Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil 'Alami, Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta
alam atas segala karunia nikmat-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul "Mekanisme dan Faktor Faktor
Pembekuan Darah" disusun dalam rangka memenuhi satu di antara tugas
praktikum mata kuliah “Biokimia” yang diampu oleh Ibu Annisa Mulia Anasis.,
S.Si., M.Biomed, Ibu Yuli Wahyu Tri Mulyani.,M.Si, Ibu Dr. Siti Nurjanah.,
M.Si. Makalah ini berisi tentang bagaimana mekanisme dan proses terjadinya
pembekuan darah serta faktor faktornya dalam pembekuan darah.
Meski telah disusun secara maksimal, penulis sebagai manusia biasa
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Besar
harapan saya makalah ini dapat menjadi sarana membantu mahasisawa dalam
memahami bagaimana terjadinya pembekuan darah.
Demikian apa yang bisa saya sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil
manfaat dari karya ini.

Bandar Lampung, 26/10/2023

Safira Khoiriah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumus Permasalahan.............................................................................. 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2
D. Manfaat ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN MASALAH.................................................................. 3
A. Tinjauan Umum Darah ........................................................................... 3
1. Pengertian Darah ............................................................................. 3
B. Plasma..................................................................................................... 4
1. Pengertian Plasma ........................................................................... 4
C. Mekanisme Pembekuan darah ................................................................ 5
1. Jalur Instrinsik ................................................................................. 5
2. Jalur Ekstrinsik ................................................................................ 6
3. Jalur Bersama .................................................................................. 6
D. Faktor Faktor Pembekuan Darah ............................................................ 6
E. Hemostatis ............................................................................................ 10
1. Proses Hemostatis .......................................................................... 10
F. Fibrinolisis ............................................................................................ 12
G. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) ................................... 12
1. Patofosiologi DIC .......................................................................... 13
2. Terapi Antikoagulan ...................................................................... 14
3. Terapi Antifibrinolitik ................................................................... 14
4. Terapi Transfusi Darah .................................................................. 14
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16
A. Kesimpulan. .......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Darah mengangkut oksigen, karbondioksida, nutrisi dan hasil metabolisme
ke seluruh tubuh. Darah juga berfungsi sebagai alat keseimbangan asam basa,
perlindungan dari infeksi, dan merupakan pemelihara suhu tubuh. Darah
terdiri dua komponen yaitu plasma dan sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari
eritrosit, leukosit dan trombosit. Pembekuan darah adalah salah satu faktor
yang mempengaruhi proses hemostatis, hemostatis sendiri didefinisikan
sebagai mekanisme yang sangat penting guna mencegah kehilangan darah
dengan memperbaiki lokasi terjadinya cidera. Hemostasis adalah proses
pembentukan bekuan pada dinding pembuluh darah yang berfungsi untuk
mencegah hilangnya darah. Hemostasis dilakukan oleh berbagai macam
mekanisme, yaitu: spasme vaskuler, pembentukan sumbatan trombin,
pembekuan darah, pertumbuhan jaringan fibrosa kedalam bekuan darah untuk
menutup lubang pada pembuluh darah secara permanen Perdarahan termasuk
dalam proses penyembuhan luka, namun apabila perdarahan terjadi secara
berlebihan, maka dapat terjadi komplikasi (Habibina, 2021).
Sistem penghentian darah yang berfungsi normal, penting bagi kehidupan
organisme, karena jika sistem penghentian darah terganggu, maka luka yang
kecil sekalipun akan menyebabkan perdarahan yang membahayakan jiwa.
Apabila terjadi perdarahan hebat dapat diberikan inhibitor fibrinolisis
(antifibrinolitika) seperti asam aminokaproat dan asam traneksamat dengan
pemantauan yang ketat terhadap status pembekuan (R, 1968).

Proses pembekuan darah memerlukan banyak faktor yang berperan


diantaranya adalah kalsium. Peran kalsium sangatlah dibutuhkan dalam
proses pembekuan darah. Kalsium hampir berperan disemua tahapan
pembekuan darah. Salah satu fungsinya adalah mengubah protrombin
menjadi trombin. Pemanfaatan hasil perternakan di dunia medis masih jarang
digunakan khususnya adalah cangkang telur sebagai antiperdarahan.

1
Kandungan kalsium dari cangkang telur ayam ras adalah 73,96%. Penelitian
yang lebih luas terhadap kandungan kalsium pada cangkang telur sebagai
antiperdarahan masih perlu dilakukan. Saat ini, keinginan masyarakat untuk
back to nature sangat tinggi, hal ini dikarenakan pengunaan obat tradisional
menyebabkan efek samping yang minimal (R, 1968).

B. Rumus Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mekanisme pembekuan darah terjadi ?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan pembekuan darah ?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya pembekuah darah.
2. Mengetahui faktor-faktor pembekuan darah.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Untuk menambah pengetahuan serta wawasan bagi yang membaca
khususnya tentang pemebekuan darah.

2. Bagi Penulis
Makalah ini dapat dijadikan sarana untuk menambah pengetahuan dan
sebagai pedoman dalam pembelajaran biokimia.

3. Bagi Universitas
Makalah ini dapat dijadikan referensi dalam pembuatan makalah
berikutnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

A. Tinjauan Umum Darah

1. Pengertian Darah
Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain,
berada dalam bentuk konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup
yang dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor
sebagai bahan serta fungsi hemostatis. Darah terdiri dari 2 komponen yaitu
plasma darah dan butir-butir darah. Plasma darah adalah bagian cair darah
yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit dan protein darah. Butir-butir
darah (Blood corpuscles) terdiri atas 3 elemen yaitu eritrosit (sel darah
merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (butir pembeku/platelet).
Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 60-80% dari berat
badan, dangan viskositas darah 4,5 kali lebih besar dari pada air (R, 1968).

Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan, terdiri dari dua bagian
yaitu plasma darah dan sel darah. Plasma darah meliputi 55% volume darah
merupakan substansi non seluler, sedangkan 45% dari volume darah meliputi
sel darah. Sel darah terdiri dari sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit. Komponen cairan darah dinamakan plasma, 91-92% terdiri dari air
sebagai medium transport dan 7-9% terdiri dari zat padat. Zat-zat padat itu
adalah proteinprotein seperti albumin, globulin, dan fibrinogen serta unsure
anorganik berupa natrium, kalcium, kalium, fosfor, besi, dan yodium. Unsur
organik berupa zat-zat nitrogen, non protein, urea, asam urat, xantin,
kreatinin, asam amino, 7 lemak netral, fosfolipid, kolesterol, glukosa, dan
berbagai enzim. Fibrinogen yang hanya berjumlah 4% penting untuk
pembentukan darah. Fungsi utama darah adalah untuk transportasi sel darah
merah tetap berada dalam sistem sirkulasi dan mengandung pigmen
pengangkut oksigen hemoglobin. Sel darah putih bertanggung jawab terhadap
pertahanan tubuh dan diangkut oleh darah ke berbagai jaringan tempat sel-sel
tersebut melakukan fungsi fisiologisnya. Trombosit berperan mencegah tubuh

3
kehilangan darah akibat perdarahan dan melakukan fungsi utamanya di
dinding pembuluh darah. Protein plasma merupakan pengangkut utama zat
gizi dan produk sampingan metabolik ke organorgan tujuannya untuk
penyimpanan atau ekskresi. Banyak protein besar yang tersuspensi di dalam
plasma juga menarik perhatian ahli hematologi, terutama protei-protein yang
berkaitan dengan pencegahan perdarahan melalui proses pembekuan darah
(Andi Annisa Amaliah Darman, 2023).

B. Plasma

1. Pengertian Plasma
Plasma darah terdiri dari air, plasma darah ini memiliki fungsi
mengangkut sari makanan ke dalam sel dan membawa sisa pembakaran dari
sel ke tempat pembuangan, plasma darah ini juga bermanfaat untuk
menghasilkan zat antibodi untuk menjaga kekebalan tubuh dari penyakit.
Apabila jumlah volume darah ditambah dengan zat pencegah anti pembekuan
darah secukupnya dalam satu wadah, misalnya tabung, kemudian diputar
(setrifuge) dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit maka setelah itu
akan terdapat bagian cairan yang terpisah dari bagian korpuskuli yang
terdapat pada bagian bawah. Cairan yang terdapat pada bagian atas disebut
plasma (Habibina, 2021).
Plasma darah mengandung fibrinogen. Oleh karena itu dalam memperoleh
plasma, darah 8 dicampur dengan antikoagulan untuk mencegah terjadinya
pembekuan darah. Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah adalah sebagai
berikut (Ramadhani, 2019):

1. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah


2. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dll) yang berguna
dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik
3. Protein darah (albumin, globulin) meningkatkan viskositas darah juga
menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan
dalam tubuh
4. Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral, dan vitamin) .
5. Hormon, yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh

4
6. Antibodi
Sisanya diisi oleh sejumlah bahan organik, yaitu : glukosa, asam amino,
asam lemak, kolesterol, urea, asam urat dan kreatinin. Plasma juga berisi gas
(oksigen dan karbondioksida), enzim, hormon, dan antigen.

C. Mekanisme Pembekuan darah


Mekanisme pembekuan darah berlangsung secara bertahap sedemikian
rupa sehingga salah satu faktor koagulasi diubah menjadi aktif diakhiri
dengan pembentukan fibrin (bekuan). Faktor koagulasi atau faktor
pembekuan darah adalah protein yang terdapat dalam darah (plasma) yang
berfungsi dalam proses koagulasi. Proses pembekuan darah bertujuan untuk
mengatasi vascular injury sehingga tidak terjadi pendarahan berlebihan, tetapi
proses pembekuan darah ini dilokalisir pada daerah injury (Anonim, 2012).

Ada tiga jalur yang dilalui untuk menjadi fibrin (Y, 2017):
1. Jalur Instrinsik
Jalur ini mulai setelah kontak dengan permukaan tertentu, menyebabkan
XII -→ XIII ini terjadi karena kontak dan kolagen dan substansi dinding
menurun. Pendarahan yang rusak karena luka XIIa akan mengubah tiga jenis
enzim yaitu :

• Prekalikrein
• XI
• Proaktifatur plasminogen (sistem fibrinolitik)

Aktivasi XII merupakan awal dari proses pembekuan darah sekaligus awal
dari aktifasi sistem fibrinolitik dan komplemen. Prekalikrein diubah menjadi
kalikrein yang kemudian memecah High Molecular Weigth Kinninogen
(HMWK) menjadi frakmen polipeptida vaso aktif yang bersifat vasodilatasi
pembekuan darah → menurun tekanan darah, mengikat permeabilitas kapiler
dan merangsang faktor kemotaktik. Sebaliknya khalisein menunjukkan
umpan balik (+) terhadap XII → mengaktifkan XII → XIIa. XIIa mengubah
XI → XIa dan reaksi ini memerlukan HMWK selanjutnya XIa mengaktifkan
IX → IXa dengan bantuan Ca pada tahap bereaksinya Xia bersama XIII dan
Ca dan PF3 (platelet faktor 3) faktor trombo → mengaktifkan X-Xa.

5
2. Jalur Ekstrinsik
Suatu lipoprotein yang dilepas dari jaringan yang rusak disebut dengan
faktor jaringan trombopla jaringan. Faktor ini mengaktifkan VII → VIIa
dengan bantuan Ca VII. Ini merupakan serisi protease kuat yang mampu
mengaktifkan X-Xa adanya kalikrein dapat meningkatkan fungsi VIIa.
Adanya dugaan bahwa VIIa dapat mengaktifkan X→ Xa secara tidak
langsung (indirek) yang lebih dulu mengaktifkan X, selanjutnya proses
koagulasi berlanjut menjadi jalur Bersama.

3. Jalur Bersama
Setelah X-Xa, Xa berinteraksi dengan PF3 , Ca dan cofaktor V →
mengaktifkan II → IIa (prothrombin-thrombin) II (thrombin) mengubah I
(fibrinogen) jadi Ia (fibrin=bekuan). Thrombin IIa juga merupakan serisi
protease 9 kuat. Jumlah thrombin yang dihasilkan oleh 1 mL plasma bila
dilepaskan sekaligus mampu membekukan seluruh darah dalam sirkulasi.
Disamping mengubah fibrinogen → fibrin, thrombin juga meningkatkan
reaksi pelepasan trombosit dan aktivasi V, VII, dan XIII pada akhirnya proses
koagulasi thrombin mengubah fibrinogen → fibrin yang mulanya monomer
secara spontan menjadi fibrin pollimer yang sifatnya irreversibel.

D. Faktor Faktor Pembekuan Darah


Berikut merupakan 13 faktor dalam pembekuan darah (Rizkyani, 2016):
Faktor I (fibrinogen) adalah suatu glikoprotein 340 kilodalton (kd) dan
terdiri dari tiga pasang rantai polipeptida. Zat ini disentesis di hati memiliki
waktu paruh sekitar 3,5 sampai 4 hari. Kadar fibrinogen meningkat pada
stress hemostatik, dan juga pada stress nonspesifik seperti peradangan,
kehamilan, dan penyakit autoimun. Konsentrasi normal dalam plasma adalah
150 sampai 400 mg/dL.
Faktor II (prothrombin) adalah suatu glikoprotein dengan berat molekul
70.000 dalton. Zat ini berkaitan erat dengan faktor VII, IX, dan X.
Bersamasama membentuk faktor dependen-vitamin K. Keempatnya dibentuk
di hati dan memerlukan vitamin K larut lemak untuk sinstesisnya. Keempat
„faktor hati‟ ini stabil terhadap panas dan mempertahankan potensinya di

6
darah atau plasma yang telah disimpan. Prothrombin memiliki waktu paruh
0,5 sampai 3 hari.
Faktor III (faktor jaringan atau tromboplastin jaringan). Zat ini merupakan
suatu glikoprotein dengan berat molekul 44 kd yang berikatan erat dengan
fosfolipid. Gen untuk faktor jaringan terletak di kromosom 1. Jaringan 10
yang paling aktif adalah otak, paru, dan plasenta, tetapi semua jaringan
memiliki aktivitas pendorong terbentuknya bekuan ini.
Faktor IV atau kalsium terionisasi, penting untuk pengaktifan faktor IX,
faktor X untuk konversi prothrombin menjadi thrombin oleh Xa, dan untuk
polimerisasi monomer fibrin. Harus terdapat 2,5 mg/dL kalsium sebelum
dapat terjadi koagulasi in vivo atau in vitro. Hipokalsemia tidak pernah
menyebabkan gangguan perdarahan klinis karena gangguan saraf
hemodinamik, serta aritmia jantung, timbul jauh sebelum terjadi gangguan
pembekuan. Antikoagulan, misalnya sitrat, oksalat, dan
ethylenediaminetetraacetate (EDTA) menyebabkan kelasi kalsium dan
antikoagulasi darah dengan menghambat penyediaan kalsium untuk
koagulasi.
Faktor V adalah protein rantai tunggal berat molekul 300 kd yang
disintesis di hati dan megakariosit. Gen yang mengkode faktor V juga terletak
di kromosom 1. Struktur gen faktor V memperlihatkan banyak kemiripan
dengan faktor VIII, dan keduanya adalah faktor koagulasi yang labil.
Aktivitasnya cepat menghilang apabila darah atau plasma yang diberi
antikoagulan disimpan dalam keadaan cair. Aktivitas juga cepat hilang dari
sirkulasi darah dan memiliki waktu paruh hanya 15 sampai 25 jam. Faktor V
juga merupakan ko-faktor penting pada kemampuan protein C aktif (activated
protein C, APC) untuk berfungsi sebagai antikoagulan fisiologik. Mutasi
yang mengenai arginin 506 menjadi gutamin (faktor V Leiden) diperkirakan
menjadi penyebab hampir 40% kasus trombofilia idiopatik dan herediter.
Dengan demikian, faktor V adalah prokoagulan sekaligus antikoagulan yang
penting

Istilah faktor IV tidak dipergunakan

7
Faktor VII adalah glikoprotein rantai tunggal dengan berat molekul 50 kd.
Faktor VII memiliki waktu paruh paling singkat dari semua faktor koagulasi
(5 jam) dan merupakan salah satu faktor hati yang dependen vitamin K.
Sekuens asam aminonya sangat mirip dengan faktor-faktor dependen vitamin
K lainnya. Faktor ini paling cepat menurun setelah pemberian antagonis
vitamin K seperti antikoagulan oral.
Faktor VIII (faktor antihemofilik) adalah suatu molekul besar berat
molekul 330 kd yang memiliki beberapa fungsi fisiologik. Aktivitas
prokoagulan berada di molekul ini, yang tersusun menjadi sebuah rantai berat
dengan berat molekul 200 kd dan sebuah rantai ringan 80 kd, yaitu fragmen
berberat molekul rendah yang ditentukan oleh sebuah gen di kromosom X.
Faktor ini mampu menormalkan waktu pembekuan pada pasien hemofilia A.
Pria yang kromosom X-nya mengandung gen VIII defektif akan menderita
hemofilia A. Faktor ini dahulu disebut sebagai VIII:C. Faktor VIII adalah
salah satu dari beberapa protein pembekuan yang tidak seluruhnya disintesis
di hati, dan zat ini tampaknya juga disintesis oleh sel endotel semua jaringan.
Faktor VIII memiliki waktu paruh biologis yang singkat, yaitu sekitar 12 jam
dan menghilang cukup cepat dari plasma yang disimpan di lemari pendingin.
Faktor von Willebrand (vWF) adalah faktor yang memperbaiki gangguan
waktu perdarahan pada penyakit von Willebrand. vWF dan faktor VIII adalah
dua protein berbeda yang beredar sebagai satu kompleks dalam plasma. vWF
berfungsi mengangkut dan menstabilkan faktor VIII. Ekspresi antigenik vWF
disebut vWF:Ag. Sifat lain vWF yang mendorong agregasi trombosit dengan
keberadaan antibiotik ristosetin disebut kofaktor ristosetin atau aktifitas vWF
12 (dahulu disebut sebagai “VIII:RCO”). Kelainan kuantitatif dan kualitatif
vWF seperti yang dijumpai pada penyakit von Willebrand diwariskan secara
otosom. vWF disintesis oleh sel endotel dan pada kenyataannya disimpan di
sel-sel di dalam apa yang dinamakan sebagai badan Weibel-Pelade. vWF
beredar dalam plasma dalam konfigurasi multimeric.
Faktor IX atau faktor Christmas, komponen tromboplastin plasma adalah
faktor hati dependen-vitamin K yang lain. Penyakit hemofilia B, atau
penyakit Christmas, sangat mirip dengan defisiensi faktor VIII (hemofilia A)

8
dalam aspek klinis dan laboratorium umum. Faktor ini memiliki waktu paruh
fisiologis sekitar 24 jam, tetapi tetap berada dalam konsentrasi tinggi dalam
plasma cair yang disimpan. Faktor ini juga terdapat di serum. Berat molekul
protein diperkirakan antara 56 sampai 110 kd.
Faktor X (58,8 kd), yang disebut juga sebagai faktor Stuart atau faktor
Stuart-Power, adalah faktor hati dependen-vitamin K yang lain. Faktor ini
merupakan protein kunci untuk masuk ke jalur bersama. Gen untuk faktor X
terletak di kromosom 13. Defisiensi kongenital terisolasi dapat terjadi,
walaupun jarang, dan menyebabkan perdarahan yang cukup berat. Penyakit
ini juga dapat timbul sebagai defisiensi didapat pada beberapa kasus
amiloidosis. Faktor ini memiliki waktu paruh biologis sekitar 40 jam.
Faktor XI adalah suatu glikoprotein 143 kd yang disintesis di hati dan
beredar dalam plasma dalam bentuk terikat (kompleks) dengan HMWK.
Namun faktor XI tidak berkurang pada penyakit hati, dan tidak dependen
vitamin K. Faktor ini stabil dalam darah atau plasma yang disimpan dan
terdapat di serum. Defisiensi terisolasi terjadi sebagi suatu sifat resesif
autosomal, terutama pada 13 orang keturunan Yahudi Ashkenazi, yang
frekuensi gennya adalah 1 dari 8. Gen untuk faktor XI terletak di kromosom
4. Setelah defisiensi faktor VIII dan IX, defisiensi faktor XI adalah defisiensi
kongenital tersering berikutnya, tetapi diatesis perdarahan yang terjadi relatif
ringan. Waktu paruh biologis adalah sekitar 2 hari.
Faktor XII, yang sering disebut sebagai faktor Hageman, adalah suatu
globulin beta rantai tunggal yang memiliki berat molekul sekitar 76 kd.
Faktor ini tampaknya merupakan salah satu penghubung dengan jalur-jalur
fisiologis lain, termasuk pengaktifan kontak pembekuan, pengaktifan jalur
kini, pengaktifan komplemen, dan pengaktifan fibrinolisis. Faktor ini
diaktifkan in vitro melalui kontak dengan permukaan bermuatan negatif
(misal, kaca) dan in vivo oleh berbagai komponen sel seperti asam lemak,
serebrosida, jaringan seperti kulit, dan endotoksin. Kemampuannya
mengaktifkan faktor XI juga diperkuat oleh dua faktor lain, faktor Fletcher
dan HMWK. Defisiensi faktor Hageman secara paradoks tidak berkaitan
dengan masalah hemostatik yang bermakna, tetapi cenderung berkaitan

9
dengan gangguan trombotik. Waktu paruh faktor Hageman adalah 60 sampai
70 jam.
Faktor XIII, yang juga disebut faktor stabilisasi fibrin (FSF), menstabilkan
perubahan monomer fibrin menjadi polimer fibrin dan bekuan yang stabil.
Pada kenyataannya, faktor ini ikut serta dalam pembentukan sejumlah ikatan
antarmolekul stabilitator antara protein-protein plasma dan protein matriks
ekstrasel. Faktor ini tampaknya disintesis di hati dan megakariosit, dan lebih
dari separuh faktor darah XIII terdapat di trombosit. Sisanya beredar dalam
ikatan dengan fibrinogen. Faktor XIII memiliki waktu paruh biologik yang
lama (5 14 sampai 10 hari), tetapi menghilang saat plasma diubah menjadi
serum. Defisiensi faktor XIII menyebabkan kecendrungan perdarahan,
perlambatan penyembuhan luka, dan abortus spontan rekuren.

E. Hemostatis
Hemostatis adalah mekanisme tubuh untuk menghentikan perdarahan
secara spontan agar tidak kehilangan darah terlalu banyak bila terjadi luka
pada pembuluh darah sehingga darah tetap cair dan mengalir secara lancar. Di
dalam pembuluh darah terdapat berbagai produk yang sangat komplek dari
berbagai jaringan, diantaranya produk dari sumsum tulang, endotel dan
system retikuloendotelial. Dalam keadaan normal, proses hemostatis dimulai
dengan adanya proses trauma, pembedahan, atau penyakit yang merusak
lapisan endotel pembuluh darah, dan darah terpajan dengan jaringan ikat
subendotel. Kelangsungan hemostatis dipertahankan melalui proses
keseimbangan antara perdarahan dan thrombosis yang melibatkan komponen
sistem vascular, trombosit, faktor koagulasi, fibrinolysis dan antifibrinolisis
(Ibnu Umar, 2020).

1. Proses Hemostatis

a) Proses Spasme Vaskuler (Vasokonstriksi vaskuler)


Pembuluh darah yang terpotong atau robek akan segera berkonstriksi
akibat respon vaskuler inheren segera berkonstriksi yang diinduksi oleh
rangsang simpatis. Konstriksi ini akan menghambat aliran darah
melalui defect. Sehingga pengeluaran darah dapat diperkecil. Karena

10
pembukaan endotel pembuluh darah saling menekan satu sama lain
akibat proses spasme vaskuler awal, endotel tersebut menjadi lengket
dan melekat satu sama lain, kemudian menutup pembuluh yang rusak.
Tindakan fisik ini saja tidak cukup untuk secara total mencegah
pengeluaran darah selanjutnya, tetapi penting untuk memperkecil
pengeluaran darah selanjutnya, tetapi penting untuk memperkecil
pengeluaran darah dari pembuluh darah yang rusak satu sampai tidakan
hemostatik lainnya (Ibnu Umar, 2020).

b) Proses Adhesi Trombosit (Hemostatis primer)


Hemostasis primer mulai terjadi dalam beberapa detik setelah
terjadi kerusakan endotel dan berlanjut dengan pembentukan plak
trombosit dalam waktu 5 menit. Dalam proses ini, faktor endotel dan
trombosit memegang peranan yang sangat penting. Dalam pemeriksaan
mikroskop elektron diketahui ultra struktur trombosit terdiri atas
berbagai bagian yaitu glikokaliks, membrane sitriplasma invaginasi,
mikrofilamen dan mikrotubula, granul alfa dan padat pada sitoplasma
trombosit (Ibnu Umar, 2020).

c) Hemostatis Sekunder (Koagulasi)


Proses koagulasi darah terdiri dari rangkaian enzimatik yang
melibatkan banyak protein plasma yang disebut sebagai faktor
koagulasi darah. Faktor koagulasi merupakan glikoprotein dengan berat
molekul lebih dari 40.000. Nomenklatur faktor pembekuan adalah
menggunakan angka Romawi sesuai dengan urutan ditemukan. Dalam
keadaan normal faktor pembekuan berada dalam plasma dalam bentuk
perkusor inert sebagai prokoagulan atau proenzim dan akan diubah
dalam bentuk enzim aktif atau sebagai kofaktor selama proses
koagulasi. Bentuk aktif ditandai dengan huruf ’a’ dibelakanya. Untuk
fibrinogen, protrombin, tromboplastin jaringan, ion Ca, prekallikrein
(PK), dan high molecular weight kininogen (HMWK) biasanya tidak
ditulis sebagai angka Romawi (Ibnu Umar, 2020).

11
Teori yang banyak dianut untuk menerangkan proses koagulasi
adalah teori kaskade atau waterfall yang dikemukakan oleh Mac
Farlane, Davie, dan Ratnoff. Menurut teori ini, tiap faktor koagulasi
diubah menjadi bentuk aktif oleh faktor sebelumnya dalam rangkaian
faktor enzimatik. Faktor pembekuan beredar dalam darah sebagai
prekusor yang akan diubah Journal of Anaesthesia and Pain. 2020.
Vol.1(2):19-32 23 menjadi enzim bila diaktifkan. Enzim ini akan
mengubah prekusor selanjutnya menjadi enzim. Mula-mula, faktor
pembekuan bertindak sebagai substrat dan kemudian sebagai enzim.
Banyak reaksi dalam kaskade koagulasi melibatkam satu faktor yang
mengaktifkan faktor yang lain. Beberapa faktor koagulasi diaktifkan
dengan melibatkan beberapa faktor koagulan dan ada yang bertindak
sebagai ko-faktor. Ini disebut sebagai ’reaction complex’ (Ibnu Umar,
2020).

F. Fibrinolisis
Fibrinolisis adalah proses penghancuran fibrin oleh sistem fibrinolitik
sehingga aliran darah akan terbuka kembali. Sistem fibrinolitik terdiri dari
tiga komponen utama yaitu plasminogen akan diaktifkan menjadi plasmin,
aktivator plasminogen, dan inhibitor plasmin. Aktivasi F.XII menjadi F.XIIa
akan mengubah prekalikrein menjadi kalikrein dengan adanya HMWK.
Kalikrein yang terbentuk akan mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin.
Pada jalur ekstrinsik aktivator yang terdapat didalam jaringan atau endotel
pembuluh darah akan dilepaskan ke dalam darah bila terdapat amin vasoaktif
dan protein C. Seperti yang kita ketahui, sebagian besar plasminogen terikat
pada fibrin dan sebagiannya lagi bebas di dalam plasma. Apabila
plasminogen tersebut diaktifkan, akan terdapat plasmin bebas dan plasmin
yang terikat fibrin. Plasmin bebas akan dinetralkan oleh antiplasmin (Ibnu
Umar, 2020).

G. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)


Menurut International Society of Thrombosis and Haemostasis (ISTH)
Scientific and Standardization Committee, Disseminated Intravascular
Coagulation (DIC) adalah sindrom yang ditandai dengan aktivasi koagulasi

12
intravaskular dengan hilangnya lokalisasi yang timbul dari penyebab yang
berbeda. Hal ini dapat berasal dari dan menyebabkan kerusakan pada
mikrovaskulatur. Kondisi yang cukup parah dapat menyebabkan disfungsi
organ. Darah yang membentuk thrombin dan fibrin intravaskular
mengakibatkan pembentukan thrombosis pembuluh darah kecil sampai
sedang, disfungsi organ serta perdarahan hebat. Infeksi bakteri terutama pada
sepsis merupakan kondisi klinis umum yang berhubungan dengan DIC.
Aktivasi koagulasi menyeluruh yang Journal of Anaesthesia and Pain. 2020.
Vol.1(2):19-32 26terjadi pada infeksi dimediasi oleh komponen sel membran
mikroorganisme (lipopolisakarida atau endotoksin) yang menyebabkan
respons inflamasi menyeluruh melalui aktivasi sitokin-sitokin inflamasi.
Trauma berat dan luka bakar merupakan kondisi lain yang berhubungan
dengan DIC. Kanker solid dan hematologi juga dapat berhubungan dengan
DIC yang merupakan komplikasi sampai dengan 15% kasus metastasis tumor
atau leukemia akut. DIC juga sering disebabkan oleh kondisi obstetrik seperti
abrupsio plasenta dan emboli air ketuban. Gangguan vascular seperti giant
hemangioma, aneurisma aorta juga berhubungan dengan DIC (Ibnu Umar,
2020).

1. Patofosiologi DIC
Berbagai macam mekanisme yang berkontribusi terhadap perubahan
koagulasi pada pasien DIC telah dijelaskan. Inisiasi dan propagasi
koagulasi dengan gangguan jalur fisiologis antikoagulan dan defisit
fibrinolisis endogen menyebabkan aktifasi infalamasi sistemik dan
mengakibatkan aktivasi platelet dan deposisi fibrin. Mediator penting yang
menyebabkan proses tersebut adalah tumor necrosis factor (TNF)- ɑ,
interleukin (IL)- 1 dan IL- 6 (Ibnu Umar, 2020).
Produksi trombin pada DIC berasal melalui aktifasi jallur tissue
factor/factor VII(a) yang akan menyebabkan pembentukan faktor Xa dan
IXa.1. Tissue factor dapat terekspos oleh sel mononuclear teraktifasi juga
oleh sel endotel atau sel maligna. Pada DIC, jalur antikoagulan natural
mengalami defect fungsional (Ibnu Umar, 2020).

13
2. Terapi Antikoagulan
Berdasarkan patofisiologis daar DIC, terdapat pendapat untuk
menggunakan anikoagulan sistemik heparin. Meskipun literatur masih
meragukan pendekatan ini, beberapa percobaan gagal menunjukkan
keuntungan yang jelas. Penggunaan rutin heparin yang tidak behubungan
dengan kejadian klinis trombosis secara umum tidak dianjurkan karena
terdapat risiko komplikasi pedarahan pada pasien tersebut. Akan tetapi
terdapat konsensus yang menyatakan terapi ini diindiksikan pada pasien
dengan riwayattromboemboli atau deposisi fibrin berlebihan yang
mengakibatkan iskemik akral atau purpur fulminan. Pada kasus
tromboembolik pembuluh darah besar, dosis terapi heparin diindikasikan
sedangkan pada sindrom oklusif mikrovaskular dosis lebih rendah lebih
dipilih. Heparin Low molecular-weight sukses digunakan sebagai
alternatif unfractionated heparin dan telah menjadi agen yang dipilih
sebagian besar guidelines. Dosis tromboprofilaksis baik heparin
unfractionated atau low–molecular-weight heparin direkomendasikan pada
pasien kritis akut untuk mencegah trombosis (Ibnu Umar, 2020).

3. Terapi Antifibrinolitik
Karena fibrinolisis secara umum relatif bersamaan dengan
pembentukan fibrin yang berlebihan pada DIC, penanganan dengan agen
antifibrinolitik (seperti ε-aminocaproic acid atau asam traneksamat) secara
umum dikontraindikasikan. Terdapat pengecualian pada aturan tersebut
seperti pada pasien dengan leukimia akut promielositik yang mengalami
DIC dengan karakteristik perdarahan hiperfibrinolisis. Pada kasus tersebut
antifibrinolitik mungkin efektif. Sama seperti pasien dengan trauma,
pemberianawal asam traneksamat telah menunjukkan penurunan
perdarahan dan angka kematian (Ibnu Umar, 2020).

4. Terapi Transfusi Darah


Rendahnya trombosit dan faktor koagulasi terutama fibrinogen, dapat
meningkatkan risiko perdarahan. Guidelines di atas
merekomendasikanpemberian konsentrat trombosit dan fresh frozen
plasma pada pasien DIC dengan perdarahan aktif atau mereka yang

14
memiliki risiko tinggi perdarahan yang membutuhkan prosedur invasive.
Nilai ambang untuk transfusi trombosit bergantung kondisi klinis pasien
DIC. Secara umum, konsentrat trombosit diberikan pada pasien dengan
perdarahan aktif dan hitung trombosit <50.000/mL. Nilai ambang yang
lebih rendah 10.000-20.000/ml digunakan pada pasien yang tidak terjadi
perdarahan yang mengalami DIC setelah melakukan kemoterapi. Transfusi
konsentrat trombosit atau FFP biasanya diberikan pada pasien dengan
perdarahan. Transfusi konsenrat trombosit atau FFP biasanya dilakukan
pada pasien dengan DIC tipe perdarahan atau perdarahan masif.
Digunakan volume besar unuk memperbaiki efek koagulasi yang
berhubungan dengan pemanjangan nilai APTT dan PT (lebih besar dari 1,5
kali nilai normal) atau penurunan fibrinogen (kurang dari 1.5 g/dL).
Dosisinisial 15 ml/kg FFP direkomenasikan dan biasa diberikan.19 Respon
terhadap pemberian komponen darah harus dimonitor baik secara klinis
dan dengan penilaian berulag hitung trombosit dan parameter koagulasi.
Efikasi dan keamanan recombinant factor (Ibnu Umar, 2020).

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Darah merupakan jaringan tubuh yang terdiri dari dua komponen yaitu
plasma darah dan butir butir darah. Plasma darah terdiri dari air, elektrolit dan
protein darah. Darah memliki fungsi sebagai transportasi untuk mengankut
oksigen ke seluruh tubuh. Darah dapat mengalami pembekuan atau disebut
koagulasi yang dalam prosesnya memerlukan 13 faktor faktor pembekuan
darah. Hemostasis merupakan mekanisme tubuh yang bekerja untuk
melindungi tubuh dari perdarahan dan kehilangan darah. Sistem ini
melibatkan faktor plasma, trombosit dan dinding pembuluh darah.
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan penyakit serius
dimana terjadi aktivasi koagulasi yang meningkat, persisten, generalisata
serta biasanya menyebabkan pembentukan mikrotrombus pada
mikrovaskular. Pada saat yang sama, konsumsi trombosit dan protein
koagulasi dapat menginduksi perdarahan masif. DIC selalu memiliki penyakit
yang mendasarinya seperti infeksi berat, keganasan hematologi, trauma atau
gangguan obstetrik. Gejala umum DIC adalah gejala perdarahan dan gejala
organ. DIC dikarenakan aktivasi koagulasi berlebihan sehingga terjadi
gangguan pada sistem koagulasi. Pemeriksaan laboratorium yang biasa
dilakukan untuk mengevaluasi DIC adalah PT, aPTT, hitung trombosit,
fibrinogen dan D dimer.

16
DAFTAR PUSTAKA

Andi Annisa Amaliah Darman, R. B. (2023). Hemofilia : Suatu Kelainan Pada


Faktor Pembekuan Darah. Jurnal Medika Hutama, Vol 04 No 2, 3300.
Anonim. (2012). Laboratorium Medik Persyaratan Mutu Dan Kompetensi
Medical Laboratorie. Indonesia SN.

Habibina, E. S. (2021). Bagian-Bagian Darah mengangkut oksigen,


karbondioksida, nutrisi dan hasil metabolisme. Jurnal Biologi dan
Pembelajaran Biologi, DOI: 10.32528/bioma.v6i2.3997.

Ibnu Umar, R. W. (2020). Hemostatis dan Disseminated Intravscular Coagulation


(DIC). Jurnal of Anasthesia and Pain, vol.1 No.2, 19-32.
R, G. (1968). Atlas Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.

Ramadhani, N. (2019). Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Menggunakan


Serum Dan Plasma EDTA. Jurnal Kesehatan Poltekes, Vol.14, No.2, 80-4.
Rizkyani, D. (2016). Faktor Faktor Pembekuan Darah. Batam: Akademi Analis
Kesehatan Putra Jaya .
Y, S. (2017). Perbedaan Glukosa Darah Sewaktu Segera dan Ditunda Antara
Serum dan Plasma EDTA. Semarang: Universitas Muhammadiyah
Semarang.

17

Anda mungkin juga menyukai