Anda di halaman 1dari 2

KEBUTUHAN PROMOSI KESEHATAN

A. Menentukan Kebutuhan Manusia


Saat melakukan pengkajian promosi kesehatan, bidan atau perawat perlu menentukan
prioritas. Hirarki Maslow (1970) tentang kebutuhan merupakan metode yang sangat
berguna untuk menetukan prioritas. Hirarki tentang kebutuhan manusia mengatur
kebutuhan dasar dalam lima tingkat. Tingkat pertama atau tingkat paling dasar
mencakup kebutuhan seperti udara, air, dan makanan. Tingkat kedua mencakup
kebutuhan keselamatan dan keamanan. Tingkat ketiga mengandung kebutuhan dicintai
dan memiliki. Tingkat keempat mengandung kebutuhan dihargai dan harga diri. Tingkat
kelima adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Lain halnya dengan Bradshaw (1972) secara umun mengunakan suatu taksonomi yang
membedakan kebutuhan kesehatan dan sosial menjadi empat tipe, yaitu (Heri D.J.
Maulana, 2009):
a. Normative needs
Merupakan kebutuhan yang ditetapkan oleh seorang ahli atau kelompok profesional.
Contohnya perencanaan karir, keuangan, asuransi, dan liburan. Contoh lain misanya,
di dalam pendidikan kelas orang tua, tentukan jenis kebutuhan yang sudah terpenuhi,
apakah kebutuhan normatif yang sudah ditentukan oleh profesi kesehatan, kebutuhan
yang dirasakan, atau dinyatakan orang tua, atau kebutuhan komparatif yang
ditetapkan setelah melihat apa yang tersedia.
b. Felt needs
Felt needs adalah apa yang sebenarnya kita inginkan. Ini dapat diidentifikasi oleh
masing-masing klien yang dapat dihubungkan dengan pelayanan, dan informasi.
c. Expressed need
Expressed needs hampir sama dengan felt needs, yang membedakannya adalah expressed
needs dibuat berdasarkan keinginan klien.
d. Comparative needs
Comparative needs kebutuhan yang diperlukan berdasarkan situasi tertentu yang dapat
dibandingkan dengan kelompok yang sama atau individu.

B. Pengkajian Masalah Kebutuhan


Promosi Kesehatan
Pengkajian yang komprehensif tentang kebutuhan belajar dapat digali dari riwayat
keperawatan, hasil pengkajian fisik, serta melalui informasi dari orang yang dekat
dengan klien. Pengkajian juga mencakup karakteristik klien yang mungkin akan
memengaruhi proses belajar, misalnya kesiapan belajar, dan tingkat kemampuan
membaca. Selain penggalian data melalui wawancara, perawat juga harus melakukan
observasi terhadap kemampuan dan kebutuhan- kebutuhan klien. Kebutuhan belajar
dapat juga diidentifikasi dari pertanyaan klien terhadap perawat tentang sesuatu
hal yang tidak mereka ketahui atau tidak terampil dalam melakukannya. Proses
dimulai dari pengkajian kualitas hidup, masalah kesehatan, masalah perilaku, faktor
penyebab, sampai keadaan internal dan eksternal.
Output pengkajian ini adalah pemetaan masalah perilaku, penyebabnya, dan lain-lain
(Ira Nurmala, 2020).
a. Informasi Kualitas Kehidupa diperoleh dengan melihat data sekunde (Strata
keluarga) informasi ini hanya berfungsi sebagai latar belakang masalah saja.
b. Informasi tentang perilaku sehat diperoleh dari kunjungan rumah atau di Posyandu
c. Informasi tentang faktor penyebab (pre desposing, enabling dan reenforcing
factors) diperoleh melalui survei cepat etnografi (Rapid

42
d.
Promosi Kesehatan Masyarakat
etnography assesment) yang dilakukan oleh tingkatan kabupaten atau kota.
Informasi tentang faktor internal (tenaga, sarana, dana promosi kesehatan) dan
eksternal (peraturan, lingkungan di luar unit) diperoleh dari lapangan/tempat.
INDENTIFIKASI MASALAH KEBUTUHAN PROMOSI KESEHATAN

1. Ruang lingkup tugas


Bagi petugas, tugas mengidentifikasi kebutuhan dalam batas tertentu, telah
dilakukan. Sebagai contoh, seorang bidan telah melakukan identifikasi yang jelas
terhadapt upaya memberitahu pasien tentang perawatan penyakitnya. Akan tetapi,
bagaimana iya melakukan pelayanan yang berorientasi pada

Bab 4 Pengkajian Kebutuhan Promosi Kesehatan 43


pasien yang bersangkutan? Tentu saja, ia perlu mengidentifikasi dan member
tanggapan terhadap kebutuhan-kebutuhan individual setiap pasien.
Semua promoter kesehatan memerlukan kompetensi untuk bersikap responsive terhadap
kebutuhan promosi kesehatan dari klien mereka. Selain itu, mereka juga membutuhkan
kejelasan ruang lingkup pekerjaan meraka, mana yang dapat mereka lakukan dan mana
yang tidak, meski kegiatan tersebut dapat dilakukan. Oleh karena itu, meskipun
promoter kesehatan mampu melakukan kegiatan tertentu, tetapi perlu mempertimbangkan
apakah kegiatan tersebut dalam dalam ruang lingkup tugasnya sebagai promotor
kesehatan.
2. Reaktif dan proaktif
3. Dalam mengidentifikasi kebutuhan, perlu dibedakan antara reaktif
dan proaktif. Bersikap reaktif adalah member tanggapan (bereaksi) terhadap
kebutuhan-kebutuhan dan permintaan orang lain. Bersikap proaktif berarti mengambil
inisiatif dan keputusan tentang kawasan pekerjaan yang akan dilakukan. Individu
dapat mengatakan “tidak” terhadap permintaan orang lain jika permintaan itu tidak
cocok dengan kebijakan dan prioritas yang ada.
4. Bersikap reaktif dan proaktif berhubungan dengan pendekatan promosi kesehatan.
5. Penempatan kepentingan klien
6. Kebutuhan siapa yang harus didahulukan, pihak pengguna, atau
pemberi layanan? Mungkin terdapat konflik diantara keduanya, seperti sasaran ingin
pelayanan KB buka hari sabtu, tetapi pihak pemberi layanan tidak dapat melakukannya
karena kesulitan memperoleh staff yang bekerja di akhir minggu. Meski demikian
terdapat beberapa kecenderungan yang berupaya menempatkan pandangan dan kebutuhan
pihak pengguna/sasaran sebagai pusat kegiatan layanan promosi kesehatan, antara
lain sebagai berikut:
a. Penekanan pada pamakai sebagai individu yang unik.
b. Kecenderungan professional bermitra dengan sasaran.
c. Penekanan pada peningkatan penyediaan dan jangkauan terhadap
pelayanan yang mempromosikan kesehatan.

44
Promosi Kesehatan Masyarakat
Kecenderungan ke arah pendekatan berorientasi klien dalam penyuluhan kesehatan,
dengan pemberdayaan diri klien sebagai tujuan.
Kecenderungan pertisipasi pengguna dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan kegiatan
promosi kesehatan
7.
Manfaat mengadopsi filosofi pemasaran
d.
e.
Pemasaran merupakan istilah yang sering dipakai dalam promosi kesehatan, sebagai
pendekatan yang paling efektif dan efisien. Pemasaran dalam konteks promosi
kesehatan adalah ketrampilan manajemen dalam mengidentifikasi kesempatan untuk
memenuhi permintaan konsumen atau klien. Hal ini memberikan perlindungan secara
maksimal serta/atau perbaikan dalam kesehatan meraka. Dengan demikian, output
pemasaran adalah kesehatan, bukan keuntung

Anda mungkin juga menyukai