Anda di halaman 1dari 25

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH METODE TIDAK LANGSUNG

DAN PEMBUATAN SUSPENSI ERITROSIT.

DISUSUN OLEH :

1. Wenny Fani

2. Desta Kurnia Rahmadani

3. Yona Reski Fauziah

4. Oswind Elisabet Wea

5. Jihan Layli Salsabila

6. Samria

7. Silvia Anugrah

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA


SAMARINDA

2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas laporan Immunologi ini dengan judul
“Pemeriksaan Golongan Darah dan Rhesus’’. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Rasulullah Saw yang menjadi suri tauladan hingga akhir
zaman.

Dalam penulisan Laporan praktikum ini, banyak bantuan, dorongan, dan


pengarahan dari berbagai pihak, karena itu penyusun mengucapkan Terima kasih
kepada semua pihak yang telah berjasa dan membantu dalam penyelesaian
Laporan pratikum ini. Penyusun menyadari bahwa tiada gading yang tak retak,
begitu pula dalam penuyusunan Laporan praktikum ini banyak kekurangan dan
kesalahannya. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
konstruktif dari semua pihak terkait pembuatan laporan ini. Sekian daan Terima
kasih.

Samarinda, 18 Mei 2019

Hormat Kami,

Penyusun

2
DAFAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2
Penyusun ............................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI.............................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL............................................................................................................... 4
BAB I .................................................................................................................................. 5
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 5
A. Hari / Tanggal ......................................................................................................... 5
B. Judul ........................................................................................................................ 5
C. Tujuan ..................................................................................................................... 5
D. Manfaat ................................................................................................................... 5
BAB II................................................................................................................................. 6
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 6
A. Dasar Teori .............................................................................................................. 6
B. Prinsip ................................................................................................................... 11
C. Tujuan ................................................................................................................... 11
D. Metode .................................................................................................................. 12
E. Alat dan Bahan ...................................................................................................... 12
F. Cara Kerja ............................................................................................................. 12
G. Hasil ...................................................................................................................... 13
H. Interpretasi Hasil ................................................................................................... 13
I. Pembahasan........................................................................................................... 14
BAB III ............................................................................................................................. 23
PENUTUP ........................................................................................................................ 23
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 23
B. Saran ..................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 25

3
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Hasil pemeriksaan golongan darah metode tidak lamgsung……….4

4
BAB I

PENDAHULUAN
A. Hari / Tanggal
Kamis / 9 Mei 2019

B. Judul
Judul Praktikum pada hari ini yaitu “Pemeriksaan Golongan Darah dan
Rhesus”

C. Tujuan
1. Mengetahui cara uji golongan darah dan rhesus
2. Menentukan golongan darah dan rhesus seseorang

D. Manfaat
1. Menambah keterampilan dan wawasan mahasiswa dalam menguji
golongan darah pada seseorang
2. Menambah wawasan mahasiswa dalam membedakan golongan darah A,
B, AB, dan O serta menunetukan rhesus positif dan negatif
3. Dengan mengetahui golongan darah yang dimiliki, seseorang dapat
menyumbangkan darahnya kepada yang membutuhkan
4. Dengan mengetahui golongan darah, ketika seseorang melakukan tranfusi
darah tidak terjadi inkompatibilitas ABO yang dapat menyebabkan darah
menjadi lisis (menggumpal dan memisah menjadi cairan) dan berujung
pada kematian.
5. Dengan mengetahui rhesus, pasangan suami istri yang berbeda rhesus
dapat melakukan usaha pencegahan yang dapat membahayakan janin pada
masa kehamilan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori
Darah adalah unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk
membantu proses fisiologi. Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma
darah dan sel-sel darah. Plasma darah yang ada pada darah sekitar 55% dari
jumlah darah dalam tubuh manusia, sedangkan sel-sel darah ada pada darah
sekitar 45%. Sel-sel darah dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu eritrosit,
leukosit, dan trombosit yang berperan dalam pembekuan darah.
1. Struktur dan komposisi darah
a. Plasma Darah
Plasma darah adalah cairan darah yang berwarna kekuningan. Lebih
kurang dari 92% dari plasma adalah air, sehingga sisanya berupa garam
dan molekul organik. Bahan terlarut yang ada dalam plasma darah adalah
protein plasma, garam-garam dalam, SO-24, gas-gas, bahan makanan,
garam mineral, produk limbah, bahan pengatur. Bagian plasma darah
yang berperan dalam pertahanan tubuh adalah serum. Serum
mengandung beragam antibodi untuk melawan antigen. Misalnya,
aglutinin untuk menggumpalkan antigen presipitin yang dapat
mengendapkan antigen.

b. Sel-sel Darah Merah


Sel darah merah (eritrosit) adalah bagian utama dari sel-sel darah.
Ciri-ciri dari sel darah merah, anatar lain bentuknya melingkar, pipih, dan
cakram bikonkaf; sel yang telah matang tidak mempunyai nukleus;
berdiameter kurang dari 0,01 mm; dan elastis.hemoglobin adalah suatu
protein yang mengandung senyawa besi hemin. Hemoglobin mempunyai
daya ikat terhadap oksigen dan karbon dioksida dan berwarna merah.
Sel-sel darah merah berasal dari sel darah induk dan diproduksi didalam
sumsum tulang merah. Sel darah merah yang matang akan kehilangan
nukleus dan memperoleh molekul Hb. Umur sel darah merah lebih

6
kurang 120 hari. Setelah sel-sel tersebut usang atau mati, kemudian
kehilangan Hb, bentuknya tidak beraturan, dapat bergerak, dan dapat
merubah bentuk.perbandingan jumlah sel darah putih dengan sel darah
merah adalah 1:700. Fungsi utama leukosit adalah memakan kuman
penyakit atau benda asing lain yang masuk kedalam tubuh. Selain itu
juga sebagai pengangkut zat lemak. Sel darah putih dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu granulosit yang dihancurkan didalam organ
hati/limpa dan ditelan oleh makrofag.
c. Sel-sel Darah Putih
Sel darah putih (leukosit) tidak berwarna, mempunyai nukleus,
mempunyai nukleus yang banyak dan bersifat fagosit. Dan agranulosit
yang hanya mempunyai satu nukleus dan tidak seluruhnya bersifat
fagosit.
d. Keping Darah
Keping darah (trombosit) berbentuk tidak beraturan, berukuran kecil,
tidak berwarna dan tidak berinti. Trombosit berfungsi untuk pembekuan
darah. Keping darah berasal dari hasil fragmentasi sel megakariosit di
sumsum tulang merah. Setiap hari tubuh manusia memproduksi rata-rata
200 miliar keping darah. Dalam darah terkandung 150-300 ribu per mm
kubik.

2. Sirkulasi Darah
Darah dipompa pada tekanan tinggi dari jantung dalam arteri.
Perjalanan melalui jaringan tipis kapiler, di mana ia dapat bertukar bahan
dengan jaringan. Ini kemudian dikumpulkan dan kembali ke jantung pada
tekanan rendah dalam urat.
Fungsi darah antara lain:
a. Sebagai alat transportasi yaitu pembawa zat-zat makanan dari sistem
pencernaan keseluruh sel tubuh
b. Mengangkut oksigen dari sistem pernapasan, yaitu paru-paru keseluruh
tubuh;

7
c. Mengangkut sisa-sisa metabolisme, misalnya karbondioksida, dari seluruh
sel tubuh ke organ ekskresi, misalnya paru-paru.
d. Mengangkut hormon dari kelenjar hormon ke organ sasaran;
e. Memelihara keseimbangan cairan tubuh;
f. Mempertahankan tubuh terhadap penyakit menular dan infeksi kuman-
kuman atau antibody (oleh sel-sel darah putih);
g. Mengatur keseimbangan asam dan basa, untuk menghindari kerusakan-
kerusakan jaringan.

Darah selalu dihubungkan dengan kehidupan, baik berdasarkan


kepercayaan saja maupun secara langsung kedalam pembuluh darah juga
sudah lama pula dilakukan, paling tidak sejak abad pertengahan. Pada
mulanuya, pemberian darah seperti ini dan yang kini dikenal sebagai transfuse
tidak dilakukan dengan landasan ilmiah, tidak mempunyai indikasi yang jelas
dan dilakukan secara sembarang saja. Tindakan ini lebih banyak dilakukan atas
dasar yang lebih bersifat kepercayaan, misalnya darah sebagai lambang
kehidupan. Indikasi juga tidak jelas, Pelaksanaan juga tidak didasarkan atas
pengetahuan yang cukup. Oleh karena itu tidak heran bila pada masa itu
banyak korban karena tindakan yang dilakukan secara sembarang ini, baik
pada donor maupun pada penerima darah. Bahkan pernah ada suatu masa,
tepatnya abad ke-17 dan 18, transfuse dilarang dilakukan di Eropa.

Akan tetapi Dr.Karl Landsteiner dalam tahun 1901 yang bekerja di


laboratorium di Wina menemukan bahwa sel-sel darah merah (eritrosit) dari
beberapa individu akan menggumpal (beraglutinasi) dalam kelompok-
kelompok yang dapat dilihat dengan mata telanjang, apabila dicampur dengan
serum dari beberapa orang, tetapi tidak dengan semua orang.Kemudian
diketahui bahwa dasar dari menggumpalnya eritrosit tadi ialah adanya reaksi
antigen-antibodi. Apabila suatu substansi asing (disebut antigen) disuntikkan
ke dalam aliran darah dari seekor hewan akan mengakibatkan terbentuknya
antibodi tertentu yang akan bereaksi dengan antigen(Suryo,1997:345).

8
Penggolongan Darah pada manusia dibagi menjadi beberapa sistem,
antaralain.

a. Sistem ABO

Dasar penggolongan darah adalah adanya aglutinogen (antigen) di


dalam sel darah merah dan aglutinin (antibodi) di dalam plasma (serum).
Aglutinogen adalah zat yang digumpalkan, sedangkan aglutinin adalah
zat yang menggumpalkan.
Dalam sistem ABO, ada tidaknya antigen tipe A dan B di dalam sel
darah merah menentukan golongan darah seseorang. Sistem tersebut
mengelompokkan darah manusia menjadi empat golongan yaitu A, B,
AB, dan O (Priadi, 2009: 138-140).

Ahli imunologi (ilmu kekebalan tubuh) kebangsaan Austria


bernama Karl Landsteiner (1868-1943) mengelompokan golongan darah
manusia. Penemuan Karl Landsteiner diawali dari penelitiannya, yaitu
ketika eritrosit seseorang dicampur dengan serum darah orang lain, maka
terjadi penggumpalan(aglutinasi). Tetapi pada orang lain, campuran itu
tidak menyebabkan penggumpalan darah. Aglutinogen (aglutinin) yang
terdapat pada eritrosit orang tertentu dapat bereaksi dengan zat aglutinin
(antibodi) yang terdapat pada serum darah.

Aglutinogen dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Aglutinogen A : memiliki enzim glikosil transferase yang


mengandung glutiasetil glukosamin pada rangka glikoproteinnya.
2) Aglutinogen B : memiliki enzim galaktose pada rangka
glikoproteinnya. Aglutinin dibedakan menjadi aglutinin α dan β .

Darah seseorang memungkinkan dapat mengandung aglutinogen A


saja atau aglutinogen B saja. Tetapi kemungkinan juga dapat mengandung
aglutinogen A dan B. Ada juga yang tidak mengandung aglutinogen sama
sekali. Adanya aglutinogen dan aglutinin inilah yang menjadi dasar
penggolongan darah manusia berdasarkan sistem ABO.

9
Berdasarkan ada atau tidaknya aglutinogen, golongan darah
dikelompokan menjadi :
1) Golongan darah A, yaitu jika eritrosit mengandung aglutinogen-A dan
aglutinin-b dalam plasma darah.
2) Golongan darah B, yaitu jika eritrosit mengandung aglutinogen-B dan
aglutinin-a dalam plasma darah.
3) Golongan darah AB, yaitu jika eritrosit mengandung glutinogen-A dan B,
dan plasma darah tidak memiliki aglutinin.
4) Golongan darah O, yaitu jika eritrosit tidak memiliki aglutinogen-A dan B,
dan plasma darah memiliki aglutinin-a dan b.

Frekuensi populasi dari keempat golongan ini menunjukkan bahwa


mereka diwariskan, dan menuntun ke hipotesis bahwa mereka menetukan oleh
tiga gena alelik, alel A yang menentukan kekhususan A, alel B yang
menentukan kekhususan B, dan alel O yang tak aktif,Sesuai dengan pengertian
ini, maka individu golongan O semuanya homozigot OO dan individu
golongan AB semuanya heterozigot AB.Tetapi individu golongan A mungkin
homozigot AA maupun heterozigot AO, dan individu golongan B mungkin
homozigot BB maupun heterozigot BO .(Harris,1994:402)

Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di


dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan
darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B.
Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B,
golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.(Sudjadi,
2007:85-86)

b. Sistem MN

Pada tahun 1972, K. Landsteiner dan p. Levine telah menemukan


golongan darah sistem MN, akibat ditemukannya antigen M dan antigen N
pada sel darah merah manusia. Sistem ini digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:

10
1) Golongan M, mengandung antigen M
2) Golongan N, mengandung antigen N
3) Golongan MN mengandung antigen M dan antigen N

c. Sistem Rh

Seperti juga golongan darah berdasarkan sistem ABO, golongan darah


Rhesus juga didasarkan pada jenis aglutinogen pada eritrosit dan aglutinin
pada plasma darah.
Golongan darah Rhesus ini juga ditemukan oleh Landsteiner. Penamaan
golongan Rhesus ini diambil dari nama kera yang diteliti Landsteiner,
namanya Macacus rhesus. Pada kera ini didapati antigen dan antibodi yang
sama dengan manusia.
Ada dua jenis golongan Rhesus, yaitu Rhesus (+) dan Rhesus (-). Orang
bergolongan Rhesus + memiliki antigen Rhesus (antigen Rh) pada eritrositnya
dan tidak memiliki antibodi. Golongan Rhesus – memiliki antibodi Rhesus
(anti Rh) pada plasma darahnya dan tidak memiliki antigen.
Orang bergolongan Rhesus – bisa menjadi donor terhadap golongan
Rhesus – maupun Rhesus + (dalam kondisi darurat). Tetapi orang Rhesus +
hanya diperbolehkan mendonorkan darahnya kepada Rhesus + saja, dan tidak
boleh ke Rhesus –. Alasannya sama seperti golongan darah ABO, yaitu karena
Rhesus + sebagai donor memiliki antigen (antigen Rhesus) dan Rhesus -
sebagai resipien memiliki antibodi (anti Rhesus). Inkompatibilitas ini akan
menyebabkan penggumpalan (aglutinasi) antigen Rhesus oleh anti Rhesus, dan
bisa menyebabkan kematian sang resipien.

B. Prinsip

Antigen ( Aglutinogen) direaksikan dengan Antibodi (Aglutinin) yang senama


maka akan terbentuk Aglutinasi.

C. Tujuan

Cek golongan darah adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksa


golongan darah ABO dan tipe Rh atau Rhesus seseorang

11
D. Metode
Slide

E. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Papan tes golongan darah
b. Lancet
c. Tisu
d. Alkohol 70 %
2. Bahan
a. Reagen Anti-A
b. Reagen Anti-B
c. Reagen Anti-AB
d. Reagen Anti rhesus

F. Cara Kerja
1. Siapkan Papan uji yang telah di beri keterangan dan isi biodata peserta uji
golongan darah terlebih dahulu.
2. Sterilkan salah satu ujung jari dengan kapas yang telah dibasahi dengan
alkohol 70%
3. Bendung jari yang akan diambil sampel darahnya
4. Tusukkan lancet dengan hati-hati dan mantap ke ujung jari atau ke
samping jari yang telah steril, lalu tekanlah ujung jari hingga darah keluar
5. Teteskan darah pada kartu uji sebanyak 4 kali pada tempat yang berbeda
sesuai keterangan dengan proporsi yang sama rata.
6. Tutup luka jari peserta uji golongan darah dengan kain kasa atau dapat
digantikan oleh tisu untuk memberhentikan pendarahan
7. Teteskan reagen anti-A sebanyak 1 tetes pada sampel darah sesuai
keterangan, lalu aduklah dengan gerakan memutar menggunakan tusuk
gigi. Amatilah apa yang terjadi.

12
8. Lakukan langkah nomor 7 untuk reagen anti-B, reagen anti-AB, dan
reagen anti rhesus

G. Hasil
Golongan aglutinogen (antigen) aglutinin (antibodi)
pada eritrosit pada plasma darah
A A b
B B a
AB A dan B -
O - a dan b

Jika aglutinin a (anti A) + aglutinogen A = terjadi aglutinasi


(penggumpalan)
Jika aglutinin b (anti B) + aglutinogen B = terjadi aglutinasi
(penggumpalan)
Jika anti Rhesus (antibodi Rhesus) + antigen Rhesus = terjadi aglutinasi
(penggumpalan)
Darah + anti Rhesus = aglutinasi → terdapat antigen Rhesus → gol Rh+
Darah + anti A= aglutinasi → terdapat aglutinogen A → gol A
Darah + anti B= aglutinasi → terdapat aglutinogen B → gol B
Penggunaan anti AB hanya untuk verifikasi (kepastian) saja. Tidak
digunakan juga tidak masalah (Priadi, 2009)

H. Interpretasi Hasil
1. Golongan Darah A : Aglutinasi pada anti-A karena golongan darah A
mempunyai antigen A dan antibody B
2. Golongan Darah B : Aglutinasi pada anti-B karena golongan darah B
mempunyai antigen B dan antibody A
3. Golongan Darah AB : Aglutinasi pada anti-B karena golongan darah
AB mempunyai antigen A dan B tetapi tidak mempunyai antibody

13
4. Golongan Darah O : Tidak terjadi aglutinasi karena golongan darah O
tidak mempunyai antigen A dan B tetapi mempunyai antibody A dan
B.

I. Pembahasan
1. Darah
Darah terdiri dari dua komponen yaitu padat dan cair, komponen cair
dalam darah disebut plasma darah sedangkan komponen padat dalam
darah disebut sel darah. Sel darah sendiri mengandung eritrosit, leukosit
dan trombosit. Dalam plasma darah dijumpai senyawa kimia yang disebut
dengan aglutinin. Aglutinin disebut juga antibodi yaitu senyawa kimia
yang berperan dalam menjalankan fungsi sistem kekebalan tubuh.
Aglutinin berupa sekumpulan senyawa yang terbentuk di dalam darah
akibat infeksi bakteri yang dapat menyebabkan penggumpalan bersama
bakteri itu. Sedangkan dalam sel darah merah terdapat senyawa yang
disebut aglutinogen. Aglutinogen disebut juga antigen. Antigen sendiri
diartikan sebagai senyawa kimia yang dapat merangsang aktifnya sistem
kekebalan tubuh. Dalam kehidupan kita antigen bisa diartikan sebagai
senyawa kimia yang dapat menyebabkan penyakit. Antigen ada 2 macam
yaitu antigen A dan antigen B (Prawiroharto, 1995).

2. Golongan Darah Manusia


Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu
berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan
membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah
tersebut.

Golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alela
ganda. Golongan darah seseorang dapat mempunyai arti penting dalam
kehidupan. Sistem penggolongan yang umum dikenal dalam istilah A, B,
O, tetapi pada tahun 1990 dan 1901, Dr Landsteiner menemukan antigen

14
(aglutinogen) yang terdapat di dalam sel darah merah dan juga
menemukan antibodi (aglutinin) yang terdapat di dalam plasma darah.
Atas dasar macam antigen yang ditemukan tersebut (Prawiroharto, 1995).

Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan


ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46
jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang
dijumpai.

Sebelum lahir, molekul protein yang ditentukan secara genetik disebut


antigen, antigen ini muncul dipermukaan membran sel darah merah.
Antigen ini, tipe A dan tipe B bereaksi dengan antibodi pasangannya, yang
mulai terlihat sekitar 2 sampai 8 bulan setelah lahir.

a. Karena reaksi antigen-antibodi menyebabkan aglutinasi (


penggumpalan) sel darah merah, maka antigen disebut aglutinogen dan
antibodi pasangannya disebut agglutinin.
b. Seseorang mungkin saja tidak mewarisi tipe A dan tipe B atau hanya
mewarisi salah satunya, atau bahkan keduanya sekaligus.

Klasifikasi golongan darah ABO ditentukan berdasarkan ada tidaknya


aglutinogen (antigen tipe A dan tipe B ) yang ditemukan pada permukaan
eritrosit dan aglutinin (antibodi) anti-A dan anti-B, yang ditemukan dalam
plasma. (Campbell, N.A.; Reece, J.B.; Urry, L.A.; Cain, M.L.;
Wasserman, S.A.; Minorsky, P.V.; Jackson, R.B. 2008)
a. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan
antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi
terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan
golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang
dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
b. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada
permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap
antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan

15
darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan
dolongan darah B-negatif atau O-negatif
c. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan
antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A
maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan
disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-
positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-
positif.
d. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen,
tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang
dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya
kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor
universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya
dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
Penggolongan darah penting dilakukan sebelum transfusi darah karena
pencampuran golongan darah yang tidak cocok menyebabkan aglutinasi
dan destruksi sel darah merah (Samsuri, 2004).

3. Pewarisan Golongan Darah


Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, golongan darah diturunkan oleh
gen ayah dan ibu. Kemungkinan golongan darah anak dapat dipredeksi
melalui cara persilangan.

Struktur genotip golongan darah (Istamar dkk, 2004)

A = IA IA ( Dominan ) B = IB IB ( Dominan )
IA IO ( Pembawa ) IB IO ( Pembawa )
AB = IA IB ( Pembawa ) O = IO IO ( Pembawa )

4. Rhesus
Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan
memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari

16
monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940
oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di
permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka
yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut
memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali
digabungkan dengan penggolongan ABO.

Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan.


Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh- dapat
menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang
mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang
pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat memengaruhi
janin pada saat kehamilan. Jika terdapat perbedaan rhesus pada pasang
suami istri, pada kehamilan ke dua dapat menyebabkan kematian janin
dalam rahim, atau jika lahir menderita hati yang bengkak, anemia, kuning
(jaundice), dan gagal jantung. Hal ini terjadi karena anti rhesus
(penghancuran sel arah merah) atau hemolitik. (Tiblad et al. 2013)

Kebanyakan manusia di dunia ini, sekitar 85% memiliki rhesus positif.


Dasar inilah yang mendukung pernyataan bahwa manusia berevolusi atau
berasal dari monyet. Rhesus positif identik dengan monyet, sedangkan asal
usul rhesus negatif masih dipertanyakan hingga sekarang, banyak teori
mengenai asal usul rhesus negatif, baik teori adam-hawa, geografis,
mutasi, keturunan yahudi, hasil perkawinan manusia dengan alien, hingga
sampai bahwa teori rhesus negatif adalah karunia ciptaan Tuhan, bukan
berasal dari evolusi hewan. (Carritt, Kemp, and Poulter 1997)

Umunya, dalam ras yang sama memiliki rhesus yang sama karena berasal
dari garis keturunan yang sama pula, rhesus menurun secara genetik
seperti golongan darah. Di Asia Rhesus (+) mendominasi. Rhesus negatif
lebih banyak pada orang Eropa (caucasoid). Untuk Asia ada satu suku

17
bangsa dengan Rhesus negatif yang cukup banyak yaitu orang Gurkha.
Untuk orang Indonesia memang sangat jarang rhesus negatif. (Carritt,
Kemp, and Poulter 1997)

5. Pewarisan Rhesus
Seperti golongan darah, rhesus juga diwariskan oleh orang tua melalui
gen, berikut tabel fenotip, genotip serta kemungkinan gamet yang akan
dimiliki oleh seorang anak.

6. Perubahan Golongan Darah dan Rhesus


Golongan darah bisa berubah karena penambahan atau penekanan pada
antigen (substansi yang menentukan golongan darah). Hal ini bisa
disebabkan oleh infeksi, penyakit autoimmune (sistem kekebalan tubuh
menyerang tubuh sendiri), malignancy (kanker). (Won et al. 2013)

Golongan darah bisa juga berubah pada pasien transplantasi sumsum


tulang. Transplantasi sumsum tulang biasanya dilakukan pada penderita
leukimia dan beberapa penyakit lain. Misalnya orang dengan golongan
darah A mendapat transplantasi sumsum dari orang golongan darah O,
lama kelamaan golongan darahnya berubah menjadi O.

Dunia kedokteran pernah dihebohkan dengan beberapa kasus tindakan


medis yang berhasil mengubah golongan darah, seperti :

a. Transplantasi hati pada Demi-Lee Brennan (Australia) yang


ternyata mengubah darahnya dari O- menjadi O+
b. Wong Mei Moy (China) yg melakukan transplantasi sumsum
tulang belakang sehingga mengubah golongan darahnya dari AB
menjadi A
c. Tim penelitian medis asal Universitas Harvard dan Denmark yang
dapat mengubah semua golongan darah dengan bakteri unik jadi O.

medis masih mempelajari apakah proses perubahan tipe darah tersebut


dapat ditiru kembali pada pasien lainnya atau tidak. Benar tidaknya
golongan darah seseorang dapat berubah atau tidak, semua itu masih

18
membutuhkan penelitian yang panjang. Jika benar golongan darah ternyata
dapat berubah, itu merupakan penemuan yang luar biasa dalam dunia
medis.

7. Uji Golongan Darah dan Rhesus


Untuk mengetahui golongan darah seseorang dapat dilakukan dengan
pengujian yang menggunakan serum yang mengandung aglutinin.
Dimana bila darah seseorang diberi serum aglutinin A mengalami
aglutinasi atau penggumpalan berarti darah orang tersebut mengandung
aglutinogen A. Dimana kemungkinan orang tersebut bergolongan darah
A atau AB. Bila tidak mengalami aglutinasi, berarti tidak menngandung
antigen A, kemungkinan darahnya adalah bergolongan darah B atau O
(Kimball, 1999).

Bila darah seseorang diberi serum aglutinin b mengalami aglutinasi,


maka darah orang tersebut mengandung antigen B, berarti kemungkinan
orang tersebut bergolongan darah B atau AB. Bila tidak mengalami
aglutinasi, kemungkinan darahnya adalah A atau O. Bila diberi serum
aglutinin a maupun b tidak mengalami aglutinasi, kemungkinan darahnya
adalah O (Solomon, 1993).

Pada darah setiap manusia tidak akan dijumpai aglutinogen/antigen dan zat
antinya (zat yang dapat menggumpalkan antigen). Jadi, jika seseorang
memiliki aglutinin A maka dalam darahnya tidak akan dijumpai aglutinin a
yang dapat menggumpalkannya. Sama halnya dengan orang yang memiliki
antigen B, maka di dalam darahnya tidak akan dijumpai zat
penggumpalnya. Demikian juga dengan orang yang memiliki aglutinin A
dan B, maka di dalam darahnya tidak akan ada aglutinin sama sekali.
berbeda dengan orang yang tidak memiliki aglutinogen, di dalam darahnya
akan dijumpai 2 macam aglutinin yaitu aglutinin a dan aglutinin b.

19
Pada percobaan kali ini yang dilakukan untuk mengetahui golongan darah
dan rhesus, mula-mula yang dilakukan adalah menyiapkan kartu uji
golongan darah yang sudah diisi biodata perserta golongan darah dan telah
teriisi keterangan. Kartu uji golongan darah berfungsi sebagai tempat
untuk meletakkan objek yang akan diamati. Kemudian mensterilkan salah
satu ujung jari yaitu jari manis dengan alkohol 70%. Alkohol 70%
berfungsi untuk mensterilkan jari manis dari kuman. Kemudian
menusukkan lancet ke jari manis yang telah disterilkan tadi, ditusukkan
pada pembuluh darah arteri. Setelah itu, menekan ujung jari yang telah
ditusuk tadi sehingga mengeluarkan darah dan meneteskan darah tersebut
pada kartu uji golongan darah, di sebelah kiri dan sebelah kanan,
kemudian meneteskan serum alfa di sebelah darah yang berada disebelah
kanan, dan meneteskan serum beta disebelah darah yang berada di sebelah
kiri, lalu mengaduknya dengan gerakan memutar dengan menggunakan
tusuk gigi. Serum alfa dan serum beta berfungsi untuk menentukan jenis
golongan darah yang ditandai dengan adanya aglutinasi dan tidak adanya
aglutinasi.

Pada Miftahul dan Rahayu (No 9 dan 14 pada tabel di atas ) di dapatkan
darah bergolongan B. Hal ini terjadi karena setelah darah ditetesi anti A
darah tersebut tidak menggumpal dan setelah ditetesi anti B darah tersebut
menggumpal.

Antingen adalah sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama


dalam produksi antibodi. Antingen biasanya berupa protein atau polisarida,
tetapi dapat juga berupa molekul lainnya, termasuk molekul kecil
dipasangkan dengan protein pembawa. Anti gen ini dibagi menjadi anti
gen A dan anti gen B. dimana anti gen A hanya terdapat dan dihasilkan
pada seseorang bergolongan darah A dan O, sedangkan anti gen B hanya
terdapat pada seseorang bergolongan darah B dan O.

Dikatakan bergolongan darah A, karena setelah darah tersebut dicampur


dengan serum alfa (anti A), darah tersebut mengalami aglutinasi.

20
Aglutinasi terjadi dikarenakan di dalam sel darah tersebut mengandung
aglutinogen A, dan serum darahnya dapat membuat aglutinin anti-B.

Dikatakan bergolongan darah B, karena setelah darah tersebut dicampur


dengan serum beta (anti B), darah tersebut mengalami aglutinasi.
Aglutinasi terjadi dikarenakan di dalam sel darah tersebut mengandung
aglutinogen B, dan serum darahnya dapat membuat agglutinin anti-A.

Dikatakan bergolongan darah O, karena tidak mengalami aglutinasi


setelah dicampurkan serum alfa (anti A) maupun serum beta (anti B). Hal
ini dikarenakan di dalam sel darah tersebut tidak mengandung aglutinogen,
dan serum darahnya dapat membuat agglutinin anti-A dan agglutinin anti-
B.

Dikatakan memiliki Rhesus positif, karena mengalami aglutinasi setelah


dicampurkan serum anti rhesus. Aglutinasi terjadi dikarenakan di dalam
sel darah tersebut mengandung aglutinogen rhesus.

Dikatakan memiliki Rhesus negatif, karena tidak mengalami aglutinasi


setelah dicampurkan serum anti rhesus. Aglutinasi terjadi dikarenakan di
dalam sel darah tersebut tidak mengandung aglutinogen Rhesus.

Banyak faktor yang mempengaruhi hasil tes golongan darah menjadi


berbeda, human error menjadi permasalahan yang paling
mendominasi. Cara penyimpanan reagen, suhu ruangan, cara menteteskan
reagen dan lainnya adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan
perbedaan hasil uji golongan darah. Demi keamanan dan keyakinan, coba
lakukan uji golongan darah lebih dari satu kali.

8. Transfusi Darah
Karena ada perbedaan antigen dan antibodi pada individu, dari dasar inilah
muncul istilah donor universal dan resipien universal. Donor universal
(golongan O) adalah golongan darah yang bisa mendonorkan darahnya ke
semua golongan darah, karena tidak memiliki aglutinogen. Sedangkan
resipien universal (golongan AB) adalah golongan darah yang bisa

21
menerima darah dari semua golongan, karena tidak memiliki aglutinin.
Jadi O bisa menjadi donor ke semua golongan, dan AB bisa menjadi
resipien dari semua golongan.

Namun sebenarnya pernyataan diatas sudah lama ditinggalkan di ilmu


kedokteran, karena pada dasarnya kemungkinan terjadi penggumpalan itu
masih ada, sehingga sekarang sebaiknya mendonorkan darah dengan
golongan yang sama.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:Penggolongan darah manusia dapat dilakukan dengan beberapa
sistem, salah satunya adalah sistem ABO. Menurut sistem ini, golongan
darah dapat dilihat berdasarkan aglutinogen dan aglutininnya. Berdasarkan
sistem ABO, golongan darah dibedakan menjadi:

1. Golongan darah A, yaitu jika sel darah merah mengandung


aglutinogen A dan aglutinin b dalam plasma darah
2. Golongan darah B, yaitu jika sel darah merah mengandung aglutinogen
B dan aglutinin a dalam plasma darah
3. Golongan darah AB, yaitu jika sel darah merah mengandung
glutinogen A dan B, dan plasma darah tidak memiliki aglutinin.
4. Golongan darah O, yaitu jika sel darah merah tidak memiliki
aglutinogen A dan B, dan plasma darah memiliki aglutinin a dan b
Dengan mengetahui jenis golongan darah dapat memudahkan dalam
proses transfusi darah apa saja yang cocok antara donor (yang memberikan
darah) dan resipien (yang menerima darah).
Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa:
a. Golongan darah A dapat mendonorkan darahnya pada golongan darah
A dan B, dan menerima darah dari golongan darah A dan O
b. Golongan darah B dapat mendonorkan darahnya pada golongan darah
B dan AB, dan dapat menerima darah dari golongan darah B dan O
c. Golongan darah AB dapat mendonorkan darahnya pada golongan
darah AB saja,tetapi dapat menerima dari semua golongan darah
sehingga disebut resipien universal
d. Golongan darah O dapat mendonorkan darahnya pada semua golongan
darah (disebut donor universal),tetapi hanya dapat menerima darah
dari golongan O saja

23
B. Saran
Semoga dengan selesainya laporan praktikum ini diharapkan agar para
pembaca dapat lebih mengetahui dan memahami tentang darah dan
golongan darah. Dan dapat mengaplikasikannya dalam dunia Analis
Kesehatan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A.; Reece, J.B.; Urry, L.A.; Cain, M.L.; Wasserman, S.A.;
Minorsky,P.V.; Jackson, R.B.
2008 Biology. San Francisco: Pearson Benjamin Cummings.

Carritt, B., T. J. Kemp, and M. Poulter


1997 Evolution of the Human RH (Rhesus) Blood Group Genes: A 50 Year Old
Prediction (Partially) Fulfilled. Human Molecular Genetics 6(6): 843–850.

Istamar, Samsuri, and dkk


2004 Biologi SMA Kelas XI. Malang: Erlangga.

Kimball, J. W
1999 Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.

Prawiroharto, Slamet
1995 Sains Biologi. Bogor: Bumi Aksara.

Priadi, Arif
2009 Biologi SMA XI. Bogor: Yudhistira.
Priadi, Arif. 2009. Biologi. Jakarta: Tirta.

Sudjadi, Bagod. 2007. Biologi 1. Jakarta: Erlangga.


Suryo. 1997. Genetika Manusia Cetakan Kesembilan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

25

Anda mungkin juga menyukai