Anda di halaman 1dari 4

PENATALAKSANAAN HEMOSTASIS

1. Terapi suportit.
Penderita yang mengalami hemostasis termasuk sakit yang berat, karena itu terapi
suportif menjadi sangat penting. Terapi suportif meliputi : mempertahankan tekanan
darah, mikrosirkulasi, oksigenasi jaringan dan perawatan intensif.

2. ldentilikasi dan penanganan penyakit dasar.


Mengidentifikasi dan menangani penyakit dasar secara sungguh sungguh tanpa
menunda-nunda. Misatnya : bila penyebabnya sepsis harus digunakan antibiotik
broadspectrum yang efektif. Kalau penvebabnya sololio placentae, harus segera
dilakukan evakuasi uterus. Sekali terapi terhadap penyakit dasar dapat dialkukan
dengan tepat dan berhasil, dalam waktu singkat hemostasis akan berhenti dengan
segera, karena penyakit dasar ini yang menjadi trigger factor terjadinya DlC.
Bila penderita membaik dengan cepat atau penyakit dasar penyebab DIC
berlangsung singkat, sangat mungkin terapi untuk gangguan hemostasis tak
diperlukan.
3.Terapi terhadap hemostasis
Tujuan utama terapi simptomatik dari gangguan hemostasis adalah untuk
menstabilkan hemostasis, dan dengan demikian mencegah terjadinya
perdarahan, tromboembolisme dan gangguan fungsi organ yang sering kali
fatal, sampai penyakit dasarnya teratasi. Tidak mungkin mengkoreksi secara
permanen gangguan hemostasis pada hemostasis, selama penyakit dasar
sebagai penyebab aktivasi hemostasis masih ada.
Terapi antikoagulan diperlukan bila tanda-tanda klinis dan laboratoris
menunjukkan pembentukan trombin yang progresif atau terjadi komplikasi
trombotik. Misalnya bila terjadi oliguria yang progresif meskipun tensi dan
volume vaskuler normal, hal ini meningkatkan kemungkinan deposisi fibrin
pada kapiler glomeruli. Contoh lain misalnya bila terladi sianosis dan akral
dingin yang makin berat, meningkatkan kemungkinan mulai terjadi gangreen
pada jari-jari. Bahkan panggunaan obal_obat trombolitik seperti
"recombinant tissue type plasminogen activator" pada kasus-kasus demikian
dapat dipertimbangkan. Sebaliknya bila perdarahan akibat hiperfibrinolisis
merupakan kelainan utama, pengqunaan"plasmin inhibitor" mungkin lebih
rasional.
4.Terapi substitusi.
Fresh Frozen Plasma (FFP) mengandung komponen koagulasi dan sistem
fibrinolisis maupun inhjbitor dalam kadar fisiologik. Substitusi faktor
hemostatik plasma yang dikonsumsi selama terjadi hemostasis dapat
dilakukan dengan transfusi FFB selama masalah pertambahan volume
diperhitungkan, terutama apabila penderita mengalami perdarahan berat
akibat hemostasis. Kalau perlu dapat pula djberi transfusi PRC atau
trombosit. Untuk mengatasi anemia atau trombsitopenia substitusi
dengan faktor hemostatik spesifik misalnya konsentrat taktor koagulasi
sebaiknya dilakukan dengan penuh hati hati, setelah defisiensi faktor
koagulasi tersebul dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium dan
proses konsumsi yang terjadi telah terkontrol. Beberapa ahli
berpendapat, transfusi pada penderita hemostasis dapat dianggap bagai
menyiram bensin pada api. Hal demikian dapat diantisipasi dengan cara
memberikan tranfusi setelah proses konsumsi berhenti.
5.Penggunaan obat antifibrinolitik.
Pada LPA dan Ca prostat metastatik, kombinasi hemostasis dan
fibrinolisis sekunder yang berat, mungkin memerlukan kombinasi heparin
dan obat antitibrinolitik seperti Epsilon Amino Caproic Acid (EACA) yang
diberikan bersama sama untuk mengontrol perdarahan. Misalnya dengan
dosis heparin 500 unit/ jam dan EACA 1g/ drip/ jam.

(Jurnal libmed fakultas kedokteran UGM)

Anda mungkin juga menyukai