Anda di halaman 1dari 20

TUGAS INDIVIDU

KIMIA KLINIK DAN DIAGNOSTIK


“PEMERIKSAAN HEMATOLOGI”

OLEH

NAMA : WA ODE LIZA ELFARINI RERE


NIM : O1A118144
KELAS :C
DOSEN : Apt. Dr.rer.nat. Adryan Fristiohady
Lubis, S.Farm., M.Sc.

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-ya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah Kimia Klinik Dan Diagnostik “Pemeriksaan
Hematologi”. Makalah ini bukan hanya sebatas pengetahuan saja akan tetapi
dengan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami  berterima semua pihak
yang telah memberikan dorongan dan motivasi sehingga Makalah ini dapat
terselesaikan dalam waktu yang ditentukan . Kami sangat berharap Makalah
Kimia Klinik Dan Diagnostik “Pemeriksaan Hematologi” ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan.

Saya harap dalam Makalah Kimia Klinik Dan Diagnostik “Pemeriksaan


Hematologi”, dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Kiranya
makalah ini yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri
maupun orang lain Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Wassalamualaikum wr.wb.
Kendari,13 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang...................................................................................................4

1.2.Rumusan Masalah..............................................................................................6

1.3.Tujuan................................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Darah...............................................................................................7

2.2. Komposisi Darah...............................................................................................7

2.3. Cara Pengambilan Darah Untuk Sampel...........................................................9

2.4. Anti koagulan yang digunakan sebagai sampel Darah...................................11

2.5. Pemeriksaan Darah..........................................................................................12

2.5.1. Pemeriksaan Malaria.............................................................................13

2.5.2. Pemeriksaan DBD.................................................................................14

2.5.3. Pemeriksaan rapid test Corona..............................................................15

BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan......................................................................................................17

3.2 Saran.................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang
Sampel (analit) merupakan bahan yang dikumpulkan dari pasien yang
digunakan untuk investigasi terhadap penyakitnya. Analit yang diperiksa
menggunakan metode analisis atau uji kimia yang tepat. Dalam melakukan
pengujian, sampel biologis yang dapat digunakan adalah darah (whole blood,
serum dan plasma), urin, cairan serebrospinal (CSF), cairan amniotic (ketuban),
air liur, cairan synovial, cairan pleural, cairan pericardial dan cairan peritoneal.
Darah merupakan sampel yang paling sering digunakan untuk pengujian klinis.
Darah terdiri atas dua bagian yaitu bagian cairan ( disebut plasma, mengandung
ion dan molekul terlarut) dan bagian seluler (sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit). Analit umumnya ditemukan di plasma. Cara mendapatkan plasma
adalah dengan memisahkan plasma dan sel sel dengan cara sentrifugasi
(Fristiohady dan Ruslin, 2020).
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler
adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat,
yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua
belas berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan,
sedangkan 45 persen sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam
nilai hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar antara 40
sampai 47. Di waktu sehat volume darah adalah konstan dan sampai batas tertentu
diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan (Pearce,
2008).
Hematologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang darah dan bagian
penyusun darah.Pemeriksaan hematologi merupakan salah satu pemeriksaan yang
sering dilakukan di laboratorium-laboratorium. Pemeriksaan ini meliputi
pemeriksaan eritrosit(sel darah merah), trombosit (platelet/keping darah), leukosit
(sel darah putih), LED (laju endap darah), Hb (hemoglobin), hematokrit dan
masih banyak lagi. Pemeriksaan hitung sel darah merah (eritrosit) merupakan

5
pemeriksaan yang paling sering diminta klinisi. Hal ini dikarenakan peranan sel
darah merah dalam upaya penegakkan diagnosis, memberikan terapi, gambaran
prognosis, dan follow up seorang pasien (Widhann K. 2001).

Antikoagulan adalah senyawa atau bahan yang dapat mencegah


pembekuaan darah. Pemeriksaan LED sering menggunakan antikogulan Natrium
sitrat 3,8 % dengan pengenceran NaCI 0,9 %, Antikoagulan natrium sitrat sering
digunakan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 3,8%. Cara kerjanya sebagai
bahan yang isotonik dengan darah dan mencegah pembekuaan darah. Pada
pemeriksaan LED metode westergreen digunakan perbandingan 1 bagian Natrium
Sitrat 3,8% dan 4 bagian darah. Keuntungan Antikoagulan Natrium sitrat karena
tidak toksis maka sering digunakan dalam unit transfusi darah dalam bentuk ACD
(Acidcitricdextrosa), Kekurangannya ialah pemakaian yang terbatas dalam
pemeriksaan hematologi (Dekayana, 2019).
Obat antikougulan sering digunakan untuk mencegah/mengobati pembekuan
perdarahan yang abnormal, Jenis amikoagulan mana yang diganakanterganhung
dari apakah mekanisme yang men- dasari proses pembekuan adalah trombosit
atau pada protein pembekuan (Davey, 2005).

6
1.2 RumusanMasalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa Pengertian Darah?
2. Apa Saja Komposisi Darah?
3. Bagaimana Cara Pengambilan Darah Untuk Sampel?
4. Apa Antikoagulan yang digunakan sebagai sampel Darah?
5. Apa Pengertian pemeriksaan Darah?
6. Bagaimana Pemeriksaan Malaria?
7. Bagaimana Pemeriksaan DBD?
8. Bagaimana Pemeriksaan rapid test Corona?

1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk Mengetahui Pengertian Darah
2. Untuk Mengetahui Komposisi Darah
3. Untuk Mengetahui Cara Pengambilan Darah Untuk Sampel
4. Untuk Mengetahui Antikoagulan yang digunakan sebagai sampel Darah
5. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Darah
6. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Malaria
7. Untuk Mengetahui Pemeriksaan DBD
8. Untuk Mengetahui Pemeriksaan rapid test Corona

7
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Darah

Darah merupakan sampel yang paling sering digunakan untuk pengujian


klinis. Darah terdiri atas dua bagian utama, yaitu bagian cairan (disebut
plasma,mengandung ion dan molekul terlarut), dan bagian seluler (sel darah
merah, sel darah putih, dan trombosit). Darah sangat penting untuk semua
kehidupan sel. Darah berfungsi untuk mendistribusikan oksigen, nutrisi, elektrolit
hormon, dan enzim keseluruh tubuh(Adryan dan Ruslin,2020).

Darah adalah kendaraan untuk transport masal jarak jauh dalam tubuh
untuk berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal antara sel-sel itu sendiri.
Darah terdiri dari cairan kompleks plasma tempat elemen selular diantaranya
eritrosit, leukosit, dan trombosit. Eritrosit (sel darah merah) pada hakikatnya
adalah kantung hemogoblin terbungkus membran plasma yang mengangkut O2
dalam darah. Leukosit (sel darah putih) satuan pertahanan sistem imun, diangkut
dalam darah tempat cedera atau tempat invasi mikro organisme penyebab
penyakit. Trombosit penting dalam homeostasis, penghentian pendarahan dari
pembuluh yang cedera. Jika darah mengalami gangguan, maka segala proses
metabolisme tubuh akan terganggu pula (Khairil Fitryadi dan Sutikno,2016).

2.2. Komposisi Darah

Darah terdiri dari plasma dan elemen-elemen yang terbentuk. Plasma,


yang membentuk sekitar 55% darah, adalah cairan berwarna bening dimana
elemen seluler dan zat terlarut tersuspensi didalamnya. Serum adalah bagian
cairan dari darah yang tersisa setelah fibrin dan elemen yang terbentuk miliki
telah dihilangkan dengan proses sentrifugasi. Plasma diperkirakan mengandung
sekitar 92% air dan 8% campuran baik organik dan anorganik.

Darah memiliki tiga jenis elemen yang terbentuk yaitu eritrosit (sel darah
merah), leukosit (sel darah putih), dan platelet atau terombosit.

8
1. Eritrosit (sel darah merah)
Sel darah merah atau Red Blood Cell (RBC) adalah sel-sel darah
tubuh yang paling banyak. sel-seldarah tubuh yang paling banyak. Nilai
normal rata-ratamenunjukkan jumlah sel darah merah dalam darah dapat
dicatat 4,60 x 106/ uL (4,60 juta / uL) untuk wanita dan 5,20 x 105/ uL
(5,20 juta/uL) untuk pria. Untuk mengangkut oksigen dankarbon dioksida
melalui sirkulasi, masing-masing sel darahmerah mengandung sekitar 280
juta molekul hemoglobin.Sel darah merah dibentuk terus menerus, tetapi
jumlahnya diatur dengan tepat. Jumlah sel yang terlalu sedikit tidak akan
mengoksidasi jaringan; terlalu banyak sel akanmenghambat aliran darah.
Sel darah merah yang matang tidak dapat mereproduksi diri mereka
sendiri, sehingga beberapa juta sel baru memasuki darah setiap hari dari
pusat pembentuk darah disumsum tulang belakang. Istilah untuk
pembentukan sel darah merah adalah erythropoiesis.
2. leukosit
Granulopoiesis adalah pembentukan granulosit, selberwarna putih
paling banyak. Ketika granulosit matang, inti selmengalami banyak
perubahan; lalu menyusut menyusut,indentasi, mengasumsikan bentuk
band, dan segmen. Butiranyang mengandung enzim dan zat antibakteri
muncul; Myelocytesdibedakan sesuai dengan karakteristik pewarnaan
butiranmereka: neutrofilik, eosinofilik, dan basofilik. Granulosit
dewasaadalah sel polimorfonuklear (PMN) (kadang-kadang disebutpolis).
Biasanya, granulosit diatur pada tingkat yang konstan.Selama infeksi,
jumlah granulosit meningkat secara dramatis.
Fungsi Granulosit. Neutrofil mencari dan membunuhbakteri suatu
proses yang disebut fagositosis Eosinofilmenyerang beberapa parasit dan
menonaktifkan mediator yangdilepaskan selama reaksi alergi. Basofil
mengandung histamindan penting dalam reaksi imunitas dan
hipersensitivitas;basophil juga mengandung heparin (zat anti pembekuan
darah),tetapi perannya dalam pembekuan darah tidak pasti.

9
Tubuh biasanya mengandung 4.500-11.000 sel darahputih (White
Blood Cell) per uL darah. Nilai ini dapat dilaporkansebagai 4,5-11,0 x
103/uL atau k/ uL (k= ribu). Tidak seperti seldarah merah yang terjadi
dalam banyak perbedaan jenis.Sebagian besar sel darah putih dipenuhi
dengan biji-bijian kecil dan sedang yang disebut granulosit (gran = biji-
bijian). Kisaran normal untuk granulosit adalah 1,8-8,5 x 103/uL darah.
Granulosit meliputi:
-Neutrofil: 50%-70% dari total WBC atau 1.8-7.7x 103 /ul
-Eosinofil: hingga 5% dari total WBC atau 0-0,450 x 103/uL
-Basofil: hingga 2% dari total leukosit atau 0-0.2 x 103/uL.
-Limfosit dan monosit adalah sel darah merah non-granular.isaran normal
untuk limfosit dan monosit adalah:
Limfosit: 20% - 47% dari total sel darah merah atau sekitar
1,0-4,8 x 103/uL
-Monosit: 3%-10% dari total sel darah merah atau sekitar 0,0-0,8x 103/uL
(Adryan dan Ruslin,2020).

2.3. Cara Pengambilan Darah Untuk Sampel

Pengambilan darah dilakukan dengan phlebotomy yaitu metode


pengambilan darah pada pembuluh darah vena dengan menusukan jarum. Selain
itu, terdapat metode arterial sampling (pengambilan darah melalui pembuluh
darah arteri) dan fingerprick (pengambilan darah dalam jumlah sedikit melalui
ujung jari). Darah yang telah diambil dimasukkan ke dalam tabung yang berisi zat
tambahan seperti anti koagulan(Adryan dan Ruslin,2020).

1. Pengambilan darah vena


 Alat dan bahan
1. Spuit ukuran 5-10 cc
2. Kapas alkohol dan tempatnya
3. Antikoagulan (untuk mencegah hemolisis)
4. Botoltabung penampung darah
5. Karet pembendung

10
6. Sarung tangan bersih

 Prosedur
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil spuit sesuai dengan ukuran (5 -10 ml),
5. Tentukan vena yang akan diambil darahnya
6. Desinfeksi dengan kapas alkohol
7. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung di bagian
atas venayang akan di ambil darahnya
8. Lakukan pengambilan darah dengan cara menusukkan
vena de-ngan jarum spuit menghadap ke atas dengan sudut
30-45 derajat terhadap kulit, kemudian lepas karet
pembendung dan lakukanpengambilan darah
9. Setelah darah diambil, masukkan ke dalam botol
penampung yangtelah diberi antikoagulan sesuai dengan
jenis pemeriksaan dan tekan daerah penusukan selama 2-5
menit
10. Catat tanggal pengambilan
11. Buka sarung tangan
12. Cuci tangan.
2. Pengambilan darah arteri
 Alat dan bahan
1. Spuit berisi heparin 0,1 cc
2. Kapas alkohol dalam tempatnya
3. Penutup jarum (dari karet)
4. Sarung tangan

11
 Prosedur
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil spuit dengan ukuran yang sesuai (5 ml), kemudian
isi dengan heparin 0,1 cc, basahi bagian dalam spuit dengan
heparin, dengan cara mengguncang-guncangkan botol
5. Tentukan arteri yang akan diambil darahnya
6. Pasang bantalan atau sejenisnya jika mengambil darah di
areapergelangan tangan
7. Desinfeksi dengan kapas alkohol
8. Raba arteri dengan jari tangan, lakukan penusukan
dengan posisitegak lurus, ambil darah sebanyak 2,5-5 cc
atau sesuai denganProgram
9. Setelah darah diambil, tutup spuit dengan karet atau
penutup kedapudara
10. Beri tekanan di area yang ditusuk
(Aziz,2008)

2.4. Antikoagulan yang digunakan sebagai sampel Darah

Antikoagulan yang ditambahkan untuk mendapatkan plasma pada sampel


darah adalah seperti EDTA (Ethylenediaminetetraacetic acid) natrium heparin,
litium heparin, dan thrombin. Antikoagulan digunakan untuk pengambilan sampel
darah agardarah tidak cepat membeku (Adryan dan Ruslin,2020).

Penanganan sampel darah menentukan hasil pemeriksaan hematologis,


antara lain medium, pH, suhu, tonisitas, perlakuan mekanik, dan lain-lain. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pengujian hematologis terutama adalah
antikoagulan, jeda waktu setelah sampel diperoleh hingga dilakukan pemeriksaan,
dan penyimpanan. Luka pada pembuluh darah mengakibatkan keluarnya darah
(perdarahan). Darah yang keluar dari pembuluh akan segera mengalami koagulasi

12
(clotting). Oleh karena itu diperlukan penambahan zat untuk mencegah koagulasi
darah yang dikenal sebagai antikoagulan. Jenis antikoagulan yang sering
digunakan adalah ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA) dan Heparin. EDTA
bekerja dengan cara mengikat kalsium yang dibutuhkan untuk proses koagulasi,
sedangkan Heparin bekerja dengan cara mengikat antitrombin dan menghambat
aktivasi trombin(Laksmindra dkk,2016).

2.5. Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah atau pemeriksaan hematologi secara umum dapat


dibedakan menjadi dua yaitu pemeriksaan hematologi rutin dan hematologi
lengkap. Pemeriksaan hematologi rutin terdiri dari hemoglobin/Hb, hematokrit
(HCT), hitung jumlah sel darah merah/eritrosit, hitung jumlah sel darah
putih/leukosit, hitung jumlah trombosit dan indeks eritrosit. Pemeriksaan
hematologi lengkap (complete blood count) terdiri dari pemeriksaan darah rutin
ditambah hitung jenis leukosit dan pemeriksaan morfologi sel/sediaan apus darah
tepi (SADT)/Gambaran darah tepi (GDT)/morfologi darah tepi (MDT) yaitu
ukuran, kandungan hemoglobin, anisositosis,poikilositosis, polikromasi
(Wahdaniah dan Sri,2018).
Gejala klinis DBD yaitu :

 Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus


menerus selama 2-7 hari
 Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
o uji bendung positif
o petekie, ekimosis, purpura
o perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
o hematemesis dan atau melena
 Pembesaran hati
 Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan
tekanan nadi ( 20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan

13
dingin, kulit lembab, capillary refill time memanjang (>2 detik) dan pasien
tampak gelisah.

Hasil tes Laboratorium menunjukan :

 Trombositopenia (100 000/μl atau kurang)


 Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler,
dengan manifestasi sebagai berikut:
o Peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai standar
o Penurunan hematokrit ≥ 20%, setelah mendapat terapi cairan
o Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia.
 Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau
hanya peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan Diagnosis Kerja
DBD.

2.5.1. Pemeriksaan Malaria

 Diagnosis mikroskopi

Parasit malaria dapat diidentifikasi dibawahmikroskop dengan


menggunakantetesan darah penderita yang dicatdengan pewanaan Giemsa
sehingga dapat memberikan penampakan yang khas jika darah penderita
mengandung parasit malaria. Tetapi hal ini tergantung pada kualitas reagen yang
digunakan,keadaan mikroskop, dan kemampuan laboran.

Sampai saat ini teknik ini masih merupakan gold standard untuk tes
konfirmasi malaria.Pada pemeriksaan apusan darah tepi Malaria Falsiparum akan
terihat parasit stadium tropozoit muda (bentuk cincin) tanpa atau dengan stadium
gametosit yang berbentuk pisang.

 Deteksi antigen

Berbagai macam kit yang tersedia untuk mendeteksi antigen yang berasal
dari parasit malaria. RDT (rapid Diagnostic Test) yang tersedia memberikan hasil

14
hanya dalam waktu 2-15 menit dan pemeriksaan dengan metode ini merupakan
altemative pemeriksaan ketika pemeriksaan secara mikroskopis tidak tersedia.
Pada Juni 2007, The U.S. Food and Drug Administration (FDA) menerima RDT
untuk digunakan di Amerika Serikat khususnya di rumah sakitMALARIAdan
laboratorium komersial

Pemeriksaan dengan RDT harus di follow-up dengan konfirmasi pada tes


mikroskopis, dan jika positif maka tes mikroskopis dimaksudkan juga untuk
menghitung secara kuantitas proporsi dari sel darahmerah yang terinfeksi.

 Diagnosis molekuler

Asam nukleat parasit dapat dideteksi dengan menggunakanPCR


(Polymerase Chain Reaction). Meskipun pemeriksaan dengan menggunakan
teknik ini lebih sensitif daripada pemeriksaan tes mikroskopis maupun RDT,
tetapi hasilnya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menentukan
diagnosis malaria. PCR sangat berguna untuk mengidentifikasi jenis spesies pada
parasit malariadiperiksa dan alangkah bijaknya jika pemeriksaan inidilakukan
setelah tes mikroskopis atau RDT (Kurniawan,2019).

2.5.2. Pemeriksaan DBD

Pemeriksaan darah yang biasanya dilakukan untuk menapis pasien


tersangka demam berdarah dengue adalah melalui pemeriksaan jumlah trombosit,
nilai hematokrit, jumlah leukosit, kadar hemoglobin dan hapusan darah tepi untuk
melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaraan limfosit plasma biru (LPB).

Adanya tanda dan gejala klinik dari pasien yang dicurigai menderita
infeksi dengue kemudian dikonfirmasi dalam pemeriksaan darah lengkap dapat
membantu petugas medis untuk membuat diagnosis infeksi dengue dan untuk
menentukan prognosis dari pasien tersebut. Setelah diagnosis infeksi dengue
ditegakkan kemudian petugas medis sebaiknya mengelompokkan pasien tersebut
berdasarkan derajat klinik sesuai dengan kriteria dari WHO tahun 2009 yakni

15
derajat 1 untuk pasien dengue tanpa tanda-tanda bahaya, derajat 2 untuk pasien
dengue dengan tanda-tanda bahaya, dan derajat 3 untuk pasien dengue berat.

Triase, terapi yang tepat, dan keputusan petugas medis untuk memberikan
terapi rawat jalan atau rawat inap pada pasien infeksi dengue dipengaruhi oleh
derajat klinik infeksi dengue.5 CFR pada DBD adalah sekitar 3% jika dideteksi
dan ditangani segera, namun bila terjadi syok maka CFR meningkat menjadi 50%.

2.5.3. Pemeriksaan rapid test Corona


Prosedur pemeriksaan rapid test dimulai dengan mengambil sampel darah
dari ujung jari yang kemudian diteteskan ke alat rapid test. Selanjutnya, cairan
untuk menandai antibodi akan diteteskan di tempat yang sama. Hasilnya akan
berupa garis yang muncul 10–15 menit setelahnya.

Hasil positif pada rapid test menandakan bahwa orang yang diperiksa


pernah terinfeksi virus Corona. Meski begitu, orang yang sudah terinfeksi virus
Corona dan memiliki virus ini di dalam tubuhnya bisa saja mendapatkan
hasil rapid test yang negatif karena tubuhnya belum membentuk antibodi terhadap
virus Corona.

Oleh karena itu jika hasilnya negatif, pemeriksaan rapid test perlu diulang


sekali lagi 7–10 hari setelahnya. Anda juga tetap disarankan untuk melakukan
isolasi mandiri selama 14 hari walaupun tidak mengalami gejala sama sekali dan
merasa sehat.

Nah, bila hasil rapid test Anda positif, jangan panik dulu. Antibodi yang
terdeteksi pada rapid test bisa saja merupakan antibodi terhadap virus lain atau
coronavirus jenis lain, bukan yang menyebabkan COVID-19 atau SARS-CoV-2.

Jadi, akan langsung dilakukan pengambilan swab untuk tes PCR guna


memastikan apakah benar terdapat infeksi SARS-CoV-2. Selama menunggu hasil
PCR, Anda harus menjalani isolasi mandiri di rumah selama paling tidak 14 hari.

Selama isolasi, hindari berpergian dan kontak dengan orang lain yang
tinggal serumah, sambil menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

16
Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang
lain dan kenakan masker saat harus berinteraksi dengan orang lain.

Selain itu apa pun hasil rapid test-nya, pantau terus kondisi kesehatan
Anda. Bila muncul gejala COVID-19, seperti batuk, demam, suara serak, dan
sesak napas, segera hubungi fasilitas layanan kesehatan atau hotline COVID-19
untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan
Kesimpulan dari Makalah ini yaitu :

1. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua tingkat tinggi yang


berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan
oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme,
dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.
2. Darah memiliki 3 jenis elemen yang terbentuk: eritrosit (sel darah merah),
leukosit (sel darah putih) dan platelet atau trombosit.
3. Sampel darah lengkap diambil, biasanya dari Vena. Sampel darah lengkap
diambil, biasanya dari Vena.
4. antikoagulan yang banyak digunakan adalah EDTA dan heparin. yang
sering digunakan untuk Perhitungan jumlah sel rutin dua sampel darah
yang relatif besar tidak memberikan jumlah yang cukup untuk Di Lakukan
analisis dan pengukuran.
5. Pemeriksaan malaria menggunakan RDT, DBD dapat diperiksa dengan
hematocrit dan Tes yang dapat memastikan apakah seseorang positif
terinfeksi virus Corona sejauh ini hanyalah pemeriksaan polymerase chain
reaction (PCR).

3.2. Saran

Pemeriksaan darah dibutuhkan ketelitian yang cukup tinggi, untuk


itu dibutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi dalam mengambil, mengumpul,
dan menganalisis sampel darah.

18
Daftar Pustaka

Davey P., 2005, At a glance Medicine, Erlangga: Jakarta


Dekayana A., 2019, HitungLajuEndapDarah (LED),UwaisInspirasi Indonesia:
Ponorogo.
Fitria, Laksmindra.,Lia Lavi Illiy.,dan Indah Riwantrisna Dewi.2016. Pengaruh
Antikoagulan dan Waktu Penyimpanan terhadap Profil Hematologis Tikus
(Rattus norvegicus Berkenhout, 1769) Galur Wistar.
Biosfera. Vol 33(1).

Fitryadi, Khairil dan Sutikno.2016.Pengenalan Jenis Golongan Darah


Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Perceptron. Jurnal Masyarakat
Informatika, Volume 7(1).

Fristiohady, Adryan dan Ruslin.2020. Pengantar Kimia Klinik dan Diagnostik.Wahana


Resolusi.Yogyakarta.

Kurniawan.L, 2019, Bagian Ilmu Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran


Universitas Hasanuddin, Makassar, SulawesiSelatan, Indonesia.

Meilanie Alvin Dwi Rizky.2019. Different Of Hematocrit Value Microhematocrit


Methods And Automatic Methods In Dengue Hemorrhagic Patients With
Hemoconcentration. Journal of Vocational Health Studies 03.Vol 67(71).

Pearce E.C.,2008,AnatomidanFisiologiuntukParamedis, PT Gramedia: Jakarta.

Wahdaniah, dan Sri Tumpuk.2018. Perbedaan Penggunaan Antikoagulan K2edta


Dan K3edta Terhadap Hasil Pemeriksaan Indeks Eritrosit. Jurnal
laboratorium khatulistiwa.Vol 2(2).

Widmann, EK. 2001. Tinjauan Klinik atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium.Edisi


10.Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

19
20

Anda mungkin juga menyukai