Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
2.1 Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal apabila prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan ( 37
minggu ) tanpa disertai adanya penyulit.(Asuhan Persalinan Normal,2007)
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37-
42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.(Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal,2007)
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat timbul dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar.( Ilmu Kebidanan,2007)
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar. (Prawiroharjo S, 2007).
2.3.2 Passenger
Passenger adalah penumpang yang melewati jalan lahir yaitu janin, plasenta
atau juga selaput ketuban yang harus dilahirkan melalui jalan lahir. Karena itu,
plasenta dan selaput ketuban serta cairan amnion dianggap sebagai penumpang yang
menyertai janin.
1. Janin
a. Berat Janin
Berat normal bayi yaitu > 2500 gram sampai dengan < 4000 gram.
b. Panjang Janin
Untuk panjang bayi rata-rata 50 cm. Panjang bayi normal yaitu > 45 cm
sampai dneganh < 55 cm. Bila panjang bayi kurang atau melebihi panjang
bayi normal maka dicurigai adanya penyimpangan kromosom.
c. Ukuran Kepala Janin
Ukuran kepala janin sangat penting untuk mengetahui apakah janin bias
melewati jalan lahir tanpa penyulit. Selain itu ukuran janin penting untuk
mendeteksi resiko terjadinya CPD yang dapat mempersulit persalinan.
Ukuran diameter kepala janin :
(1) Diameter occipito frontalis : 11.5 cm
(2) Diameter mento occipitalis : 13,5 cm
(3) Diameter sub occipito bregmatika : 9,5 cm
(4) Diameter suboksipitofrontal : 10 cm
(5) Diameter submentobregmatika : 9.5cm
Ukuran sirkumferensia :
(1) Cirkumforensia frento occipitalis : 34 cm
(2) Cirkumferensia menta occipitalis : 35 cm
(3) Cirkumferensia sub occipito bregmantika : 32 cm
(Rustam Muchtar, 1998 : 67)
d. Letak Janin
Merupakan hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap
sumbu panjang (punggung ibu). Letak juga disebut sebagai hubungan antara
aksis panjang badan janin dengan abdomen ibu yang digambarkan dengan
membujur, melintang dan miring. Letak janin normal adalah membujur
dengan kepala janin berada di dibawah.
e. Presentasi
Yaitu bagian presentasi menunjukkan bagian janin yang menempati PAP,
atau bagian janin yang pertama kali masuk PAP. Bisa disebut bokong, kepala
ataupun bahu. Presentasi bayi yang normal adalah sub occipito bragmatika.
f. Denyut Jantung Janin (DJJ)
Denyut jantung janin sangat penting untuk memantau kesejahteraan janin
dalam rahim. Pada persalinan normal, DJJ diukur dengan cara auskultasi
dengan menggunakan funduscope ataupun dopler. Frekuensi denyut jantung
janin sangat dipengaruhi oleh beberapa factor penting yaitu kontraksi, posisi
dan kemajuan persalinan itu sendiri. DJJ normal 120-160 kali/menit.
2. Plasenta
Placenta merupakan alat transportasi darah, nutrisi, oksigen dan juga sisa
buangan dari ibu kepada janin dan sebaliknya. Uri berbentuk bundar atau oval,
ukuran diameter 15-20 cm dengan tebal 2-3 cm dan berat 500-600 gr.
a. Komponen Placenta
placenta terdiri dari desidua kompektel atas beberapa lobus dan terdiri dari
15-20 kotiloden
b. Tali Pusat
Tali pusat atau funis memanjang mulai dari janin sampai plasenta dan berisi
pembuluh darah umbilikalis: dua arteri dan satu vena. Pembuluh darah
tersebut diselubungi jeli Wharton, zat gelatin yang terbentuk dari mesoderm.
Seluruh tali pusat diselubungi oleh lapisan amnion, sama dengan yang
menyelubungi plasenta. Panjang tali pusat rata-rata adalah 50 cm. hal ini
cukup untuk memungkinkan kelahiran bayi tanpa menarik plasenta. Tali
pusat dianggap pendek jika berukuran kurag dari 40 cm. tidak ada
kesepakatan spesifik tentang tali pusat yang terlalu panjang, tetapi kerugian
dari tali pusat yang sangat panjang adalah dapat melilit leher atau tubuh janin
atau membentuk simpul. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan oklusi
pembuluh darah, terutama selama persalinan. Simpul sejati harus selalu
dicatat pada saat mememriksa tali pusat, tetapi harus dibedakan dari simpul
yang palsu, yaitu gumpalan jeli Wharton di sisi tali pusat dan tidak signifikan.
(Fraser,2009;143)
3. Cairan Amnion
a. Fungsi Cairan Amnion
Cairan ini mendistensi kantong amnion dan memungkinkan janin bertumbuh
dan bergerak dengan bebas, meneyeimbangkan tekanan, dan melindungi
janin dari benturan dan cedera. Cairan ini juga mempertahankan suhu yang
konstan untuk janin dan memberi sedikit nutrisi. Pada persalinan, selama
membrane amnion tetap utuh, cairan amnion melindungi plasenta dan tali
pusat dari tekanan kontraksi uterus. Cairan amnion juga membantu penipisan
serviks dan dilatasi tulang uterus terutama bila letak bagian presentasi tidak
tepat. (Fraser,2009;142-143)
b. Asal Cairan Amnion
Cairan amnion dianggap berasal dari janin dan ibu. Cairan ini disekresi oleh
amnion, terutama bagian yang menutupi plasenta dan tali pusat. Sebagian
cairan berasal dari dari pembuluh darah janin di plasenta. Urine janin juga
memepengaruhi volume cairan amnion sejak usia gestasi 10 minggu. Air
dalam cairan amnion bertukar setiap 3 jam sekali. (Fraser, 2009: 142-143)
c. Volume
Jumlah total cairan amnion meningkat selama kehamilan sampai usia gestasi
38 minggu adalah sekitar 1 liter. Jumlah ini kemudian akan berkurang secara
perlahan-lahan sampai cukup bulan, sisanya sekitar 800ml. Namun
demikian, terdapat banyak variasi dalam jumlah cairan amnion. Bila jumlah
totalnya melebihi 1500ml, kondisi ini disebut polihidramnion (sering
disingkat menjadi hidramnion), dan bila kurang 300ml, disebut
oligohidramnion. Abnormalitas semacam ini sering berkaitan dengan
malformasi congenital janin. Janin normal menelan cairan, tetapi bila
terdapat gangguan menelan, cairan akan terakumulasi dalam jumlah
berlebihan. Sama halnya bila janin tidak mampu mengeluarkan urine, jumlah
cairan juga akan berkurang. (Fraser,2009;142-143)
d. Komponen Cairan Amnion
Cairan amnion adalah cairan berwarna kuning jerami yang pucat dan jernih
yang mengandung 99% air. Sisanya 1% adalah materi terlarut yang
mencakup zat makanan dan produk zat sisa. Selain itu, janin melepaskan sel
kulit, verniks kaseosa, dan lanugo ke dalam cairan ini, seperti mekonium
pada kasus gawat janin, memberikan informasi diagnostic yang berarti
tentang kondisi janin. Aspirasi cairan amnion untuk pemeriksaan dinamakan
amniosintesis. (Fraser,2009;142-143)
Untuk menganalisis ketuban pecah:
- Terlihat genangan atau drainase yang jelas bukan urine.
- Genangan pada forniks posterior. Khususnya jika cairan dapat terlihat
keluar dari ostium cerviks dengan menggunakan maneuver valsava
(meneran dengan tenggorokan terkatup)
- Dengan lakmus, yaitu berubahnya lakmus merah menjadi biru
- Makroskopis bau amis adanya lanugo, rambut dan verniks
- Mikroskopis, lanugo dan rambut
- Laboratorium, tes pakis posistif diratakan di kaca obyek dan dikeringkan
sebelum diperiksa.
2.3.3 Passage
Jalan lahir merupakan bagian keras yaitu tulang – tulang panggul dan bagian
lunak yaitu otot-otot panggul. Berdasarkan ciri-cirinya bentuk panggul dibagi
menjadi :
a. Ginekoid. Pintu atas panggul bulat, pelvis depan lebar, dinding samping lurus,
spina iskium tumpul, insisura iskiadikus bulat, sudut sub-pubis 900, dan insiden
50%.
b. Android. Pintu atas panggul berbentuk hati, pelvis depan sempit, dinding
samping konvergen, spina iskium menonjol, insisura iskiadikus sempit, sudut
sup pubis <900, insiden 20%.
c. Anthropoid. Pintu atas panggul oval panjang, pelvis depan menyempit,
dinding divergen, spina iskium tumpul, insisura iskiadikus lebar, sudut sub-pubis
>900, insiden 25%.
d. Platipeloid. Pintu atas panggul berbentuk ginjal, pelvis depan lebar, dinding
samping divergen, spina iskium tumpul, insisura iskiadikus lebar, sudut sub-
pubis >900, insiden 5%.
(Fraser, 2009:102-103)
Ukuran panggul
1. Ukuran PAP
Batas PAP adalah promontarium sakrum, sayap atau ala sacrum, sendi
sakroiliaka, garis iliopectineal, eminensia iliopektinal, ramus superior tulang
pubis, batas dalam atas badan tulang pubis, batas dalam atas simfisis pubis. Ada
3 ukuran :
Ukuran muka belakang
- Diameter antero posterior
- Konjungata vera (dari promontorium ke pinggir atas symphisis,
ukurannya 11 cm)
Konjugata vera dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam mengukur
konjugata diagnonalis (cv=cd 11,5 cm)
Ukuran melintang
ukuran terbesar antara linea innominata diambil tegak lurus pada conjugate
vera (12,5 cm)
Ukuran serong
dari articulation sacro iliaca ke tubercolum pubicum dari belahan panggul
yang bertentangan (13 cm)
2. Ukuran panggul tengah (bidang luas panggul)
Bidang terbentang antara pertengahan sympisis, pertengahan acetabulum dan
pertemuan antara luas sacral II dan III.
Ukuran muka belakang = 12,75 cm
Ukuran melintang = 12,50 cm
Cerviks
Cerviks juga merupakan bagian dari jalan lahir yang penting untuk sebuah proses
kelahiran. Suatu persalinan akan dimulai jika ada tanda-tanda pendataran dan
pembukaan cerviks. Ada tiga komponen cerviks secara structural yaitu kolagen, otot
polos, dan jaringan ikat atau substansi dasar lainnya. Otot polos pada daerah cerviks
memang jauh lebih sedikit daripada di daerah fundus. Struktur yang seperti ini yang
menguntungkan dan menyebabkan terjadinya penipisan dan pembukaan cerviks saat
ada kontraksi dari fundus uteri. Saat terjadi perlunakan, pendataran dan pembukaan
cerviks yang terjadi merupakan perubahan pada serabut-serabut kolagen dan
jaringan ikat, serta perubahan relative pada jumlah substansi dasarnya.
2.5.3.1 Kala I
Disebut juga kala pembukaan, yaitu mulai pembukaan 1 hingga 10 (lengkap). Kala
I dibagi menjadi 2 fase:
Fase Laten
- Fase ini dimulai sejak awal terjadinya kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap yang berlangsung hingga
serviks membuka kurang dari 4 cm.
- Pada umumya, fase laten berlangsung hampir atau sampai 8 jam.
- Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih di antara 20-30 detik.
Fase Aktif
- Fase ini berlangsung dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan
lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam
(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
- Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
- Terjadi penurunan bagian terendah janin.
(Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR, 2007: 38)
Posisi
Pada kala I dimana his frekuensinya menjadi lebih sering dan amplitudonya
menjadi lebih tinggi maka agar peredaran darah ke uterus menjadi lebih baik, maka
ibu di suruh miring ke satu sisi sehingga uterus dan seluruh isinya tidak serta merta
menekan pembuluh darah di panggul. Kontraksi uterus juga menjadi lebih efisien
dan putar paksi dalam berlangsung lebih lancar bila ibu miring ke sisi dimana
ubun-ubun kecil berada.
Peran pendamping dalam membantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling
nyaman selama kala II. Hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari
posisi yang penting efektif dan menjaga sirkulasi utero plasenter tetap baik.
Beberapa ibu merasa bahwa merangkak atau berbaring miring ke kiri membuat
mereka lebih nyaman dan efektif meneran. Kedua posisi tersebut juga akan
membantu perbaikan posisi oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi
oksiput anterior. Posisi miring berbaring ke kiri memudahkan ibu untuk
beristirahat diantara kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga untuk
mengurangi resiko terjadinya laserasi perineum (APN, 2009).
2.5.3.2 Kala II
Disebut juga kala pengeluaran yang terjadi 20 menit hingga 3 jam. Kontraksi pada
kala ini menjadi semakin kuat dengan lama 49-90 detik. Namun durasi kontraksi
menjadi lebih panjang, yaitu 3-5 menit. Hal ini berguna untuk member waktu ibu
beristirahat dan menghindari terjadinya asfiksia pada janin.
Pertolongan Kala II sesuai standar Asuhan Persalinan Normal (APN):
1. Persalinan memasuki kala II jika telah terdapat tanda dan gejala berupa:
a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau vagina
c. Perineum menonjol
d. Vulva-vagina dan spinchter ani membuka
e. Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah
Tanda pasti ditetukan melalui periksa dalam yang hasilnya:
a. Pembukaan serviks telah lengkap
b. Terlihat bagian kepala bayi melalui introitus vagina
2. Persiapan penolong persalinan
Memastikan penerapan prinsip dan praktek pencegahan infeksi (PI) yang
dianjurkan, termasuk mencuci tangan, memakai sarung tangan, dan
perlengkapan pelindung pribadi.
a. Sarung tangan
Sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril harus dipakai selama
melakukan periksa dalam, membantu kelahiran bayi, episiotomy,
penjahitan laserasi dan asuhan segera bagi bayi baru lahir.
b. Perlengkapan pelindung pribadi
Penolong persalinan harus memakai celemek yang bersih dan penutup
kepala. Selain itu gunakan masker penutup mulut dan pelindung mata (kaca
mata) yang bersih dan nyaman.
c. Persiapan tempat persalinan, peralatan, dan bahan
Ruangan harus memiliki pencahayaan/penerangan yang cukup. Ibu dapat
menjalani persalinan di tempat tidur dengan kasur yang dilapisi kain
penutup yang bersih, kain tebal, dan pelapis anti bocor. Ruangan harus
hangat dan terhalang dari tiupan angin secara langsung. Selain itu harus
tersedia meja atau permukaan bersih dan mudah dijangkau untuk
meletakkan peralatan.
d. Penyiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi
Siapkan lingkungan yang sesuai bagi proses kelahiran bayi dengan
memastikan bahwa ruangan tersebut bersih, hangat (minimal 250C),
pencahayaan cukup, dan bebas dari tiupan angin.
e. Persiapan ibu dan keluarga
Asuhan Sayang Ibu
- Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses
persalinan dan kelahiran bayinya.
- Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam pemberian asuhan.
- Penolong persalinan dapat member dukungan dan semangat kepada
ibu dan anggota keluarga.
- Tenteramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala II
persalinan.
- Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.
- Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran apabila ada
dorongan kuat dan spontan untuk meneran. Anjurkan ibu beristirahat
diantara kontraksi.
- Anjurkan ibu untuk makan minum selama kala II persalinan.
- Berikan rasa aman dan semangat serta tentramkan hatinya selama
proses persalinan berlangsung.
Membersihkan Perineum Ibu
Gunakan gulungan kapas atau kasa yang bersih dan air matang (DTT),
bersihkan mulai dari bagian atas ke arah bawah (anterior vulva kea rah
rectum) untuk mencegah kontaminasi tinja. Letakkan kain bersih di
bawah bokong saat ibu mulai meneran. Bersihkan tinja yang keluar saat
ibu meneran menggunakan kain dan jelaskan pada ibu bahwa hal tersebut
merupakan hal yang biasa terjadi.
Mengosongkan Kandung Kemih
Anjurkan ibu untuk berkemih setiap 2 jam atau lebih sering jika kandung
kemih selalu terasa penuh. Jika diperlukan, bantu ibu ke kamar mandi.
Jika ibu tidak dapat ke kamar mandi, bantu agar ibu dapat duduk dan
berkemih di wadah penampung urin.
E. Kontraksi uterus
1. Frekuensi dan lamanya
Dibawah lajur waktu partograf terdapat 5 kotak dengan tulisan kontraksi per 10
menit di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi.
F. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
1. Oksitosin
Jika tetesan oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah
unit oksitosin yang diberikan pervolume cairan IV dan dalam satuan
tetesan/menit.
2. Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
G. Kondisi ibu
1. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
2. Volume urine, protein atau aseton
H. Asuhan pengamatan dan keputusan lainnya
1. Jumlah cairan per oral
2. Ketuban sakit kepala
3. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya
4. Persiapan sebelum melakukan rujukan
5. Upaya rujukan
1. Intervensi
a) Nyeri berhubungan dengan bekas luka
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri hilang,
berkurang.
Kriteria hasil:
Klien mengungkapkan nyeri berkurang
Klien tampak tenang
Intervensi Rasional
1. Kaji karakteristik, skala nyeri 1. untuk mengetahui skala nyeri dan
2. Motivasi untuk mobilisasi sesuai memberikan tindakan selanjutnya
indikasi 2. memperlancar pengeluaran lochea,
3. Anjurkan penggunaaan teknik mempercepat involusi dan
relaksasi. mengurangi nyeri secara bertahap.
4. Kolaborasi pemberian analgetik 3. Untuk mengatur rasa nyeri luka post
op
4. Obat analgetik di berikan untuk
menghilangkan rasa nyer
DAFTAR PUSTAKA
16. Bickley L, Szilagyi PG. Bates' guide to physical examination and history-
taking.Lippincott Williams & Wilkins; 2012 Nov 1.
17. Weir CJ, Muir K, Grosset DG, Lees KR, Murray GD, Adams FG. Poor
accuracyof stroke scoring systems for differential clinical diagnosis of
intracranial haemorrhage and infarction. The Lancet. 1994 Oct
8;344(8928):999-1002.
18. Ogun SA, Oluwole O, Fatade B, Ogunseyinde AO, Ojini FI, Odusote KA.
Comparison of Siriraj Stroke Score and the WHO criteria in the clinical
classificationof stroke subtypes. African Journal of Medicine and Medical
Sciences. 2002 Mar;31(1):13-6.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2096/1/KTI%20NUSATIRIN.pdf