Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI

OLEH

KELAS :II/D

KELOMPOK 2

1. DWI SULASTRI RADJA 8. MARTAFINA SALKERY


2. KRISANTA C. RUNESI 9. SANIA BETE DHOO
3. MARIANI DES NANI 10.JORHANS A. BOIMAU
4. KORNALIA TAOPAN 11.FRANS LODO
5. YAYU TANAEM 12.MARIO F.M PUTRA
6. VISENTA DA SILVA 13.RUBEN BUNI HAU
7. MARLINCE NG. GULING

PRODI: S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2022

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas pertolongan-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. makalah ini membahas tentang
“GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI”

 Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan tantangan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak makaah ini dapat kami selesaikan dengan cukup baik.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masi jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penuysunan maupun materinya, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak bila terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini penulis mohon maaf .

Kupang, Mei 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..3
BAB 1……………………………………………………………………………………………..5
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………..5

1.1 Latar
Belakang………………………………………………………………………........5
1.2 Rumusan
Masalah………………………………………………………………………..5
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………
…….5
1.4 Manfaat……………………………………………………………………………
……...6

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………..7


2,1. ANATOMI SISTEM HEMATOLOGI………………………………………………….....7
2.1.1. Komposisi
Darah……………………………………………………………………...7
2.1.2. Plasma Darah( Bagian Cair Darah)
……………………………………………………7
2.1.3. Korpuskuler (Bagian Padat Darah)
……………………………………………………7
2.2. FISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI………………………………………………….11
2.3. PATOFISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI……………………………….………….12
BAB III PENUTUP ……………….…………………………………………………………...16
3.1
Kesimpulan……………………………………………………………………………..16
3.2
Saran………………………………………………………………………………….....16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang
membentuk darah. Darah merupak bagian penting dari system transport. Darah merupakan
jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian besar yaitu plasma darah dan
bagian korpuskuli.

Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan kolid cair yang
mengandung elektrolit dan merupakan suatu medium pertukaran antar sel yang terfikasi
dalam tubuh dan lingkaran luar (Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson: 2005). Spesimen
darah sering digunakan untuk pemeriksaan hematologi rutin. Hematologi rutin adalah
pemeriksaan rutin dan lengkap yang mencakup sel-sel darah dan bagian-bagian lain dari
darah, yang meliputi pemeriksaan haemoglobin,jumlah eritrosit, hematokrit, MCV, MCH,
MCHC, RDW, leukosit, hitung jenis dan trombosit (Niki Diagnostic Center, 2011). Pada
pemeriksaan hematologi rutin (darah lengkap) selalu menggunakan sampel darah segar.

Darah segar ( fresh whole blood ) merupakan kontrol yang ideal untuk pemeriksaan
darah lengkap karena secara fisik dan biologi identik dengan material yang akan diperiksa
(Van Dun, 2007). Darah sebagai sistem transportasi tidak hanya mendistribusikan zat-zat
nutrisi ke jaringan tubuh, lebih dari itu darah berfungsi mendistribusikan O2 dari paru-paru
ke seluruh tubuh dan sebaliknya membawa CO2 dari seluruh tubuh ke paru-paru, serta
membawa sisa-sisa metabolisme ke organ ekskresi. Fungsi ini dijalankan oleh elemen sel
darah yang disebut eritrosit. Elemen berikutnya, trombosit, berfungsi dalam sistem
hemostasis, yakni sistem pembekuan yang berfungsi mempertahankan tubuh dari resiko
kehilangan cairan akibat perdarahan. Elemen lainnya yakni lekosit berfungsi sebagai salah
satu sistem imun yang mempertahankan tubuh dari serangan patogen dan lingkungan luar
yang bersifat mengganggu.

Kelainan pada setiap elemen darah dapat menimbulkan gangguan pada fungsi-fungsi
terkait di atas. Pada blok sistem hematologi ini mahasiswa akan mempelajari lebih jauh
tentang komposisi, pembentukan dan fungsi dari setiap elemen darah, termasuk berbagai
gangguan/penyakit yang disebabkan oleh defisiensi atau malformasi elemen-elemen
tersebut.

4
1.2  RUMUSAN MASALAH

1.Bagaimana anatomi pada sistem hematologi ?

2.Bagaimana fisiologi pada sistem hematologi ?

3.Bagaimana Patofisiologi pada sistem hematologi ?

1.3 TUJUAN

1.Memahami anatomi pada sistem hematologi.

2.Memahami fisiologi pada sistem hematologi.

3.Memahami Patofisiologi pada sistem hematologi.

1.4. MANFAAT

Makalah ini dibuat untuk menjadi bahan belajar bagi rekan-rekan serta teman
sejawat serta untuk meminimalisir kesalahan tindakan praktik keperawatan yang disebabkan
oleh ketidakpahaman dalam anatomi fisiologi serta patofisiologi dalam sistem hematologi
sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. KOMPOSISI DARAH

Darah terdiri dari 55% Plasma Darah (bagian cair darah) dan 45% Korpuskuler
(bagian padat darah).

2.1.1.  Plasma Darah (Bagian Cair Darah)

Plasma darah adalah salah satu penyusun darah yang berwujud cair serta
mempengaruhi sekitar 5% dari berat badan manusia. Plasma darah memiliki warana
kekuning-kuningan yang didalamnya terdiri dari 90% air, 8% protein, dan 0,9%
mineral, oksigen, enzim, dan antigen. Sisanya berisi bahan organik, seperti lemak,
kolestrol, urea, asam amino, dan glukosa.

Plasma darah merupakan cairan darah yang berfungsi untuk mengangkut dan
mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh bagian tubuh manusia, dan mengangkut
zat sisa metabolisme dari sel-sel tubuh atau dari seluruh jaringan tubuh ke organ
pengeluaran.

Di dalam plasma darah terdapat beberapa protein terlarut yaitu:

1.Albumin berfungsi untuk memelihara tekanan osmotik

2.Globulin berfungsi untuk membentuk zat antibody

6
mekanisme pembekuan darah, disebutkan bahwa plasma darah terdiri atas
serum dan fibrinogen. Seperti yang telah dijelaskan diatas, fibrinogen adalah sumber
fibrin yang berfungsi dalam proses pembekuan darah, sedangkan serum adalah suatu
cairan berwarna kuning. Serum berfungsi sebagai penghasil zat antibodi yang dapat
membunuh bakteri atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh kita.

2.1.2. Korpuskuler (Bagian Padat Darah)

Korpuskuler terdiri dari tiga bagian:

1.Sel Darah Merah (Eritrosit)

Sel darah merah atau yang juga disebut eritrosit berasal dari bahasa
Yunani yaitu, erythos yang berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel.
Eritrosit merupakan bagian sel darah yang mengandung hemoglobin (Hb).
Hemoglobin adalah biomolekul yang mengikat oksigen. Sedangkan darah yang
berwarna merah cerah dipengaruhi oleh oksigen yang diserap dari paru-paru. Pada
saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan
mengikat karbondioksida. Jumlah hemoglobin pada orang dewasa kira-kira 11,5-
15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg
%. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam
amino dan memerlukan pula zat besi, sehinnga diperlukan diet seimbang zat besi.

7
Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga
banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila kedua-duanya berkurang
maka keadaan ini disebut animea, yang biasanya disebabkan oleh pendarahan
hebat, penyakit yang melisis eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit terganggu.

Bentuk sel darah merah pada manusia adalah bikonkaf atau berbentuk


piringan pipih seperti donat. Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar
6-8 µm dan tebalnya sekitar 2 µm, eritrosit termasuk sel paling kecil daripada sel-
sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. Jumlah sel darah merah adalah
jumlah yang paling banyak dibandingkan jumlah sel darah lainnya. Secara
normal, di dalam darah seorang laki-laki dewasa terdapat 25 trilliun sel darah
merah atau setiap satu milimeter kubik (1 mm3) darah trdapat 5 juta sel darah
merah. Pada perempuan dewasa, jumlah sel darah merah per milimeter kubiknya
sebanyak 4,5 juta.

Sel darah merah hanya mampu bertahan selama 120 hari. Proses dimana
eritrosit diproduksi dimaksud eritropoiesies. Sel darah merah yang rusak akhirnya
akan pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian
besar sel yang rusak dihancurkan oleh limpa dan yang lolos akan dihancurkan
oleh hati. Hati menyimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian
diangkut oleh darah ke sumsum merah tulang untuk membentuk sel darah merah
yang baru. Sumsum merah tulang memproduksi eritrosit, dengan laju produksi
sekitar 2 juta eritrosit per detik. Produksi dapat distimulasi oleh hormon
eritoprotein (EPO) yang disintesa ginjal. Hormon ini sering digunakan para atlet
dalam suatu pertandingan sebagai doping. Saat sebelum dan sesudah
meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang berkembang ini dinamakan
retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari semua darah yang beredar.

Fungsi dari sel darah merah :

a. Mengantarkan Oksigen ke Seluruh Tubuh : setelah dibentuk oleh tumbuh


sumsum merah tulang, sel darah merah akan menyebar ke seluruh jaringan-
jaringan tubuh dengan membawa oksigen dari paru-paru lalu mengedarkannya
dan membawanya kembali ke paru-paru untuk dikeluarkan.
b. Penentuan Golongan Darah : Penentuan golongan darah ini dapat terjadi
karena ditentukan oleh ada tidaknya antigen aglutinogen dalam sel darah
merah. Golongan sel darah adalah A, B, AB, dan O
c. Menjaga Sistem Kekebalan Tubuh (Antibodi) : Menjaga sistem kekebalan
tubuh ini dapat terjadi karna adanya peran serta hemoglobin yang menangkal
patogen atau bakteri melalui proses lisis dengan mengeluarkan radikal bebas
yang dapat menghancurkan dinding dan membran sel patogen dan membunuh
bakteri

8
d. Pelebaran Pembuluh Darah : Pelebaran pembuluh darah dapat terjadi karena
eritrosit melepaskan senyawa dinamakan S-Nithrosothiol yang dilepaskan saat
hemoglobain mengalami terdeogsigenerasi sehingga akan melebarkan
pembuluh darah dan melancarkan darah menuju ke seluruh tubuh khususnya
pada daerah yang kekurangan darah.

Gambar Sel darah merah (eritrosit)

2.Sel Darah Putih (Leukosit)

Sel darah putih (leukosit) jauh lebih besar daripada sel darah merah.
Namun jumlah sel darah putih jauh lebih sedikit daripada sel darah merah. Pada
orang dewasa setiap 1 mm3 darah terdapat 6.0009.000 sel darah putih. Tidak
seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki inti (nukleus). Sebagian besar
sel darah putih bisa bergerak seperti Amoeba dan dapat menembus dinding
kapiler. Sel darah putih dibuat di dalam sumsum merah, kelenjar limfa, dan
limpa (kura).

Sel darah putih memiliki ciri-ciri, antara lain tidak berwarna (bening),
bentuk tidak tetap (ameboid), berinti, dan ukurannya lebih besar daripada sel
darah merah.

Berdasarkan ada tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi:

a.Leukosit Bergranula (Granulosit)

1) Neutrofil adalah sel darah putih yang paling banyak yaitu sekitar 60%.
Plasmanya bersifat netral, inti selnya banyak dengan bentuk yang
bermacam-macam dan berwarna merah kebiruan. Neutrofil bertugas untuk

9
memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh. Mula mula
bakteri dikepung, lalu butir-butir di dalam sel segera melepaskan zat kimia
untuk mencegah bakteri berkembang biak serta menghancurkannya

2)  Eosinofil adalah leukosit bergranula dan bersifat fagosit. Jumlahnya sekitar
5%. Eosinofil akan bertambah jumlahnya apabila terjadi infeksi yang
disebabkan oleh cacing. Plasmanya bersifat asam. Itulah sebabnya
eosinofil akan menjadi merah tua apabila ditetesi dengan eosin. Eosinofil
memiliki granula kemerahan. Fungsi dari eosinofil adalah untuk
memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia, dan membuang sisasisa
sel yang rusak.

3)  Basofil adalah leukosit bergranula yang berwarna kebiruan. Jumlahnya


hanya sekitar 1%. Plasmanya bersikap basa, itulah sebabnya apabila
basofil ditetesi dengan larutan basa, maka akan berwarna biru. Sel darah
putih ini juga bersifat fagositosis. Selain itu, basofil mengandung zat kimia
anti penggumpalan yang disebut heparin.

b.Leukosit Tidak Bergranula (Agranulosit)

1) Limfosit adalah leukosit yang tidak memiliki bergranula. Intiselnya


hampir bundar dan terdapat dua macam limfosit kecil dan limfosit besar.
20% sampai 30% penyusun sel darah putih adalah limfosit. Limfosit tidak
dapat bergerak dan berinti satu. Berfungsi sebagai pembentuk antibodi.

2). Monosit adalah leukosit tidak bergranula. Inti selnya besar dan berbentuk
bulat atau bulat panjang. Diproduksi oleh jaringan limfa dan bersifat fagosit.

Antigen adalah apabila ada benda asing ataupun mikroba masuk ke dalam
tubuh, maka tubuh akan menganggap benda yang masuk tersebut adalah
benda asing. Akibatnya tubuh memproduksi zat antibodi melalu sel darah
putih untuk menghancurkan antigen. Glikoprotein yang terdapat pada hati
kita, dapat menjadi antigen bagi orang lain apabila glikoprotein tersebut
disuntikkan kepada orang lain. Hal ini membuktikan bahwa suatu bahan
dapat dianggap sebagai antigen untuk orang lain tetapi belum tentu sebagai
antigen untuk diri kita sendiri. Hal tersebut juga berlaku sebaliknya.

Leukosit yang berperan penting terhadap kekebalan tubuh ada dua macam:

1) Sel Fagosit akan menghancurkan benda asing dengan cara menelan


(fagositosis). Fagosit terdiri dari dua macam:

10
a) Neutrofil, terdapat dalam darah.

b) Makrofag, dapat meninggalkan peredaran darah untuk masuk kedalam


jaringan atau rongga tubuh.

2)  Sel Limfosit

Limfosit terdiri dari:

a) T Limfosit (T sel), yang bergerak ke kelenjar timus (kelenjar limfa di


dasar leher)

b)  B Limfosit (B Sel) Keduanya dihasilkan oleh sumsum tulang dan


diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah, menghasilkan
antibodi yang disesuaikan dengan antigen yang masuk ke dalam tubuh.
Seringkali virus memasuki tubuh tidak melalui pembuluh darah tetapi
melalui kulit dan selaput lendir agar terhindar dari lukosit. Namun
selsel tubuh tersebut tidak berdiam diri. Sel-sel tersebut akan
menghasilkan interferon suatu protein yang dapat memproduksi zat
penghalang terbentuknya virus baru (replikasi). Adanya kemampuan
ini dapat mencengah terjadinya serangan virus.

Fungsi dari sel darah putih :

1. Berfungsi menjaga kekebalan tubuh sehingga tak mudah terserang


penyakit
2. Melindungi badan dari serangan mikroorganisme pada jenis sel
darah putih granulosit dan monosit
3. Mengepung darah yang sedang terkena cidera atau infeksi
4. Menangkap dan menghancurkan organisme hidup
5. Menghilangkan atau menyingkirkan benda-benda lain atau bahan
lain seperti kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya.
6. Mempunyai enzim yang dapat memecah protein yang merugikan
tubuh dengan menghancurkan dan membuangnya
7. Menyediakan pertahanan yang cepat dan juga kuat terhadap
penyakit yang menyerang.
8. Sebagai pengangkut zat lemak yang berasal dari dinding usus
melalui limpa lalu menuju ke pembuluh darah
9. Pembentukan Antibodi di dalam tubuh.

Gambar 1.3 Sel darah putih (leukosit)

11
3. Keping Darah (Trombosit)

Dibandingkan dengan sel darah lainnya, keping darah memiliki ukuran yang
paling kecil, bentuknya tidak teratur, dan tidak memiliki inti sel. Keping darah
dibuat di dalam sumsum merah yang terdapat pada tulang pipih dan tulang
pendek. Setiap 1 mm3 darah terdapat 200.000 – 300.000 butir keping darah.
Trombosit yang lebih dari 300.000 disebut trombositosis, sedangkan apabila
kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Trombosit hanya mampu bertahan
8 hari. Meskipun demikian trombosit mempunyai peranan yang sangat penting
dalam proses pembekuan darah.

Pada saat kita mengalami luka, permukaan luka tersebut akan menjadi kasar.
Jika trombosit menyentuh permukaan luka yang kasar, maka trombosit akan
pecah. Pecahnya trombosit akan menyebabkan keluarnya enzim trombokinase
yang terkandung di dalamnya. Enzim trombokinase dengan bantuan mineral
kalsium (Ca) dan vitamin K yang terdapat di dalam tubuh dapat mengubah
protombin menjadi trombin. Selanjutnya, trombin merangsang fibrinogen untuk
membuat fibrin atau benang-benag. Benang-benang fibrin segera membentuk
anyaman untuk menutup luka sehingga darah tidak keluar lagi. Fungsi trombosit
adalah berperan dalam proses pembekuan darah. Bila terdapat luka, trombosit
akan berkumpul ke tempat luka kemudian memicu pembuluh darah untuk
mengkerut (supaya tidak banyak darah yang keluar) dan memicu pembentukan
benang-benang pembekuan darah yang disebut dengan benag-benang fibrin.
Benang-benang fibrin tersebut akan membentuk formasi seperti jaring-jaring
yang akan menutupi daerah luka sehingga menghentikan perdarah aktif yang
terjadi pada luka. Selain itu, ternyata trombosit juga mempunyai peran dalam
melawan infeksi virus dan bakteri dengan memakan virus dan bakteri yang
masuk dalam tubuh kemudian dengan bantuan sel-sel kekebalan tubuh lainnya
menghancurkan virus dan bakteri di dalam trombosit tersebut.

2.2. FISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI

Darah memiliki bagian yang cair (plasma darah) dan bagian yang padat (sel darah).
Bagian – bagian tersebut memiliki fungsi tertentu dalam tubuh. Secara garis besar, fungsi
utama darah adalah sebagai berikut:

1.  Alat pengangkut zat-zat dalam tubuh, seperti sari-sari makanan, oksigen, zat-zat sisa
metabolisme, hormon, dan air.

12
2.  Menjaga suhu tubuh dengan cara memindahkan panas dari organ tubuh yang aktif ke
organ tubuh yang kurang aktif sehingga suhu tubuh tetap stabil, yaitu berkisar
antara 36 – 37oC.

3.  Membunuh bibit penyakit atau zat asing yang terdapat dalam tubuh oleh sel darah putih.

4.  Pembekuan darah yang dilakukan oleh keping darah (trombosit).

2.3. PATOFISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI

Banyak penyakit serta kelainan yang disebabkan oleh sistem peredaran darah
manusia. Di bawah ini adalah beberapa penyakit ataupun kelainan yang disebabkan oleh sel
– sel darah :

1.    Anemia

Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin
yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh (Handayani dan Haribowo, 2008).

Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau jumlah


eritrosit per milimeter kubik lebih rendah dari normal (Dallman dan Mentzer,2006).

Macam-macam anemia antara lain :

a) Anemia hemoragis

Anemia akibat kehilangan darah secara berlebihan. Secara normal cairan


plasma yang hilang akan diganti dalam waktu 1-3 hari namun dengan konsentrasi
sel darah merah yang tetap rendah. Sel darah merah akan kembali normal dalam
waktu 3-6 minggu.

b) Anemia aplastik

Sumsum tukang yang tidak berfungsi sehingga produksi sel darah merah
terhambat. Dapat dikarenakan oleh radiasi sinar gamma (bom atom), sinar X yang
berlebihan. Bahan-bahan kimia tertentu, obat-obatan pada orang dengan
keganasan.

c) Anemia megaboblastik

13
Vitamin B12, asam folat dan factor instrinsik (terdapat pada mukosa
lambung) merupakan factor yang berpengaruh terhadap pembentukan sel darah
merah. Bila salah satu factor diatas tidak ada maka produksi eritroblas dalam
sumsum tulang akan bermasalah. Akibatnya sel darah tumbuh terlampau besar
dengan bentuk yang aneh, memiliki membrane yang rapuh dan mudah pecah.

d) Anemia hemolitik

Sel darah merah yang abnormal ditandai dengan rapuhnya sel dan masa
hidup yang pendek (biasanya ada factor keturunan)

Contoh :

1) Sterositosis, sel darah merah kecil, bentuk sferis, tidak mempunyai


struktur bikonkaf yang elastic (mudah sobek)

2) Anemia sel sabit, 0,3-10% orang hitam di afrika barat dan amerika sel-
selnya mengandung tipe Hb yang abnormal (HbS), bila terpapar dengan
O2 kadar rendah Hb akan mengendap menjadi Kristal panjang didalam sel
darah merah, sehingga sel darah merah menjadi lebih panjang dan
berbentuk mirip seperti bulan sabit. Endapan Hb merusak membrane sel.
Tekanan O2 jaringan yang rendah menghasilkan bentuk sabit dan mudah
sobek. Penurunan tekanan O2 lebih lanjut membentuk sel darah semakin
sabit dan penghancuran sel darah merah meningkat hebat.

3) Eritroblastosis Fetalis,ibu dengan Rh(-) yang memiliki janin Rh(+) pada


saat kehamilan pertama, setalah ibu terpapar darah janin maka ibu secara
otomatis akan membentuk antibody terhadap Rh(+), sehingga pada
kehamilan yang kedua anti Rh ibu akan menghancurkan darah bayi dan
bayi akan mengalami anemia yang hebat hingga meninggal.

4) Hemolisis karena malaria atau reaksi dengan obat-obatan.

e) Nutrional anemia

1. Anemia defisiensi besi (Fe)

2. Anemia defisiensi asam folat (akibat kekurangan asupan atau gangguan


absorbsi GI track)

f) Anemia pernisiosa

Vitamin B12 penting untuk sintesa DNA yang berperan dalam


penggandaan dan pematangan sel. Faktor instrinsik berikatan dengan B12
sebagai transport khusus absorbs B12 dari usus. Anemia pernisiosa bukan

14
karena kekurangan intake B12 melainkan karena defisiensi factor instrinsik
yang mengakibatkan absorbsi B12 terganggu.

g) Renal anemia

Terjadi karena sekresi eritropoitein dari ginjal berkurang akibat penyakit ginjal

2. Leukemia

Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :

a)    Genetik

Adanya Penyimpangan Kromosom Insidensi leukemia meningkat pada


penderita kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma
Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van
Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von
Reckinghausen, dan neurofibromatosis ( Wiernik, 1985; Wilson, 1991 ) .
Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan
informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola
kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.

b)   Saudara kandung

Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar


identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama
kelahiran . Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan insidensi leukemia
yang sangat tinggi ( Wiernik,1985 ) .

c)    Faktor Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan


kromosom dapatan, misal : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang
dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia akut, khususnya
ANLL ( Wiernik,1985; Wilson, 1991 ).

d)   Virus

Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus


menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata . Penelitian pada
manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel

15
leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari
virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada
hewan. ( Wiernik, 1985 ) . Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan
leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia
yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia . Virus ini ditemukan oleh
Takatsuki dkk ( Kumala, 19990).

e)    Bahan Kimia

Paparan kromis dari bahan kimia ( misal : benzen ) dihubungkan


dengan peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang
sering terpapar benzen. ( Wiernik,1985; Wilson, 1991 ) Selain benzen
beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara
lain : produk – produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan
ladang elektromagnetik ( Fauci, et. al, 1998 ) .

f)    Obat-obatan

Obat-obatan anti neoplastik ( misal : alkilator dan inhibitor


topoisomere II ) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang
menyebabkan AML . Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen
dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun
menjadi AML ( Fauci, et. al, 1998 ).

3.Hemofilia

Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat yang paling


sering dijumpai, bermanifestasi sebagai episode perdarahan intermiten. Hemofilia
disebabkan oleh mutasi gen faktor VIII (FVIII) atau faktor IX (FIX), dikelompokkan 
sebagai hemofolia A dan hemofiliaB. Kedua gen tersebut terletak pada kromosom X,
sehingga termasuk penyakit resesif terkait-X (Ginsberg,2008).  Oleh karena itu, semua
anak perempuan dari laki-laki yang menderita hemofilia adalah karier penyakit, dan
anak laki-laki tidak terkena.Anak laki-laki dari perempuan yang karier memiliki
kemungkinan 50% untuk menderita penyakit hemofilia.Dapat terjadi wanita
homozigot dengan hemofilia (ayah hemofilia, ibu karier), tetapi keadaan ini sangat
jarang terjadi.Kira-kira 33% pasien tidak memiliki riwayat keluarga dan mungkin
akibat mutasi spontan (Hoffbrand, Pettit, 1993).

4.Thalasemia

Thalassemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut. Yang


dimaksud dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh karena penyakit ini pertama
kali dikenal di daerah sekitar Laut Tengah. Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh

16
seorang dokter di Detroit USA yang bernama Thomas B. Cooley pada tahun 1925.
Beliau menjumpai anak-anak yang menderita anemia dengan pembesaran limpa
setelah berusia satu tahun. Selanjutnya, anemia ini dinamakan
anemia splenic atau eritroblastosis atau anemia mediteranean atau anemia Cooley
sesuai dengan nama penemunya.

Thalasemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat


dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang
membentuk hemoglobin (komponen darah).

Hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah, mengandung zat besi (Fe).
Kerusakan sel darah merah pada penderita thalasemia mengakibatkan zat besi akan
tertinggal di dalam tubuh. Pada manusia normal, zat besi yang tertinggal dalam tubuh
digunakan untuk membentuk sel darah merah baru.

Pada penderita thalasemia, zat besi yang ditinggalkan sel darah merah yang
rusak itu menumpuk dalam organ tubuh seperti jantung dan hati (lever). Jumlah zat
besi yang menumpuk dalam tubuh atau iron overload ini akan mengganggu fungsi
organ tubuh.Penumpukan zat besi terjadi karena penderita thalasemia memperoleh
suplai darah merah dari transfusi darah. Penumpukan zat besi ini, bila tidak
dikeluarkan, akan sangat membahayakan karena dapat merusak jantung, hati, dan
organ tubuh lainnya, yang pada akhirnya bisa berujung pada kematian.

5.Trombositopenia

Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan dari


pembekuan darah pada orang normal jumlah trombosit didalam sirkulasi berkisar
antara 150.00-450.00/ul, rata – rata berumur 7-10 hari kira – kira 1/3 dari jumlah
trombosit didalam sirkulasi darah mengalami penghancuran didalam limpa oleh karena
itu untuk mempertahankan jumlah  trombosit  supaya  tetap  normal  di  produksi
150.000- 450000 sel trombosit perhari. Jika jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL,
bisa  terjadi perdarahan  abnormal  meskipun  biasanya gangguan baru  timbul  jika
jumlah trombosit  mencapai  kurang  dari 10.000/mL (Sudoyo, dkk ,2006).
Trombositopenia dapat bersifat kongenital atau di dapat, dan terjadi  akibat  penurunan
reproduksi trombosit,  seperti  pada  anemiaaplastik,  mielofibrosis,  terapi  radiasi
atau  leukimia, peningkatan penghancuran trombosit, seperti pada infeksi tertentu ;
toksisitas obat, atau koagulasi  intravaskuler,  diseminasi  (DIC);  distribusi  abnormal
atausekuestrasi pada limpa  atau trombositopenia dilusional setelah hemoragiatau
tranfusi sel darah merah  (Sandara, 2003).

17
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Darah adalah cairan yang ada pada manusia sebagai alat transportasi berfungsi untuk
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-
bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau
bakteri.

Darah terdiri dari 55% Plasma Darah (bagian cair darah) dan 45% Korpuskuler
(bagian padat darah), Plasma Darah (bagian cair darah) terdiri dari plasma. Korpuskuler
(bagian padat darah) terdiri dari :

Sel Darah Merah (Eritrosit) , Sel Darah Putih (Leukosit) ,Keping Darah (Trombosit)

Darah didalam tubuh kita mempunyai fungsi sebagai berikut :

 Alat pengangkut zat-zat dalam tubuh, seperti sari-sari makanan, oksigen, zat-zat sisa
metabolisme, hormon, dan air.

Menjaga suhu tubuh dengan cara memindahkan panas dari organ tubuh yang aktif ke
organ tubuh yang kurang aktif sehingga suhu tubuh tetap stabil, yaitu berkisar antara 36 –
37oC.

Membunuh bibit penyakit atau zat asing yang terdapat dalam tubuh oleh sel darah
putih.

Pembekuan darah yang dilakukan oleh keping darah (trombosit)

3.2. SARAN

Dari pemaparan diatas, diharapkan agar dalam ilmu kesehatan mapupun ilmu
keperawatan penting sekali memahami anatomi system hematologic secara tepat agar
terhindar dari kesalahan dalam tindakan baik dirumahsakit maupun di alam yang berkaitan

18
dengan perubahan fungsi tubuh akibat kurangnya aktifitas positif untuk memberikan
kesehatan terhadap jantung sebagai pusat kehidupan dan berhubungan pula dengan darah.

DAFTAR PUSTAKA

Arvin, Kliegman Behrman.2012. Nelson Ilmu Keperawatan Anaked. 15, alih bahasa Indonesia,
A.Samik Wahab.Jakarta: EGC.

Carpenito-Moyet, Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.ed.10, alih


bahasa,Yasmin Asih.Jakarta: EGC.

Doenges,M.E.2007.Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien.ed. 4.Jakarta:EGC

Handayani, Wiwik & Sulistyo Andi. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.Hofbrand,A.V,Pettit, J.E & Moss,
P.A.H. 2005. Kapita Selekta

Hematologi. Jakarta: EGCKimberly, A. J. 2011. Kapita selekta Penyakit. Alih bahasa, Dwi
Widiarti. Jakarta : EGC.Kiswari, Rukman. 2014.

Hematologi dan Tranfusi.Jakarta: Erlangga.Kozier, B., Berman, A. And Shirlee, alih bahasa
Pamilih Eko Karyuni, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan
Praktik edisi VII Volume 1. Jakarta : EGC

Kumar. 2013. Dasar-Dasar Patofisiologi Penyakit. Jakarta: EGC

19

Anda mungkin juga menyukai