PRESENTAN
Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK
2019
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Referat Kepaniteraan Klinik Ilmu
Mata RSUD M.Natsir dengan judul Hemaptopoeisis dan Koagulasi ini dengan sebaik-
baiknya.
Adapun tujuan dari penyusunan Referat ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan
klinik di RSUD M.Natsir. Selain itu, penyusunan Referat ini juga bertujuan agar penulis lebih
memahami tentang Hemaptopoeisis dan Koagulasi
Dalam penulisan Referat ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih
kepada dr. Ade Ariade, Sp.An selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dalam
penyusunan referat ini.
Kritik dan saran membangun tentu sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan dan
perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa
kedokteran dalam memecahkan masalah tentang Hemaptopoeisis dan Koagulasi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan ........................................................................................................................................ 4
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................................................................................ 4
1.2.2 Tujuan Khusus ........................................................................................................................... 4
1.3 Metode Penulisan ....................................................................................................................... 4
BAB II..................................................................................................................................................... 5
1. HEMATOPOIESIS (Pembentukan Sel Darah)............................................................................... 5
a. Eritropoeisis (Pembentukan Eritrosit)........................................................................................ 9
b. Leukopoiesis (Pembentukan Leukosit) .................................................................................... 10
2. FASE KOAGULASI ........................................................................................................................ 12
2.1 Lintasan / Jalur ............................................................................................................................ 12
2.1.1 Lintasan / jalur intrinsic (Intrinsic pathways) ...................................................................... 12
2.1.2 Lintasan / jalur Ekstrinsik (extrinsic Pathways)................................................................... 13
2.1.3 Lintasan / jalur Bersama (common pathways) ..................................................................... 14
2.2 GANGGUAN KOAGULASI PADA SISTEM HEMOSTATIS ................................................ 16
2.2.1 Gangguan Perdarahan Akibat Kelainan Pembuluh Darah .................................................. 16
2.2.2 Pemeriksaan &Pentalaksanaan Koagulasi .......................................................................... 18
2.2.3 Penatalaksanaan ................................................................................................................... 19
BAB III ................................................................................................................................................. 24
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Terjadi pada masa prenatal, yaitu saat embrio berumur 2 – 10 minggu. Terjadi
di dalam yolk sac yang berada dekat dengan mesenkim batang tubuh. Mesenkim ini
menyusutkan cabangcabangnya lalu berkembang menjadi eritoblas primitif, sel
basophil bulat yang mengumpul membentuk agregat yang disebut dengan pulau darah.
Mereka berpoliferasi membentuk hemoglobin dan eritrosit polikromatofilik. Lalu
basophil-basofil mulai menghilang dan jadilah eritrosit primitif, yaitu eritrosit yang
memiliki inti sel.
2. Hepatik
Fase ini terjadi pada masa prenatal juga, ketika janin sudah berusia 6 minggu.
Pada usia 6 minggu ini sel basophil muncul di premodium hati lalu berpoliferasi
menjadi eritroblas definit yang berkembang menjadi eritrosit definit yang sudah tidak
berinti lagi. Pada minggu ke-8 ditemukan juga leukosit granuler dan megakariosit pada
hati. Lalu pada usia 12 minggu limfa juga menjadi tempat terjadinya hematopoiesis.
3. Mieloid
Fase ini dimulai saat rangka janin sudah terbentuk yaitu sekitar minggu ke-20.
Rangka yang terbentuk pada janin masih berbentuk tulang rawan hialin. Lalu sel darah
dan mesenkim menerobos masuk ke dalam rongga tulang rawan tersebut kemudian
berdiferensiasi menjadi osteoblast dan sel retikulum yang membentuk stroma sum-sum
tulang. Setelah terbentuknya pusat penulangan, dimulailah proses produksi sel darah
dalam sum-sum tulang dan terjadi pula penurunan produksi sel darah pada hati dan
limfa.
5
sel darah muncul dari mesoderm yolk sac. Beberapa saat kemudian, hati dan limpa
berfungsi sebagai jaringan hematopoietik sementara, tetapi menjelang bulan kedua
klavikula telah mulai menulang dan mulai membentuk sumsum tulang di pusatnya.
Sewaktu penulangan pralahir dari sisa kerangka melaju,sumsum tulang menjadi jaringan
hematopoietik utama.
Sebelum mencapai kematangan dan sudah dilepaskan ke dalam sirkulasi, sel-sel
darah harus melalui tahap-tahap diferensiasi dan pematangan khusus. Karena proses ini
berlanjut terus, sel-sel dengan ciri-ciri dari berbagai tahap sering ditemukan dalam
sediaan apus darah atau sumsum tulang.
Hematopoiesis adalah proses pembentukan sel-sel darah. Yolk sac, hati dan limpa
adalah pusat hematopoiesisis pada masa janin. Setelah lahir, fungsi ini terjadi disumsum
tulang. Bayi memiliki inti sumsum hematopoiesis pada semua tulangnya, tapi pada
dewasa hal ini hanya terjadi pada ujung proksimal dari tulang-tulang panjang. Dalam
pembentukannya semua berasal dari primitive stem cell yang akan bereplikasi, proliferasi
dan berdiferensiasi menjadi sel-sel matang yang dikenal sebagai sel darahmerah
(eritrosit), sel granulosit, sel monosit, limfosit dan platelet. Tempat hemopoesis pada
manusia berpindah-pindah sesuai dengan umur :
a) Janin : umur 0-2 bulan (kantung kuning telur)
umur 2-7 bulan (hati, limpa)
umur 5-9 bulan (sumsum tulang)
b) Bayi : Sumsum tulang
c) Dewasa. : vertebra, tulang iga, sternum, tulang tengkorak, sacrum dan pelvis,
ujung proksimal femur.
Pada orang dewasa dalam keadaan fisiologik semua hemopoesis terjadi pada
sumsum tulang. Untuk kelangsungan hemopoesis diperlukan:
1. Sel induk hemopoetik (hematopoietic stem cell)
Sel induk hemopoetik ialah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel-sel darah,
termasuk eritrosit, lekosit, trombosit, dan juga beberapa sel dalam sumsum tulang seperti
fibroblast. Sel induk yang paling primitif sebagai pluripotent (totipotent) stem cell.
Sel induk pluripotent mempunyai sifat :
a. Self renewal : kemampuan memperbarui diri sendiri sehingga tidak akan pernah habis
meskipun terus membelah;
b. Proliferative : kemampuan membelah atau memperbanyak diri;
6
c. Diferensiatif : kemampuan untuk mematangkan diri menjadi sel-sel dengan fungsi-
fungsi tertentu.
Menurut sifat kemampuan diferensiasinya maka sel induk hemopoetik dapat dibagi
menjadi :
a. Pluripotent (totipotent)stem cell : sel induk yang mempunyai yang mempunyai kemampuan
untuk menurunkan seluruh jenis sel-sel darah.
b. Committeed stem cell : sel induk yang mempunyai komitmet untuk berdiferensiasi melalui
salah satu garis turunan sel (cell line). Sel induk yang termasuk golongan ini ialah sel induk
myeloid dan sel induk limfoid.
c. Oligopotent stem cell : sel induk yang dapat berdiferensiasi menjadi hanya beberapa jenis
sel. Misalnya CFU-GM (colony forming unit-granulocytelmonocyte) yang dapat
berkembang hanya menjadi sel-sel granulosit dan sel-sel monosit.
d. Unipotent stem cell : sel induk yang hanya mampu berkembang menjadi satu jenis sel saja.
Contoh CFU-E (colony forming unit-erythrocyte) hanya dapat menjadi eritrosit, CFU-G
(colony forming unit-granulocyte) hanya mampu berkembang menjadi granulosit.
7
c. Menghasilkan zat yang mengatur hemopoesis : hematopoietic growth factor, cytokine, dan
lain-lain.
4. Mekanisme regulasi
Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas pertumbuhan
sel dan pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke darah tepi sehingga sumsum
tulang dapat merespon kebutuhan tubuh dengan tepat. Produksi komponen darah yang
berlebihan ataupun kekurangan (defisiensi) sama-sama menimbulkan penyakit. Zat-zat yang
berpengaruh dalam mekanisme regulasi ini adalah :
a. Faktor pertumbuhan hemopoesis (hematopoietic growth factor) :
i. Granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF)
ii. Granulocyte colony stimulating factor (G-CSF)
iii. Macrophage-colony stimulating factor (M-CSF)
iv. Thrombopoietin
v. Burst promoting activity (BPA)
vi. Stem cell factor (kit ligand)
b. Sitokon (Cytokine) seperti misalnya IL-3 (interleukin-3), IL-4, IL-5, IL-7, IL-8, IL-9, IL-9,
IL-10.
Growth factor dan sitokin sebagian besar dibentuk oleh sel-sel darah sendiri, seperti
limfosit, monosit, atau makrofag, serta sebagian oleh sel-sel penunjang, seperti fibroblast dan
endotil. Sitokin ada yang merangsang pertumbuhan sel induk (stimulatory cytokine), sebagian
lagi menekan pertumbuhan sel induk (inhibitory cytokine). Keseimbangan kedua jenis sitokin
ini sangat menentukan proses hemopoesis normal.
c. Hormon hemopoetik spesifik yaitu Erythrpoietin : merupakan hormon yang dibentuk
diginjal khusus merangsang precursor eritroid.
8
d. Hormon nonspesifik
Beberapa jenis hormone diperlukan dalam jumlah kecil untuk hemopoesis, seperti :
i. Androgen : berfungsi menstimulasi eritropoesis.
ii. Estrogen : menimbulkan inhibisi eritropoesis.
iii. Glukokortikoid.
iv. Growth hormon
v. Hormone tiroid
Dalam regulasi hemopoesis normal terdapat feed back mechanism : suatu mekanisme
umpan balik yang dapat merangsang hemopoesisjika tubuh kekurangan komponen darah
(positive loop) atau menekan hemapoesis jika tubuh kelebihan komponen darah tertentu
(negative loop).
9
Sel ini sedikit lebih besar daripada eritrosit matur, berada selama 1-2 hari dalam
sumsum tulang dan juga beredar di darah tepi selama 1-2 hari sebelum menjadi matur, terutama
berada di limpa, saat RNA hilang seluruhnya. Eritrosit matur berwarna merah muda
seluruhnya, adlah cakram bikonkaf tak berinti. Satu pronormoblas biasanya menghasilkan 16
eritrosit matur. Sel darah merah berinti (normoblas) tampak dalam darah apabila eritropoiesis
terjadi diluar sumsum tulang (eritropoiesis ekstramedular) dan juga terdapat pada beberapa
penyakit sumsum tulang. Normoblas tidak ditemukan dalam darah tepi manusia yang normal.
Jumlah produksi eritrosit sama dengan jumlah eritrosit tua yang dirombak di dalam hati.
Sebanyak 2,5x1011 eritrosit dilepaskan ke peredaran darah. Berikut adalah mekanisme
ertropoiesis :
Leukopoiesis adalah proses pembentukan leukosit, yang dirangsang oleh adanya colony
stimulating (factor perangsang koloni). Colony stimulating ini dihasilkan oleh leukosit dewasa.
Leukosit dibentuk di sumsum tulang terutama seri granulosit, disimpan dalam sumsum tulang
sampai diperlukan dalam sistem sirkulasi. Bila kebutuhannya meningkat maka akan
menyebabkan granulosit tersebut dilepaskan. Proses pembentukan limfosit, ditemukan pada
jaringan yang berbeda seperti sumsum tulang, thymus, limpa dan limfonoduli. Proses
pembentukan limfosit dirangsang oleh thymus dan paparan antigen.
10
Bertambahnya jumlah leukosit terjadi dengan mitosis (suatu proses pertumbuhan dan
pembelahan sel yang berurutan). Sel-sel ini mampu membelah diri dan berkembang menjadi
leukosit matang dan dibebaskan dari sumsum tulang ke peredaran darah. Dalam sirkulasi darah,
leukosit bertahan kurang lebih satu hari dan kemudian masuk ke dalam jaringan. Sel ini
bertahan di dalam jaringan hingga beberapa minggu, beberapa bulan, tergantung pada jenis
leukositnya
Pembentukan leukosit berbeda dengan pembentukan eritrosit. Leukosit ada 2 jenis, sehingga
pembentukannya juga sesuai dengan seri leukositnya. Pembentukan sel pada seri granulosit
(granulopoiesis) dimulai dengan fase mieloblast, sedangkan pada seri agranulosit ada dua jenis
sel yaitu monosit dan limfosit. Pembentukan limfosit (limfopoiesis) diawali oleh fase
limphoblast, sedangkan pada monosit (monopoiesis) diawali oleh fase monoblast.
Granulopoiesis adalah evolusi paling dini menjadi myeloblas dan akhirnya menjadi sel yang
paling matang, yang disebut basofil, eosinofil dan neutrofil. Proses ini memerlukan waktu 7
sampai 11 hari. Mieloblas, promielosit, dan mielosit semuanya mampu membelah diri dan
membentuk kompartemen proliferasi atau mitotik. Setelah tahap ini, tidak terjadi lagi
pembelahan, dan sel mengalami pematangan melalui beberapa fase yaitu: metamielosit,
neutrofil batang dan neutrofil segmen. Di dalam sumsum tulang sel ini mungkin ada dalam
jumlah berlebihan yang siap dibebaskan apabila diperlukan. Sel-sel ini dapat menetap di
sumsum tulang sekitar 10 hari, berfungsi sebagai cadangan apabila diperlukan.
Limfopoiesis adalah pertumbuhan dan pematangan limfosit. Hampir 20% dari sumsum tulang
normal terdiri dari limfosit yang sedang berkembang. Setelah pematangan, limfosit masuk ke
dalam pembuluh darah, beredar dengan interval waktu yang berbeda bergantung pada sifat sel,
dan kemudian berkumpul di kelenjar limfatik (Sacher, 2004).
Monopoiesis berawal dari sel induk pluripoten menghasilkan berbagai sel induk dengan
potensi lebih terbatas, diantaranya adalah unit pembentuk koloni granulosit yang bipotensial.
Turunan sel ini menjadi perkusor granulosit atau menjadi monoblas. Pembelahan monoblas
menghasilkan promonosit, yang sebagiannya berpoliferasi menghasilkan monosit yang masuk
peredaran. Yang lain merupakan cadangan sel yang sangat lambat berkembang. Waktu yang
dibutuhkan sel induk sampai menjadi monosit adalah sekitar 55 jam. Monosit tidak tersedia
dalam sumsum dalam jumlah besar, namun bermigrasi ke dalam sinus setelah dibentuk.
11
Monosit bertahan dalam pembuluh darah kurang dari 36 jam sebelum akhirnya masuk ke dalam
jaringan.
2. FASE KOAGULASI
Koagulasi merupakan suatu proses perubahan bentuk darah dari bentuk cair hingga
mengental sebagai hasil dari transformasi protein yang larut menjadi tidak larut serta perubahan
fibrinogen menjadi fibrin. Proses ini melibatkan sejumlah besar faktor-faktor protein yang
sebagian besar merupakan pro-enzym (zymogens) yang diubah oleh partial proteolysis menjadi
bentuk aktif. Tahapan ini disebut sebagai Hemostasis sekunder. Koagulasi merupakan bagian
dari hemostasis yang bertanggung jawab terhadap proses pembekuan darah. Produk dari
prosedur ini adalah fibrin yang mengandung gumpalan untuk menghentikan perdarahan dan
memperbaiki pembuluh darah yang rusak. Ketidaknormalan pada proses koagulasi berakibat
pada peningkatan risiko perdarahan, penggumpalan (clotting) dan penyumbatan (embolism).
Ada dua lintasan yang membentuk bekuan fibrin, yaitu lintasan instrinsik dan
ekstrinsik. Proses yang mengawali pembentukan bekuan fibrin sebagai respons terhadap cedera
jaringan dilaksanakan oleh lintasan ekstrinsik. Lintasan intrinsic pengaktifannya berhubungan
dengan suatu permukaan yang bermuatan negative. Lintasan intrinsic dan ekstrinsik menyatu
dalam sebuah lintasan terkahir yang sama yang melibatkan pengaktifan protrombin menjadi
thrombin dan pemecahan fibrinogen yang dikatalis thrombin untuk membentuk fibrin.
Pada peristiwa diatas melibatkan macam jenis protein yaitu dapat diklasifikaskan
sebagai berikut:
a. Zimogen protease yang bergantung pada serin dan diaktifkan pada proses koagulasi
b. Kofaktor
c. Fibrinogen
d. Transglutaminase yang menstabilkan bekuan fibrin
e. Protein pengatur dan sejumla protein lainnya
12
permukaan pengaktif yang bermuatan negative. Secara in vivo, kemungkinan protein tersebut
teraktif pada permukaan sel endotel. Kalau komponen dalam fase kontak terakit pada
permukaan pengaktif, faktor XII akan diaktifkan menjadi faktor XIIa pada saat proteolisis oleh
kalikrein. Factor XIIa ini akan menyerang prekalikrein untuk menghasilkan lebih banyak
kalikrein lagi dengan menimbulkan aktivasi timbal balik. Begitu terbentuk, faktor XIIa
mengaktifkan faktor XI menjadi XIa, dan juga melepaskan bradikinin (vasodilator) dari
kininogen dengan berat molekul tinggi. Factor XIa dengan adanya ion Ca2+ mengaktifkan
faktor IX, menjadi enzim serin protease, yaitu faktor IXa. Factor ini selanjutnya memutuskan
ikatan Arg-Ile dalam faktor X untuk menghasilkan serin protease 2-rantai, yaitu faktor Xa.
Reaksi yang belakangan ini memerlukan perakitan komponen, yang dinamakan kompleks
tenase, pada permukaan trombosit aktif, yakni: Ca2+ dan faktor IXa dan faktor X. Semua
reaksi dalam hemostasis yang melibatkan zimogen yang mengandung Gla (faktor II, VII, IX
dan X), residu Gla dalam region terminal amino pada molekul tersebut berfungsi sebagai
tempat pengikatan berafinitas tinggi untuk Ca2+.
Bagi perakitan kompleks tenase, trombosit pertama-tama harus diaktifkan untuk membuka
fosfolipid asidik (anionic). Fosfatidil serin dan fosfatoidil inositol yang normalnya terdapat
pada sisi keadaan tidak bekerja. Factor VIII, suatu glikoprotein, bukan merupakan precursor
protease, tetapi kofaktor yang berfungsi sebagai reseptor untuk faktor IXa dan X pada
permukaan trombosit. Factor VIII diaktifkan oleh thrombin dengan jumlah yang sangat kecil
hingga terbentuk faktor VIIIa, yang selanjutnya diinaktifkan oleh thrombin dalam proses
pemecahan lebih lanjut.
13
Sebenarna, pembentukan kompleks antara faktor jaringan dan faktor VIIa kini dianggap
sebagai proses penting yang terlibat dalam memulai pembekuan darah secara in vivo.
Makna fisiologik tahap awal lintasan intrinsic, yang turut melibatkan faktor XII,
prekalikrein dan kininogen dengan berat molekul besar. Sebenarnya lintasan intrinsik bisa lebih
penting dari fibrinolisis dibandingkan dalam koagulasi, karena kalikrein, faktor XIIa dan Xia
dapat memotong plasminogen, dan kalikrein dapat mengaktifkanurokinase rantai-tunggal.
Inhibitor lintasan faktor jaringan (TFPI: tissue faktor fatway inhibitior) merupakan inhibitor
fisiologik utama yang menghambat koagulasi. Inhibitor ini berupa protein yang beredar
didalam darah dan terikat lipoprotein. TFPI menghambat langsung faktor Xa dengan terikat
pada enzim tersebut disekitar area aktifnya. Kemudian kompleks faktor Xa-TFPI ini
manghambat kompleks faktor VIIa-faktor jaringan.
14
Ada 12 faktor-faktor pembekuan darah adalah sebagai berikut :
Nomor Nama factor Asal dan fungsi
15
XI Anteseden tromboplastin plasma Protein plasma yang yang disintesis didalam
hati berfungsi dalam mekanisme intrinsik
Dalam keadaan normal, darah yang bersikulasi berada dalam keadaan cair, tetapi akan
membentuk bekuan jika teraktivasi atau terpapar dengan suatu permukaan. Virchow
mengungkapkan suatu trias yang merupakan dasar terbentuknya trombus, yang dikenal sebagai
trias virchow. Trias ini terdiri dari :
Sepsis
16
sitokin atau mediator lain. Adanya endotoksin menyebabkan peningkatan beberapa
sitokin proinflamasi seperti tumor necrosis factor (TNF) dan interleukin (IL)-6. Sitokin
IL-6 merupakan sitokin proinflamasi yang paling berhubungan dengan klinis sepsis dan
komplikasi. Pembentukan trombin yang diperantarai oleh TF merupakan tahap penting
dari patogenesis sepsis. Secara fisiologis pembentukan ini segera dihambat oleh
antitrombin, namun dengan pembentukan trombin yang sangat cepat jalur inhibisi ini
bisa fatigue sehingga terjadi trombinemia. Setelah trombin terbentuk maka fibrinogen
dipolimerasi sehingga terbentuk bekuan fibrin dan terdeposisi di mikrosirkulasi.
Deposisi fibrin ini dapat menyebabkan disfungsi organ.16
a. Sistem antitrombin
Secara teori antitrombin memiliki peran penting dalam kekacauan koagulasi pada
sepsis, dibuktikan dengan jumlah antitrombin rendah pada sepsis. Jumlah antitrombin
berkurang disebabkan karena antitrombin digunakan untuk menghambat formasi
trombin, didegradasi oleh elastase yang dilepaskan sel neutrofil serta gangguan sintesis
antitrombin akibat gagal hati pada sepsis.16
b. Sistem protein C
Protein C disintesis di hati dan diaktivasi menjadi activated protein C (APC) yang
berfungsi dalam menghambat FVIII dan FV. Pada sepsis, terjadi depresi sistem protein
C yang disebabkan oleh penggunaan yang berlebihan, gangguan hati, perembesan
vascular, dan aktivasi TNF-α.16
Tissue factor pathway inhibitor disekresi oleh sel endotel dan berfungsi untuk
menghambat aktivasi FX oleh kompleks TF-FVIIa. Penurunan TFPI dapat dijumpai
pada sepsis.16
17
mengakibatkan penumpukan bekuan fibrin pada mikrosirkulasi. Pada sepsis terjadi
trombositopenia pada pasien berat. Faktor utama yang menyebabkan penurunan jumlah
trombosit pada sepsis adalah produksi trombosit yang terganggu, peningkatan pemakaian
maupun destruksi, atau sekuestrasi trombosit di limpa.16
DIC
DIC merupakan komplikasi suatu penyakit. Berbagai penyakit yang mendasari DIC
yaitu, sepsis (koagulasi diaktifkan karena adanya lipopolisakarida), leukemia akut, kanker,
trauma, luka bakar, emboli cairan ketuban atau kematian pada kehamilan (dilepasnya factor
jaringan/tissue faktor). Aneurisma aorta dan hemangioma kavernosum dapat memicu DIC
melalui stasis vaskuler, bisa gigitan ular dapat menyebabkan DIC akibat adanya toksin
eksogen.17
Koagulasi jalur intrinsik melibatkan aktivasi faktor kontak prekalikrein, HMWK, faktor
XII dan XI. Faktor-faktor ini berinteraksi pada permukaan untuk mengaktifkan faktor IX
menjadi IXa. Faktor IXa bereaksi dengan faktor VIII, PF3, dan kalsium untuk mengaktifkan
faktor X menjadi Xa. Bersama faktor V, faktor Xa mengaktifkan protrombin (faktor II) menjadi
trombin, yang selanjutnya mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Pemeriksaan kelainan jalur
intrinsik dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat kelainan pada faktor-faktor pembekuan
darah pada jalur ini, seperti faktor XII, IX, X, VIII, V, II, I. Jenis pemeriksaan yang dapat
dilakukan antara lain pemeriksaan aPTT (activated Partial Tromboplastin Time).
18
yaitu faktor XII (faktor Hagemen), pre-kalikrein, kininogen, faktor XI (plasma tromboplastin
antecendent), faktor IX (faktor Christmas), faktor VIII (antihemophilic factor), faktor X (faktor
Stuart), faktor V (proakselerin), faktor II (protrombin) dan faktor I (fibrinogen). Masa
pembekuan yang memanjang pada PT dan aPTT terjadi karena defisiensi faktor akan terkoreksi
dengan penambahan plasma normal ke dalam plasma yang diuji. Jika koreksi tidak ada atau
tidak lengkap dengan plasma normal, maka dicurigai terdapat inhibitor koagulasi. Pemeriksaan
masa perdarahan (bleeding time = BT) dan masa pembekuan (clotting time = CT) memiliki
sensitivitas dan spesifisitas yang rendah dalam memprediksi risiko perdarahan, sedangkan
pemeriksaan masa tromboplastin parsial teraktivasi (activated partial thromboplastin time =
aPTT) lebih sensitif dan mempunyai reprodusibilitas yang lebih baik dibanding clotting time.
2.2.3 Penatalaksanaan
Obat Antikoagulan
Heparin
19
Definisi
Heparin untuk pertama kali diisolasi dari hati anjing. Zat dtersebut terdiri dari banyak
asam gukoronat(26%) dan glukosamin(27%). Sekarang heparin dapatdiisolasi dari sel maupun
jaringan yaitu : mast cell dan mukosa usus, paru dan dinding pembulu darah. Heparin
merupakan mukopolisakarid (glukosaminoglikan) yg terdiri dari glukosamin sulfat dan asam
glukoronat atau iduronat.
Fungsi fisiologi dari heparin belum jelas, diperkirakan berkaitan dengan fungsi mast
cell, metabolisme lemak, dan pemeliharaan sifat nontrombogenik sel endotel permukaan
pembulu darah. Heparin bersifat antikoagulan langsung. Aksi untuk mengadakan gangguan
terhadap gangguan terhadap perkembangn aktivitas tromboplastin ini tampak terjadi baik in
vivo maupun in vitro. Secara tak langsung heparin bekrja sebagai kofaktor plasma. Kofaktor
heparin atau antitombin III adalah suatu alfa 2 globulim dan suatu inhibitor protase yg dapat
menetralisir bebrapa faktor pembekuan yg telah diaktifkan yaitu XIIa, kalikrein, Ixa, Xa, IIa
dan XIIa. Pengaruh ini lebih dipercepat dengan adanya heparin. Meskipun antitrombin III
diperkirakan menginaktifkan trombin, namun, plasma protein lain juga ikut terpengaruh.
Ada petunjuk bahwa antitrombin III berperan dalam menghambat pengaktifan faktor
XI dan heparin memperceoat reaksi ini. Jadi heparin dapat menurunkan aktifitas antitrombin
III, hal demikian akan tampak pada pasien yg mendapatkan pengobatan baik secara teru
menerus ataupun terputus. Pengaruh lain suntikan heparin ialah dapat membersihkan plasma
lipid pada pasien dengan plasma keruh(lipemia).
Efek Samping
20
Efek samping biasanya jarang terjadi. Bila hendak memberi heparin pada pasien, perlu
diketahui obat apa yg diminum oleh pasien. Demikian pula dengan riwayat alergi terhadap
jaringan hewan.sevaiknya jgn dulu memberikan 1.000 unit. Reaksi hipersensitifitas dapat berua
: menggigil, demam, urtika dan rejatan anafilaktik.
Antikoagulan Oral
Yang termasuk kedalam golongan obat ini adalah kelas kumarin (bishidroksikumarin)
dan indandion (fenindion). Strukturnya mirip dengan vitamin K yg sintetik. Diperkirakan kerja
golongan antikoaguln ini kompetitif terhadap vitamin K, sehingg faktor-faktor pembekuan
darah yg membutuhkan vitamin K dalam pembentukannya akan terganggu. Jadi obat
antikoagula oral tidak bekerja secara lansung. Mereka tidak mempengruhi pembekuan in vitro
melainkan in vivo. Gangguan pembekuan darah tidak langsung terjadi melainkan tergantung
penyusutan atau hilangnya faktor-faktor pembekuan yg bersangkutan, dimana masing-masing
mempunyai waktu paruh yg berbeda. Yg pertama hilng adalah faktor VII karena wktu paruhnya
terpendek dan diikuti IX, X, dan II. Dengan demikian efek antikoagulan baru nyata terasa
setelah masa laten 12-24 jam.
21
3. Faktor yg menurunkan respons hipoprotrombinemia : kehamilan sindrom nefrotik,
uremia.
22
Penggunaan sangat terbatas. Hari pertama diberikan 300mg, hari kedua diberikan
200mg, dan hari ketiga diberikan 100mg
23
BAB III
KESIMPULAN
Hematopoiesis adalah proses pembentukan dan pematangan sel-sel darah. Dan terdapat
fase-fase hematopoiesis yang terjadi secara umum pada manusia diantaranya fase Mesoblastik,
Hepatik, dan Mieloid. Tempat hemopoesis pada manusia berpindah-pindah sesuai dengan
umur saat janin umur 0-2 bulan (kantung kuning telur), umur 2-7 bulan (hati, limpa), umur 5-
9 bulan (sumsum tulang), saat bayi di sumsum tulang dan saat Dewasa di vertebra, tulang iga,
sternum, tulang tengkorak, sacrum dan pelvis, ujung proksimal femur.
Pada orang dewasa dalam keadaan fisiologik semua hemopoesis terjadi pada sumsum tulang.
Untuk kelangsungan hemopoesis diperlukan,(1) Sel induk hemopoetik (hematopoietic stem
cell) mempunyai sifat (Self renewal) (Proliferative) (Diferensiatif). Menurut sifat kemampuan
diferensiasinya maka sel induk hemopoetik dapat dibagi menjadi Pluripoten, Committeed stem
cell, Oligopotent stem cell dan Unipotent stem cell Lingkungan mikro (microenvirontment)
(2) sumsum tulang, (3) Mekanisme regulasi. Dalam Hematopoeisis terdapat Eritropoeisis
(Pembentukan Eritrosit) dan Leukopoiesis (Pembentukan Leukosit).
Fase koagulasi merupakan suatu proses perubahan bentuk darah dari bentuk cair hingga
mengental sebagai hasil dari transformasi protein yang larut menjadi tidak larut serta perubahan
fibrinogen menjadi fibrin. Ada dua lintasan yang membentuk bekuan fibrin, yaitu lintasan
instrinsik dan ekstrinsik. Terdapat 12 faktor-faktor pembekuan darah,yaitu Fibrinogen,
Protombin, Tromboplastin, Ion kalsium, Proakselerin, Tidak dipakai lagi, Prokonvelin, Faktor
Antihemolitik, Plasma Tromboplastin, Faktor Stuart-power, Anteseden tromboplastin plasma,
dan Faktor Hageman.
Dapat terjadi gangguan koagulasui pada sistem hemostasis, yaitu Trombosis Vena
Dalam, Sepsis, DIC. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan kelainan jalur
intrinsik , pemeriksaan kelainan jalur ekstrinsik. Penatalaksanaannya dapat diberikan Obat
Antikoagulan ialah golongan obat yg kerjanya menghalangi pembekuan darah. Menurut cara
kerjanya ada dua jens obat anti koagulan yaitu : a). Langsung(direk) pada pembekuan darah
dan antitrombin III baik in vivo maupun in vitro, b). Yg tak langsung (indirek) mempunyai
khasiat menghambat pembekuan darah dengan mamutuskan hubungan antara faktor
pembekuan yg dibentuk dihati yg memerlukan vitamin K. Obat yang termasuk golongan ini
bekerja in vivo termasuk didalamnya golongan anti koagulan oral.
24
Daftar Pustaka
25