Anda di halaman 1dari 18

Gangguan Hematologi dan Patofisiologi Pada Klien dengan

Gangguan Hematologi

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Patofisiologi


Dosen Pengampu: Tiurlan Mariasima Doloksaribu,S,Kep,Ns,M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 1 Kelas 1A
1.Abel Pramusti Sinaga(P07520122001)
2.Aifa Riani(P07520122002)
3.Aina Farhaini(P07520122003)
4. Bintang May Enji Simbolon(P07520122004)
5.Cantika Ulina Simanungkalit(P07520122005)
6.Chetlin P.Simanjuntak(P07520122006)
7.David Christian Lumbantobing(P07520122007)
8.Dea Sri Rahmat Lina Zega(P07520122008)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN DIII-KEPERAWATAN
TAHUN 2022-2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang sudah
memberikan berkat dan hikmat sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
“Gangguan Hematologi dan Patofisiologi Pada Klien dengan Gangguan Hematologi”.
Makalah ini disusun dengan mengadopsi berbagai pustaka. Penulis berharap makalh ini
dapat menjadi salah satu referensi bagi para pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang ikut berperan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna,untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar lebih baik
dalam menyusun makalah ini

Medan,20 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................4
1.1Latar
Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan
Masalah.................................................................................................4
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS..........................................................................................6


2.1 Susunan Darah dalam
Tubuh................................................................................6
2.1.1Teori Asal-usul
Darah.............................................................................6
2.1.2 Komponen-Komponen Darah
Normal...................................................7
2.1.3 Peran Fisiologi Darah............................................................................8
2.2.Proses Pembentukan
Darah ..................................................................................9
2.3Sel Darah Merah..................................................................................................10
2.3.1 Tahap-Tahap Diferensiasi Sel Darah
Merah........................................12
2.4 Sel Darah Putih...................................................................................................12
2.4.1 Pembentukan
Leukosit.........................................................................13
2.5
Trombosit............................................................................................................15
2.5.1 Gangguan Hematologi.........................................................................16

BAB III
PENUTUP.............................................................................................................17
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................17
3.2 Saran...................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Darah merupakan komponen yang terdapat pada makhluk hidup, yang berperan
penting dalam mengangkut oksigen dan hasil metabolisme ke jaringan tubuh, berfungsi
sebagai pertahanan tubuh, sebagai pengatur suhu tubuh serta pengatur keseimbangan zat
dan pH, dan juga sebagai mekanisme hemostasis. Setiap orang rata-rata memiliki kira-kira
70 mL darah setiap kilogram berat badan. Sebanyak 50-60% darah terdiri atas cairan darah
disebut plasma dan sisanya unsur-unsur padat berupa sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri
dari eritrosit, leukosit dan trombosit (Pranata, 2016).

Sel darah merah atau juga yang disebut Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel
darah. Di dalam sel darah merah terdapat zat warna darah yang disebut Hemoglobin (Hb).
Hemoglobin adalah suatu protein yang berkombinasi dengan senyawa henim, yang
mengandung zat besi. Selain berfungsi sebagai zat warna pada sel darah merah,
hemoglobin juga berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh sel tubuh dan mengangkut
sedikit karbon dioksida dari sel-sel tubuh ke paru-paru.

Trombosit disebut juga kepingan darah yaitu fragmen-fragmen kecil yang berasal dari
sitoplasma megakariosit. Trombosit berbentuk bulat, tidak mempunyai inti dan berukuran
sangat kecil sekitar 2-4 mikrometer dan volumenya 7-8 fl. Masa hidup trombosit di dalam
aliran darah yaitu 7-10 hari. Trombosit berperan penting dalam respon hemostasis. Jumlah
trombosit di dalam tubuh manusia dewasa antara 150.000-400.000 keping mm (Nugraha
2015).

Banyak sekali penyakit yang disebabkan karena berkurangnya jumlah sel darah merah.
Seperti gangguan Hematologi salah satunya penyakit Anemia, Anemia adalah keadaan
dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam
sel darah merah berada dibawah normal. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan,
kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung

4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, terdapat permasalahan yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a.Bagaimana susunan darah dalam tubuh?
b.Bagaiman proses pembentukan darah?
c.Bagaimana susunan sel darah merah dalam tubuh?
d.Bagaimana susunan sel darah putih dalam tubuh?
e.Bagaimana pembentukan trombosit dalam tubuh serta gangguan hematologi?

1.3 Tujuan
Agar mahasiswa mampu:
1.Memahami dan menjelaskan teori asal-usul darah
2.Memahami dan menjelaskan tentang Komponen-komponen darah normal beserta peran
fisiologi darah
3.MenjelaskanPembentukan sel darah(sel darah merah & sel darah putih
4.Memahami dan menjelaskan beberapa gangguan sistem hematologi seperti anemia,dan
polistemia.

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Susunan Darah Dalam Tubuh


2.1.1.Teori Asal-usul Darah
Leukosit mewakili banyak jenis sel khusus yang terlibat dalam imunitas bawaan
dan didapat. Eritrosit menyediakan transpor 02 dan CO2, sedangkan megakaryocytes
menghasilkan platelet untuk pembekuan darah dan penyembuhan luka.Semua tipe sel
darah muncul dari sel induk hematopoietik yang sebagian besar berada di sumsum tulang,
sebuah situs utama hematopoiesis dewasa. Homatopoiesis adalah proses di mana sel-sel
darah dibuat. Teori monophyletic tentang hematopoiesis yang diterima secara
luas,menunjukkan bahwa semua sel hematopoietik dihasilkan atas dasar sel-sel.batang
pluripoten, yang menjadi yang tidak berpotensi dan berdiferensiasi menjadi sel-sel
prekursor sebelum kemudian membentuk sel-sel darah matang. Maturusi merupakan
proses pematangan sel darah, sedangkan diferensia menyebabkan beberapa sel darah yang
terbentuk memiliki sifat khas yang berbeda-beda.

Hematopoiesis selama tahap awal embriogenesis terjadi di kantung kuning telur


dan kemudian di hati. Selama 3 sampai 7 bulan kehamilan terutama terjadi di limpa dan
sesaat sebelum kelahiran bergeser ke rongga sumsum dan dari lahir dan seterusnya terjadi
terutama di sumsum tulang.Sel induk berpotensi majemuk terus-menerus menghasilkan
lebih banyak dari diri mereka sendiri. Sel-sel hematopotetik secara konstan dihasilkan dari
sel-sel butang pluripoten, di mana beberapa sel-sel pluripoten ini menjadi sel-sel induk

6
yang tidak berpotensi Selanjutnya, beberapa sel dari populasi yang tidak berdaya ini
berdiferensiasi menjadi sel-sel prekursor yang, setelah dibedakan, sebagian berkomitmen
untuk menjadi salah satu jenis sel darah yang matang, yaitu eritrosit, monosit,limfosit,
trombosit dan granulosit.

Sel hematopoietik yang merupakan sel prekursor yang belum matang berevolusi
dari sel yang menghasilkan banyak protein menjadi sel yang membuat lebih sedikit protein
dan perubahan struktural terjadi dengan evolusi ini. Sel-sel ini memiliki lebih banyak
kromatin rumpun atau terkondensasi, karena tidak secara aktif ditranskripsi. Selain itu sel-
sel ini memiliki lebih sedikit nukleol, aparatus Golgi yang lebih kecil, dan lebih sedikit
ribosom, sehingga mereka menunjukkan pewarnaan hematoksilin basofilik yang lebih
sedikit
2.1.2 Komponen-Komponen Darah Normal

Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung
elektrolit. Peranannya sebagai medium pertukaran antara sel-sel yang terfiksasi dalam
tubuh dan lingkungan luar serta memiliki sifat-sifat protektif terhadap organisme sebagai
suatu keseluruhan dan khusus-nya terhadap darah sendiri.

Komponen Cair Darah(Plasma)


91%-92% air

7%-9% Zat padat:


-protein
-albumin
-fibrinogen
Unsur Anorganik:
-natrium
-kalsium
-kalium
-fosfor
-besi
-dan iodium
Unsur Organik
-Zat-zat nitrogen nnon
protein
-urea
-asam urat
-xantin
-kreatinin
-asam amino
-lemak netral
-fosfolipid
-kolestrol
-glukosa
Enzim
-amilase
-proetase
-lipase

7
Komponen darah manusia secara terinci terdiri atas:
1.Sel-Sel darah meliputi:
-Eritrosit(sel darah merah)
-Lukosit(sel darah putih)
-Trombosir(kepingan darah)
2.plasma darah,merupakan komponen cairan yang mengandung berbagai nutrisi maupun
substansi penting lainnya yang diperlukan oleh tubuh manusia,anatar lain protein
albumin,globulin faktor-faltor pembekuan darah,dan berbagai macam elektrolit (Na+),(K+)
dan (Cl),(Mg2+),hormon dan sebagainnya

2.1.3 Peran Fisiologi Darah

Fungsi utama darah yaitu membawa substansi- substansi yang dibutuhkan oleh sel-
sel dalam tubuh, antara lain :
1.oksigen,
2.produk metabolisme,
3.nutrisi (glukosa, protein, lemak. vitamin),
4.dan elektrolit.
Darah juga berperan penting dalam penerusan transmisi sinyal yang membawa
berbagai hormon ke organ target.Plasma darah mengandung berbagai protein plasma,
antara lain albumin, globulin, dan faktor-faktor pembekuan darah.

albumin

Albumin berfungsi untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid (onkotik).


Apabila kadar albumin rendah dalam plasma akan berakibat penurunan tekanan onkotik,
yang akan menyebabkan keluarnya cairan dari pembuluh darah atau ekstravasasi.

globulin

Globulin merupakan protein yang berfungsi untuk membentuk imunoglobulin yang


penting dalam sistem imunitas tubuh terhadap benda asing maupun mikroorganisme.
Penurunan kadar globulin dalam plasma darah dapat menurunkan imunitas tubuh sehingga
mudah terkena infeksi.

8
Plasma darah

Plasma darah juga berfungsi sebagai sistem penyangga tubuh atau sistem buffer
yang penting untuk mempertahankan keadaan asam-basa, melalui kandungan elektrolit
yang terFaktor-faktor koagulasi di dalam plasma darah berperan penting dalam proses
pembekuan darah. Apabila terjadi defisiensi faktor-faktor pembekuan darah akan
mengakibatkan terjadinya perdarahan dalam tubuh. Pkandung didalamnya, antara lain ion
hidrogen dan bikarbonat
2.2.Proses Pembentukan Darah

Semua jenis sel darah berasal dari Sel Induk Hematopoitik (SIH) atau
"Hematopoietic stem cell". Hematopoisis berasal dari kata "hemo" yang berarti darah, dan
"poisis", yang berarti pembentukan. SIH menghasilkan puluhan miliar sel-sel darah setiap
hari dari sel induk yang diperkirakan jumlahnya ratusan ribu sel.

Hematopoietic
stem cell

Proses pembentukan sel-sel darah berawal dari satu sel induk yang masih sangat
primitif, kemudian berakhir pada pembentukan sel-sel darah yang sudah matang. SIH
merupakan sel induk permulaan terbentuknya sel-sel darah yang berpotensi ganda, yang
dapat menimbulkan beberapa garis keturunan sel yang terpisah, sehingga disebut juga
sebagai pluripotential stem cell .Di dalam sumsum tulang, SIH ini berjumlah sekitar 1 dari
setiap 20 juta sel berinti di sumsum tulang.

Diferensiasi sel terjadi dari sel induk yang dibatasi dalam potensi perkembangan
mereka perbanyakan sel sehingga sel akan meningkat jumlahnya. Pada proses diferensiasi
sel berkembang membentuk jenis sel darah yang berbeda dan mempunyai sifat yang
spesifik.Diferensiasi sel terjadi dari sel induk melalui sel-sel progenitor hematopoitik yang
terbatas dalam potensial perkembangannya. Kemudian pada proses maturasi sel terjadi
pematangan sel-sel darah. Ketika sel- sel induk berdiferensiasi dan akhirnya mengalami
maturasi menjadi sel efektor yang matur, mereka mengalami serangkaian perubahan
fungsional, antara lain menjadi sel yang memiliki kapasitas fagositosis, hemoglobinisasi,
dan lain sebagainya.Sel induk hematopoisis memiliki kemampuan untuk memperbarui

9
dirinya (self renewal capacity), sehingga selularitas sumsum tulang tetap konstan pada
individu yang normal dan stabil. Ada banyak amplifikasi dalam sistem hematopoisis, yaitu
satu sel induk mampu menghasilkan sekitar 1 juta sel darah. dewasa setelah 20 kali
pembelahan sel.
SIH berpotensi banyak dapat menghasilkan sejumlah sel turunan. Sebagian dari sel
turunan ini tetap sebagai SIH berpotensi banyak, sebagian lainnya berdiferensiasi menjadi
Sel Induk Limfosit (SIL) atau Lymphoid Stem Cell (SIL) dan Sel Induk Granulosit,
Eritrosit, Monosit Megakariosit (SI-GEMM). Baik SIL maupun SI-GEMM masing-
masing menghasilkan sel turunan. Sebagian dari sel turunan SII. berdiferensiasi menjadi
sel limfosit T. limfosit B, dan sel natural killer (NK cell). Sebagian sel limfosit B
selanjutnya mengalami diferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma mempunyai
kemampuan untuk membuat imunoglobulin atau antibodi.
2.3.Sel Darah Merah

Fungsi utama dari sel-sel darah merah, yang juga dikenal sebagai eritrosit, adalah
mengangkut hemoglobin, dan seterusnya mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan.
Pada beberapa hewan tingkat rendah, hemoglobin ini beredar sebagai protein bebas dalam
plasma, tidak terbatas dalam sel darah merah.

Jika hemoglobin ini terbebas dalam plasma manusia, kurang lebih 3 persennya
bocor melalui membran kapiler masuk ke dalam ruang jaringan atau melalui membran
glomerulus pada ginjal terus masuk ke dalam saringan glomerulus setiap kali darah
melewati kapiler. Oleh karena itu, agar hemoglobin tetap berada dalam aliran darah, maka
ia harus tetap berada dalam sel darah merah.

Selain mengangkut hemoglobin, sel-sel darah merah juga mempunyai fungsi lain.
Contohnya, ia mengandung banyak sekali karbonik anhidrase, yang mengkatalisis reaksi
antara karbon dioksida dan air, sehingga meningkatkan kecepatan reaksi bolak balik
beberapa ribu kali lipat. Cepatnya reaksi ini membuat air dalam darah dapat bereaksi
dengan banyak sekali karbon dioksida, dan dengan demikian mengangkutnya dari jaringan
menuju paru-paru dalam bentuk ion bikarbonat (HCO3) Hemoglobin yang terdapat dalam
sel juga merupakan dapar asam-basa (seperti juga pada kebanyakan protein), sehingga sel
darah merah bertanggung jawab untuk sebagian besar daya pendaparan seluruh darah.

10
BESAR DAN UKURAN SEL-SEL DARAH MERAH Sel darah merah normal,
berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kira- kira 7,8 mikrometer dan dengan
ketebalan pada bagian yang paling tebal 2,5 mikrometer dan pada bagian tengah I
mikrometer atau kurang. Volume rata-rata sel darah merah adalah 90 sampai 95
mikrometer kubik Bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah ketika sel berjalan
melewati kapiler. Sesungguhnya, sel

Gambar:Pembentukan sel darah merah Gambar:Kecepatan Relatif Produksi sel darah


merah bermacam-macam tulang pada berbagai usia

Darah merupakan suatu "kantong" yang dapat diubah menjadi berbagai bentuk.
Selanjutnya, karena sel normal mempunyai membran yang sangat kuat untuk menampung
banyak bahan material di dalamnya, maka perubahan bentuk tadi tidak akan meregangkan
membran secara hebat, dan sebagai akibatnya tidak akan memecahkan sel, seperti yang
akan terjadi pada sel lainnya.

KONSENTRASI SEL-SEL DARAH MERAH DALAM DARAH. Pada pria


nonnal, jumlah rata-rata sel darah merah per milimeter kubik adalah 5.200.000 ( ± 300.000)
dan pada wanita normal, 4,700.000 (± 300.000). Ketinggian akan mempengaruhi jumlah
sel darah merah orang yang tinggal di situ.

JUMLAH HEMOGLOBIN DALAM SEL. Sel-sel darah merah mampu


mengkonsentrasikan hemoglobin dalam cairan sel sampai sekitar 34 gm/dl sel. Konsentrasi
ini tak pernah meningkat lebih dari nilai tersebut, karena ini merupakan batas metabolik
dari mekanisme pembentukan hemoglobin sel. Selanjutnya, pada orang normal. persentase
hemoglobin hampir selalu mendekati maksimum dalam setiap sel. Namun, bila
pembentukan hemoglobin dalam sumsum tulang berkurang, maka persentase hemoglobin
dalam sel dapat turun sampai di bawah nilai ini, dan volume sel darah merah juga menurun
karena hemoglobin untuk mengisi sel berkurang.

Bila hematokrit (persentase sel dalam darah-normalnya 40 sampai 45 persen) dan


jumlah hemoglobin dalam masing-masing sel nilainya normal, maka seluruh darah seorang
pria rata-rata mengandung 16 gram hemoglobin per desiliter, dan pada wanita rata-rata 14
gm/dl.setiap gram hemoglobin murni mampu berikatan dengan kira-kira 1.39 mililiter
oksigen. Oleh karena itu, pada orang normal, lebih dari 21 mililiter oksigen dapat dibawa
11
dalam bentuk gabungan dengan hemoglobin pada se tiap desiliter darah, dan pada wanita
normal, oksigen yang dapat diangkut sebesar 19 mililiter.

2.3.1 Tahap-Tahap Diferensiasi Sel Darah Merah

Sel pertama yang dapat dikenali sebagai bagian dari rangkaian sel darah merah
adalah proeritrablas. Dengan rangsangan yang sesuai, maka dari sel-sel stem CFU-E dapat
dibentuk banyak sekali sel ini.Sekali proeritroblas ini terbentuk, maka ia akan membelah
beberapa kali, sampai akhirnya akan terbentuk banyak sel darah merah yang matur. Sel-sel
generasi pertama ini disebut barofil eritroblas sebab dapat dipulas dengan zat warna basa:
pada saat ini. sel mengumpulkan sedikit sekali hemoglobin.
Pada generasi berikutnya, sel sudah dipenuhi oleh
hemoglobin dengan konsentrasi sekitar 34 persen, maka
nukleus memadat menjadi kecil, dan sisa akhirnya
terdorong dan sel Pada saat yang sama, retikulum
endoplasma direabsorbsi. Pada tahap ini, sel disebut
retikulosit karena masih mengandung sedikit bahon
basofilik, yaitu terdiri sisa-sisa aparatus Golgi,
mitokondria, dan sedikit organel sitoplamik lainnya.
Selama tahap retikulosit, sel-sel berjalan dari sumsum
tulang masuk ke dalam kapiler darah dengan cara
diapedesis (terperas melalui pori-pori membran
kapiler)Bahan basofilik yang tersisa dalam retikulosit
normalnya akan menghilang dalam waktu 1 sampai 2
hari, dan sel kemudian menjadi eritrosit matur. Karena
waktu hidup
eritrosit ini
pendek, maka
konsentrasinya di antara seluruh sel darah
merah dalam keadaan normal kurang dari 1
persen.

2.4.Sel Darah Putih

Pada keadaan normal, darah manusia mengandung 4.000-11.000 sel darah putih per
mikroliter. Dari jumlah tersebut, jenis sel terbanyak adalah granulosit (leukosit
polimorfonukleus, PMN) Sel granulosit muda memiliki inti berbentuk sepatu kudanyang
akan berubah menjadi multilobular dengan beetambahnya umur sel Sebagian besar sel
tersebut mengandung granula neutrofolik (neutrofil), namun sebagian kecil mengandung
granula yag dapat diwarnai dengan zat warna asam (eosinofil) dan sebagian lagi
mengandung granula basofilik (basofil).

12
Dua jenis sel lain yang lazim ditemukan dalam darah tepi adalah limfosit, yang
memiliki inti bulat besar dan sitoplasma sedikit, dan monosit yang mengandung banyak
sitoplasma tak bergranula dan mempunyai inti yang berbentuk ginjal.Kerja sama sel
tersebut menyebabkan tubuh memiliki sistem pertahanan yang kuat terhadap berbagai
tumor, infeksi virus, bakteri, dan parasit.
2.4.1 Pembentukan Leukosit

Neutrofil merupakan jenis sel leukosit yang memiliki granula. Dalam


perkembangannya, mulai terbentuk granula azurofilik pada tahap promyelosit, sehingga
neutrofil juga disebut granulosit. Pembentukan neutrofil berawal dari sel myeloblas, yang
kemudian berkembang menjadi promyelosit, myelosit, dan metamyelosit. Selanjutnya
metamyelosit berkembang menjadi neutrofil stab (band form) dan neutrofil segmen yang
matur/ matang

Eosinofil berasal dari populasi sel induk yang sama dengan neutrofil dan
mengalami maturasi secara bersamaan dengan neutrofil. Tahap paling awal di mana
eosinofil dapat didefinisikan secara morfologi pada sumsum tulang adalah pada stadium
promyelosit. Promyelosit mengandung granula atau butiran besar yang berwarna biru
kemerahan. Pada saat mencapai tahap metamyelosit, granula ini menjadi semakin padat
dan bulat, menjadi butiran merah keemasan mengisi sitoplasma. Inti sel eosinofil yang
matang biasanya hanya memiliki dua lobus."

Eosinofil diproduksi di dalam sumsum tulang dan bersirkulasi dalam peredaran


darah selama 1 hari sebelum bermigrasi ke jaringan, di mana eosinofil dapat bertahan
hidup selama 8-12 hari. Sel ini dapat berespon terhadap stimulus kemotaktik. Eosinofil
berperan penting dalam pertahanan tubuh. karena dapat berfungsi pada proses fagositosis
dan membunuh mikroorganisme, yang penting sebagai pertahanan terhadap infeksi
mikroorganisme terutama parasit.

Basofil juga berasal dari populasi sel induk yang sama dengan neutrofil dan
mengalami maturasi secara bersamaan dengan neutrofil seperti eosinofil. Tahap paling
awal di mana basofil dapat didefinisikan secara morfologi pada sumsum tulang adalah
pada stadium promyelosit. Pada tahap promyelosit nampak granula besar berwarna ungu

13
kehitaman. Pada basofil yang matang berukuran relatif lebih kecil, dan granulanya yang
berwarna ungu menutupi inti sel

Basofil diproduksi di dalam sumsum tulang dan bersirkulasi dalam peredaran darah
selama beberapa hari sebelum bermigrasi ke jaringan. Sel ini berperan penting dalam
respon inflamasi dan alergi, terutama reaksi hipersensitivitas. serta berperan dalam
pertahanan tubuh terhadap infeksi parasit Peningkatan jumlah basofil dalam darah
(basofilia) memberikan makna klinis yang penting. Basofilia terjadi pada kondisi reaksi
hipersensitivitas dan juga dapat ditemukan pada penyakit mieloproliferatif, khususnya
leukemia myeloid kronik.

Limfosit merupakan jenis sel leukosit urutan kedua setelah neutrofil yang banyak
beredar di dalam darah. Limfosit berukuran lebih kecil dibandingkan neutrofil, dengan
sitoplasma yang jernih berwarna biru muda pucat. Beberapa limfosit memiliki sejumlah
butiran azurofilik berwarna merah muda-ungu.

Limfosit diproduksi dari sel induk limfoid di dalam sumsum tulang dan mungkin
timus. Peran limfosit ada di jaringan-jaringan seperti kelenjar getah bening, limpa, tonsil
dan jaringan-jaringan limfoid yang berhubungan dengan selaput lendir (mucous
membrane). Sel-sel limfosit bersirkulasi dalam aliran darah. kemudian memasuki jaringan
limfoid, dan muncul lagi dari jaringan limfoid ke saluran limfatik, di mana mereka
membentuk satu penyusun cairan bening yang dikenal sebagai getah bening Limfosit
mempunyai peranan penting dalam respon kekebalan tubuh atau imunitas terhadap
rangsangan antigen, baik imunitas bawaan maupun adaptif. Limfosit dibagi menjadi tiga
kategori sel fungsional, yaitu: limfosit B (sel B), limfosit T (sel T). dan sel pembunuh
alami atau natural killer cell (sel NK).

Monosit merupakan jenis sel darah yang berukuran paling besar. Monosit memiliki
inti yang berlobus berbentuk seperti ginjal, dan sitoplasma yang luas berwarna biru keabu-
abuan dan sitoplasmanya dapat memiliki vakuol dan granula azurofilik yang halus
Monosit mempunyai masa hidup di dalam sirkulasi darah selama beberapa hari.
Peranan utama monosit adalah di jaringan- jaringan di mana monosit akan berdiferensiasi
membentuk makrofag yang berusia lebih panjang, kadang-kadang disebut sebagai histiosit
(histiocytes). Monoxit tidak hanya berdiferensiasi menjadi makrofag, tetapi juga
berdiferensiasi menjadi berbagai sel khusus untuk organ yang berbeda, seperti sel Kupffer
di hati. sel mikroglial di otak dan osteoklas di tulang.

Monosit dan makrofag mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi imunitas tubuh.
Peranan mereka antara lain:
1.merespon rangsangan kemotaktik dan bersifat fagositik,yang merupakan bagian dari
pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri dan jamur
2. memfagositosis dan menghancurkan sel-sel tubuh yang mati dan sekarat.
3. menghadirkan antigen pada limfosit

14
4.mensekresikan pembawa sinyal kimiawi yang dikenal sebagai sitokin, yang
mempengaruhi perilaku sel tubuh lainnya, termasuk sel-sel darah dan prekursornya.

2.5.Trombosit
Trombosit merupakan hasil pecahan atau fragmentasi sitoplasma sel-sel besar di
sumsum tulang yang disebut megakariosit, yang erasal dari megakarioblas. Tahapan
pembentukan trombosit atau trombopolsis yaitu dimulai dari megakarioblas,
promegakariosit, megakariosit, dan trombosit .Pada perkembangan megakariosit terjadi
proses endomitosis, yaitu inti sel memperbanyak diri, namun tidak diikuti dengan
pembelahan sel, sehingga sel megakariosit sangat besar dengan inti sel beberapa
lobus."Megakariosit adalah sel hematopoitik terbesar yang didapatkan di sumsum tulang.
Setiap megakariosit menghasilkan sekitar 4.000 trombosit selama masa hidup. Pengatur
utama diferensiasi megakariosit adalah trombopoitin yang dihasilkan oleh sel hati dan sel
stroma sumsum tulang. Megakariosit dewasa mengalami proses pemanjangan sitoplasma
melalui dinding sinusoidal di sumsum tulang kemudian trombosit dilepaskan langsung
masuk ke dalam aliran darah akibat fragmentasi sitoplasma. Umur trombosit sekitar 7-10
hari."

Trombosit berperan penting dalam hemostasis normal. Pada saat dalam darah,
trombosit merupakan cakram halus dilapisi membran yang mengeluarkan sejumlah
reseptor glikoprotein kelompok integrin. Trombosit mengandung dua tipe granula yang
spesifik. Granula-a mengeluarkan molekul adhesi selektin-P pada membrannya dan
mengandung fibrinogen, fibronektin, faktor V dan VIII, faktor 4 trombosit (kemokin
pengikat heparin), faktor pertumbuhan yang berasal dari trombosit (PDGF), serta
transforming growth factor-a (TGF-a). Granula lain merupakan benda padat (dense
bodies), atau granula 8, yang mengandung adenin nukleotida (ADP dan ATP), kalsium
terionisasi, histamin, serotonin, dan epinefrin.

Setelah terjadi jejas vaskular, trombosit bertemu dengan unsur ECM yang biasanya
tersimpan di bawah endotel yang utuh; unsur ini meliputi kolagen (ter- penting),
proteoglikan, fibronektin, dan glikoprotein adhesif lain. Saat bertemu dengan ECM,
trombosit mengalami tiga reaksi umum:
(1) adhesi dan perubahan bentuk,
(2) sekresi (reaksi pelepasan) dan
(3) agregasi

Adhesi trombosit pada ECM terutama diperantarai leh interaksi dengan vWF, yang
bertindak sebagai jembatan antara reseptor permukaan trombosit (misalnya, glikoprotein Ib
[Gplb]) dan kolagen yang terpajan. Meskipun trombosit dapat melekat secara langsung
pada ECM, hubungan vWF-glikoprotein lb merupakan satu-satunya interaksi yang cukup
kuat untuk mengatasi daya gusur yang kuat dari darah yang sedang mengalir.

15
2.5.1.Gangguan dan Kelainan Terkait Trombosit
a.Trombositosis dan Trombositopenia
Kelainan jumlah fungsi trombosit dapat mengganggu pembekuan darah Trombosit
yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat mengganggu pembekuan darah Keadaan
yang ditandai oleh trombosit yang terlebihan dinamakan trombositosis atau bisa juga
disebut trombositemisa.Trombositosis umumnya didefenisikan sebagai peningkatan
jumlah trombosit di atas 400.000 mm dan dapat primer atau sekunder,fungsi trombosit
yang abnormal menyebabkan perdarahan dan trombosis.Masa perdarahan mungkin
memanjang
Pengobatan ditujukan untuk mengurangi aktifitas susmsum tulang dengan memakai
agen-agen sititoksis.Bila terdapat perdarahan akut atau trombosis,tromboferesis dapat
memberikan penyembuhan sementara.Agen-agen antitrombosit seperti aspirin dapat
digunakan

b.Hemofilia
Gangguan perdarahan herediter(pewarisan) dapat timbul pada defisiensi atau gangguan
fungsional pembekuan plasma .Semua anak perempuan dari pria penderita hemofilia
menjadi karier.Anak lelaki dari seorang wanita karier hemofilia mempunyai kemungkinan
50% menjadi penderita hemofilia
Dua jenis hemofilia yang secara klinis identik adalah:1.Hemofilia klasik atau
hemofilia A di mana aktivitas faktor antihemofilia VIII kurang atau tidak ada,dan
2.Penyakit chirstmas atau Hemofilia B di mana aktivitas faktor IX kurang atau tidak
ada.Derajat perdarahan berkaitan dengan banyaknya aktivitas faktor dan beratnya cedera.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Darah merupakan salah satu organ yang sangat vital bagi kelangsungan hidup
manusia. Di dalam darah terkandung dua komponen utama, yaitu komponen padat berupa
sel-sel darah, dan komponen cair berupa plasma darah. Darah mempunyai peran yang
sangat penting dalam menjaga kondisi fisiologis tubuh.

Sel-sel darah dalam tubuh manusia terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit
(sel darah putih), dan trombosit (keping darah). Abnormalitas dari sel-sel darah tersebut
dapat menimbulkan berbagai penyakit, antara lain Trombositosis dan Hemofilia dll.

3.2 Saran
Segala kritik dan saran sangat diharapkan penulis demi kebaikan dari tulisan ini dan tak
lupa penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi setiap
orang yang membacanya dan tak lupa penulis mengucapkan terimakasih

17
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Diana Vanda D.Doda,MOHS.,AIFM.,ph.D dkk (2020) Buku Ajar FISIOLOGI SISTEM


HEMATOLOGI.deepublish
Novi Khila Firani (2018) Mengenali sel-sel Darah dan Kelainan Darah penerbit:UB Press
Guyton & Hall Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Penerbit buku Kedokteran:EGC
Sylvia A.Price & Lorraine M.Wilson (1994) Patofisiologi:Konsep klinis proses-proses
penyakit Ed.4,-Jakarta:EGC
W.F.Ganong Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Ed-22.Penerbit Buku
Kedokteran:EGC

18

Anda mungkin juga menyukai