Anda di halaman 1dari 27

BAB I

KONSEP DASAR INTRANATAL CARE

1.1 Pengertian
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
(Sulaiman Sastrawinata, 1983). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin turi) yang dapat hidup didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain.
(Rustam Muchtar, 1998).
Intranatal / Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina keduni luar. Persalinan normal
adalah suatu proses dimana janin cukup bulan,dengan presentasi belakang kepala, masuk
melalui jalan lahir sesuai dengan kurva partopgraf normal dan lahir secara spontan.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan placenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Persalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

Bentuk persalinan menurut cara persalinannya


a) Persalinan spontan : persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
melalui jalan lahir
b) Persalinan buatan : persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi dengan forcep atau tindakan operasi
c) Persalinan anjuran : persalinan terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup
diluar, tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam
persalinan dengan pemberian proyein atau prostatglandin (sulaiman sastrawinata,
1993)

Bentuk persalinan menurut usia (tua kehamilan)

a) Abortus  Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 mg atau bayi


dengan berat badan kurang dari 500 g.
b) Partus imaturus  Pengeluaran buah kehamilan antara 22 mg dan 28 mg
atau bayi dengan berat badan antara 500 g dan 999 g.
c) Partus prematurus  Pengeluaran buah kehamilan antara 28 mg dan 37 mg
atau dengan berat badan 1000 g dan 2499 g.
d) Partus matures / aterm  Pengeluaran buah kehamilan antara 37 mg dan
42 mg atau bayi dengan BB 2500 g atau lebih.
e) Partus post matures / serotinus  Pengeluaran buah kehamilan setelah 42
mg.

1.2 Sebab-Sebab Persalinan


Pada akhir kehamilan, uterus secara progresif lebih peka sampai akhirnya
mulai berkontraksi kuat secara ritmik dengan kekuatan sedemikian rupa sehingga
bayi dilahirkan

a) Teori penurunan hormon progesterone.


Progesterone menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan
kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
progesterone dan estrogen didalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
progesterone menurun sehingga menimbulkan his.
b) Teori oxytocine
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi
otot – otot rahim.
c) Teori placenta menjadi tua.
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone
yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan
his.
d) Teori prostaglandine
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi miometrium
pada setiap umur kehamilan.
e) Pengaruh janin.
Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada anencephalus,
kehamilan sering lama dari biasanya.
f) Teori distensi rahim.
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot – otot
g) Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser dan ditekan
misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan his.
1.3 Tanda-Tanda Persalinan

Permulaan

a) Terjadi lightening
Menjelang minggu ke – 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri
karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan :
 Kontraksi Braxton hicks
 Ketegangan dinding perut
 Ketegangan ligamentum rotandum
 Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
b) Terjadinya His permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks dikemukakan sebagi
keluhan karena dirasakan sakit dan mengganggu terjadi karena perubahan
keseimbangan estrogen, progesterone, dan memberikan kesempatan rangsangan
oksitosin. Dengan makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan progesterone
makin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih
sering sebagai his palsu. Sifat his permulaan ( palsu ) :
 Rasa nyeri ringan di bagian bawah
 Datangnya tidak teratur
 Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
 Durasinya pendek
 Tidak bertambah bila beraktifitas
c) Kepala turun memasuki PAP terutama pada primigravida. Pada primigravida
kepala anak pada bulan terakhir berangsur – angsur turun kedalam rongga
panggul. Pada multigravida, dinding rahim dan perut sudah kendor kekenyalannya
sudah berkurang sehingga kekuatan mendesak kebawah tidak seberapa, biasanya
kepala baru turun pada permulaan persalinan.
 Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang
 Dibagian bawah terasa sesak
 Terjadi kesulitan saat berjalan
 Sering miksi ( beser kencing )
d) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
e) Perasaan sering atau susah BAB karena vesika urinaria karena tertekan oleh bagian
terbawah janin.
f) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, sekresi bertambah, kadang – kadang
bercampur darah

Tanda Persalinan

a) Terjadinya His persalinan , His persalinan mempunyai sifat :


 Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan
 Sifatnya teratur,interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar
 Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
 Makin beraktifitas (jalan) kekuatan makin bertambah
b) Pengeluaran Lendir dan darah (pembawa tanda), Dengan his persalinan terjadi
perubahan pada serviks yang menimbulkan :
 Pendataran dan pembukaan
 Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada kanalis servikalis lepas
 Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
c) Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan .
Sebagian ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya
ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.

1.4 Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


a) Passage
adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar
panggul, serviks dan vagina. Agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa
ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal. Rongga-rongga panggul yang
normal adalah : pintu atas panggil hampir berbentuk bundar, sacrum lebar dan
melengkung, promontorium tidak menonjol ke depan, kedua spina ischiadica tidak
menonjol kedalam, sudut arcus pubis cukup luas (90-100), ukuran conjugata vera
(ukuran muka belakang pintu atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke
promontorium) ialah 10-11 cm, ukuran diameter transversa (ukuran melintang pintu
atas panggul) 12-14 cm, diameter oblique (ukuran sserong pintu atas panggul) 12-14
cm, pintu bawah panggul ukuran muka melintang 10-10,5 cm.
b) Powers
 adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau
kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer
atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot
rahim.
 His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan
 Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebalnya otot-otot rahim yang
terjadi diluar kesadaran (involuter) dan dibawah pengendalian syaraf simpatik
 Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang bersifat menetap setelah
adanya kontraksi
 His yang normal adalah timbulnya mula-mula perlahan tetapi teratur, makin lama
bertambah kuat sampai kepada puncaknya yang paling kuat kemudian berangsur-
angsur menurun menjadi lemah. His tersebut makin lama makin cepat dan teratur
jaraknya sesuai dengan proses persalinan sampai anak dilahirkan. His yang
normal mempunyai sifat : kontarksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk
rahim, kontraksi bersifat simetris, fundal dominan yaitu menjalar ke seluruh otot
rahim, kekuatannya seperti memeras isi rahim, otot rahim yang berkontraksi
tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan
segmen bawah rahim, bersifat involunter yaitu tidak dapat diatur oleh parturient,
 Tenaga meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga sekunder yang berperan
dalam persalinan, tenaga ini digunakan pada saat kala 2 dan untuk membantu
mendorong bayi keluar, tenaga ini berasal dari otot perut dan diafragma. Meneran
memberikan kekuatan yang sangat membantu dalam mengatasi resistensi otot-
otot dasar panggul
c) Passanger
 Passenger terdiri dari janin dan plasenta
 Janin merupakan passanger utama, dan bagian janin yang paling penting adalah
kepala, karena kepala janin mempunyai ukuran yang paling besar, 90% bayi
dilahirkan dengan letak kepala
 Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger adalah kelainan
ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus,
kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak
seperti kedudukan lintang atau pun letak sungsang
d) Psyche
 Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab lamanya
persalinan, his menjadi kurang baik, pembukaan menjadi kurang lancar
 Menurut Pritchard, dkk perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama yang
menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi
rahim dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lama.

1.5 Tahapan persalinan


a) Kala I (kala pembukaan)
Tanda dan gejala :
 His sudah Adekuat
 Penipisan dan pembukaan serviks sekurang – kurangnya 3 cm
 Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah
His dianggap Adekuat bila :
a) His bersifat teratur, minimal 2x tiap 10 menit dan berlangsung sedikitnya 40
detik
b) Uterus mengeras pada waktu kontraksi, sehingga tidak didapatkan cekungan
lagi bila dilakukan penekanan diujung jari
c) Serviks membuka.
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase :
 Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lembut sampai
mencapai ukuran diameter 3 cm.
 Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi, yakni :
 Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
 Fase dilaktasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan brlangsung sangat cepat,
dari 4 cm menjadi 9 cm.
 Fase diselarasi : pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap ( 10 cm ).
Fase – fase tersebut dijumpai pada primigavida. Pada multigrafida pun terjadi
demikian, akan tetapi fase laten, aktif, dan diselerasi terjadi lebih pendek.
Pemeriksaan dalam
 perabaan serviks
 lunak dan pendataran serviks
 masih tebal atau tipis
 pembukaan dan arah serviks
 ketuban
 sudah pecah atau belum
 pembukaan hampit lengkap : pecahkan ketuban
 bagian terendah dan posisinya
 leopold 3 dan 4
 kepala : keras, bulat teraba sutura
 letak kepala : penurunan kadar bidang hodge, ada caput succadeneum atau tidak,
berapa besarnya
 bokong dikenal : lunak, deminatornya tulang sacrum
 sifat flour albus
 keadaan patologis : tumor, kekakuan serviks, halangan penurunan bagian terendah.
Pemeriksaan dalam idealnya dilakukan minimal 4 jam sekali
Bidang Hodge
untuk menentukan sampai dimanakah bagian terendah janin turun dalam panggul
 HI : bidang hodge yang sudah dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian
atas simfisis dan promontorium
 H II : sejajar dengan hodge I, setinggi bagian bawah simfisis
 H III : sejajar hodge I, II, setinggi spina ischiadica kiri dan kanan
 H IV : sejajar bidang hodge I,II,III setinggi os coccigeus

b) Kala II
Persalinan kala II dimilai ketika pembukaan lengkap dan berakhir dengan lahirnya
seluruh janin
Tanda dan gejala :
 Ibu ingin meneran
 Perineum menonjol
 Vulva dan anus membuka
 Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
 Kepala telah turun didasar panggul

Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala
janin biasanya sudah masuk diruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-
otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa meneran. Pada primigravida
kala II berlangsung rata-rata 45 –60 menit, dan multipara 15-30 menit.
Langkah- Langkah Pertolongan persalinan Normal kala II
 Saat kepala didasar panggul dan membuka pintu dengan crowning sebesar 5 sampai
6 cm peritoneum tipis pada primi atau multi dengan perineum yang kaku dapat
dilakukan episiotomi median, mediolateral atau lateral
 Episotomi dilakukan pada saat his dan, mengejan untuk mengurangi sakit, tujuan
episiotomi adalah untuk menjamin agar luka teratur sehingga mudah mengait dan
melakukan adaptasi
 Persiapan kelahiran kepala, tangan kanan menahan perineum sehingga tidak terjadi
robekan baru sedangkan tangan kiri menahan kepala untuk mengendalikan ekspulsi
 Setelah kepala lahir dengan suboksiput sebagai hipomoklion muka dan hidung
dibersihkan dari lender kepala dibiarkan untuk melakukan putar paksi dalam guna
menyesuaikan os aksiput ke arah punggung
 Kepala dipegang sedemikian rupa dengan kedua tangan menarik curam kebawah
untuk melahirkan bahu depan, ditarik keatas untuk melahirkan bahu belakang
setelah kedua bahu lahir ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi
 Setelah bayi lahir seluruhnya jalan nafas dibersihkan dengan menghisap lendir
sehingga bayi dapat bernafas dan menangis dengan nyaring pertanda jalan nafas
bebas dari hambatan
 Pemotongan tali pusat dapat dilakukan :
 Setelah bayi menagis dengan nyaring artinya paru-paru bayi telah berkembang
dengan sempurna
 Setelah tali pusat tidak berdenyut lagi keduanya dilakukan pada bayi yang aterm
sehingga peningkatan jumlah darah sekitar 50 cc
 Pada bayi premature pemotongan tali pusat dilakukan segera sehingga darah
yang masuk ke sirkulasi darah bayi tidak terlalu besar untuk mengurangi terjadi
ikterus hemolitik dan kern ikterus
 Bayi diserahkan kepada petugas untuk dirawat sebagaimana mestinya
 Sementara menunggu pelepasan plasenta dapat dilakukan
 Kateterisasi kandung kemih
 Menjahit luka spontan atau luka episiotomi

c) Kala III (kala uri)


 Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta.
 Kontraksi dengan amplitudo sama dengan kala I dan II
 Terjadi penciutan permukaan kavum uteri (tempat implantasi plasenta)
Cara Menguji
 Perasat Kustner
Tangan kanan : tali pusat, tangan kiri → fundus uteri tali pusat masuk kembali →
belum lepas, tetap/tidak masuk → lepas
 Perasat Klein
Ibu dimnta mengedan → tali pusat turun kebawah, berhenti mengedan → tali pusat
tetap → lepas tali pusat mesuk kembali → belum lepas
 Perasat Strassinan
Tangan kanan → menarik sedikit tali pusat tangan kiri → mengetok-ngetok fundus
uteri terasa getaran : belum lepas
Tanda pelepasan plasenta
 Perubahan entuk uterus dan TFU
Setelah bayi dilahirkan dan sebelum meomitrium menyesuaikan dengan perubahan
ukuran rongga uterus, uterus berada dalam bentuk diskoid dan TFU berada dibawah
umbilikus. Setalah uterus berkontraksi dan plasenta didorong kebawah, bentuk
uterus menjadi globular dan TFU menjadi diatas pusat ( sering kali mengarah kesisi
kanan ). Biasanya plasenta lepas dalam 15 – 30 menit, dapat ditunggu sampai 1 jam.
 Tali pusat memanjang
Semburan darah yamg tiba – tiba yang diikuti dengan memanjangnya tali pusat keluar
vagina menandakan kelepasan plasenta dari dinding uterus.
 Semburan darah tiba – tiba
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta
keluar bersama bantuan dari gravitasi. Semburan darah yang tiba – tiba menandakan
bahwa kantung yang terjadi retroplasenta telah robek ketika plasenta memisah.
Hal-Hal yang perlu diperhatikan
 Perdarahan
 Kelengkapan plasenta
 Ada tidaknya plasenta suksenturiata
 Kontraksi rahim, lakukan massage ringan pada korpus uteri
 Pengosongan kandung kemih >> mencegah atonia uteri
 Pemberian uterotunika bila perlu
 Observasi ruptur perineium atau luka episiotomi yang ada >> hecting
Tertinggalnya sebagian jaringan plasenta
 Perdarahan peurperium berkepanjangan
 Bahaya infeksi
 Polip plasenta
 Degenerasi gana >> kuriokarsinoma

d) Kala IV
Kala IV adalah kala pemulihan masa yang kritis ibu dan anaknya, bukan hanya proses
pemulihan secara fisik setelah melahirkan tetapi juga mengawali hubungan yang baru selama
satu sampai dua jam. Pada kala IV ibu masih membutuhkan pengawasan yang intensive
karena perdarahan dapat terjadi, misalnya karena atonia uteri, robekan pada serviks dan
perineum. Rata-rata jumlah perdarahan normal adalah 100 – 300 cc, bila perdarahan diatas
500 cc maka dianggap patologi. Perlu diingat ibu tidak boleh ditinggalkan sendiri dan belum
boleh dipindahkan ke kamarnya.

Hal – hal yang harus diperhatikan


 Kontraksi uterus harus baik
 Tidak ada perdarahan pervagina atau alat genetalia lain
 Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap
 Kandung kemih harus kosong
 Luka perineum terawat baik, tidak ada hematoma
 Bayi dalam keadaan baik
 Ibu dalam keadaan baik
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL CARE

2.1 Pengkajian

Diagnosis dan Penanganan Persalinan

a) Kala I
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan
kontraksi terjadi tertur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik.
Penanganan
 Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah ,ketakutan dan kesakitan
 Jika ibu tsb tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat diberikan; lakukan
perubahan posisi,sarankan ia untuk berjalan , dll.
 Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
 Menjelaskan kemajuan persalinan dan perugahan yang terjadi serta prosedur yang
akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
 Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah buang
air besar/.kecil.
 Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi dengan cara: gunakan
kipas angina/AC,Kipas biasa dan menganjurkan ibu mandi sebelumnya.
 Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan cukup minum
 Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I pada persalinan
dan setelah selaput ketuban pecah. Gambarkan temuan-temuan yang ada pada partogram.
Pada setiap pemeriksaan dalam catatlah hal-hal sebagai beriku t :
 Warna cairan amnion
 Dilatasi serviks
 Penurunan kepala (yang dapat dicocokkan dengan pemeriksaan luar)
Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama mungkin diagnosis in
partu belum dapat ditegakkan . Jika terdapat kontraksi yang menetap periksa ulang wanita
tsb setelah 4 jam untuk melihat perubahan pada serviks. Pada tahap ini jika serviks terasa
tipis dan terbuka maka wanita tersebut dalam keadaan in partu jika tidak terdapat
perubahan maka diagnosanya adalah persalinan palsu.
Kemajuan Persalinan dalam Kala I
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan Kala I :
 Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekwensi dan durasi
 Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama persalinan
 Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada persalinan kala I :
 Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten
 Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama persalinan fase
aktif
 Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Kemajuan pada kondisi janin
 Jika didapati denyut jantung janin tidak normal ( kurang dari 100 atau lebih dari 180
denyut permenit ) curigai adanya gawat janin
 Posisi atau presentasi selain aksiput anterior dengan verteks fleksi sempurna
digolongkan kedalam malposisi atau malpresentasi
 Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan lama tangani
penyebab tersebut.
Kemajuan pada kondisi Ibu
Lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada Ibu :b
 Jika denyut ibu meningkat mungkin ia sedang dalam keadaan dehidrasi atau
kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau I.V. dan berikan anlgesia
secukupnya.
 Jika tekanan darah ibu menurun curigai adanya perdarahan
 Jika terdapat aseton didalam urin ibu curigai masukan nutrisi yang kurang segera
berikan dektrose IV.

b) Kala II
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva
dengan diameter 5 – 6 cm.
Penanganan
 Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan : mendampingi ibu agar
merasa nyaman,menawarkan minum, mengipasi dan meijat ibu
 Menjaga kebersihan diri
 Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu
 Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu
 Mengatur posisi ibu
 Menjaga kandung kemih tetap kosong
 Memberikan cukup minum

Posisi saat meneran


 Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman
 Ibu dibimbing untuk mengedan selama his, anjurkan kepada ibu untuk mengambik
nafas
 Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin
tidak mengalami bradikardi ( < 120 )
Kemajuan persalinan dalam Kala II
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala II:
 Penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir
 Dimulainya fase pengeluaran
Temuan berikut menunjukkan yang kurang baik pada saat persalinan tahap kedua
 Tidak turunnya janin dijalan lahir
 Gagalnya pengeluaran pada fase akhir
Kelahiran kepala Bayi
 Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan saat kepala bayi lahir
 Letakkan satu tangan kekepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
 Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan
 Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran lendir/darah
 Periksa tali pusat:
 Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar selipkan tali pusat
melalui kepala bayi
 Jika lilitan pusat terlalu ketat tali pusat diklem pada dua tempat kemudian
digunting diantara kedua klem tersebut sambil melindungi leher bayi.
Kelahiran Bahu dan anggota seluruhnya
 Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya
 Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi
 Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan
 Lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu belakang
 Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang bayi sambil
menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk
mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
 Letakkan bayi tsb diatas perut ibunya
 Secara menyeluruh, keringkan bayi, bersihkan matanya dan nilai pernafasan bayi
 Jika bayi menangis atau bernafas (dada bayi terlihat naik turun paling sedikit 30x/m)
tinggalkan bayi tsb bersama ibunya
 Jika bayi tidak bernafas dalam waktu 30 detik mintalah bantuan dan segera mulai
resusitasi bayi
 Klem dan pototng tali pusat
 Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan kulit dada siibu.
 Bungkus dengan kain yang halus dan kering, tutup dengan selimut dan pastikan
kepala bayi terlindung dengan baik untuk menghindari hilangnya panas tubuh.

c) Kala III
Manajemen Aktif Kala III
 Pemberian oksitosin dengan segera
 Pengendalian tarikan tali pusat
 Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
Penanganan
Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta :
 Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran bayi
 Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau susukan bayi guna
menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin 0,2 mg. IM.
Lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan cara :
 Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas simpisis pubis. Selama
kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso kranial – kearah
belakang dan kearah kepala ibu.
 Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm didepan vulva.
 Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (2-3
menit)
 Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus-menerus
dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus.
 PTT hanya dilakukan selama uterus berkontraksi
 Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan atau klem pada
tali pusat mendekati plasenta lepas, keluarkan dengan gerakan ke bawah dan ke atas
sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan
memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
 Segera setelah plasenta dan selaput ketubannya dikeluarkan masase fundus agar
menimbulkan kontraksi.
 Jika menggunkan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam waktu 15
menit berikan oksitosin 10 unit Im. Dosis kedua dalam jarak waktu 15 menit dari
pemberian oksitosin dosis pertama.
 Periksa wanita tsb secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks atau vagina
atau perbaiki episotomi.

d) Kala IV
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi.
Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa – sio ibu melahirkan
bayi dari perutnya dan bayi sedanmg menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke
dunia luar.
Penanganan
 Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama
jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai menjadi keras. Apabila
uterus berkontraksi otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk
menghentikan perdarahan .
 Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada
jam I dan setiap 30 menit selama jam II
 Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan
minuman yang disukainya.
 Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
 Biarkan ibu beristirahat
 Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi
 Bayi sangat siap segera setelah kelahiran
 Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu dibantu karena masih
dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
 Ajari ibu atau keluarga tentang :
 Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
 Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
2.2 Diagnosa Keperawatan dan NCP

KALA I
No Dx. Kep Tujuan Intervensi
1 Nyeri b.d. Fisiologis: Setelah 6 jam tindakan 1) Managemen nyeri
his dan penurunan keperawatan ibu mampu  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi,
kepala ke panggul beradaptasi dengan nyerinya karakteristik, awitan, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau berat dan
Kriteria: faktor presipitasi
 Ibu mampu melakukan  Ekspresikan penerimaan tentang nyeri
pursed lip breathing.  Kurangi rasa takut dengan meluruskan setiap misinformasi
 Tidak mengejan sebelum 2) Manajemen lingkungan
waktunya.  Implementasikan tindakan untuk kenyamanan fisik seperti menciptakan
suasana yang nyaman, meminimalkan stimulasi lingkungan
 Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi dengan cara:
gunakan kipas angina/AC, Kipas biasa dan menganjurkan ibu mandi
sebelumnya
3) Edukasi : prosedur/perawatan
 Demonstrasikan pereda nyeri non invasif/ non farmakologis : massage,
distraksi/imajinasi, relaksasi, pengaturan posisi yang nyaman
 Jika ibu tsb tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat diberikan;
lakukan perubahan posisi, sarankan ia untuk berjalan, dll.
 Anjurkan ibu untuk tidak mengejan sebelum pembukaan lengkap
 Anjurkan ke keluarga intuk mendampingi dan melakukan massage pada
punggung/ paha ibu
4) Edukasi : proses penyakit
 Berikan penjelasan tentang penyebab timbulnya nyeri
 Berikan penjelasan tentang proses/waktu penyembuhan/ rencana/
intervensi
5) Manajemen medikasi
 Berikan analgetik sesuai program
 Evaluasi keefektifan analgetik
 Evaluasi tindakan perencanaan sesuai kebutuhan

2 Cemas b.d. Krisis Kecemasan ibu berkurang setelah Reduksi cemas


situasional: tindakan 1 jam Kriteria:  Lakukan pengkajian cemas ibu.
Kemajuan  Ibu tampak rileks.  Tentukan derajat cemas ibu.
persalinan, nyeri  Menyatakan kecemasan  Bantu ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan
persalinan. berkurang. kesakitan.
 Jaga hak privasi ibu dalam persalinan.
 Jelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur
yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan.
 Ajarkan teknik reduksi cemas: Distraksi/relaksasi.
 Motivasi keluarga untuk mendampingi ibu selama proses melahirkan.
 Evaluasi keefektifan tindakan yang telah diberikan.
3 Resiko infeksi b.d. Setelah tindakan 3 jam ibu 1. Kontrol infeksi
Ketuban pecah, menunjukkan menunjukkan  Terapkan pencegahan universal
pemeriksaan dalam kontrol terhadap infeksi.  Berikan hygiene yang baik.
berulang. Kriteria: 2. Proteksi infeksi
Ibu bebas dari tanda dan gejala  Monitor tanda dan gejala infeksi lokal/sistemik
infeksi.  Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Ibu mampu menjelaskan tanda dan  Gunakan sarung tangan steril dalam tindakan pemeriksaan dalam.
gejala infeksi.  Pertahankan kesterilan selama melakukan tindakan
3. Monitor tanda vital
 Pantau suhu tubuh dan denyut nadi tiap 8 jam
4. Managemen lingkungan
 Batasi pengunjung yang sedang demam
 Jaga kebersihan tempat tidur, lingkungan
5. Managemen eliminasi urine
 Monitor potensi kateter, pantau karakteristik urine, jaga hygiene
genetalia.
6. Pendidikan kesehatan
 Berikan penjelasan tentang mengapa klien menghadapi risiko
infeksi, tanda dan gejala infeksi
7. Administrasi medikasi
 Berikan antibiotik sesuai program
KALA II

No Dx. Kep Tujuan Intervensi


1 Nyeri b.d. Fisiologis: Setelah 15 menit tindakan 1) Managemen nyeri
Proses persalinan. keperawatan ibu mampu  Lakukan pengkajian nyeri PQRST.
beradaptasi dengan nyerinya  Ekspresikan penerimaan tentang nyeri
Kriteria:  Kurangi rasa takut dengan meluruskan setiap misinformasi
Ibu mampu mengatur pola nafas  Ketika ibu meneran berdiri di belakang ibu untuk mensupport ibu
ketika meneran. meneran.
Ibu mampu meneran dengan tepat  Berikan bantal pada bawah punggung dan Bantu support kedua tungkai
dan benar. ibu.
Tidak terjadi ruptur di perineum.  Bantu memimpin pola nafas ibu.
 Anjurkan ibu utk merilekskan otot dasar pelvis.
 Membantu ibu merubah posisi jk perlu atau jk dlm 20 mnt tdk ada
perkembangan.
2) Manajemen lingkungan
 Implementasikan tindakan untuk kenyamanan fisik seperti menciptakan
suasana yang nyaman, meminimalkan stimulasi lingkungan
 Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi dengan cara:
gunakan kipas angina/AC, Kipas biasa dan menganjurkan ibu mandi
sebelumnya
3) Edukasi : prosedur/perawatan
 Demonstrasikan pereda nyeri non invasif/ non farmakologis : massage,
distraksi/imajinasi, relaksasi, pengaturan posisi yang nyaman
 Jika ibu tsb tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat diberikan;
lakukan perubahan posisi, sarankan ia untuk berjalan, dll.
 Anjurkan ibu untuk tidak mengejan sebelum pembukaan lengkap
 Anjurkan ke keluarga intuk mendampingi dan melakukan massage pada
punggung atau paha ibu.
 Anjurkan ibu mengatur pola nafas :sebelum meneran tarik dua kali nafas
dlm lalu baru meneran, ulangi lagi sampai berakhirnya kontraksi dan
berhenti meneran
 Anjurkan pada ibu untuk konsentrasi saat meneran
4) Edukasi : proses penyakit
 Berikan penjelasan tentang penyebab timbulnya nyeri
 Berikan penjelasan tentang proses/waktu penyembuhan/ rencana/
intervensi
5) Manajemen medikasi
 Berikan analgetik sesuai program
 Evaluasi keefektifan analgetik
 Evaluasi tindakan perencanaan sesuai kebutuhan
KALA III

No Dx Kep Tujuan Intervensi


1 Nyeri b.d. Fisiologis: Setelah tindakan 15 menit ibu 1) Managemen nyeri
Involusi uterus, luka mampu beradaptasi dengan  Lakukan pengkajian nyeri PQRST.
episiotomi. nyerinya.  Monitor pelepasan plasenta.
Kriteria:  Lakukan pemijatan pada fundus uteri.
Tampak tenang.  Lakukan perawatan/memperbaiki perineum.
Menyatakan dapat menahan nyeri.  Anjurkan ibu untuk menggunakan tehnik nafas dalam untuk mengurangi
rasa nyeri
 Anjurkan suami/keluarga untuk menemani ibu.
2) Manajemen lingkungan
 Implementasikan tindakan untuk kenyamanan fisik seperti menciptakan
suasana yang nyaman, meminimalkan stimulasi lingkungan
3) Edukasi : prosedur/perawatan
 Demonstrasikan pereda nyeri non invasif/ non farmakologis : massage,
distraksi/imajinasi, relaksasi, pengaturan posisi yang nyaman
 Anjurkan pada ibu untuk konsentrasi saat meneran
 Beri dukungan pada ibu untuk beradaptasi dengan bayi.
 Edukasi : proses penyakit
 Berikan penjelasan tentang penyebab timbulnya nyeri
4) Manajemen medikasi
 Berikan analgetik sesuai program
 Evaluasi keefektifan analgetik
 Evaluasi tindakan perencanaan sesuai kebutuhan
2 Risiko infeksi b.d. Kontrol infeksi selama perawatan 1) Infection control
Trauma jalan lahir 3 hari. Kriteria:  Terapkan pencegahan universal.
(luka episiotomi). Tidak terdapat tanda-tanda infeksi.  Berikan hygiene yang baik.
 Jahit luka dengan teknik aseptic
 Jaga kesterilan alat yang digunakan.
 Gunakan sarungtangan steril dalam melakukan rindakan.
2) Infection protection
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal/sistemik
 Amati faktor-faktor yang menaikkan infeksi/memperlambat penyembuhan
luka : infeksi luka, nutrisi dan hidrasi tidak adekuat, penurunan suplai
darah.
3) Vital sign monitoring
4) Environmental management
 Batasi penunggu.
 Jaga kebersihan tempat tidur, lingkungan.
5) Incision site care
 Rawat luka post episiotomi dengan cara steril.
 Pantau kondisi luka, waspadai tanda-tanda infeksi
6) Health Education
 Berikan penjelasan tentang mengapa klien menghadapi risiko infeksi,
tanda dan gejala infeksi
 Administrasi medikasi
 Berikan antibiotik sesuai program

KALA IV

No Dx Kep Tujuan Intervensi


1 Fatigue b.d. Proses Ibu mampu melakukan konservasi Konservasi energi
persalinan. energi stelah tindakan 6 jam.  Monitor tingkat kelemahan ibu.
Kriteria:  Monitor tanda-tanda vital ibu.
Ibu menyatakan lelah berkurang.  Berikan periode istirahat yang cukup.
Ibu mampu mengatur pola  Fasilitasi ibu untuk istirahat.
istirahat-aktivitas.  Berikan makanan/nutrisi pada ibu.
 Berikan tambahan minuman peroral pada ibu
 Berikan suplai oksigen yang cukup bagi ibu.
 Ciptakan lingkungan yang tenang.
 Batasi aktivitas ibu.
 Libatkan keluarga untuk memberikan support.
2 PK: Perdarahan Perawat mampu meminimalkan  Monitor tanda-tanda vital ibu.
kemungkinan terjadinya  Monitor tanda-tanda perdarahan.
komplikasi perdarahan.  Monitor pemeriksaan laboratorium.
 Pantau keadaan ibu.
 Kolaborasi pemberian antihemoragik dan transfusi jika perlu.
 Anjurkan ibu untuk melapor jika merasa keluar darah banyak.
 Ajarkan tanda-tanda perdarahan pada ibu dan keluarganya.
3 Resiko infeksi b.d. Kontrol infeksi selama perawatan 1) Infection control
Trauma jaringan, 6 hari. Kriteria:  Terapkan pencegahan universal
prosedur invasive. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi.  Berikan hygiene yang baik
Ibu menyatakan tidak terdapat 2) Infection protection
tanda infeksi.  Monitor tanda dan gejala infeksi lokal/sistemik
 Amati faktor-faktor yang menaikkan infeksi/memperlambat penyembuhan
luka : infeksi luka, nutrisi dan hidrasi tidak adekuat, penurunan suplai
darah
3) Vital sign monitoring
 Pantau suhu tubuh dan denyut nadi tiap 8 jam
4) Environmental management
 Batasi pengunjung yang sedang demam
 Jaga kebersihan tempat tidur, lingkungan
5) Incision site care
 Rawat luka post operasi dengan cara steril.
 Pantau kondisi luka, waspadai tanda-tanda infeksi
6) Post partum care
 Pantau produksi lochea, pantau kondisi vagina
 Pantau kondisi uterus
7) Urinary elimination management
 Monitor potensi kateter, pantau karakteristik urine, jaga hygiene genetalia.
8) Health Education
 Berikan penjelasan tentang mengapa klien menghadapi risiko infeksi,
tanda dan gejala infeksi
9) Administrasi medikasi
 Berikan antibiotik sesuai program.
4 Kurang perawatan Ibu mampu menunjukkan 1) Self care assistance : batuhing/hygiene
diri: kemampuan perawatan diri:  Anjurkan keluarga ibu untuk memfasilitasi klien mandi
makan/minum/man aktifitas untuk pemenuhan  Anjurkan ibu untuk mandi sebersih mungkin terutama daerah genitalia
di/hygiene, toileting, kebutuhan sehari-hari. 2) Self care assistance : feeding
berpakaian b.d Kriteria:  Anjurkan ibu untuk makan dengan cara duduk, makan secara mandiri atau
kelemahan fisik  Ibu mampu melaksanakan dengan bantuan
perawatan diri, aktifitas untuk  Anjurkan keluarga untuk memberi kesempatan ibu untuk mandiri
pemenuhan kebutuhan sehari- 3) Self care assitance : toileting
hari dengan  Berikan privacy selama eliminasi sesuai kebutuhan
partisipasi/bantuan minimal  Anjurkan keluarga untuk memfasilitasi kebutuhan eliminasi ibu.
 Keluarga berpartisipasi dalam  Intruksikan ibu/keluarga untuk menjaga kebersihan setelah eliminasi
perawatan diri ibu.
4) Self care assistance dressing/grooming
 Bantu ibu berpakaian
 Kaji kemampuan ibu berpakaian
 Demonstrasikan cara membantu ibu berpakaian.
5) Health Education
 Anjurkan kepada keluarga untuk membantu pasien memenuhi kebutuhan
sehari-hari dengan secara bertahap.
 Jelaskan manfaat perawatan diri mandiri terhadap penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul bari saifuddin. 2001. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo. Jakarta

Hacher/moore. 2001. Esensial obstetric dan ginekologi. hypokrates. Jakarta

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2001. Ilmu kebidanan,penyakit kandungan dan keluarga
berenca. EGC. Jakarta

Marlyn Doenges,dkk. 2001. Rencana perawatan Maternal/Bayi. EGC . Jakarta

Sarwono. 1989. Ilmu Bedah kebidanan. Yayasan sarwono. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai