 935). Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel
darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells
(hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotifiologis yang mendasar yang
diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi
laboratorium.
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel
darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal.
Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan
keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin
untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
B. Patofisiologi
Anemia
↓
viskositas darah menurun
↓
resistensi aliran darah perifer
↓
penurunan transport O2 ke jaringan
↓
hipoksia, pucat, lemah
↓
beban jantung meningkat
↓
kerja jantung meningkat
↓
payah jantung
C. Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi,
folic acid,
5. piridoksin, vitamin C dan copper
D. Klasifikasi anemia
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah
merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
agen neoplastik/sitoplastik
terapi radiasi
antibiotic tertentu
obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
benzene
infeksi virus (khususnya hepatitis)
Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang,
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler
↓
Gangguan sel induk di sumsum tulang
↓
Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai
↓
Pansitopenia
↓
Anemia aplastik
Gejala-gejala:
Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan
saluran
cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
Hematokrit turun 20-30%
Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah
merah
maupun defisiensi eritopoitin
c. Anemia pada penyakit kronis http
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan
anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan
ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis
rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai
keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil,
menstruasi
Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis,
varises
oesophagus, hemoroid, dll.)
gangguan eritropoesis
↓
Absorbsi besi dari usus kurang
↓
sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin
↓
Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
Atropi papilla lidah
Lidah pucat, merah, meradang
Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor ( gastrektomi)
infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang
terinfeksi, pecandu alkohol.
Sintesis DNA terganggu
↓
Gangguan maturasi inti sel darah merah
↓
Megaloblas (eritroblas yang besar)
↓
Eritrosit immatur dan hipofungsi
2. Anemia hemolitika
Anemia hemolitika yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan
oleh destruksi sel darah merah:
a. Pengaruh obat-obatan tertentu
b. Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia
limfositik kronik
c. Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d. Proses autoimun
e. Reaksi transfusi
f. Malaria
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit
↓
Antigesn pada eritrosit berubah
↓
Dianggap benda asing oleh tubuh
↓
sel darah merah dihancurkan oleh limposit
↓
Anemia hemolisis
E. Tanda dan Gejala
1. Lemah, letih, lesu, lelah dan lalai
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat, penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf)
yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara
subjektif (data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa dan
data objektif (data hasil pengukuran atau observasi). Menurut Biasanya data fokus
yang didapatkan dari pasien penderita anemia/keluarga seperti pasien mengatakan
lemah, letih dan lesu, pasien mengatakan nafsu makan menurun, mual dan sering haus.
Sementara data objektif akan ditemukan pasien tampak lemah, berat badan menurun,
pasien tidak mau makan/tidak dapat menghabiskan porsi makan, pasien tampak mual
dan muntah, bibir tampak kering dan pucat, konjungtiva anemis serta anak rewel.
Menurut Muscari (2005:284-285) dan Wijaya (2013:138) penting untuk mengkaji
riwayat kesehatan pasien yang meliputi:
1) keluhan utama/alasan yang menyebabkan pasien pergi mencari pertolongan
profesional kesehatan. Biasanya pada pasien anemia, pasien akan mengeluh lemah,
pusing, adanya pendarahan, kadang-kadang sesak nafas dan penglihatan kabur
2) Kaji apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien atau di dalam keluarga ada yang menderita penyakit hematologis
3) Anemia juga bisa disebabkan karena adanya penggunaan sinar-X yang
berlebihan, penggunaan obat- obatan maupun pendarahan. Untuk itu penting
dilakukan anamnesa mengenai riwayat penyakit terdahulu.
Untuk mendapatkan data lanjutan, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan juga
pemeriksaan penunjang pada anak dengan anemia agar dapat mendukung data
subjektif yang diberikan dari pasien maupun keluarga. Pemeriksaan fisik dilakukan
dengan 4 cara yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi secara head to toe
sehingga dalam pemeriksaan kepala pada anak dengan anemia didapatkan hasil rambut
tampak kering, tipis, mudah putus, wajah tampak pucat, bibir tampak pucat,
konjungtiva anemis, biasanya juga terjadi perdarahan pada gusi dan telinga terasa
berdengung. Pada pemeriksaan leher dan dada ditemukan jugular venous pressure
akan melemah, pasien tampak sesak nafas ditandai dengan respiration rate pada kanak-
kanak (5-11 tahun) berkisar antara 20-30x per menit. Untuk pemeriksaan abdomen
akan ditemukan perdarahan saluran cerna, hepatomegali dan kadang-kadang
splenomegali. Namun untuk menegakkan diagnosa medis anemia, perlunya dilakukan
pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan fungsi
sumsum tulang.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dan masalah kolaborasi yang mungkin muncul:
1. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
inadekuat intake makanan.
3. Kurang pengatahuan tentang anemia berhubungan dengan kurang
informasi.
4. Resiko Infeksi. Faktor resiko pertahanan sekunder tidak adekuat
(penurunan Hb)
5. perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb,
penurunan
6. konsentrasi Hb dalam darah.
7. Deficit self care b.d kelemahan
8. Resiko jatuh
9. PK anemia
c. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
1. Intoleransi Klien dapat mentoleransi Toleransi aktivitas
aktifitas b.d aktivitas & melakukan 1. Menentukan penyebab 1. Menentukan penyebab
ketidakseimbangan ADL dgn baik intoleransi aktivitas & dapat membantu menentukan
suplai dan Berpartisipasi dalam menentukan apakah penyebab intoleransi
kebutuhan oksigen aktivitas fisik dgn TD, dari fisik, psikis/motivasi
HR, RR yang sesuai 2. Kaji kesesuaian aktivitas & 2. Terlalu lama bedrest dapat
Menyatakan gejala istirahat klien sehari-hari member kontribusi pada
memburuknya efek dari 3. Tingkatkan aktivitas secara intoleransi aktivitas
OR & menyatakan bertahap, biarkan klien 3. Peningkatan aktivitas
onsetnya segera berpartisipasi dalam perubahan membantu mempertahankan
Warna kulit normal, posisi, berpindah & perawatan kekuatan otot, tonus
hangat&kering diri
5 Deficit self care Perawatan diri: (mandi, Membantu perawatan diri klien ADL berpakaian
b.d kelemahan berpakaian), 1. Tempatkan alat-alat mandi Mempermudah jangkauan
Tubuh bebas dari bau disamping TT klien 1. Melatih kemandirian
dan menjaga keutuhan 2. Libatkan keluarga dan klien
kulit 3. Berikan bantuan selama klien 2. Meningkatkan kepercayaan
Menjelaskan cara 4. masih mampu mengerjakan 3. Memudahkan intervensi
mandi dan berpakaian sendiri
secara aman 5. Informasikan pd klien dlm 4. Melatih kemandirian
memilih pakaian selama
perawatan
6. Sediakan pakaian di tempat 5. Menghindari nyeri bertambah
yg mudah dijangkau
7. Bantu berpakaian yg sesuai 6. Memberikan kenyamanan
8. Jaga privacy, berikan pakaian 7. Memberikan kepercayaan diri
pribadi yg digemari dan sesuai klien
6 PK : Anemi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Nilai tanda-tanda vital yang
perawatan perawat dapat (RR, P, BP, T) bergeser dari normal
mengatasi atau mengurangi mengindikasikan
komplikasi anemia Kriteria ketidaknormalan fungsi
hasil : homeostasis tubuh
1. Hb > 10 g% 2. Dengan mengetahui jumlah.
2. Konjungtiva tidak anemis 2. Monitor perdarahan (jumlah, Jenis dan warna perdarahan
3. TTV dalam batas normal jenis, warna) dapat menentukan tindakan
4. Nutrisi adekuat penanganan secara tepat
5. Tidak letargi 3. Keseimbangan cairan dalam
tubuh harus dipertahankan
3. Monitor keseimbangan cairan, untuk mencegah kondisi klien
pantau intake dan output. jatuh ke kondisi shock
4. Nilai Hb dipantau untuk
mengetahui adanya
4. Lakukan kolaborasi perdarahan atau kekurangan
pemeriksaan kadar Hb darah
5. Tranfusi darah merupakan
penanganan efektif dalam
5. Kolaborasi pemberian tranfusi meningkatkan Hb
darah 6. Tanda-tanda shock harus
diketahui sebagai tindakan
waspada dan preventif
6. Monitor kemungkinan terjadinya 7. Medikasi diperlukan untuk
shock karena perdarahan mengatasi masalah Anemi
klien
8. Berikan medikasi sesuai program 8. Diit tinggi protein mendukung
9. Anjurkan klien untuk diit adekuat sistem eritropoetin darah
: tinggi protein
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan.Berdasarkan terminology NIC, implementasi terdiri atas
melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan
khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi (atau program keperawatan).
Perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi
yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi
dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons pasien terhadap tindakan tersebut
(Kozier, dkk, 2010).
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari
evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah.
Evaluasi berjalan kontinu, evaluasi yang dilakukan ketika atau segera setelah
mengimplementasikan program keperawatan memungkinkan perawat segera memodifikasi
intervensi (Kozier et al., 2010).
Pada evaluasi terdapat SOAP yang digunakan untuk pengkajian awal pasien (Wanda
Gustianingsih, 2014) :
1. S (Subjective) : data subyektif berisi data dari pasien melalui anamnesis (wawancara) yang
merupakan ungkapan langsung
2. O (Objective) : data obyektif berisi data yang dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik
3. A (Assessment) : analisis dan interpretasi berdasarkan data yang terkumpul kemudian
dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta
perlu tidaknya dilakukan tindakan segera
4. P (Plan) : perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk
asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau laboratorium, serta konseling untuk tindak lanjut
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan),
Bandung.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim
PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta