Dosen Pengampu :
Ns. Mareta Dea Rosaline, M.Kep
Kelompok 6 :
Indriyani Marsyanda 2010711053
Primarani Ayu Rizqia 2010711037
Farah Aprilia 2010711058
Kirana Alya Arsan 2010711031
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan masakalah ini tepat
pada waktunya. Selawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi kita Nabi besar
Muhammad SAW.
Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Anemia ini ditulis
guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Didalamnya,
penulis akan membahas mengenai asuhan keperawatan untuk pasien Anemia.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis makalah menyampaikan rasa hormat
dan ucapan dan terimakasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan
bantuan dan dorongan kepada penulis sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat
pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………....3
BAB I
Pendahuluan………………….………………………………………………………………4
Latar belakang…………………………………………………………………………4
Tujuan…………………………………………….…………………………………....4
Manfaat………………………………………………………….…………………......5
BAB II
Pembahasan……………………………………………………………………………..……6
Komponen darah………………………………………………………………………6
Pengertian anemia……………………………………………………………………..9
Klasifikasi anemia……………………………………………………………………..9
Tipe-tipe anemia……………………………………………………….......................11
Etiologi anemia………………………………………………………........................13
Patofisiologi…………………………………………………………….....................15
Tanda dan gejala………………………………………………………......................16
Penatalaksanaan medis……………………………………………………………….19
Pemeriksaan penunjang agnostic……………………………………………………..26
Komplikasi anemia…………………………………………………….......................27
Askep anemia………………………………………………………….......................29
BAB III
Pentutup………………………………………………………………………………34
Telaah jurnal………………………………………………………….........................35
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….40
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan atau jumlah erytrosit
lebih rendah dari normal (Jumiarni, 1992 : 112). Anemia adalah pengurangan jumlah sel
darah merah, kuantitas hemoglobin dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100
ml darah (Price, A, Sylvia, 1994 : 232). Anemia adalah suatu keadaan sebagai penurunan
volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang
sehat (Nelson, 2000 : 1680).
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat diseluruh belahan dunia
terutama di Negara berkembang. Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
berkurangnya volume konsentrasi hemoglobin, hematoktrit dan juga jumlah sel darah
merah yang menyebabkan tidak terpenuhinya oksigen bagi tubuh. Anemia secara umum
dibagi beberapa jenis yaitu anemia pasca perdarahan, anemia defisiensi zat besi, anemia
hemolitik serta anemia aplastik (Wijaya & Putri, 2013).
Kejadian anemia bervariasi tetapi diperkiakan sekitar 30% penduduk dunia
mederita anemia, dimana prevalensi tertinggi berada di Negara-negara sedang
berkembang. Prevalensi anemia adalah sekitar 8-44%, dengan prevalensi tertinggi pada
laki-laki usia 85 tahun atau lebih. Dari beberapa hasil studi lainya dilaporkan bahwa
prevalensi anemia pada laki-laki adalah 27-40% dan wanita adalah 16-21%. Sebagai
penyebab tersering anemia pada adalah anemia kronik dengan prevalensinya sekitar 35%,
diikuti oleh anemia defisiensi besi sekitar 15%. Penyebab lainya yaitu defisiensi viamin
B12, defisiensi asam folat, perdarahan saluran cerna dan sindroma mielodisplastik. Pada
lansia penderita anemia berbagai penyakit lebih mudah timbul dan penyembuhan penyakit
lebih mudah timbul dan penyembuhanya akan semakin lama. (WHO, 2015).
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari makalah ini adalah Untuk Mengetahui dan
Memahami Tentang Konsep Dasar Teori dan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Anemia.
b. Tujuan Khusus
4
Adapun tujuan khusus dari makalah ini antara lain adalah :
1. Untuk mengetahui konsep dasar teori dari Anemia.
2. Untuk mengetahui konsep dasar Askep teoritis pada pasien dengan Anemia dengan
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
C. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini antara lain :
a. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang Anemia
b. Untuk meningkatkan pengetahuan Asuhan Keperawatan dari Anemia
c. Untuk menambah referensi pustaka bagi mahasiswa Keperawatan UPNVJ tentang
Anemia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. KOMPONEN DARAH
Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari dua bagian besar.
Darah terdiri dari atas dua komponen utama yaitu plasma darah sebesar 55% dan komponen
padatan (korpuskuli) sebesar 45%.
1. Plasma darah (cairan darah)
Plasma darah terdiri atas 91% air, 8% protein terlarut, 1 % asam organik dan 1
% garam. Plasma darah merupakan komponen darah yang berupa cairan berwarna
kuning yang terdiri atas 90% air, 7% protein plasma, 0,9% macam jenis garam dan 0,1
% adalah glukosa. Warna kuning pada plasma darah biasanya dapat ditemukan pada
darah yang mengendap akan tetapi warna kuning tersebut dapat berubah menjadi
kuning keruh dikarenakan terlalu banyak lemak yang tertimbun.Bahan organik pada
plasma merupakan protein yang disebut Plasma Protein yang berkisar 6-8%. Terdapat
beberapa jenis protein yang berbeda sifat dan fungsinya. Tubuh individu terdapat kira-
kira 200-300 gram protein terdapat dalam bentuk koloid dan mempengaruhi kekentalan
(viskositas) darah.
a. Protein, meliputi :
- fibrinogen : untuk pembekuan darah
- albumin : menjaga tekanan osmotik darah
- globulin : membentuk zat kebal / zat antibody
Berdasarkan kerjanya zat anti dibedakan :
- prepsipitin : kerjanya menggumpalkan darah
- lisin : memecah antigen
- antitoksin : menetralkan racun
b. Sari-sari makanan, meliputi :
- Glukosa
- asam amino
- asam lemak
- gliserin
c. Garam mineral, meliputi :
- kation : Na+, K++, Ca++, Mg++
- anion : Cl-, HCO3-, PO4-
d. Zat hasil produksi sel, meliputi :
- Hormon
- Enzim
- antibodi
e. Zat hasil sisa metabolisme, meliputi :
- Urea
- asam ureat
f. Gas-gas pelepasan, meliputi :
- O2
- CO2
6
- N2
2. Eritrosit
Eritrosit atau sel darah merah merupakan komposisi darah dengan persentase
45% dari volume darah yang ada di tubuh. Pada sel darah merah ini terkandung
hemoglobin, dimana fungsi hemoglobin adalah sebagai zat pewarna merah pada darah.
Adapun produksi sel darah merah dilakukan oleh sumsum tulang yang memiliki siklus
hidup dalam jangka waktu 100-120 hari. Sedangkan bentuknya apabila diamati adalah
berbentuk lonjong dengan memilki inti yang sangat kecil. Sel darah merah berperan
penting dalam pengaturan pH darah karena ion bikarbonat dan hemoglobin merupakan
bufer asam-basa. Eritrosit Merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah pada pria
dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita sekitar 4 juta sel/cc darah.
Fungsi Eritrosit :
- Sel darah merah mentransfer oksigen ke seluruh jaringan melalui pengikatan
hemoglobin terhadap oksigen.
- Hemoglobin sel darah merah berikatan dengan karbondioksida untuk ditranspor ke
paru-paru, tetapi sebagian besar karbondioksida yang dibawa plasma berada dalam
bentuk ion bikarbonat. Suatu enzim (karbonatanhidrase) dalam eritrosit
memungkinkan sel darah merah bereaksi dengan karbondioksida untuk membentuk
ion bikaronat. Ion bikarbonat berdifusi keluar dari sel darah merah dan masuk ke
dalam plasma.
3. Leukosit
Leukosit atau sel darah putih merupakan salah satu bagian dari sistem imun yang
dapat memberikan perlindungan tubuh dari patogen yang menyerang. Jumlah normal
leukosit pada tubuh manusia adalah 4,5 – 10 juta/mm kubik tergantung dari kondisi
fisiologis orang tersebut. Akan tetapi dalam bidang medis, jumlah leukosit pada tubuh
akan menentukan kesehatan seseorang dan dapat mempengaruhi kinerja tubuh.
Ciri umum leukosit adalah memiliki membran nukleus, akan tetapi tidak memiliki
hemoglobin, ukurannya pun relatif besar dan jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan
dengan sel darah merah. Sedangkan sifat dari leukosit adalah:
- Seperti Amoeba – Pergerakan nya menyerupai amoeba dengan cara menjulurkan
sitoplasma menuju arah yang diinginkan
- Khemotaksis – Dapat bergerak secara otomatis menuju tempat yang terluka atau
mengalami peradangan
- Fagositosis – Dapat memakan sel yang sudah mati atau benda asing yang masuk
- Diapedisis – Dapat menembus lapisan kapiler menuju jaringan tubuh
Pembagian leukosit :
7
Eosinofil adalah fagosit lemah. Sel ini berfungsi dalam detoksikasi
histamine yang di produksi sel mast dan jaringan yang cedera saat inflamasi
berkurang. Eosinofil mengandung peroksidase dan fosfatase, yaitu enzim
yang mampu menguraikan protein.
- Basofil ,mencapai kurang dari 1% jumlah leukosit. Memiliki sejumlah
granula sitoplasma besar yang bentuknya tidak beraturan dan akan berwarna
keunguan sampai hitam serta memperlihatkan nucleus berbentuk S. Sel ini
mengandung histamine, mungkin untuk meningkatan aliran darah
kejaringan yang cedera, dan juga antikoagulan heparin, mungkin untuk
membantu mencegah penggumpalan darah intravascular.
4. Trombosit
Trombosit merupakan komposisi darah yang sangat penting dalam proses
pembekuan atau penggumpalan darah. Perlu diketahui bahwa jumlah normal trombosit
yang ada dalam tubuh adalah 200.000-400.000/mm kubik. Dimana apabila kadar
trombosit dalam tubuh dibawah normal, maka akan kesulitan dalam proses pembekuan
darah. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembekuan darah,
beberapa diantaranya adalah:
- Suhu – Proses pembekuan darah tentunya akan melibatkan kinerja dari enzim,
dimana enzim akan bekerja pada suhu yang optimal. Jika suhunya sangat rendah,
maka proses pembekuan darah akan terhambat.
- Benda Asing – Jika seseorang mengalami luka, jangan sampai darah tersebut
bersentuhan dengan benda asing. Hal ini akan mengakibatkan perlambatan dalam
proses pembekuan darah.
- Dekalsifikasi – Dekalsifikasi merupakan proses pengikatan ion Ca++ dengan
beberapa substansi lain yang dapat menghambat kinerja trombosit.
- Hirudin – Hirudin adalah senyawa antikoagulan yang dapat memberikan pengaruh
untuk mencegah trombin bekerja dengan normal, hal ini tentunya dapat
menghambat proses pembekuan darah.
8
B. PENGERTIAN ANEMIA
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan atau jumlah erytrosit lebih
rendah dari normal” (Jumiarni, 1992 : 112). Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah
merah, kuantitas hemoglobin dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml
darah” (Price, A, Sylvia, 1994 : 232). Anemia adalah suatu keadaan sebagai penurunan
volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang
sehat” (Nelson, 2000 : 1680)
Anemia adalah suatu keadaan yang menggambarkan Hb/ erytrosit dalam darah kurang
dari normal. Dikatakan anemia grafis apabila Hb 5 gr%. Tingkatan anemia pada anak
dibagi menjadi 3 yaitu :
C. KLASIFIKASI ANEMIA
1. Anemia Normositik Normokrom.
Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut, hemolisis,
dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang. Terjadi penurunan
jumlah eritrosit tidak disertai dengan perubahan konsentrasi hemoglobin
Etiologi:
a. Hemolitik
b. Pasca perdarahan akut
c. Anemia aplastic
d. Alcoholism
e. Anemia pada penyakit hati kronik
9
2. Anemia Markositik Normokrom
Anemia dengan kekurangan B12 (anemia pernisiosa) adalah anemia megaloblastic
yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12
Etiologi:
a. Pertumbuhan bakteri abnormal dalam usus halus yang menghalangi
penyerapan vitamin B12
b. Penyakit kronik
c. Vegetarian
3. Anemia Hemolitik
Penyakit kekurangan darah yang disebabkan oleh meningkatnya proses
penghancuran sel darah merah dalam tubuh.
Etiologi:
➢ Faktor Intrinsik
a. Kelainan membran seperti sterositosis heriditer.
b. Kelainan glikolisis seperti defisiensi piruvat kinase.
c. Kelainan enzim seperti defisiensi GG PD.
d. Hemoglobinopati seperti anemia sel sabit.
➢ Faktor Ekstrinsik
a. Gangguan sistem imun
b. Mikroargiopati seperti NID
c. Infeksi seperti akibat plasmodium
d. Hipersplenisme
10
5. Anemia aplastic
Suatu pensitopenia (penurunan jumlah sel darah: thrombosit, leukosit, eritrosit) pada
hiposelularitas sum-sum tulang.
Etiologi:
a. Faktor Kongenital
Karena kelainan bawaan seperti sindrom fanconi disertai microsefali
strabismus, anomali jari.
b. Faktor yang didapat :
1) Bahan kimia, benzene, insektisida, senyawa Pb.
2) Obat-obatan : kloramfenikal, mesantoin, piri benzamin.
3) Radiasi
4) Faktor individu : alergi terhadap obat
5) Infeksi, keganasan, gangguan endokrin
D. TIPE-TIPE ANEMIA
1. Anemia sel sabit
Pasien anemia sel sabit memiliki gen yang menyebabkan hemoglobin terbentuk
secara tidak normal. Akibatnya, sel-sel darah merah diproduksi dalam bentuk
sabit. Kondisi ini dapat menyebabkan krisis dan bahkan stroke dan serangan
jantung. Pasien anemia sel sabit mungkin juga mengalami pembengkakan di
bagian tangan dan kaki serta mengalami penurunan kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi. Menurut paparan Murray, anemia sel sabit merupakan anemia
yang paling umum terjadi pada orang Afrika-Amerika, dan terkadang
menyerang keturunan Hispanik, Indian, dan Mediterania.
11
2. Thalassemia
Thalasemia terjadi ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup
hemoglobin, yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Kondisi
ini juga disebabkan oleh gen yang rusak. Penderita thalassemia ringan biasanya
menunjukkan gejala khas dari anemia, seperti kelelahan, sementara penderita
thalassemia sedang atau berat mengalami masalah pertumbuhan, pembesaran
limpa, masalah tulang, dan penyakit kuning.
4. Fanconi anemia
Fanconi anemia muncul akibat adanya gangguan darah bawaan yang
mencegah sumsum tulang memproduksi cukup sel-sel darah baru bagi tubuh.
Selain memiliki gejala-gejala umum anemia, seperti kelelahan dan pusing,
penderita Fanconi anemia juga berisiko lebih besar terkena infeksi karena tubuh
mereka tidak memproduksi cukup sel darah putih untuk melawan kuman.
Beberapa pasien juga berisiko lebih besar terkena leukemia myeloid akut (salah
satu jenis kanker darah) karena sumsum tulang mereka memproduksi sejumlah
besar sel darah putih yang belum matang dan mencegah produksi sel darah
normal.
5. Hereditary spherocytosis
Penyakit turunan ini ditandai dengan munculnya sel darah merah
abnormal yang disebut dengan spherocytes tipis dan rapuh. Sel-sel ini tidak
12
dapat berubah bentuk ketika melewati organ-organ tertentu seperti yang mampu
dilakukan sel-sel darah merah normal. Akibatnya, spherocytes akan menuju
limpa lagi akhirnya hancur. Hancurnya sel darah merah menyebabkan anemia.
Kebanyakan pasien pengidap hereditary spherocytosis hanya terkena anemia
ringan, tetapi dapat berujung pada infeksi yang menyebabkan penyakit kuning
dan bahkan penghentian sementara produksi sel-sel darah oleh sumsum tulang.
E. ETIOLOGI
Penyebab anemia bergantung pada banyaknya sel darah merah (eritrosit) yang
diproduksi dalam tubuh dan tingkat kesehatan seseorang. Penurunan kadar hemoglobin
selama kehamilan disebabkan oleh ekspansi yang lebih besar dari volume plasma
dibandingkan dengan peningkatan volume sel darah merah (eritrosit). Disproporsi antara
tingkat kenaikan untuk plasma dan eritrosit memiliki perbedaan yang paling signifikan
selama trimesrer kedua (American Pregnancy Association, 2015).
Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia (Dhaar & Robbani, 2008). Anemia
kurang zat besi adalah tipe anemia yang paling sering muncul. Ini berkembang bila suplai
zat bessi tidak cukup untuk pembentukan SDM optimal. Normalnya, tubuh secara efisien
mendaur ulang dan menyimpan zat besi, menggunakan kembali sebagian besar zat besi
yang terkandung dalam SDM yang dibuang dari sirkulasi akibat usia atau rusak. Namun,
sejumlah kecil zat besi secara terus menerus dibuang dalam feses, sehingga asupan zat besi
yang cukupp diperlukan untuk sintesis hemoglobin normal dan produksi SDM. Anemia
13
kurang zat besi menyebabkan jumlah SDM sedikit, SDM mikrositik dan hipokromik, serta
SDM cacat (poikilositosis)
Berdasarkan Pribadi, et al (2015) meskipun anemia defisiensi besi merupakan
penyebab terbanyak, tetapi anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal lainnya, antara lain:
1. Hemolisis akibat malaria atau penyakit bawaan seperti talasemia.
Talasemia adalah gangguan pada sintesis hemoglobin yang diwariskan yakni alfa
atau beta molekul hemoglobin hilang atau cacat.
2. Defisiensi G6PD (anemia glukosa-6-fosfat dehidrogenase)
Disebabkan oleh kelainan herediter pada metabolosme SDM. G6PD adalah suatu
enzim yang mengatalisis glikolisis, suatu proses SDM mendapatkan energi selular.
Gangguan pada kerja G6PD menyebabkan oksidasi langsung hemoglobin yang
merusak SDM.
3. Defisiensi nutrient seperti vitamin B12, asam folat, dan vitamin C
Vitamin B12 dibutuhkan untuk sintesis DNA. Kekurangan vitamin ini merusak
pembelahan sel dan maturasi inti sel, khususnya pada proliferasi SDM yang cepat.
Anemia defisiensi asam folat ditandai dengan sel yang rapuh megaloblastik.
Anemia defisiensi asam folat disebabkan asupan yang tidak cukup lebih sering
dialami orang yang kurang gizi kronik. Mencangkup lansia, alkoholik, dan pecandu
narkoba. Alkoholik khususnya, berisiko karena alkohol menekan metabolisme
folat, yang membentuk asam folat. Peningkatan kebutuhan asam folat juga
menyebabkan anemia. Gangguan absorpsi dan metabolisme asam folat dapat
menyebabkan anemia defisiensi asam folat.
4. Kehilangan darah kronis akibat cacing dan malabsorbsi besi
Menurut Sudoyo, et al (2010) anemia hanyalah suatu kumpulan gejala yang
disebabkan oleh berbagai macam penyebab. Pada dasarnya anemia disebabkan
oleh karena:
1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
2. Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)
3. Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis).
14
F. PATOFISIOLOGY
15
G. TANDA DAN GEJALA
1. ANEMIA
a. Penyebab
Hemoglobin atau sel darah merah (RBC) rendah mengakibatkan kemampuan darah
untuk membawa oksigen jadi berkurang. Ini mungkin terkait dengan hilangnya
darah, kerusakan pada sel darah merah dalam kaitan dengan perubahan atau
kerusakan hemoglobin (hemolosis), kekurangan gizi (zat besi, vitamin B12, asam
folat), ketiadaan produksi RBC, atau kegagalan sumsum tulang. Beberapa pasien
mempunyai sejarah keluarga anemia dalam kaitan dengan transmisi genetik seperti
thalasemia atau sel sabit.
b. Prognosis
Anemia adalah suatu gejala bahwa ada hal lain yang sedang terjadi. Penyebab
anemia perlu ditentukan untuk mengatasi anemy dan gejalanya.
c. Tanda-tanda dan gejala
- Lelah karena hipoksia karena oksigen yang tersedia untuk jaringan tubuh
kurang.
- Kelemahan karena hipoksia.
- Muka pucat karena oksigen yang tersedia untuk jaringan permukaan kurang.
- Takikardia karena tubuh mencoba mengimbangi ketersediaan oksigen yang
kurang dengan berdetak lebih cepat untuk meningkatkan persediaan darah.
- Desisan sistolik karena naiknya turbulensi aliran darah.
- Dyspnea atau pendekatan naoas karena hipoksia sebab tubuh berusaha
mendapatkan lebih banyak oksigen.
- Anginia karena otot jantung tidak mendapatkan cukup oksigen.
- Sakit kepala karena hipoksia.
- Tulang sakit karena naiknya erythropoiesis sebab tubuh berusaha
menumbuhkan anemia.
- Penyakit kuning (jaundice) dalam anemia hemolitik karena naiknya tingkat
bilirubin sebab sel darah merah rusak.
16
butir darah merah yang mendapat dalam sirkulasi, ukuran dan warnanya normal. Ini
mungkin terkait dengan paparan bahan kimia, paparan radiasi dosis tinggi, atau
terpapar pada racun. Pengobatan kanker seperti terapi radiasi dan agen
kemoterapeutik dapat menekan fungsi sumsum tulang, yang akan mengakibatkan
anemia (RBC rendah), trombositopenia (keping darah rendah), dan leukopenia
(WBC rendah). Penyebab dapat pula idiopatik atau tak dikenal.
b. Prognosis
Disfungsi sumsum tulang mungkin menyerang lambat atau mendadak. Umur hidup
RBC lebih panjay dibandingkan keping darah dan WBC, sehingga anemia dapat
muncul kemudian dibandingkan efek kehilangan sel yang lain. Beberapa paparan
agen atau mendikasi beracun berpotensi fatal oada individu yang peka.
c. Tanda-tanda dan gejala
- Lelah karena hipoksia.
- Lemah karena hipoksia jaringan.
- Pucat karena kurangnya oksigen yang mencapai jaringan superficial karena
anemia.
- Infeksi terkait dengan produksi sel darah putih rendah, menyebabkan
berkurangnya kekurangan untuk melawan infeksi.
- Memar (Ecchymosis), dan perdarahan subkutan (SC) kevil (petechiae) terkait
penurunan keping darah, mengubah kemampuan pembekuan darah.
- Pendarahan dari membran mukosa (saluran GI, mulut, hidung, vagina).
17
b. Prognosis
Anemia kekurangan zat besi adalah jenis anemia paling umum. Biasanya pasien
bereaksi terhadap suplementy oral zat besi. Terkadang pasien mempunyai masalah
penyerapan zat besi dari saluran usus. Pasien ini akan memerlukan suplemen
parenteral. Ketika zat besi sudah digantikan, anemia teratasi dan tingkat
hemoglobin kembali normal. Beberapa pasien mungu memerlukan suplemen
seumur hidp, bergantung pada penyebab desisiensi.
c. Tanda-tanda dan gejala
- Lemah karena anemu dan hipoksia jaringan.
- Pucat karena jumlah oksigen yang mencapai jaringan permukaan kurang.
- Lelah karena anemia dan hipoksia.
- Koilonychia-Lekuk kuku yang tipis ke atas bagian pinggirnya juga disebut kuku
sendok.
- Takikardia dan tachypnea pada saat olahraga keras karena naiknya permintaan
oksigen.
4. PERNICIOUS ANEMIA
a. Penyebab
Tubuh tidak mampu menyerap vitamin B12, yang diperlukan untuk membuat RBC,
akibatnya jumlah RBC kurang. Lebih umum pada keturunan orang Eropa bagian
utara, anemia biasanya berkembang pada orang dewasa. Faktor intrinsik biasanya
dikeluarkan oleh sel-sel oariental dari mukosa lambung dan diperlukan untuk
penyerapan vitamin B12. Kerusakan mukosa lambung berkaitan dengan respons
autoimun dikarenakan hilangnya sel parietal di dalam perut. Kemampuan vitamin
B12 untuk terkait dengan faktor intrinsik hilang, mengurangi jumlah vitamin yang
diserap. Serangan biasanya pada usia 40 sampai 60 tahun.
b. Prognosis
18
- Lemah dan lelah karena anemia.
- Perasan geli di tangan dan kaki-"stocking-glove parasthesia"-terkait dengan
demielinasi bilateral dari tulang dorsal dan lateral saraf tulang belakang.
- Indera getar dan posisi berkurang.
- Keseimbangan buruk terkait dengan efek pada fungsi otak.
- Dementian tampak kemuu dalam proses penyakit.
- Glossitis atrifik-lidah merah.
- Mual dapat mengarah kepada anoreksia dan turun berat badan.
- Rambut berwarna abu-abu.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Guillermo dan Arguelles (Riswan, 2003) pemeriksaan yang dapat dilakukan
antara lain:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu ukuran
kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah anemia berkembang. Pada
pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat
sederhana seperti Hb sachli, yang dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan, yaitu
trimester I dan III.
19
MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau HER (Hemoglobin Eritrosit
Rata-rata) adalah jumlah hemoglobin per-eritrosit yang dinyatakan dengan
satuan pikogram (pg).
Nilai Normal MCH = 27– 31 pg. Penurunan MCH terjadi pada pasien
anemia mikrositik dan anemia hipokromik. Peningkatan MCH terjadi pada
pasien anemia defisiensi besi (Gandasoebrata R, 2013).
20
e. Eritrosit Protoporfirin (EP)
EP diukur dengan memakai haematofluorometer yang hanya membutuhkan
beberapa tetes darah dan pengalaman tekniknya tidak terlalu dibutuhkan. EP naik
pada tahap lanjut kekurangan besi eritropoesis, naik secara perlahan setelah
serangan kekurangan besi terjadi. Keuntungan EP adalah stabilitasnya dalam
individu, sedangkan besi serum dan jenuh transferin rentan terhadap variasi
individu yang luas. EP secara luas dipakai dalam survei populasi walaupun dalam
praktik klinis masih jarang.
21
i. Serum Feritin
Serum feritin adalah suatu parameter yang terpercaya dan sensitif untuk
menentukan cadangan besi orang sehat. Serum feritin secara luas dipakai dalam
praktek klinik dan pengamatan populasi. Serum feritin < 12 ug/l sangat spesifik
untuk kekurangan zat besi, yang berarti kehabisan semua cadangan besi, sehingga
dapat dianggap sebagai diagnostik untuk kekurangan zat besi. Rendahnya serum
feritin menunjukan serangan awal kekurangan zat besi, tetapi tidak menunjukkan
beratnya kekurangan zat besi karena variabilitasnya sangat tinggi. Penafsiran yang
benar dari serum feritin terletak pada pemakaian range referensi yang tepat dan
spesifik untuk usia dan jenis kelamin. Konsentrasi serum feritin cenderung lebih
rendah pada wanita dari pria, yang menunjukan cadangan besi lebih rendah pada
wanita. Serum feritin pria meningkat pada dekade kedua, dan tetap stabil atau naik
secara lambat sampai usia 65 tahun. Pada wanita tetap saja rendah sampai usia 45
tahun, dan mulai meningkat sampai sama seperti pria yang berusia 60-70 tahun.
Keadaan ini mencerminkan penghentian mensturasi dan melahirkan anak. Pada
wanita hamil serum feritin jatuh secara dramatis dibawah 20 ug/l selama trimester
II dan III bahkan pada wanita yang mendapatkan suplemen zat besi. Serum feritin
adalah reaktan fase akut, dapat juga meningkat pada inflamasi kronis, infeksi,
keganasan, penyakit hati, alkohol. Serum feritin diukur dengan mudah memakai
Essay immunoradiometris (IRMA), Radioimmunoassay (RIA), atauEssay
immunoabsorben (Elisa).
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Anemia pada penyakit ginjal
Jenis anemia ini terjadi pada pasien yang mengalami peningkatan BUN >10 mg/dl.
Hematokrit nya menrurun sampai antara 20-30%. Anemia ini disebabkan oleh
menurun nya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopotein.
- Pasien menjalani hemodialisi jangka panjang akan kehilangan darah ke dalam
dialiser sehingga dapat mengalami defisiensi besi. Defisiensi asam folat terjadi
karena vitamin dapat terbuang ke dalam dialisat
- Pasien dialysis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat
- Ketersediaan eritopein rekombian telah merubah secara dramatis
penatalaksanaan anemia pada oenyakit ginjal tahap akhir. Dengan terapi ini,
22
dalam kombinasi dengan penambahan beri oral, dapat dipertahankan kadar
hematokrit antara 33% dan 38%.
2. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asm folat menunjukan
perubahan yang sama antara sumsum tulang dan darah tepi, karena kedua vitamin
tersebut esensial bagi sintesis DNA normal.
a. Defisiensi Vitamin B12
Defisiensi vitamin b12 ditangani dengan pemberian Vitamin B12. Vegetarian
dapat dicegah dengan penambahan vitamin per oral atau melalui susu kedelai
yang diperkaya. Apabila defisiensi disebabkan oleh defek absorbs atau tidak
tersedianya factor instrinsik, dapat diberikan melalui injeksi IM
b. Defisiensi Asam Folat
Asam Folat merupakan vitamin lain yang diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah yang normal. Disimpan dalam bentuk senyawa yang dikenal
sebagai folat. Simpanan folat dalma tubuh jauh lebih kecil disbanding vitamin
B12 sehingga sering dijumpai pada pasien yang jarang menkonsumsi sayur dan
buah mentah.
c. Penanganan meliputi diet dan penambahan asam folat 1 mg per hari. Hanya
diberikan melalu IM pada pasien gangguan absorbsi.
3. Anemia Defisiensi-Besi
Anemia defisiensi-besi adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun di
bawah tingkat normal. (besi di perlukan untuk sintesa hemoglobin) merupakan jenis
anemia paling sering pada semua kelompok umur.
Penatalaksanaan. Kecuali pada kasus kehamilan , penting dicari penyebab
defisiensi besi. Anemia bisa merupakan tanda adanya keganasan gastrointestinal
yang dapat disembuhkan atau fibroid uterus atau kanker. Spesimen tinja harus
diperiksa akan adanya darah tersembunyi.
Berbagai preparat besi oral tersedia untuk penanganannya : sulfat ferosus, dan
fumarat ferosus. Preparat yang paling murah dan paling efektif adalah sulfat
ferosus. Tablet dengan salut enterik kurang bisa diabsorbsi dan harus dihindari.
Secara umum, besi harus dilanjutkan selama satu tahun setelah sumber perdarahan
dapat terkontrol. Sehingga cadangan besi dapat kembali terpenuhi.
23
4. Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul
hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri. Penyakit yang melemahkan ini
ditemukan terutama pada keturunan Afrika; mengenai 1 diantara 375 bayi Afrika
Amerika. Juga didapatkan pada penduduk mediterania, karibia, dan keturunan
amerika selatan dan tengah dan yang mempunyai nenek moyang Arab dan India
Timur.
Penatalaksanaan . penanganan kelainan hemoglobin ini masih terus berkembang,
banyak percobaan pengobatan yang mempunyai sifat antisabit telah dilakukan .
Meskipun jumlah samplenya masih terlalu sedikit , namun ada harapan yang
menjajikan dengan hydroxyurea. Obat ini meningkatkan produksi hemoglobin fetal
(Hb F) pada pasien dengan penyakit sel sabit presentase sel sabit ireversibel
menurun dan terjadinya nyeri berkurang. Obat ini juga mengurangi hemolisis dan
memperpanjang ketahanan hidup sel merah . obat ini masih dianggap eksperimen
dan mempunyai berbagai resiko seperti karsinogenesis dan teratogenesis yang
belum dipahami.
Cetiedil citrate, suatu modifier membran sel darah merah , juga mempunyai efek
antisabit yang efektif . pentoxifyline, obat yang menurunkan kekentalan darah dan
tahanan vaskuler perifer , memberikan harapan menurunkan lamanya krisis sel sabit
.vanili, bahan tambahan makanan, juga mempunyai sifat antisabit dan sedang di
evaluasi sebagai terapi tambahan untuk anemia sel sabit
Apabila terjadi terjadi krisis sel sabit,terapi yang utama adalah hidrasi dan
analgesia. Analgetik opioid mungkin diperlukan karena beratnya nyeri.
5. Anemia Aplastik
Disebabkan oleh penurunan sel prekursor dalam sumsum tulang dan penggantian
sumsum tulang dengan lemak.
Penatalaksanaan medis anemia aplastik:
a) Transplantasi sumsum tulang, dilakukan untuk memberikan persediaan jaringan
hematopoesti yang masih dapat berfungsi. Agar transplantasi dapat berhasil,
diperlukan kemampuan menyesuaikan sel donor dan resipien serta mencegah
komplikasi selama masa penyembuhan. Dengan penggunaan imunosupresan
cyclosporine, insiden penolakan tandur kurang dari 10%.
Dosis : tablet : 25 mg, 50 mg, 100 mg.
24
Injeksi :50 mg/ml, 100 mg/ml.
Indikasi : pencegahan terhadap penolakan implan sumsum tulang belakang,
pencegahan terhadap kemungkinan penolakan imun tubuh terhadap organ yang
baru diimplan.
Kontra indikasi : hipersensitifitas, penderiita kaanker, arthritis rheumatoid,
menyusui.
Penatalaksanaan pencegahan
Obat yang potensial toksik hanya boleh digunakan apabila alternatif tidak
tersedia. Pasien yang mendapat obat potensial toksik harus dipantau hitung sel
darah merahnya dengan teliti. Pasien yang minum obat toksik dalam jangka
waktu panjang harus memahami pentingnya pemeriksaan darah secara periodik
dan mengerti gejala apa yang harus dilaporkan.
25
ini apabila kadar eritropoetin endogen pasien sangat rendah. Cadangan besi serum
yang memadai sangat diperlukan agar obat ini efektif meningkatkan kadar
hematokrit.
Contoh obat :
a. Epodion (epoetin alfa ,rekombinan eritropoetin manusia)
dosis :
Indikasi : anemia akibat insufiensi ginjal ermasuk gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialis maupun non hemodialisis, anemia pada pasien yang
terinfeksi HIV.
Kontra indikasi : hipertensi yang tidak terkontrol, hipersensitif terhadap produk
biologi.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
Menurut Doengoes (2000) pemeriksaan diagnostik untuk diagnosa anemia antara
lain :
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : Hemoglobin dan hematokrit menurun
2. Jumlah eritrosit : Menurun (A /aplastik), menurun berat MCV (mean
corpuskuler volum) dan MCH (mean corpuskuler hemoglobin) menurun
dan mikrositik dengan eritrosit hipokromik (DB/ defisiensi besi), peningkatan
(AP) pansitopenia (aplastik).
3. Jumlah retikulosit : Bervariasi misal menurun (AP) meningkat (respon
sumsum tulang terkadang kehilangan darah (hemolisis).
4. Pewarnaan SDM : Mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengidentifikasi tipe khusus anemia).
5. LED : Peningkatan kerusakan SDM atau penyakit malignasi.
6. Masa hidup SDM : Berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal :
pada tipe anemia tertentu, SDM mempunyai waktu hidup lebih pendek
7. Tes perapuhan eritrosit : Menurun (DB).
8. SDP : Jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
26
9. Jumlah trombosit : Menurun (aplastik), meningkat (DB) normal atau tinggi
(hemolitik)
10. Hemoglobin elektroforesis : Mengidentifikasi tipe struktur Hb.
11. Bilirubin serum (tak terkonjugasi) : Meningkat (AP Hemolitik)
12. Folat serum dan vitamin B12 : Membantu mendiagnosa anemia
sehubungan dengan diferensi masukan/absorbsi.
13. Besi serum : Tak ada (DB), tinggi (hemolitik).
14. TIBC serum : Meningkat (DB).
15. Feritin serum : Menurun (DB).
16. Masa perdarahan : Memanjang (aplastik).
17. LDH serum : Mungkin meningkat (AP).
18. Tes schilling : Penurunan ekskresi vitamin B12 urine (AP).
19. Gualak : Mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukan perdarahan akut/kronis (DB).
20. Analisa gaster : Penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
asam hidroklorik bebas (AP)
21. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan biopsi : Sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah ukuran dan bentuk membentuk membedakan tipe
anemia, misalnya : peningkatan megaloblas (AP) lemak sumsum dengan
penurunan sel darah (Aplastik).
22. Pemeriksaan endoskopik dan radiografik : Memeriksa sisi perdarahan
(perdarahan GI)
b. Anemia hemolitik:
Pemeriksaan laboratorium
1. Peningkatan jumlah retikulasi
2. Peningkatan kerapuhan sel darah merah
3. Pemendekan masa hidup eritrosit
4. Peningkatan bilirubin
c. Anemia megaloblastik:
1. Anemia absorbsi vitamin B12
2. Endoscopi
J. KOMPLIKASI ANEMIA
1. Gagal Jantung
27
Anemia dapat menyebabkan detak jantung menjadi tidak beraturan (aritmia) akibat
harus memompa darah lebih keras untuk mengompensasi kekurangan oksigen
dalam darah.Kondisi tersebut dapat menyebabkan pembesaran jantung
(kardiomegali) jika terjadi dalam waktu yang lama bisa mengakibatkan gagal
jantung.
2. Gagal Ginjal
Anemia dapat menyebabkan gagal ginjal sebagai akibat dari terbentuknya silinder
sel darah merah dan hemoglobin yang dapat menyumbat nefron.Apabila nefron
tersumbat, maka ginjal tidak dapat melakukan fungsinya sebagai alat penyaring
darah dengan semestinya sehingga dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal.
4. Syok Hipovolemik
Kondisi ini terjadi apabila disebabkan oleh anemia akibat trauma yang mana
kondisi tersebut menyebabkan adanya pendarahan. Pendarahan ini bisa
mengakibatkan kehilangan komponen vaskuler ( komponen darah) yang mana
kondisi tersebut bisa mengakibatkan komplikasi berupa syok hipovolemik.
5. Hipoksia
Hipoksia adalah penurunan pemasokan oksigen ke jaringan sampai ketingkat
fisiologik. Apabila terjadi penurunan Hb, maka kadar oksigen dalam tubuh juga
menurun atau terjadi hipoksia. Oleh karena itu, anemia dapat menyebabkan
hipoksia.
Jika hipoksia terjadi di otak maka akan menyebabkan Delirium (kehilangan
kesadaran)
28
Terjadi akibat penurunan Hb. Jika Hb turun maka dia akan mengakibatkan transpor
O2 juga menurun yang bisa menimbulkan hipoksia. Karena otak kekurangan O2
sehingga bisa mengakibatkan penurunan kesadaran.
K. ASKEP ANEMIA
KASUS ANEMIA
a. Data Fokus
Data Objektif Data Subjektif
29
- Diagnosis medis : anemia hipo poliferatif - Pasien bertanya bagaimana bisa terkena
karena kekurangan zat besi dan vit B12 penyakit ini, sedangkan dulu mendapat
DT : imunisasi lengkap
TTV DT :
TD : 100/70 mmhg - pasien mengatakan tidak nafsu makan
HR : 100 x/mnt
RR : 20x/mnt
Suhu: 370C
b. Analisa data
30
DS : Intoleransi Aktivitas Ketidakseimbangan
Antara Suplai dan
- Pasien mengeluh sering lemah Kebutuhan
- Pasien mengeluh lesu Oksigen
- Pasien mengeluh letih
c. Diagnosa keperawatan
d. Intervensi keperawatan
Dx Intervensi
31
1. ketidakseimbangan Manajemen gangguan makan
nutrisi kurang dari Intervensi:
kebutuhan tubuh b.d 1. Tentukan pencapaian berat badan
ketidakmampuan 2. Rundingkan dengan ahli gizi dalam menentukan
mengabsorsi nutrient, asupan kalori harian yang diperlukan
mencerna makana, dan 3. Diskusikan makanan yang disukai bersama ahli gizi
kesulitan ekonomi dan klien
Manajemen nutrisi
Intervensi:
1. Tentukan status gizi pasien
2. Identifikasi adanya alergi atu intoleransi makanan yang
dimiliki pasien
3. Bantu pasien dalam menentukan piramida makanan
yang paling cocok
4. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan klien
5. Atur diet yang diperlukan
Bantuan peningkatan berat badan
Intervensi:
1. Timbang pasien pada jam yang sama setiap hari
2. Monitor mual muntah
3. Monitor asupan kalori setiap hari
4. Dukung peningkatan asupan kalori
5. Sediakan variasi makanan yang tinggi kalori dan
bernutrisi tinggi
6. Kaji makanan kesukaan pasien
2. Ketidakefektifan Perawatan sirkulasi: insufisiensi vena
perfusi jaringan perifer Intervensi:
b.d kurangnya 1. Melakukan penilaian sirkulasi perifer secara
pengetahuan ttg proses komprehensif (cek nadi perifer)
penyakit (penurunan 2. Catat warna kulit dan temperatur
konsentrasi HB dan 3. Memonitor status cairan, masukan dan keluaran
suplai oksigen yang sesuai monitor lab (Hb dan Hmt)
berkurang) 4. Memonitor status hemodinamik, neurologis, dan
tanda vital.
monitor neurologi
Intervensi:
1. Memonitor ukuran pupil, bentuk, kesimetrisan
dan reaktifitas
2. Memonitor tingkat kesadaran
3. Memonitor tingkat orientasi
4. Memonitor tanda vital
5. Memonitor respon pasien terhadap pengobatan
32
3. Intoleransi aktivitas Manajemen energi
b.d ketidakseimbangan Intervensi:
antara suplai dan 1. Kaji status fisiologis klien yang menyebabkan kelelahan
kebutuhan tubuh 2. Gunakan instrument yang valid untuk mengukur
kelelahan
3. Konsultasikan dengan ahli gizi mengenai cara
meningkatkan asupan energy dari makanan
4. Anjurkan pasien untuk memilih aktivitas yang
membangun ketahanan
Terapi aktivitas
Intervensi:
1. Pertimbangkan kemampuan klien dalam berpartisipasi
melalui aktivitas fisik
2. Bantu klien unuk mengeksplorasi tujuan personal dari
aktivitas yang biasa dilakukan (misalnya bekerja)
3. Bantu klien untuk memilih aktivitas dan pencapaian
tujuan melallui aktivitas yang konsisten dengan
kemampuan fisik, fisiologis, dan sosial
4. Bantu klien untuk tetap focus pada kekuatan yang
dimilikinya disbanding kelemahan yang dimilikinya
5. Dorong aktivitas kreatif yang tepat
33
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel
darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah. Ada
beberapa jenis anemia diantaranya anemia normositik normokrom, anemia markositik
normokrom, anemia hemolitik, anemia mikrositik hipokrom, dan anemia aplastic.
Penyebab anemia bergantung pada banyaknya sel darah merah (eritrosit) yang
diproduksi dalam tubuh dan tingkat kesehatan seseorang. Penurunan kadar hemoglobin selama
kehamilan disebabkan oleh ekspansi yang lebih besar dari volume plasma dibandingkan
dengan peningkatan volume sel darah merah (eritrosit).
34
TELAAH JURNAL
1. REVIEW JURNAL
HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI, ASAM FOLAT, VITAMIN B12 DAN VITAMIN C
DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWA DI SMP NEGERI 2 TAWANGHARJO
KABUPATEN GROBOGAN
Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) atau
massa hemoglobin sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam
jumlah yang cukup ke jaringan perifer.Berdasarkan nilai rujukan Riskesdas Tahun 2013
proporsi anemia menurut umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal jumlah penderita anemia
umur 5-14 tahun adalah 26,4%, jumlah penderita jenis kelamin laki-laki adalah 18,4%, jenis
kelamin perempuan 23,9%.
Dari semua kelompok umur tersebut, wanita mempunyai resiko paling tinggi untuk
menderita anemia terutama remaja putri. Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan
yang mendunia dan memiliki prevalensi yang tinggi di berbagai negara di seluruh dunia.
Asupan zat gizi berperan dalam pembentukan sel darah merah. Terganggunya pembentukan
sel darah merah bisa disebabkan makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi
terutama zat-zat gizi penting seperti besi, asam folat, vitamin B12, protein, vitamin C dan zat
gizi penting lainnya.
35
dengan mengkonsumsi sayuran berdaun hijau dan hati. Karena folat tidak disimpan
dalam tubuh dalam jumlah besar, maka perlu untuk mendapatkan pasokan vitamin ini
terus-menerus melalui diet untuk mempertahankan tingkat normal. Pada anemia
defisiensi folat, sel-sel darah merah normal besar (megaloblastik)
Jadi dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa banyaknya penyebab anemia yang
terjadi pada remaja disebabkan oleh masukan zat gizi yang kurang. Tetapi apabila masukan zat gizi
cukup namun dalam proses produksi sel darah merah terganggu karena tidak berfungsinya
pencernaan dengan baik atau kelainan lambung sehingga zat-zat gizi yang penting tidak dapat di serap
dan terbuang bersama kotoran, maka lama kelamaan tubuh akan mengalami anemia.
2. REVIEW JURNAL
36
Penulis Masrizal Khaidir
Reviewer Kelompok 6
Tanggal 3 September 2021
37
- Penentuan kadar hemoglobin
Pada bagian ini penulis menjelaskan tentang metoda
menentukan kadar HB, dan fungsi hemoglobin.
- Pencegahan dan pengobatan anemia defisiensi besi
Pada bagian ini dipaparkan apa saja upaya yang dapat
dilakukan dlam mencegah dan menanggulangi anemia
- Pencegahan dan penanggulangan anemia defisiensi besi
- Penulis menjelaskan apa saja yang dapat dilakukan
dalam pencegahan dan penanggulangan anemia
defisiensi besi dan penulis juga menjelaskan tentang
efek samping dari pemberian besi feroral
- Pemantauan
Pada pembahasan terakhir ini penulis menuliskan 2
upaya dalam pemantauan anemia yaitu dengan cara
terapi serta tumbuh kembang.
38
- Bahasa yang digunakan oleh penulis mudah
dipahami maksud dan tujuannya oleh pembaca.
- Penjelasannya sangat rinci dan mudah dipahami
Kekurangan - Pada bagian kesimpulan kurang menyimpulkan
keseluruhan isi jurnal tersebut
39
DAFTAR PUSTAKA
Karsinah. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Anemia Di Ruang Cempaka
Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. Purwokerto, diakses dari
http://repository.ump.ac.id/4996/6/Karsinah%20BAB%20II.pdf
Muttaqin, A. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Septyasih, A., Widajanti, L., & Nugraheni, S. (2016). Hubungan Asupan Zat Besi, Asam
Folat, Vitamin B12 Dan Vitamin C Dengan Kadar Hemoglobin Siswa Di Smp Negeri 2
Tawangharjo Kabupaten Grobogan. Jurnal Kesehatan Masyarakat (E-Journal), 4(4),
521–528.
Black, M. & Hawks, J.H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan, Edisi 8 - Buku 3. Singapura: ELSEVIER
Digiulo, Mary, dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah,DeMYSTiFied, Buku Wajib bagi
Praktisi dan Mahasiswa Keperawatam.Yogyakarta: Andi Publisher.
40