Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH BIOMEDIK

Histologi dan Fisiologi Darah


KELOMPOK 1

KELAS D

Pembimbing : Adibah, drg., M.Biomed

Disusun oleh :
1. Annisa Noer Asyifa (202011068)
2. Septiana Ayu Az Zahra (202011069)
3. Ammanda Diesyta Dewisafitri (202011070)
4. Calya Khulusi Nasywa (202011071)
5. Alifia Hana Pardiah (202011072)
6. Atsilah Charvia Risyanda (202011073)
7. Donna Belinda (202011074)
8. Afiyah Ameldian (202011075)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah diberikan.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jakarta, 24 Oktober 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN................................................................................................4

1.1. Latar Belakang...........................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah......................................................................................5

1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

ISI.........................................................................................................................6

2.1. Sel Darah Merah........................................................................................6

2.2. Sel Darah Putih..........................................................................................9

2.3. Trombosit.................................................................................................12

2.4 Fisiologi Darah.........................................................................................17

2.5 Leukosit....................................................................................................21

2.6. Trombosit.................................................................................................25

2.7. Hemostasis...............................................................................................26

BAB III..................................................................................................................28

3.1. Ringkasan................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.


Darah adalah suatu jaringan ikat khusus dengan materi ekstrasel cair yang
disebut plasma. Sekitar 5liter didorong oleh kontraksi ritmis jantung pada gerakan
rerata orang dewasa dalam satu arah di dalam sistem sirkulasi tertutup. Unsur
berbentuk yang beredar dalam plasma adalah eritrosit (sel darah merah), leukosit
(sel darah putih) dan trombosit.11

Jika darah meninggalkan sistem sirkulasi, baik dalam suatu tabung reaksi
atau di matriks ekstraseluler yang mengelilingi pembuluh darah, protein plasma
bereaksi satu sama lain dan suatu cairan bening kekuningan yang disebut serum.
Serum mengandung faktor pertumbuhan dan protein lain yang dilepaskan dari
platelet selama pembentukan bekuan, yang memiliki sifat biologis yang sangat
berbeda dari sifat plasma.1

Darah yang dikumpulkan dan dicegah agar tidak membeku dengan


menambahkan antikoagulan (misalnya, heparin, sitrat) dapat dipisahkan bila
disentrifugasi, membentuk lapisan-lapisan yang mencerminkan heterogenitasnya.
Eritrosit membentuk lapisan bawah dan volumenya, yang normalnya mencapai
sekitar 45% volume darah total pada orang dewasa, disebut hematokrit. Lapisan
supernatan yang berwarna kekuningan, translusen dan agak kental serta
memenuhi 55% bagian atas tabung sentrifugasi adalah plasma. Lapisan tipis di
antara plasma dan hematokrit disebut buffy coat sekitar 1% volume, berwarna

1
Gartner, leslie P and james L. Hiatt. Color textbook of histology. 3rd ed.
Philadelphia: Elseivier Saunde; 2007, P: 220-221, 225.

4
putih atau keabuan dan terdiri atas leukosit dan platelet, yang keduanya kurang
padat daripada eritrosit.1

Darah merupakan suatu media pengangkutan O2, CO2, metabolit, hormon,


dan zat-zat lain ke sel di seluruh tubuh. O 2 terutama terikat pada hemoglobin
eritrosit dan jauh lebih banyak darah daripada vena arteri, sedangkan CO 2
diangkut oleh larutan dalam plasma sebagai CO2 atau HCO3 −, selain terikat pada
hemoglobin. Nutrien diangkut dari tempat absorpsi atau sintesisnya di usus dan
residu metabolik dikumpulkan dari semua sel dan diangkut dari darah oleh organ
ekskretorik. Distribusi hormon di darah memungkinkan pertukaran pesan kimiawi
antara organ-organ yang berjauhan untuk fungsi normal sel.1

1.2. Rumusan Masalah.


1.2.1. Apa saja histologi pada sel darah merah?

1.2.2. Apa saja histologi pada sel darah putih?

1.2.3. Apa saja histologi pada trombosit?

1.2.4. Apa saja fisiologi pada sel darah merah?

1.2.5. Apa saja fisiologi pada sel darah putih?

1.2.6. Apa saja fisiologi pada trombosit?

1.2.7. Apa saja fisiologi pada hemostasis?

1.3. Tujuan Penulisan.


1.3.1. Untuk mengetahui histologi pada sel darah merah.

1.3.2. Untuk mengetahui histologi pada sel darah putih.

1.3.3. Untuk mengetahui histologi pada trombosit.

1.3.4. Untuk mengetahui fisiologi pada sel darah merah.

1.3.5. Untuk mengetahui fisiologi pada sel darah putih.

5
1.3.6. Untuk mengetahui fisiologi pada trimbosit.

1.3.7. Untuk mengetahui fisiologi pada hemostasis.

6
BAB II

ISI

2.1. Sel Darah Merah.


Eritrosit (sel darah merah) merupakan sel darah yang berukuran paling
kecil dan berjumlah paling banyak, tidak memiliki inti dan bertanggung jawab
untuk transportasi oksigen dan karbondioksida antar jaringan tubuh. Eritrosit
berbentuk lempengan bikonkaf berdiameter 7,5 µm, dengan tebal 2,0 .µm di
bagian paling luasnya, dengan tebal kurang dan 1 µm pada bagian pusat. Bentuk
ini membuat luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan volumenya,
sehingga meningkatkan kemampuannya untuk memfasilitasi pertukaran gas.
Walau sel induk eritrosit di sumsum tulang memiliki inti, dalam perkembangan
dan pematangannya, sel induk eritrosit akan mengeluarkan inti serta organel-
organelnya sebelum memasuki sistem sirkulasi. Dengan demikian, eritrosit
matang tidak memiliki inti. Jika diwarnai dengan pulasan Giemsa atau Wright,
eritrosit akan berwarna merah muda salem. Walau eritrosit tidak memiliki
organel, mereka memiliki enzim terlarut dalam sitosolnya. Dalam eritrosit, enzim
karbonat anhidrase memfasilitasi pembentukan asam karbonat dari CO2 dan air.
Asam ini terurai menjadi bikarbonat (HCO3 - ) dan hidrogen (H+).1

Sebagian besar CO2 dihantarkan dalam bentuk bikarbonat menuju paru


untuk dihembuskan. Kemampuan bikarbonat untuk melintasi membran sel
eritrosit dimungkinkan oleh protein membran integral pita 3, yaitu sebuah
pengangkat (transporter) anion gandeng yang menukar bikarbonat intraseluler
dengan klorida ekstraseluler; pertukaran ini disebut dengan pertukaran klorida
(chloride shift). Selain itu, terdapat juga enzim yang terlibat dalam jalur glikolisis
(jalur Embden-Meyerhoff), serta enzim-enzim yang berperan dalam jalur pintas
pentosa monofosfat (jalur pintas heksosa monofosfat) untuk menghasilkan
molekul berenergi tinggi, yaitu reduced nicotinamide adenine dinucleotide

7
phosphate (NADPH), sebuah agen pengurang pengurang (reducing agent). Jalur
glikolisis tidak membutuhkan oksigen, dan merupakan metode utama bagi
eritrosit untuk menghasilkan adenosine tri phosphate (ATP) yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan energinya. Tubuh pria memiliki lebih banyak jumlah
eritrosit per unit volume darah dibandingan tubuh wanita (5 x 106 per mm3 ), dan
tubuh manusia pria maupun wanita yang tinggal di daerah pegunungan memiliki
lebih banyak sel darah merah dibandingkan dengan mereka yang tinggal di
dataran rendah. Eritrosit manusia memiliki lama hidup 120 hari; ketika ia
mencapai usia ini, di permukaan eritrosit akan tampak sebuah kelompok
oligosakarida. Sel darah merah yang memiliki kelompok gula ini akan
dihancurkan makrofag dalam limpa, sumsum tulang, dan hati.1

Gambar 1.2

(a). Gambaran berwarna SEM eritrosit normal dengan setiap sisi yang berbentuk
konkaf. 1800x.

8
Gambar 2.2

(b). Diagram eritrosit yang membentuk dimensi sel. Bentuk bikonkaf memberikan
rasio luas permukaan terhadap volume yang sangat besar dan meletakkan
hemoglobin dalam jarak yang pendek dari permukaan sel; kedua hal tersebut
memberikan efisiensi transpor O2 secara maksimal. Eritrosit juga cukup fleksibel
dan dapat mudah tertekuk untuk melewati kapiler kecil.

Gambar 3.2

(c). Dalam pembuluh kecil sel darah merah juga sering menumpuk di agregat
disebut reuleaux. Ukuran standar dari satu sel darah merah membantu untuk
memperkirakan bahwa ukuran pembuluh darah terlihat dengan diameter 15 µm.
250x. H&E.

9
Gambar 4.1

Mikrograf darah dalam sirkulasi (x270). Perhatikan eritrosit yang melimpah serta
tiga leukosit. Tampak juga banyak keping darah yang tampak seperti titik-titik
keeil tersebar di antara eritrosit.

Gambar 5.1

Sel dan keping darah dalam darah bersirkulasi.

2.2. Sel Darah Putih.


Leukosit ialah sel darah putih yang dikelompokkan menjadi dua golongan
besar: granulosit dan agranulosit. Jumlah leukosit jauh lebih sedikit dibandingkan

10
dengan sel darah merah; malah, dalam seorang dewasa sehat hanya ditemukan
6.500 hingga 10.000 sel darah putih per mm3 darah. Berbeda dengan eritrosit,
leukosit tidak melakukan perannya dalam pembuluh darah, dan hanya
menggunakan aliran darah untuk mengembara dari satu bagian tubuh ke bagian
tubuh lainnya. Jika leukosit telah sampai pada tujuannya, ia akan keluar dari aliran
darah dengan bermigrasi melewati sel-sel endotelial pembuluh darah (diapedesis),
dan memasuki jarin gan ikat untuk melakukan fungsinya. Dalam aliran darah serta
dalam sajian usap, leukosit tampak bundar; dalam jaringan ikat, leukosit tampak
pleomorfik. Leukosit secara umum berfungsi melindungi tubuh dari benda asing.
Sel darah putih dikelompokkan dalam dua golongan (TABEL 10-3): Granulosit,
yang memiliki granula spesifik dalam sitoplasmanya Agranulosit, yang tidak
memiliki granula spesifik. Baik granulosit maupun agranulosit memiliki granula
nonspesifik (azurofilik), yang dikenal sebagai lisosom. Terdapat tiga tipe
granulosit, yang dibedakan berdasarkan warns granula spesifik yang
dikandungnya setelah pewarnaan dengan golongan Romanovski: Neutrofil,
Eosinofil, Basofil. Terdapat dua tipe agranulosit: Limfosit, Monosit.1

11
Gambar 6.2

Warna dengan noda apusan darah rutin. Biasanya ada 4500-11,000 Total
leukosit /πL darah pada orang dewasa, lebih tinggi pada bayi dan anak-anak.
bRata-rata persentase yang diberikan untuk masing-masing jenis leukosit adalah
yang digunakan oleh Nasional Dewan penguji medis AS. Nilai untuk neutrofil
mencakup 3% -5% sirkulasi, bentuk pita dewasa. Semua mikrograf 1600x

12
Gambar 7.2

Tempat jaringan ikat dengan cedera atau infeksi memerlukan imigrasi


cepat dari berbagai leukosit dengan memulai peristiwa selular untuk memperbaiki
jaringan dan penghancuran invasi mikroorganisme. Sitokin dan sel pengikat
protein menargetkan dari berbagai leukosit serta dikenal karena neutrofil.
Peristiwa utama inisial migrasi neutrofil selama inflamasi diringkas di sini
(Gambar 7): 2

1. Makrofag lokal diaktifkan oleh bakteri atau jaringan rusak melepaskan sitokin
proinflamasi seperti interleukin-1 (IL-1) atau faktor tumor nekrosis-α (TNF-α)
yang sinyal sel-sel endotel dari venula pascakapiler terdekat cepat untuk
memasukkan selektin glikoprotein pada permukaan sel luminal.

2. Neutrofil melewati glikoprotein dengan permukaan sel yang sesuai pada


pengikat selektin, yang menyebabkan sel-sel tersebut untuk mengikuti secara
bebas pada endotel dan "berguling" perlahan disepanjang permukaannya.

2
Mescher, L. A. Junqueira's Basic Histology Text and Atlas. 13th ed. English:
McGrawHill; 2013, P: 234, 246-248.

13
3. Eksposur ini dan sitokin lainnya menyebabkan ekspresi integrin baru pada
leukosit bergulir dan ekspresi integrin ligan ICAM-1 (molekul adhesi interselular-
1) pada sel endotel. Taut kompleks antara sel-sel endotel menurunkan dan
melepaskan sel-sel regulasi secara selektif,

4. Integrin dan ligan ini menyediakan adhesi endotelial firma dari neutrofil pada
endotelium, yang menghasilkan leukosit untuk menerima rangsangan lebih jauh
dari sitokin lokal.

5. Neutrofil menjadi bersifat motil, menyelidiki endotelium dengan pseudopodia,


dan menjadi tertarik oleh faktor cedera lokal lainnya yang disebut kemokin,
akhirnya bermigrasi dengan diapedesis antara melepaskan sel-sel dari venula
tersebut. Transendotelial cepat bermigrasi dari neutrofil dapat difasilitasi oleh sel-
sel tipis, nukleus tersegmentasi. Semua leukosit pertama menjadi fungsional
dalam ECM setelah muncul dari sirkulasi oleh proses ini.

2.3. Trombosit.
Platelet darah (trombosit) adalah fragmen sel mirip-cakram, dan tak
berinti, dengan diameter 2-4 µm. (Gambar 8). Trombosit berasal dari fragmentasi
di ujung prosessus sitoplasma yang terjulur dari sel poliploid raksasa yang disebut
megakariosit dalam sumsum tulang. Trombosit mempermudah pembekuan darah
dan membantu memperbaiki robekan atau kebocoran di dinding pembuluh darah,
mencegah hilangnya darah dari mikrovaskulatur tersebut. Nilai hitung trombosit
normal berkisar dari 150.000 sampai 400.000/µL (mm3 ) darah. Jangka hidup
trombosit dalam darah lebih kurang 10 hari. Pada sediaan apus darah, trombosit
sering tampak bergumpal.1

Setiap trombosit memiliki zona perifer yang terpulas ringan, yaitu


hialomer, dan suatu zona sentral yang mengandung granul gelap yang disebut
granulomer. Sebuah glikokaliks tipis mengelilingi plasmalemma trombosit terlibat
dalam adhesi dan aktivasi selama pembekuan darah. Analisis ultrastruktural
(Gambar 9) memperlihatkan suatu berkas marginal mikrotubulus dan

14
mikrofilamen, yang membantu mempertahankan bentuk lonjong trombosit. Pada
hialomer juga terdapat dua sistem kanal membran.1

Suatu sistem kanalikular terbuka vesikel yang berhubungan dengan


invaginasi membran plasma, yang dapat mempermudah ambilan faktor seperti
fibrinogen dan serotonin oleh trombosit dari plasma. Sederet vesikel tubular
iregular yang membentuk sistem tubular padat yang berasal dari RE dan
menyimpan ion Ca2+ . Bersama-sama, kedua sistem membran tersebut
mempermudah eksositosis protein secara cepat dari trombosit (degranulasi) saat
melekat pada kolagen atau substrat lain di luar endotel vaskular.1

Granulomer sentral memiliki berbagai granula berbatas membran dan


sedikit mitokondria dan partikel glikogen (Gambar 9). Granula delta (δG) yang
bersifat padat elektron, berdiameter 250-300 µm, mengandung adenosin difosfat
(ADP), adenosin trifosfat (ATP), dan serotonin (5- hidroksitriptamin) yang
diambil oleh plasma. Granula alfa berukuran lebih besar (berdiameter 300-500
nm) dan mengandung platelet-derived growth factor, faktor trombosit 4, dan
beberapa protein spesifik trombosit lain.1

Kebanyakan granul azurofilik yang tampak dengan mikroskop cahaya


dalam granulomer trombosit adalah granula alfa. Peran trombosit dalam
mengendalikan perdarahan dapat dirangkum sebagai berikut:1

1. Agregasi primer. Kerusakan endotel mikrovaskular, yang umum terjadi,


memungkinkan agregasi trombosit pada kolagen melalui protein pengikat
kolagen di membran trombosit. Jadi, suatu sumbat trombosit terbentuk
sebagai langkah pertama untuk menghentikan perdarahan.
2. Agregasi sekunder. Trombosit pada sumbat tersebut melepaskan suatu
glikoprotein adhesif dan ADP. Keduanya adalah pemicu agregasi
trombosit yang poten, yang menambah ukuran sumbat trombosit.
3. Koagulasi darah. Selama agregasi trombosit terjadi, fibrinogen dari
plasma, faktor von Willebrand dan faktor lain dari endotel yang rusak, dan
berbagai faktor dari 4 trombosit memudahkan terjadinya rentetan

15
(kaskade) interaksi protein plasma, yang menghasilkan suatu polimer
fibrin yang membentuk jejaring serat tigadimensi yang menjerat sel-sel
darah merah dan lebih banyak trombosit untuk membentuk suatu bekuan
darah, atau trombus (Gambar 10-11). Faktor trombosit 4 adalah kemokin
untuk monosit, neutrofil, dan fibroblas serta proliferasi fibroblas
distimulasi oleh PDGF.
4. Retraksi bekuan. Bekuan darah yang awalnya menonjol ke dalam lumen
pembuluh darah sedikit mengerut karena adanya interaksi aktin dan miosin
trombosit.
5. Penghancuran bekuan. Ketika dilindungi oleh bekuan, dinding pembuluh
yang rusak mengalami restorasi oleh jaringan baru, dan bekuan tersebut
kemudian dihancurkan, terutama oleh enzim proteolitik plasmin, yang
terbentuk secara kontinu karena kerja setempat aktivator plasminogen dari
endotel pada plasminogen dari plasma.

Gambar 8.1
(a) Pada apusan darah, trombosit (panah) sering ditemukan sebagai
agregat. Secara tersendiri, trombosit memperlihatkan suatu regio hialomer
yang terpulas ringan yang mengelilingi suatu granulomer sentral yang
terpulas lebih gelap dan berisi granula berselubung membran. 1500x.
Wright.

16
Gambar 9.1
(b) Secara ultrastruktural, trombosit biasanya memperlihatkan suatu sistem
mikrotubulus dan filamen aktin di dekat bagian tepi disebut berkas
marginal (BM), yang dibentuk sebagai platelet yang mencubit mati dari
megakariosit (Bab 13), untuk membantu mempertahankan bentuknya dan
suatu sistem kanalikuli terbuka dari vesikel yang bersifat kontinu dengan
plasmalema. Memfasilitasi degranulasi cepat pada saat aktivasi dan Ca2+
rilis. Daerah granulomere tengah mengandung granula delta padat kecil
(δG ), butiran alpha lebih besar dan lebih banyak (αG ), dan glikogen (G).
40.000x

Gambar 10.1

17
Trauma minor pada pembuluh darah mikrovaskular merupakan temuan rutin
pada individu yang aktif dan cepat membentuk bekuan fibrin yang
diperlihatkan disini oleh SEM (a). Setelah kontak dengan kolagen dalam
membran basal vaskular, trombosit (P) agregat, membengkak, dan melepaskan
faktor yang memicu jaring-jaring formasi fibrin (F) yang menjerat eritrosit (E)
dan lebih banyak trombosit yang berdegranulasi. Trombosit dalam berbagai
keadaan degranulasi diperlihatkan. Bekuan tersebut terbentuk hingga
perdarahan dari vaskular berhenti. Setelah perbaikan dinding pembuluh,
bekuan fibrin dihilangkan oleh proteolisis terutama karena plasmin yang
dibentuk setempat, suatu protease nonspesifik. 4100x

Gambar 11.1

(b) Trombosit agregat pada awal pembentukan gumpalan. Bagian TEM ini
menunjukkan trombosit dalam adheren sumbat trombosit kolagen (C). Setelah
adheren kolagen, trombosit diaktifkan dan granula ini menjalani eksositosis ke
dalam sistem kanalikular terbuka, yang memfasilitasi pelepasan yang sangat
cepat faktor terlibat dalam pembekuan darah. Ketika isinya benar-benar
dilepaskan, trombosit degranulasi bengkak (panah) tetap sebagai bagian dari
agregat sampai gumpalan dihapus. Beberapa protein penting lainnya untuk
pembekuan darah dilepaskan secara lokal dari proses sel endotelial yang
berdekatan (EP) dan dari plasma. Bagian dari eritrosit (E) terlihat di sebelah
kanan. 7500x.

18
2.4 Fisiologi Darah
Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki volume
rerata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria. Darah terdiri dari tiga jenis
elemen selular khusus, eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan
nombosit (heping darah), yang membentuk suspensi dalam cairan kompleks
plasma. Eritrosit dan leukosit adalah sel utuh, sementara trombosit adalah
fragmen/potongan sel.3

Pergerakan darah yang terus-menerus sewaktu darah mengalir melalui


pembuluh darah menyebabkan sel-sel darah relatif tersebar merata di dalam
plasma. Namun, jika meletakkan suatu sampel darah lengkap dalam tabung reaksi
dan mencegahnya membeku, maka sel-sel yang lebih berat akan mengendap ke
dasar dan plasma yang lebih ringan akan naik ke atas. Proses ini dapat dipercepat
dengan pemusingan, yang secara cepat memampatkan sel- sel ke dasar tabung.
Karena lebih dari 99% sel adalah eritrosit, maka hematokrit, atau packed cell
volume, pada dasarnya mencerminkan persentase eritrosit dalam volume darah
total. Nilai hematokrit rerata pada wanita adalah 42% dan pria sedikit lebih tinggi
yaitu 45%. Plasma membentuk volume sisanya. Karena itu, volume rerata plasma
dalam darah adalah 58% untuk wanita dan 55% untuk pria. Sel darah putih dan
trombosit, yang tidak berwarna dan kurang padat dibandingkan eritrosit,
termampatkan dalam suatu lapisan tipis berwarna krim yang dinamai "buffy coat",
di atas kolom sel darah merah, Lapisan ini,membentuk kurang dari 10% volume
darah total.3

1. Eritrosit

Setiap mililiter darah mengandung sekitar 5 milyar eritrosit (sel darah merah
atau SDM), secara rerata, yang secara klinis sering dilaporkan dalam hitung sel
darah merah sebagai 5 juta sel per mililiter kubik (mm3).3

3
Sherwood, L. Human physiology from cell to systems 6th ed. Boston, Cengage
Learning; 2012, P: 421-434.

19
A. Struktur Eritrosit

Eritrosit adalah sel datar berbentuk piringan yang mencekung di bagian


tengah di kedua sisi, seperti donat dengan bagian tengah menggepeng bukan
lubang (yaitu, eritrosit adalah piringan bikonkaf dengan garis tengah 8 µm,
ketebalan 2 µm di tepi luar, dan ketebalan 1 µm di bagian tengah). Bentuk unik ini
berperan, melalui dua cara, dalam menentukan efisiensi sel darah merah
melakukan fungsi utamanya mengangkut O2, dalam darah: (1) Bentuk bikonkaf
menghasilkan luas permukaan yang lebih besar untuk difusi O2, menembus
membran dibandingkan dengan bentuk sel bulat dengan volume yang sama. (2)
Tipisnya sel memungkinkan O2, cepat berdifusi antara bagian paling dalam sel
dan eksterior sel.3

Gambaran struktural lain yang mempermudah fungsi transpor SDM adalah


kelenturan membrannya. Sel darah merah, yang garis tengah normalnya adalah 8
µm, dapat mengalami deformitas secara luar biasa sewaktu mengalir saru per satu
melewati kapiler yang garis tengahnya sesempit 3 µm. Karena sangat lentur maka
SDM dapat mengalir melalui kapiler sempit berkelok-kelok untuk menyalurkan
O2, di tingkat jaringan tanpa pecah selama proses tersebut berlangsung. Ciri
anatomik terpenting yang memungkinkan SDM mengangkut O2, adalah adanya
hemoglobin di dalamnya.3

B. Keberadaan Hemoglobin

Hemoglobin ditemukan hanya di sel darah merah. Molekul hemoglobin


memiliki dua bagian:3

(1) Bagian globin, suatu protein yang terbentuk dari empat rantai polipeptida yang
sangat berlipat-lipat.

(2) Empat gugus nonprotein yang mengandung besi yang dikenal sebagai gugus
hem, dengan masing-masing terikat ke salah satu polipeptida di atas. Masing-
masing dari keempat atom besi dapat berikatan secara reversibel dengan satu

20
molekul O2 karena itu, setiap molekul hemoglobin dapat mengambil empat
penumpang O2, di paru. Karena O2, tidak mudah larut dalam plasma maka 98,5%
O2 yang terangkut dalam darah terikat ke hemoglobin.

Hemoglobin adalah suatu pigmen (yang berwarna secara alami). Karena


kandungan besinya maka hemoglobin tampak kemerahan jika berikatan dengan
O2, dan keunguan jika mengalami deoksigenasi. Karena itu, darah arteri yang
teroksigenasi penuh akan berwarna merah dan darah vena yang telah kehilangan
sebagian dari kandungan O2 nya di tingkat jaringan, memiliki rona kebiruan.
Selain mengangkut O2, hemoglobin juga dapat berikatan dengan yang berikut:3

1. Karbon dioksida. Hemoglobin membantu mengangkut gas ini dari sel


jaringan kembali ke paru.
2. Bagian ion hidrogen asam (H+) dari asam karbonat terionisasi, yang
dihasilkan di tingkat jaringan dari CO2. Hemoglobin menyangga asam ini
sehingga asam ini tidak banyak menyebabkan perubahan pH darah.
3. Karbon monoksida (CO). Gas ini dalam keadaan normal tidak terdapat di
dalam darah, tetapi jika terhirup maka gas ini cenderung menempati
bagian hemoglobin yang berikatan dengan O, sehingga terjadi keracunan
CO.
4. Nitrat oksida (NO). Di paru, nitrat oksida yang bersifat vasodilator
berikatan dengan hemoglobin. NO ini dibebaskan di jaringan, tempar zat
ini melemaskan dan melebarkan arteriol lokal. Vasodilatasi ini membantu
menjamin bahwa darah kaya O, dapat mengalir dengan lancar dan juga
membantu menstabilkan tekanan darah.

Karena itu, hemoglobin berperan kunci dalam transpor O, sekaligus


memberi kontribusi signifikan pada transpor CO, dan kemampuan darah
menyangga pH. Selain itu, dengan mengangkut vasodilatornya sendiri,
hemoglobin membantu menyalurkan O, yang dibawanya.3

C. Usia Eritrosit Yang Singkat

21
Harga yang harus dibayar oleh eritrosit atas keunggulannya yang luar
biasa dalam mengangkut hemoglobin hingga eksklusi perangkat intrasel khusus
yang lazim terdapat adalah singkatnya usia. Tanpa DNA dan RNA, sel darah
merah tidak dapat membentuk protein untuk memperbaiki sel, tumbuh, dan
membelah atau memperbarui enzim-enzimnya. SDM, yang hanya dilengkapi oleh
bekal awal yang disintesis sebelum sel ini menyingkirkan nukleus, organel, dan
ribosomnya, hanya bertahan hidup rerata 120 hari, berbeda dengan sel saraf dan
otot, yang menerap sepanjang hayat orang yang bersangkutan. Selama usianya
yang singkat sekitar empat bulan tersebut, setiap eritrosit berkelana sekitar 700
mil mengelilingi pembuluh darah.3

Seiring dengan proses penuaan, membran plasma eritrosit yang tidak dapat
diperbaiki menjadi rapuh dan mudah pecah sewaktu sel terjepit melewati titik-titik
penyempitan di dalam sistem vaskular. Sebagian besar SDM tua mengakhiri
hidupnya di limpa, karena jaringan kapiler organ ini yang sempit dan berkelok-
kelok merusak sel-sel rapuh ini. Limpa terletak di bagian kiri atas abdomen.
Selain menyingkirkan sebagian besar eritrosit tua dari sirkulasi, limpa memiliki
kemampuan terbatas untuk menyimpan eritrosit sehat di interior pulpanya,
berfungsi sebagai cadangan untuk trombosit, dan mengandung banyak limfosit,
sejenis sel darah putih.3

2.5 Leukosit.

Leukosit (sel darah putih atau SDP) adalah satuan mobile pada sistem
penahanan imun tubuh. Imunitas adalah kemampuan tubuh menahan atau
menyingkirkan benda asing yang berpotensi merugikan atau sel abnormal.
Leukosit dan turunan-turunannya, bersama dengan berbagai protein plasma,
membentuk sistem imun, suaru sistem pertahanan internal yang mengenali dan
menghancurkan atau menetralkan benda-benda dalam tubuh yang asing bagi "diri
normal". Secara spesifik, sistem imun (l) mempertahankan tubuh dari patogen
penginvasi (mikroorganisme penyebab penyakit misalnya bakteri dan virus); (2)
mengidentifikasi dan menghancurkan sel kanker yang timbul di tubuh; dan (3)

22
berfungsi sebagai 'petugas kebersihan' yang membersihkan sel-sel tua (misalnya
sel darah merah yang sudah uzur) dan sisa jaringan (misalnya jaringan yang rusak
akibat trauma atau penyakit). Yang terakhir ini esensial bagi penyembuhan luka
dan perbaikan jaringan.3

A. Fungsi Utama Leukosit


Fungsi utama leukosit adalah sebagai agen pertahanan di luar
darah. Untuk melaksanakan fungsinya, leukosit umumnya menggunakan
strategi "cari dan hancurkan"; yaitu, sel-sel ini pergi ke tempat invasi atau
kerusakan jaringan. Penyebab utama SDP berada di dalam darah adalah
agar cepat diangkut dari tempat produksi atau penyimpanannya ke tempat
manapun yang membutuhkan.3
B. Jenis-Jenis Leukosit
Leukosit tidak memiliki hemoglobin (berbeda dengan eritrosit)
sehingga tidak berwarna (yaitu, "putih”) kecuali jika secara spesifik
diwarnai agar dapat dilihat dengan mikroskop. Tidak seperti eritrosit, yang
memiliki struktur seragam, fungsi identik, dan jumlah konstan, leukosit
bervariasi dalam struktur, fungsi, dan jumlah. Di dalam darah terdapat
lima jenis leukosit yang berbeda neutrofil, eosinofil, basofil, rnonosit, dan
limfosit-masing-masing dengan struktur dan fungsi tersendiri. Sel-sel ini
agak lebih besar daripada eritrosit.3
Kelima jenis leukosit masuk ke dalam dua kategori utama,
bergantung pada gambaran nukleus dan ada tidaknya granula di dalam
sitoplasmanya jika dilihat di bawah mikroskop. Neutrofil, eosinofil, dan
basofil dikategorikan sebagai granulosit (sel yang mengandung granula)
polimorfonukleus (bentuk inti beragam). Nukleus sel-sel ini tersegmentasi
menjadi beberapa lobus dengan bentuk bervariasi, dan sitoplasmanya
mengandung banyak granula yang terbungkus membran. Ketiga jenis
granulosit dibedakan berdasarkan afinitas granulanya terhadap zat warna
eosinofil memiliki afinitas terhadap pewarna merah eosin, basofil
cenderung menyerap pewarna biru basa, dan neutrofil bersifat netral, tidak

23
menunjukkan preferensi warna. Monosit dan limfosit dikenal sebagai
agranulosit (sel yang tidak memiliki granula) mononukleus (satu inti).
Keduanya memiliki satu nukleus besar yang tidak terbagi-bagi dan sedikit
granula. Monosit lebih besar daripada limfosit dan memiliki nukleus
berbentuk oval atau seperti ginjal. Limfosit adalah leukosit yang paling
kecil, biasanya memiliki nukleus bulat besar yang menempati sebagian
besar sel.3
C. Fungsi dan Usia Leukosit
Berikut ini adalah fungsi dan usia granulosit:3
1. Neutrofil adalah spesialis fagositik. Selain itu, para ilmuwan baru-baru
ini menemukan bahwa neutrofil mengeluarkan suatu jaringan serat
ekstrasel yang dinamai neutrophil exnacellular traps (NET). Serat-serat
ini mengandung bahan kimia pemusnah bakteri, memungkinkan NET
menjerat lalu menghancurkan bakteri di luar sel. Karena itu, neutrofil
dapat mematikan bakteri baik secara intrasel dengan fagositosis
maupun ekstrasel dengan NET yang dikeluarkannya. Neutrofil hampir
selalu merupakan pertahanan pertama pada invasi bakteri dan, karena
itu, sangat penting dalam respons peradangan. Selain itu, sel ini
melakukan pembersihan debris.
2. Eosinofil adalah spesialis jenis lain. peningkatan eosinofil dalam darah
(eosinofilia) berkaitan dengan keadaan alergik (misalnya asma dan hay
fever) dan dengan infestasi parasit internal (misalnya cacing).
Eosinofil jelas tidak dapat menelan parasit cacing yang ukurannya jauh
lebih besar, tetapi sel ini melekat ke cacing dan mengeluarkan bahan-
bahan yang mematikannya.
3. Basofil adalah leukosit yang paling sedikit dan paling kurang
dipahami. Sel ini secara struktur dan fungsi cukup mirip dengan sel
mast, yang tidak pernah beredar dalam darah tetapi tersebar di jaringan
ikat di seluruh tubuh. para ilmuwan dahulu percaya bahwa basofil
berubah menjadi sel mast dengan bermigrasi dari sisrem sirkulasi,
tetapi para peneliti telah membuktikan bahwa basofil berasal dari

24
sumsum tulang sementara sel mast berasal dari sel prekursor di
jaringan ikat. Baik basofil maupun sel mast mensintesis dan
menyimpan histamin dan heparin, yaitu bahan kimia poten yang dapat
dibebaskan jika terdapat rangsangan yang sesuai. Pelepasan histamin
penting dalam reaksi alergik, sedangkan heparin mempercepat
pembersihan partikel lemak dari darah setelah kita makan makanan
berlemak. Heparin juga dapat mencegah pembekuan (koagulasi)
sampei darah yang diambil untuk analisis klinis dan digunakan secara
luas sebagai obat antikoagulan, tetapi masih diperdebatkan apakah
heparin berperan secara fisiologis dalam mencegah pembekuan.
Setelah dibebaskan ke dalam darah dari sumsum tulang, granulosit
biasanya tetap berada di dalam darah selama kurang dari sehari
sebelum meninggalkan pembuluh darah untuk masuk ke jaringan,
tempat sel-sel ini bertahan hidup tiga sampai empat hari lagi kecuali
jika mereka mati lebih dulu akibat menjalankan tugas.3
Sebagai perbandingan, fungsi dan usia agranulosit adalah sebagai
berikut;3
1. Monosit, seperti neutrofil, berkembang menjadi fagosit
profesional. Sel-sel ini muncul dari sumsum tulang selagi masih
belum matang dan beredar hanya satu atau dua hari sebelum
menetap di berbagai jaringan di seluruh tubuh. Di tempat barunya,
sel-sel ini melanjutkan pematangan dan menjadi sangat besar,
berubah menjadi fagosit jaringan besar yang dikenal sebagai
makrofag (makro berarti "besar"';faga/ phage berarti "pemakan").
Usia makrofag dapat berkisar dari bulanan hingga tahunan kecuali
jika sel ini hancur lebih dahulu selagi menjalankan tugas
fagositiknya. Sebuah sel fagositik hanya dapat menelan benda
asing dalam jumlah terbatas sebelum akhirnya mati.
2. Limfosit membentuk pertahanan imun terhadap sasaran-sasaran
yang limfosit tersebut telah terprogram secara spesifik. Terdapat
dua jenis limfosit, limfosit B dan limfosit T (sel B dan T). Limfosit

25
B menghasilkan antibodi, yang beredar dalam darah dan
bertanggung jawab dalam imunitas humoral, atau yang diperantarai
oleh antibodi. Suatu antibodi berikatan dengan benda asing
spesifik, misalnya bakteri (yang memicu produksi antibodi
tersebut), dan menandainya untuk dihancurkan (dengan fagositosis
atau cara lain). Limfosit T tidak memproduksi antibodi, sel ini
secara langsung menghancurkan sel sasaran spesifiknya dengan
mengeluarkan beragam zat kimia yang melubangi sel korban, suatu
proses yang dinamai imunitas seluler. Sel sasaran dari sel T
mencakup sel tubuh yang dimasuki oleh virus dan sel kanker.
Limfosit hidup sekitar 100 sampai 300 hari. Selama periode ini,
sebagian besar secara terus-menerus terdaur ulang antara jaringan
limfoid, limfe, dan darah, dan hanya menghabiskan waktu
beberapa jam di dalam darah. Karena itu, setiap saat hanya
sebagian kecil dari limfosit total berada di dalam darah.
D. Kelainan Dalam Produksi Leukosit
Pada mononukleosis infeftsiosa, yang terjadi tidak saja
peningkatan jumlah limfosit dalam darah (tetapi bukan leukosit lain) tetapi
banyak limfosit memiliki struktur atipikal. Keadaan ini, yang disebabkan
oleh virus Epstein-Barr, ditandai oleh rasa lesu yang hebat, sakit
tenggorokan ringan, dan demam ringan. Pemulihan sempurna biasanya
terjadi dalam satu bulan atau lebih.3
Yang mengejutkan, salah satu konsekuensi utama leukemia, suatu
kanker yang menyebabkan proliferasi tak terkendali SDP, adalah
berkurangnya kemampuan pertahanan terhadap invasi organisme asing.
Pada leukemia, hitung SDP dapat mencapai 500.000/mm 3, dibandingkan
nilai normal 7.000/mm3 tetapi karena sebagian besar dari sel ini abnormal
atau imatur maka mereka tidak dapat melaksanakan fungsi pertahanan
normal. Konsekuensi merugikan lain dari leukemia adalah digantikannya
turunan sel darah lain di sumsum tulang. Hal ini menyebabkan anemia
karena eritropoiesis berkurang dan perdarahan internal karena defisiensi

26
trombosit. Trombosit berperan penting dalam mencegah perdarahan dari
kerusakan-kerucakan kecil yang dalam keadaan normal terjadi di dinding
pembuluh darah halus. Karena itu, infeksi berat dan perdarahan adalah
kausa tersering kematian pada pasien leukemia.3

2.6. Trombosit

Selain eritrosit dan leukosit, trombosit (platelet, keping darah) adalah tipe
ketiga elemen seluler yang terdapat dalam darah. Dalam setiap mililiter darah
secara normal rerdapat sekitar 250 juta trombosit (kisaran 150.000 sampai
350.000/ mm3).3

Thombosit bukanlah sel lengkap tetapi fragmen kecil sel (garis tengah
sekitar 2 sampai 4 µm) yang dilepaskan dari tepi luar sel sumsum tulang yang
sangar besar (garis tengah hingga 60 µm) yang dikenal sebagai megakariosit. Satu
megakariosit biasanya memproduksi sekitar 1000 trombosit. Megakariosit berasal
dari sel punca tak berdiferensiasi yang sama dengan yang menghasilkan turunan
eritrosit dan leukosit. Trombosit pada hakikatnya adalah vesikel yang terlepas
yang mengandung sebagian sitoplasma megakariosit terbungkus dalam membran
plasma.3

Trombosit tetap berfungsi rara-rata selama 10 hari, setelah itu keping


darah ini dibersihkan dari sirkulasi oleh makrofag jaringan, terutama yang
terdapat di limpa dan hati, dan diganti oleh trombosit baru yang dibebaskan dari
sumsum tulang. Hormon trornbopoietin, yang dihasilkan oleh hati, meningkatkan
jumlah megakariosit di sumsum tulang dan merangsang masing-masing
megakariosit untuk menghasilkan lebih banyak trombosit. Faktor-faktor yang
mengontrol sekresi trombopoietin dan mengatur kadar trombosit saat ini sedang
dalam penelitian.3

Trombosit tidak meninggalkan pembuluh darah seperti yang dilakukan


SDB tetapi pada setiap saat sekitar sepertiga trombosit disimpan di rongga-rongga
berisi darah di limpa. Trombosit simpanan ini dapat dibebaskan dari limpa ke

27
dalam sirkulasi sesuai kebutuhan (misalnya selama perdarahan) oleh kontraksi
limpa yang dipicu oleh saraf simpatis.3

Karena merupakan potongan sel maka trombosit tidak memiliki nukleus.


Namun, trombosit memiliki organel dan enzim sitosol untuk menghasilkan energi
dan membentuk produk sekretorik, yang disimpan di banyak granula yang
tersebar di seluruh sitosol. Selain itu, trombosit mengandung banyak aktin dan
miosin, yang menyebabkan keping darah ini mampu berkontraksi. Kemampuan
sekretorik dan kontraksi ini penting dalam hemostasis.3

2.7. Hemostasis

Hemostasis adalah penghentian perdarahan dari suatu pembuluh darah


yang rusak yaitu, penghentian hemoragia (hemo berarti "darah", stasis berarti
"berdiri"). Untuk terjadinya perdarahan dari suatu pembuluh, dinding pembuluh
harus mengalami kerusakan dan tekanan di bagian dalam pembuluh harus lebih
besar daripada tekanan di luarnya untuk memaksa darah keluar dari defek
tersebut.3

Kapiler kecil, arteriol, dan venula sering pecah oleh trauma ringan dalam
kehidupan sehari-hari trauma semacam ini adalah penyebab tersering perdarahan,
meskipun kita sering bahkan tidak menyadari bahwa telah terjadi kerusakan.
Mekanisme hemostatik inheren tubuh secara normal sudah memadai untuk
menambal defek dan menghentikan pengeluaran darah dari pembuluh
mikrosirkulasi halus ini.3

Hemostasis melibatkan tiga langkah utama: (l) spasme vaskular, (2)


pembentukan sumbat trombosit, dan (3) koagulasi darah (pembentuhan bekuan
darah). Trombosit berperan kunci dalam hemostasis. Keping darah ini jelas
berperan besar dalam membentuk sumbat trombosit, tetapi mereka juga memberi
kontribusi signifikan kepada dua langkah lainnya.3

28
BAB III
PENUTUP

3.1. Ringkasan
Eritrosit (sel darah merah) merupakan sel darah yang berukuran paling
kecil dan berjumlah paling banyak, tidak memiliki inti dan bertanggung jawab
untuk transportasi oksigen dan karbondioksida antar jaringan tubuh. Sedangkan,
leukosit ialah sel darah putih yang dikelompokkan menjadi dua golongan besar:
granulosit dan agranulosit. Jumlah leukosit jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan sel darah merah. Platelet darah (trombosit) adalah fragmen sel mirip-
cakram, dan tak berinti, dengan diameter 2-4 µm. Trombosit berasal dari
fragmentasi di ujung prosessus sitoplasma yang terjulur dari sel poliploid raksasa
yang disebut megakariosit dalam sumsum tulang.

Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki volume
rerata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria. Darah terdiri dari tiga jenis
elemen selular khusus, eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan
nombosit (heping darah), yang membentuk suspensi dalam cairan kompleks
plasma. Eritrosit dan leukosit adalah sel utuh, sementara trombosit adalah
fragmen/potongan sel.

Eritrosit adalah sel datar berbentuk piringan yang mencekung di bagian


tengah di kedua sisi, seperti donat dengan bagian tengah menggepeng bukan
lubang (yaitu, eritrosit adalah piringan bikonkaf dengan garis tengah 8 µm,
ketebalan 2 µm di tepi luar, dan ketebalan 1 µm di bagian tengah). Hemoglobin
ditemukan hanya di sel darah merah.

Leukosit (sel darah putih atau SDP) adalah satuan mobile pada sistem
penahanan imun tubuh. Imunitas adalah kemampuan tubuh menahan atau
menyingkirkan benda asing yang berpotensi merugikan atau sel abnormal. Fungsi
utama leukosit adalah sebagai agen pertahanan di luar darah. Di dalam darah
terdapat lima jenis leukosit yang berbeda neutrofil, eosinofil, basofil, rnonosit, dan
limfosit-masing-masing dengan struktur dan fungsi tersendiri.

29
Trombosit (platelet, keping darah) adalah tipe ketiga elemen seluler yang
terdapat dalam darah. Dalam setiap mililiter darah secara normal rerdapat sekitar
250 juta trombosit (kisaran 150.000 sampai 350.000/ mm3).

Hemostasis adalah penghentian perdarahan dari suatu pembuluh darah


yang rusak yaitu, penghentian hemoragia (hemo berarti "darah", stasis berarti
"berdiri"). Untuk terjadinya perdarahan dari suatu pembuluh, dinding pembuluh
harus mengalami kerusakan dan tekanan di bagian dalam pembuluh harus lebih
besar daripada tekanan di luarnya untuk memaksa darah keluar dari defek
tersebut.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Mescher, L. A. Junqueira's Basic Histology Text and Atlas. 13th ed.


English: McGrawHill; 2013, P: 234, 246-248.
2. Gartner, leslie P and james L. Hiatt. Color textbook of histology. 3rd ed.
Philadelphia: Elseivier Saunde; 2007, P: 220-221, 225.
3. Sherwood, L. Human physiology from cell to systems 6 th ed. Boston,
Cengage Learning; 2012, P: 421-434.

31

Anda mungkin juga menyukai