Anda di halaman 1dari 7

Fase-fase Demam Berdarah

Dalam Panduan Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengawasan Demam Berdarah Dengue keluaran WHO tahun 2009, (Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control) disepakati bahwa dengue adalah suatu penyakit yang memiliki presentasi klinis bervariasi dengan perjalanan penyakit dan tanda-tanda yang tidak dapat diramalkan. Namun, secara umum, WHO juga menyebutkan gambaran klinis penderita dengue. Gambaran klinis penderita dengue terdiri atas 3 fase yaitu fase febris, fase kritis dan fase pemulihan. Apa saja yang terjadi di antara fase-fase tersebut?

Fase febris Pada fase ini, biasanya demam mendadak tinggi pada 2 7 hari. Selain demam, muka jadi kemerahan, eritema kulit (kulit kemerahan seperti orang alergi), nyeri seluruh tubuh, myalgia (badan terasa pegal-pegal), arthralgia (nyeri pada sendi-sendi) dan sakit kepala. Pada beberapa kasus, bahkan ditemukan nyeri tenggorokan, infeksi farings (tenggorokan) dan konjungtiva (selaput yang melindungi kornea mata), anoreksia, mual dan muntah. Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti ptekie (di bawah kulit), perdarahan mukosa (lapisan kulit dalam). Walaupun jarang, bisa juga terjadi perdarahan pada pervaginaan dan perdarahan gastrointestinal (perut).

Fase kritis Biasanya terjadi pada hari 3 7. Sakit akan ditandai dengan penurunan suhu tubuh disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang biasanya berlangsung selama 24 48 jam. Kebocoran plasma (pecah pembuluh darah) sering didahului oleh lekopeni progresif (penurunan sel darah putih) disertai penurunan trombosit. Pada fase ini dapat terjadi syok.

Fase pemulihan Bila fase kritis telah terlewati, maka terjadi pengembalian cairan dari ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan setelah 48 72 jam. Keadaan umum penderita membaik, nafsu makan pulih kembali , hemodinamik (peredaran darah) stabil dan diuresis (frekuensi kencing) membaik dan kembali normal.

Namun, perlu diperhatikan, jika sudah ada tanda-tanda awal demam berdarah, sebaiknya pasien penderita demam berdarah langsung dibawa ke rumah sakit ya!

Sumber: WHO (http://www.who.int/topics/dengue/en/)

Fase Tingkatan Demam Berdarah


Posted by Ferry Irawan Jun 25, 2012 12 komentar Fase Demam Berdarah. Penyakit demam berdarah ini adalah jenis penyakit yang seringkali mewabah pada daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini tercatat dalam sejarah untuk pertama kali menjadi endemi pada tahun 1779 - 1780 di Asia, Afrika dan juga di Amerika Utara dan terjadi secara hampir bersamaan dengan tingkat morbiditas dan juga mortalitas yang tinggi. Bila dilihat dari tahun kejadiannya berarti bahwa penyakit demam berdarah dengue DBD ini telah terjadi penyebarannya sejak lebih dari 200 tahun yang lalu. Kali ini Blog Keperawatan akan mencoba sharing sedikit mengenai fase dan tingkatan demam berdarah dan semoga nantinya dengan kita mengenal akan fase demam berdarah dan juga tingkatan demam berdarah akan menambah wawasan kesehatan kita dan kita akan lebih waspada kepada demam berdarah dengue DBD ini kemudian hari dan tentunya kita bisa melakukan pencegahan dan pengobatan DHF dengan baik.

Untuk yang pertama kita menginjak kepada fase demam berdarah ini. Badan Kesehatan Dunia WHO dalam hal ini membagi fase demam berdarah dalam 3 fase yaitu fase demam tinggi (febris), fase kritis, dan fase penyembuhan (pemulihan). Berikut penjelasannya mengenai ketiga fase demam berdarah DBD tersebut :

1. Fase Demam Tinggi (Febris). Pada fase demam berdarah yang pertama ini terjadi pada hari ke 1 3 dan ditandai dengan demam yang mendadak tinggi disertai sakit kepala, badan terasa ngilu dan nyeri, mual. Seringkali disertai dengan bintik merah di kulit yang tidak hilang saat kulit diregangkan. Pada beberapa kasus yang terjadi, bahkan ditemukan adanya nyeri tenggorokan, infeksi pada farings (tenggorokan) dan juga pada konjungtiva (selaput yang melindungi kornea mata), anoreksia, mual dan muntah. 2. Fase Kritis. Pada fase kedua demam berdarah ini terjadi pada hari ke 4 - 5. Fase ini ditandai dengan demam yang mulai menurun disertai dengan penurunan kadar trombosit dalam darah dan fase ini seringkali mengecohkan karena seolah-olah demamnya turun dan penyakitnya sembuh. Namun inilah yang disebut Fase Kritis Demam Berdarah dan kemungkinan terjadinya Dengue Shock Sindrome DSS. Pada fase ini dapat terjadi pendarahan hidung, mulut, kulit pucat dan dingin, serta terjadi penurunan kesadaran. 3. Fase Penyembuhan (Pemulihan). Pada fase ini terjadi pada hari ke 6 - 7. Dalam fase penyembuhan ini keadaan umum dari penderita mulai membaik. Keadaan umum penderita membaik, nafsu makan pulih kembali , hemodinamik (peredaran darah) stabil dan diuresis (frekuensi kencing) membaik dan akan kembali normal. Dan pada saat ini akan jauh lebih baik bila penderita diberikan gizi yang baik untuk meningkatkan keadaannya serta juga meningkat kadar daripada trombositnya. Dalam dunia media kita juga mengenal akan tingkatan derajat demam berdarah. Berikut adalah tingkatan demam berdarah menurut WHO : 1. DHF derajat I. Pada derajat pertama ini tanda yang kita temukan adalah diantaranya adanya tanda infeksi virus, dengan manifestasinya yang berupa perdarahan yang tampak hanya dengan Uji Torniquet positif. 2. DHF derajat II. Pada derajat kedua ini makan tanda infeksi virus didapatkan dengan manifestasinya yang berupa adanya perdarahan spontan (mimisan, bintik-bintik merah) 3. DHF derajat III. Pada derajat kedua ini seringkali disebut dengan fase pre syok, dengan tanda DHF grade II namun penderita mulai mengalami tanda syok ditandai dengan : kesadaran yang mulai menurun, tangan dan kaki dingin, nadi teraba cepat dan lemah, tekanan nadi masih terukur walaupun kecil. 4. DHF derajat IV. Pada fase keempat dari demam berdarah dengue ini seringkali kita menyebutnya dengan fase syok (disebut juga dengue syok syndrome/DSS), penderita syok dalam dengan kesadaran sangat menurun hingga koma, tangan dan kaki dingin dan pucat, nadi sangat lemah sampai tidak teraba, tekanan nadi tidak dapat terukur. Demikian tadi sahabat sedikit mengenai fase dan tingkatan demam berdarah. Point pentingnya adalah bahwasannya kita harus waspada kepada penyakit demam berdarah ini dan bila ditemukan tanda serta gejala yang telah disebutkan di atas maka cepatlah datang ke tempat pelayanan kesehatan yang tersedia untuk mendapatkan perawatan dan juga pengobatan yang tepat. Karena dengan pengobatan dan perawatan yang cepat serta akurat akan menurunkan resiko kematian dan tentunya dengan tidak melupakan pencegahan demam berdarahnya. Dan akhir kata semoga berguna serta dapat bermanfaat sahabat semuanya.

MANAJEMEN PENINGKATAN SUHU TUBUH

Pendahuluan
Salah satu keluhan yang sering terjadi pada orang yang sakit adalah badan teraba panas. Bila badan teraba panas, dapat dipastikan bahwa suhu tubuhnya meningkat di atas normal. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5 37,5 C tergantung dari usia seseorang. Semakin dewasa umur seseorang semakin rendah suhu normal tubuhnya.

Pada beberapa kondisi, peningkatan suhu tubuh menyebabkan kecemasan. Pada anak, peningkatan suhu tubuh seringkali menyebabkan kecemasan orang tua. Mereka menganggap peningkatan suhu tubuh sebagai penyakit serius, terlebih lagi bila panas badan yang terlalu tinggi disertai kejang-kejang.

Klasifikasi Suhu Tubuh Manusia Secara umum suhu tubuh manusia berkisar 36,5 37,5 C. Gangguan suhu tubuh dapat diklasifikasikan menjadi hipotermia (<35 C), demam (>37.538.3 C), hipetermia (>37.538.3 C), dan hiperpireksia (>40 41,5 C). Ditilik dari tingginya suhu, pada demam dan hipertermia memiliki nilai rentang suhu yang sama yaitu berkisar antara > 37.5-38.3 C. Yang membedakan antara keduanya adalah mekanisme terjadinya. Pada demam, peningkatan suhu tubuh disebabkan oleh peningkatan titik pengaturan suhu (set point) di hipotalamus. Sementara, pada hipertermia titik pengaturan suhu dalam batas normal.

Demam memiliki pola tertentu yang mengindikasikan suatu penyakit. Demam terus-menerus (Continuous fever) memiliki pola suhu tetap di atas normal sepanjang hari dan tidak terjadi fluktuasi lebih dari 1 C dalam 24 jam. Demam ini sering terjadi pada penyakit pneumonia lobaris, infeksi saluran kemih, atau brucellosis. Apabila fluktuasi suhu lebih dari 1 C dalam 24 jam disebut dengan demam remitten. Demam intermitten mempunyai pola peningkatan suhu hanya terjadi pada satu periode tertentu dan siklus berikutnya kembali normal. Contohnya demam pada malaria atau septikemia. Bagimana Terjadinya Peningkatan suhu Tubuh Pada demam, peningkatan suhu tubuh dipicu oleh zat pirogen yang menyebabkan pelepasan prostaglandin E2 (PGE2) yang pada gilirannya memicu respon balik sistemik keseluruh tubuh menyebabkan efek terciptanya panas guna menyesuaikan dengan tingkat suhu yang baru. Jadi pusat pengatur suhu yang letaknya di hipotalamus sesungguhnya seperti termostat. Jika titik pengatur dinaikkan, maka tubuh menaikkan suhu dengan cara memproduksi panas dan menahannya di dalam tubuh. Panas ditahan dalam tubuh dengan cara vasokonstriksi pembuluh darah. Jika dengan cara di atas suhu darah di dalam otak tidak cukup untuk menyesuaikan dengan pengaturan baru yang ada di

hipotalamus, maka tubuh akan menggigil dalam rangka untuk memproduksi panas lebih banyak lagi. Ketika demam berhenti dan pusat pengaturan suhu di hipotalamus disetel lebih rendah, maka berlaku proses sebaliknya dimana pembuluh darah akan bervasodilatasi sehingga banyak dikeluarkan keringat. Panas badan selanjutnya dilepas bersama dengan penguapan keringat.

Pada hipertermia, pusat pengaturan suhu dalam batas normal yang berarti bahwa tidak ada upaya hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh. Akan tetapi, tubuh kelebihan panas akibat dari retensi dan produksi panas yang tidak diinginkan. Penyebab Peningkatan Suhu Tubuh Penyebab dari suhu tubuh meningkat tergantung dari jenisnya. Pada demam, penyebab yang paling sering adalah infeksi bakteri atau virus seperti influenza, pilek, HIV, malaria, gastroenteritis; berbagai radang kulit seperti borok, jerawat, abses; penyakit-penyakit imunologi seperti lupus eritematosus, sarkoidosis; kerusakan jaringan yang dapat terjadi pada pembedahan, hemolisis, perdarahan serebral; obat-obatan baik secara langsung seperti obat-obat progesteron, kemoterapi atau sebagai efek samping obat seperti obat antibiotik, atau akibat penghentian obat seperti pada orang yang ketagihan heroin; kanker seperti penyakit hodgkin; penyakit metabolik seperti gout, forforia; serta proses tromboemboli seperti emboli paru dan trombosis vena dalam (DVT).

Sementara itu, pada hipertermia peningkatan suhu tubuh disebabkan karena paparan panas lingkungan (heat stroke), obat-obatan, dan pemakaian alat proteksi diri. Heat stroke dapat terjadi akibat dari regangan fisik pada hari yang sangat panas. Minum terlalu sedikit, minum alkohol dan kondisi AC yang kurang juga dapat menyebabkan Heat stroke. Penyebab Heat stroke lainnya adalah medikasi, yaitu obatobat yang dapat mengurangi vasodilatasi, keringat dan mekanisme-mekanisme kehilangan panas lainnya seperti obat-obat antikolinergi, antihistamin dan deuretik.

Hipertermia juga dapat disebabkan karena obat-obat yang menyebabkan produksi panas internal berlebihan. Berbagai macam medikasi psikotropik seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), dan tricyclic antidepressants. Berbagai obat terlarang seperti amfetamin, kokain, PCP, LSD dan MDMA dapat menyebabkan hipertermia sebagai efek samping. Obatobat anestesi seperti halotane atau reaksi terhadap obat paralitik (succinylcholine) dapat menyebabkan hipertermia malignan yaitu satu hipertermia yang jarang terjadi akibat kondisi genetik tapi dapat berakibat fatal.

Pemakaian alat proteksi diri pada pekerja industri, personel militer dan petugas pertolongan pertama juga dapat menyebabkan hipertermi. Pada kondisi tersebut, hipertermi terjadi karena penguapan yang terganggu serta meningkatnya tahanan panas di dalam alat proteksi diri. Pengaturan termoregulasi yang

normal (berkeringat) pada saat mereka menjalankan aktivitasnya menjadi tidak efektif karena pada waktu yang sama mereka terus melakukan aktivitas fisik. Kondisi ini diperparah dengan peningkatan lama waktu bekerja, peningkatan suhu dan kadar kelembaban lingkungan serta paparan langsung dengan sinar matahari.

Penyebab lain hipertermi tetapi sangat jarang adalah tirotoksikosis, dan adanya tumor kelenjar adrenal yang disebut pheochromocytoma, keduanya dapat menyebabkan produksi panas. Kerusakan sistem saraf pusat seperti pendarahan otak, status epileptikus dan berbagai kerusakan hiotalamus juga dapat menyebabkan hipertermi. Dampak Peningkatan Suhu Tubuh Akibat suhu tubuh meningkat, seseorang akan mengalami kelesuhan (lethargy), mengantuk, dan depresi. Bisa juga timbul kebingungan, rasa bermusuhan atau gejala intoksikasi. Apabila terjadi dehidrasi dapat menyebabkan mual, muntah, pusing kepala dan tekanan darah menurun. Hal ini berakibat pusing atau bahkan pingsan. Dapat juga ditemukan takikardia dan takipneu. Pada anak-anak sering mengalami kejang. Pada akhirnya organ tubuh dapat gagal sehingga berakibat tidak sadar bahkan kematian

Manfaat Terlepas dari dampak yang ditimbulkan, peningkatan suhu tubuh sesungguhnya bermanfaat bagi pertahanan tubuh manusia terutama bila diketahui bahwa penyebab dari peningkatan suhu tubuh adalah infeksi. Meskipun masih kontroversial, ada keyakinan bahwa suhu dapat mempercepat reaksi immunologis sehingga akan menghambat beberapa kuman patogen. Disamping itu, suhu yang tinggi juga menyebabkan lingkungan yang tidak kondusif bagi kuman. Sel darah putih juga berproliferasi lebih cepat sehingga membantu melawan kuman-kuman patogen dan mikroba yang masuk ke dalam tubuh.

Manajemen Peningkatan suhu tubuh karena demam, tidak harus ditangani. Demam sebenarnya merupakan sinyal penting yang mengindikasikan bahwa di dalam tubuh ada masalah, apalagi bila disebabkan karena infeksi. Namun bila suhu terus meningkat (di atas 42 C), kerusakan sel dapat terjadi. Pada kondisi demikian, suhu tubuh harus diturunkan untuk mencegah terjadinya penurunan kesadaran atau kematian.

Untuk mencegah terjadinya kondisi yang membahayakan akibat suhu tubuh yang tinggi perlu diperhatikan faktor penyebabnya. Bila penyebabnya infeksi, penggunaan antibiotik akan sangat efektif untuk menurunkan suhu tubuh. Bila penyebabnya obat, pemberian harus dihentikan dan perlu diberikan obat lain yang memiliki aksi berlawanan.

Disamping mengatasi faktor penyebab, prinsip-prinsip pelepasan kelebihan panas tubuh melalui mekanisme konduksi, konveksi, radiasi, atau evaporasi perlu dilakukan. Pada lingkungan yang panas, tindakan pendinginan pasif seperti istirahat ditempat yang teduh dan sejuk dapat mengurangi panas tubuh. Demikain juga penggunaan AC dapat sangat membantu. Tindakan pendinginan aktif seperti melakukan kompres dingin di beberapa bagian tubuh seperti dahi, leher, dan ketiak juga dapat memperbaiki suhu tubuh ke rentang normal. Banyak minum dan menghidupkan kipas angin atau AC kering dapat mengefektifkan evaporasi keringat. Berendam air hangat (tepid water) atau air dingin (cool water) dapat membuang panas dengan segera. Tapi jangan menggunakan air yang sangat dingin (cold water) karena justeru menyebabkan vasokonstriksi di kulit yang justeru menghambat pembuangan panas. Medikasi Untuk medikasi, antipiretik ibuprofen cukup efektif dalam mengurangi demam pada anak-anak. Obat ini lebih efektif dibanding dengan parasetamol (asetaminofen) maupun aspirin. Oleh karena itu kedua obat ini tidak dianjurkan sebagai antipiretik pada anak-anak atau para remaja, terlebih keduanya berhubungan dengan Reyes Syndroma yang dapat menyebabkan kerusakan otak dan hati, dan bahkan kematian dikutip dari: http://www.poltekkes-malang.ac.id/artikel-212-manajemen-peningkatan-suhu-tubuh.html

Anda mungkin juga menyukai