Anda di halaman 1dari 23

Keperawatan Gerontik

Teori Asuhan Keperawatan Anemia Pada Lansia

Oleh:

NAMA KELOMPOK 3 :

1. A.A Istri Revaliana Pradnyandari (193213006)


2. Dewa Ayu Made Febriari (193213009)
3. I Gusti Ayu Made Indri Amanda (193213014)
4. I Komang Minggi Segara Taji (193213017)
5. I Pande Nyoman Widyawati (193213018)
6. Ni Komang Bunga Triska Yuniari (193213027)
7. Ni Komang Devi Arianti (193213028)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

STIKES WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2022
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini
merupakan salah satu tugas dari Keperawatan Gerontik.

Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak


bantuan dari berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai
bantuan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga
semangat, buku-buku dan beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bisa
selesai tepat waktu. Oleh karena itu, melalui media ini kami sampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan


jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan
yang kami miliki. Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan
saran dan kritik yang dapat memotivasi kami agar dapat lebih baik lagi dimasa
yang akan datang.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, 3 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR………………………………………………………………….i

DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................1


B. Rumusan Masalah
...........................................................................................2
C. Tujuan
..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengkajian..................................................................................................
3
B. Diagnosa Keperawatan..............................................................................
5
C. Intervensi Keperawatan ...........................................................................
6
D. Implementasi Keperawatan.............................................................................
9
E. Evaluasi Keperawatan.....................................................................................
9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
......................................................................................................... 10
B. Saran
....................................................................................................................1
0
DAFTAR PUSTAK

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


KELUARGA DENGAN ANEMIA PADA LANSIA

A. Pengertian Anemia
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer,
2002 : 935). Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel
darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells
(hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotifiologis yang mendasar yang
diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi
laboratorium.
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel
darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal.
Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan
keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin
untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

B. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau


kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini
dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan
sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.
Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤
1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada klien disebabkan
oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:
1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan
cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

C. Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi,
folic acid,
5. piridoksin, vitamin C dan copper

D. Klasifikasi anemia
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah
merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
 agen neoplastik/sitoplastik
 terapi radiasi
 antibiotic tertentu
 obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
 benzene
 infeksi virus (khususnya hepatitis)
Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang,
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik
Gejala-gejala:
 Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
 Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan
saluran
 cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
 Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
 Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
 Hematokrit turun 20-30%
 Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
 Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah
merah
 maupun defisiensi eritopoitin
c. Anemia pada penyakit kronis http
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan
anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan
ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis
rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai
keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
 Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil,
 menstruasi
 Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
 Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis,
varises
 oesophagus, hemoroid, dll.)
gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
 Atropi papilla lidah
 Lidah pucat, merah, meradang
 Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
 Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
 Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
 Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor ( gastrektomi)
infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang
terinfeksi, pecandu alkohol.
Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

2. Anemia hemolitika
Anemia hemolitika yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan
oleh destruksi sel darah merah:
a. Pengaruh obat-obatan tertentu
b. Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia
limfositik kronik
c. Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d. Proses autoimun
e. Reaksi transfusi
f. Malaria
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis
E. Tanda dan Gejala
1. Lemah, letih, lesu, lelah dan lalai
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat, penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf)
yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia

F. Kemungkinan Komplikasi yang muncul


Komplikasi umum akibat anemia diantaranya adalah:
 gagal jantung,
 parestisia dan
 kejang
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,
penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek,
gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga
menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
(Sjaifoellah, 1998).
G. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang :
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen.
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :


1. Anemia defisiensi besi: Mengatur makanan yang mengandung zat besi,
usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
2. Pemberian preparat fe
a. Ferrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
b. Feroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
3. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
4. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
5. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah.
H. Pemeriksaan Khusus dan Penunjang
 Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah
putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin
B12, hitung trombosit,
 waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
 Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity
serum
 Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan
kronis serta
 sumber kehilangan darah kronis.
Asuhan Keperawatan Teori dengan Anemia pada Lansia

a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara
subjektif (data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa dan
data objektif (data hasil pengukuran atau observasi). Menurut Biasanya data fokus
yang didapatkan dari pasien penderita anemia/keluarga seperti pasien mengatakan
lemah, letih dan lesu, pasien mengatakan nafsu makan menurun, mual dan sering haus.
Sementara data objektif akan ditemukan pasien tampak lemah, berat badan menurun,
pasien tidak mau makan/tidak dapat menghabiskan porsi makan, pasien tampak mual
dan muntah, bibir tampak kering dan pucat, konjungtiva anemis serta anak rewel.
Menurut Muscari (2005:284-285) dan Wijaya (2013:138) penting untuk mengkaji
riwayat kesehatan pasien yang meliputi:
1) keluhan utama/alasan yang menyebabkan pasien pergi mencari pertolongan
profesional kesehatan. Biasanya pada pasien anemia, pasien akan mengeluh lemah,
pusing, adanya pendarahan, kadang-kadang sesak nafas dan penglihatan kabur
2) Kaji apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien atau di dalam keluarga ada yang menderita penyakit hematologis
3) Anemia juga bisa disebabkan karena adanya penggunaan sinar-X yang
berlebihan, penggunaan obat- obatan maupun pendarahan. Untuk itu penting
dilakukan anamnesa mengenai riwayat penyakit terdahulu.
Untuk mendapatkan data lanjutan, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan juga
pemeriksaan penunjang pada anak dengan anemia agar dapat mendukung data
subjektif yang diberikan dari pasien maupun keluarga. Pemeriksaan fisik dilakukan
dengan 4 cara yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi secara head to toe
sehingga dalam pemeriksaan kepala pada anak dengan anemia didapatkan hasil rambut
tampak kering, tipis, mudah putus, wajah tampak pucat, bibir tampak pucat,
konjungtiva anemis, biasanya juga terjadi perdarahan pada gusi dan telinga terasa
berdengung. Pada pemeriksaan leher dan dada ditemukan jugular venous pressure
akan melemah, pasien tampak sesak nafas ditandai dengan respiration rate pada kanak-
kanak (5-11 tahun) berkisar antara 20-30x per menit. Untuk pemeriksaan abdomen
akan ditemukan perdarahan saluran cerna, hepatomegali dan kadang-kadang
splenomegali. Namun untuk menegakkan diagnosa medis anemia, perlunya dilakukan
pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan fungsi
sumsum tulang.

b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dan masalah kolaborasi yang mungkin muncul:
1. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
inadekuat intake makanan.
3. Kurang pengatahuan tentang anemia berhubungan dengan kurang
informasi.
4. Resiko Infeksi. Faktor resiko pertahanan sekunder tidak adekuat
(penurunan Hb)
5. perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb,
penurunan
6. konsentrasi Hb dalam darah.
7. Deficit self care b.d kelemahan
8. Resiko jatuh
9. PK anemia
c. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
1. Intoleransi Klien dapat mentoleransi Toleransi aktivitas
aktifitas b.d aktivitas & melakukan 1. Menentukan penyebab 1. Menentukan penyebab
ketidakseimbangan ADL dgn baik intoleransi aktivitas & dapat membantu menentukan
suplai dan  Berpartisipasi dalam menentukan apakah penyebab intoleransi
kebutuhan oksigen aktivitas fisik dgn TD, dari fisik, psikis/motivasi
HR, RR yang sesuai 2. Kaji kesesuaian aktivitas & 2. Terlalu lama bedrest dapat
 Menyatakan gejala istirahat klien sehari-hari member kontribusi pada
memburuknya efek dari 3. Tingkatkan aktivitas secara intoleransi aktivitas
OR & menyatakan bertahap, biarkan klien 3. Peningkatan aktivitas
onsetnya segera berpartisipasi dalam perubahan membantu mempertahankan
 Warna kulit normal, posisi, berpindah & perawatan kekuatan otot, tonus
hangat&kering diri

 Memverbalisasikan 4. Pastikan klien mengubah posisi 4. Bedrest dalam posisi

pentingnya aktivitas secara bertahap. supinasi menyebabkan

secara bertahap volumeplasma→hipotensi

 Mengekspresikan postural & syncope

pengertian pentingnya 5. Monitor gejala intoleransi 5. TV & HR respon terhadap


keseimbangan latihan & aktivitas ketika membantu klien ortostatis sangat beragam
istirahat berdiri, observasi gejala
 toleransi aktivitas intoleransi spt mual, pucat,
meningkat pusing, gangguan kesadaran &
tanda vital 6. Ketidakaktifan berkon-tribusi
6. Lakukan latihan ROM jika terhadap kekuatan otot &
klien tidak dapat menoleransi struktur sendi
aktivitas
2. Ketidakseimbangan Status nutrisi Therapi gizi
nutrisi kurang dari  Pemasukan yang adekuat 1. Monitor masukan cairan dan 1. Mengantisipasi kekurangan
kebutuhan tubuh  Tidak ada tanda-tanda makanan dan hitung kalori gizi
b.d inadekuat intake malnutrisi 2. berikan PenKes tentang
makanan.  Membran konjungtiva pentingnya gizi 2. Meningkatkan pengetahuan
dan mukosa tidak pucat ps dan keluarga tentang

 Nilai Lab.: makanan yang diperlukan

 Protein total: 6-8 gr% klien untuk memenuhi


persyaratan gizi
 Albumin: 3.5-5,3 gr %
3. Mencegah konstipasi atau
 Globulin 1,8-3,6 gr %
3. Pastikan diet gizi serat dan sembelit, Mencegah
 HB tidak kurang dari 10 buah-buahan yang cukup penurunan nafsu makan
gr % 4. *pantau lab jika perlu 4. Penanda pemenuhan keb.gizi
 makanan dengan tepat 5. Mencegah terjadinya gizi
5. *evaluasi tanda-tanda buruk
kekurangan gizi
3 Kurang Pengetahuan tentang 1. Jelaskan tentang proses penyakit 1. Meningkatan pengetahuan
pengatahuan penyakit, Pengetahuan 2. Jelaskan tentang program dan mengurangi cemas
berhubungan tentang anemia pengobatan dan alternatif 2. Mempermudah intervensi
dengan  Ps mampu menjelaskanpengobantan
kurang informasi. kembali tentang proses 3. Jelaskan tindakan untuk
penyakit, mengenal mencegah komplikasi 3. Mencegah keparahan
kebutuhan perawatan 4. Tanyakan kembali penge-tahuan penyakit
dan pengobatan tanpa ps tentang penyakit, prosedur 4. Mereview
cemas prwtn dan pengobatan

4. Resiko infeksi Kontrol infeksi dan kontrol Manajemen Infeksi :


resiko 1. Tingkatkan upaya pencegahan  mencegah infeksi
 Bebas dari tanda-tanda (cuci tangan semua orang yg nasokomial
b.d Ps termasuk kliennya
infeksi sendiri setiap kali akan
 Angka leukosit normal melakukan aktifitas untuk
 Ps mengatakan tahu membantu ps
tentang tanda-tanda 2. Auskultasi bunyi nafas  Ronki mengidentifikasi
infeksi adanya akumulasisi secret
 Tidak ada ulkus/luka yang mungkin b.d
atau berkabut. pneumonia / bronchitis
3. Lakukan perubahan posisi dan  Membantu dalam
anjurkan ps untuk batuk memventilasikan semua
efektif/nafas dalam jika ps derah paru dan
sadar dan kooperatif memobilisasikan secret,
mencegah secret tidak statis
dg terjadinya peningkatan
terhadap resiko infeksi

Kontrol infeksi : 1. Mencegah infeksi sekunder


1. Batasi pengunjung 2. Meningkatkan daya tahan
2. Tingkatkan masukan gizi tubuh
yang cukup 3. Membantu relaksasi dan
membantu proteksi infeksi
3. Anjurkan istirahat cukup 4. Meningkatkan pengetahuan
klien

4. Berikan PenKes tentang risiko


infeksi

5 Deficit self care Perawatan diri: (mandi, Membantu perawatan diri klien ADL berpakaian
b.d kelemahan berpakaian), 1. Tempatkan alat-alat mandi Mempermudah jangkauan
 Tubuh bebas dari bau disamping TT klien 1. Melatih kemandirian
dan menjaga keutuhan 2. Libatkan keluarga dan klien
kulit 3. Berikan bantuan selama klien 2. Meningkatkan kepercayaan
 Menjelaskan cara 4. masih mampu mengerjakan 3. Memudahkan intervensi
mandi dan berpakaian sendiri
secara aman 5. Informasikan pd klien dlm 4. Melatih kemandirian
memilih pakaian selama
perawatan
6. Sediakan pakaian di tempat 5. Menghindari nyeri bertambah
yg mudah dijangkau
7. Bantu berpakaian yg sesuai 6. Memberikan kenyamanan
8. Jaga privacy, berikan pakaian 7. Memberikan kepercayaan diri
pribadi yg digemari dan sesuai klien

6 PK : Anemi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Nilai tanda-tanda vital yang
perawatan perawat dapat (RR, P, BP, T) bergeser dari normal
mengatasi atau mengurangi mengindikasikan
komplikasi anemia Kriteria ketidaknormalan fungsi
hasil : homeostasis tubuh
1. Hb > 10 g% 2. Dengan mengetahui jumlah.
2. Konjungtiva tidak anemis 2. Monitor perdarahan (jumlah, Jenis dan warna perdarahan
3. TTV dalam batas normal jenis, warna) dapat menentukan tindakan
4. Nutrisi adekuat penanganan secara tepat
5. Tidak letargi 3. Keseimbangan cairan dalam
tubuh harus dipertahankan
3. Monitor keseimbangan cairan, untuk mencegah kondisi klien
pantau intake dan output. jatuh ke kondisi shock
4. Nilai Hb dipantau untuk
mengetahui adanya
4. Lakukan kolaborasi perdarahan atau kekurangan
pemeriksaan kadar Hb darah
5. Tranfusi darah merupakan
penanganan efektif dalam
5. Kolaborasi pemberian tranfusi meningkatkan Hb
darah 6. Tanda-tanda shock harus
diketahui sebagai tindakan
waspada dan preventif
6. Monitor kemungkinan terjadinya 7. Medikasi diperlukan untuk
shock karena perdarahan mengatasi masalah Anemi
klien
8. Berikan medikasi sesuai program 8. Diit tinggi protein mendukung
9. Anjurkan klien untuk diit adekuat sistem eritropoetin darah
: tinggi protein
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan.Berdasarkan terminology NIC, implementasi terdiri atas
melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan
khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi (atau program keperawatan).
Perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi
yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi
dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons pasien terhadap tindakan tersebut
(Kozier, dkk, 2010).

e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari
evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah.
Evaluasi berjalan kontinu, evaluasi yang dilakukan ketika atau segera setelah
mengimplementasikan program keperawatan memungkinkan perawat segera memodifikasi
intervensi (Kozier et al., 2010).
Pada evaluasi terdapat SOAP yang digunakan untuk pengkajian awal pasien (Wanda
Gustianingsih, 2014) :
1. S (Subjective) : data subyektif berisi data dari pasien melalui anamnesis (wawancara) yang
merupakan ungkapan langsung
2. O (Objective) : data obyektif berisi data yang dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik
3. A (Assessment) : analisis dan interpretasi berdasarkan data yang terkumpul kemudian
dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta
perlu tidaknya dilakukan tindakan segera
4. P (Plan) : perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk
asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau laboratorium, serta konseling untuk tindak lanjut
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan),
Bandung.

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim
PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan


untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Klien, Edisi-3, Alih
bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta

McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By


Mosby-Year book.Inc,Newyork

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia,


USA University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome
Classifications, Philadelphia, USA

Anda mungkin juga menyukai