PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu
sesuatu hal yang berada di luar kontrol manusia, oleh karena itu,
untuk meminimalisir terjadinya korban akibat bencana diperlukan kesadaran
dan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana. Kesadaran dan
kesiapan menghadapi bencana ini idealnya sudah dimiliki oleh masyarakat
melalui kearifan lokal daerah setempat, karena mengingat wilayah Indonesia
merupakan daerah yang mempuyai risiko terhadap bencana.
Secara geografis indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada
pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng benua asia, benua austarlia,
lempeng samudra hindia dan samudra pasifik. Pada bagian selatan dan timur
indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari pulau
sumatera – jawa – nusa tenggara - sulawesi yang sisinya berupa pegunungan
vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa - rawa.
Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan
gunung merapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Termasuk dalam
hal ini adalah provinsi sumatera barat.
Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana
yang sangat tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis bencana. Pada
umumnya resiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi (gempa
bumi, tsunami, dan letusan gunung api), bencana akibat hydrometeorologi (banjir,
tanah longsor, kekeringan , angin topan), bencana akibat faktor biologi (wabah
penyakit manusia, penyakit tanaman atau ternak, hama tanaman) serta kegagalan
teknologi (kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir,
pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konflik
antar manusia akibat perebutan sumber daya yang terbatas, alasan ideologi,
religius serta politik. Sedangkan kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari
situasi bencana pada suatu daerah konflik (Perka 4, 2008).
Selama tahun 2016 terdapat 2.342 kejadian bencana, naik 35% jika
dibandingkan dengan jumlah bencana pada 2015. Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) membuat rekapitulasi berbagai peristiwa
bencana di Indonesia, data yang dikumpulkan terlihat bahwa jumlah bencana pada
2016 mencapai 2.342 peristiwa. Sebagai perbandingan jumlah kejadian bencana
selama 10 tahun terakhir adalah tahun 2007 (816 bencana), 2008 (1.073), 2009
(1.246), 2010 (1.941), 2011 (1.633), 2012 (1.811), 2013 (1.674), 2014 (1.967),
dan 2015 (1.677).
Sumatera barat merupakan salah satu wilayah Indone’sia yang rawan
bencana, baik karena bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, tanah
longsor, banjir bandang dan tsunasi maupun karena ulah manusia. Beberapa faktor
yang menyebabkan terjadinya bencana ini adalah kondisi geografis dan
geologisnya yang memiliki gu ung api aktif, sebagian besar wilayah berada di
pinggiran pantai dan terdapatnya aliran sungai, serta iklim tropisnya yang
menyebabkan curah hujan yang tinggi disamping itu keragaman sosial budaya dan
politik turut memperberat kondisi ini.
Di wilayah sumatera barat, kejadian bencana alam yang sering terjadi pada
tahun 2017 yaitu banjir dan longsor. Kejadian ini diakibatkan karena adanya
cuaca ekstrim yang menyebabkan empat wilayah Kabupaten dan kota yang
memiliki cakupan terdampak luas diantaranya; Kabupaten 50 Kota, Kabupaten
Dharmasraya, Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten Sawahlunto dan kota
Bukitiinggi.
Kota Bukittinggi terletak pada rangkaian Bukit Barisan yang membujur
sepanjang pulau Sumatera, dan dikelilingi oleh dua gunung berapi yaitu Gunung
Singgalang dan Gunung Marapi. Kota ini berada pada ketinggian 909–941 meter
di atas permukaan laut, dan memiliki hawa cukup sejuk dengan suhu berkisar
antara 16.1–24.9 °C. Sementara itu, dari total luas wilayah Kota Bukittinggi saat
ini (25,24 km²), 82,8% telah diperuntukkan menjadi lahan budidaya, sedangkan
sisanya merupakan hutan lindung. Kota ini memiliki topografi berbukit-bukit dan
berlembah, beberapa bukit tersebut tersebar dalam wilayah perkotaan, di
antaranya Bukit Ambacang, Bukit Tambun Tulang, Bukit Mandiangin, Bukit
Campago, Bukit Kubangankabau, Bukit Pinang Nan Sabatang, Bukit Canggang,
Bukit Paninjauan, dan sebagainya. Selain itu, terdapat lembah yang dikenal
dengan Ngarai Sianok dengan kedalaman yang bervariasi antara 75–110 m, yang
di dasarnya mengalir sebuah sungai yang disebut dengan Batang Masang.
Kayu Kubu adalah salah satu kelurahan di kecamatan Guguk Panjang,
Bukittinggi, Sumatera Barat. Kelurahan kayu kubu mempunyai empat wilayah
rawan bencana yaitu Panorama, Ngarai, Belakang lapangan dan Banto laweh
Berdasarkan hasil observasi lokasi yang dilakukan oleh kelompok bersama
pegawai kelurahan dan kader setempat tanggal 9 – 10 Maret 2017 bahwa
kelurahan ini memiliki probabilitas potensi bencana derajat 5 pada gempa bumi,
probabilitas potensi derajat 4 pada longsor dan probabiliti potensi derajat 3 pada
banjir. Munculnya probabilitas potensi bencana tersebut menuntut setiap
kelurahan di kota Bukittinggi harus aktif sebagai ujung tombak penanggulangan
bencana di wilayah setempat, yang juga merupakan mata rantai SPGDT. Kesiapan
setiap kelurahan tercapai bila ditindaklanjuti dengan terbentuknya satgas
penanggulangan bencana dikelurahan, bekerja sama dengan RS (Dinkes,
ambulance, bank darah, PMI, media, RS lain, dll) adalah tidak tepat bila
beranggapan bahwa kelurahan tidak memiliki peran dalam penatalaksanaan
kegawat bencana sehari-hari, bencana yang selalu unik bukan hanya
menyebabkan perubahan kuantitatif tetapi juga kualitatif (komunikasi, kerusakan
jalur transportasi dan tidak berfungsinya fasilitas lain).
Untuk menurunkan dampak yang ditimbulkan akibat bencana, dibutuhkan
dukungan berbagai pihak termasuk kererlibatan perawat. Peran perawat dapat
dimulai sejak tahap mitigasi (pencegahan), tanggap darurat bencana dalam fase
pre hospital dan hospital, hingga tahap recovery.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan utama adalah untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang tepat
dalam menangani masalah yang mengancam kehidupan dan
mempertahankan kesatbilan kondisi masyarakat setelah bencana terjadi
serta dapat melaksanakan tindakan spesifik pada pengelolaan kebencanaan
mulai dari tahap mitigasi preparednes, respon dan pemulihan juga
memenuhi tugas praktek profesi disaster nursing di kelurahan kayu kubu.
2. Tujuan khusus
Untuk mencapai tujuan tersebut maka kelurahan kayu kubu harus
melaksakan kesiapsiagaan penatalaksanaan bencana antara lain :
a. Melakukan identifikasi resiko bencana dikelurahan kayu kubu kota
bukittinggi
b. Menganalisa kemungkinan dampak bencana dikelurahan kayu kubu
kota bukittinggi
c. Membuat mitigasi, kontogency dan recovery plandi keluruhan kayu
kubu kota bukittinggi
d. Membuat mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana
serta alokasi tugas dan peran instansidi kelurahan kayu kubu kota
bukittinggi.
C. Ruang Lingkup
1. Mitigasi
Menyikapi musim pancaroba cuaca masih terjadi hingga saat ini disertai
terjadinya cuaca ekstrim yang ditandai dengan hujan badai, longsor,
kebakaran, serta kemungkinan terjadinya gempa bumi yang berpotensi
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dan mengancam serta
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, untuk itu diminta
kepada warga kelurahan kayu kubu untuk selalu waspada terhadap bencana
selalu mengintai terutama terhadap longsor. Dengan harus memperhatikan
2. Contigency/ Kesiapan
Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap
darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search
and rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian. Kegiatan saat terjadi
bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk
menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan
korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan mendapatkan
perhatian penuh baik dari pemerintah bersama swasta maupun
masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak
yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan
tenaga, moril maupun material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya
merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap
bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat dan
terjadi efisiensi.
Tujuannya adalah untuk meyakinkan bahwa secara tepat sistem yang
memadai untuk bencana, prosedur dan sumber-sumber daya berada di
tempat kejadian dan bisa membantu mereka yang tertimpa oleh bencana dan
memingkinkan mereka untuk bisa menolong diri mereka sendiri.
Ini berguna untuk meminimalisir pengaruh-pengaruh yang merugikan
dari satu bahaya lewat tindakan – tindakan yang efektif, dan untuk
menjamin secara tepat, organisasi yang tepat dan efisien dan pengiriman
respon emergensi yang menindak lanjuti dampak dari suatu bencana.
Dari uraian diatas, terlihat bahwa titik lemah dalam siklus manajemen
bencana adalah pada tahapan sebelum/ pra bencana, sehingga hal inilah
yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan untuk menghindari atau
meminimalisasi dampak bencana yang terjadi.
D. Landasan Hukum
1. UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 No 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia No 4723).
2. Perpres No 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan
Bencana.
3. Permendagri No 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata
Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
4. PP No 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia 2008 No. 42, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia No. 4828).
E. Pengertian
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia definisi Bencana
adalah peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan
ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan
pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga
memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar.
Bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu
yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah yang terkena.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor.
a. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah suatu peristiwa alam dimana terjadi getaran pada
permukaan bumi akibat adanya pelepasan energi secara tiba-tiba dari pusat
gempa. Energi yang dilepaskan tersebut merambat melalui tanah dalam
bentuk gelombang getaran. Gelombang getaran yang sampai ke permukaan
bumi disebut gempa bumi.
Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat yang bernama
seismometer. Moment magnitudo adalah skala yang paling umum dimana
gempa bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala Rickter adalah skala
besarnya lokal 5 magnitude. Biasanya gempa bumi terjadi pada daerah –
daerah yang dekat dengan patahan lempengan bumi. Gempa adalah
bencana alam yang tidak dapat diperkirakan, oleh karena itu gempa
merupakan bencana alam yang sangat berbahaya. Ada berbagai cara untuk
mengurangi kerugian akibat dampak gempa bumi, seperti membangun
bangunan yang dapat meredam getaran gempa, memperkuat pondasi
bangunan dan masih banyak yang lain.
b. Tsunami
Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang dibangkitkan
oleh macam-macam gangguan di dasar samudra. Gangguan ini dapat berupa
gempa bumi, pergeseran lempeng, atau gunung meletus. Tsunami tidak
kelihatan saat masih berada jauh di tengah lautan, namun begitu mencapai
wilayah dangkal, gelombangnya yang bergerak cepat ini akan semakin
membesar.
d. Banjir
Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan
yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat
didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga
menutupi permukaan bumi kawasan tersebut.
Potensi terjadinya ancaman bencana banjir dan tanah longsor saat ini
disebabkan keadaan badan sungai rusak, kerusakan daerah tangkapan air,
pelanggaran tata ruang wilayah pelanggaran hukum meningkat,
perencanaan pembangunan kurang terpadu, dan disiplin masyarakat yang
rendah.
e. Tanah Longsor
Vernes (1978) mengartikan longsor sebagai pergerakan material ke
bawah dan ke luar lereng karena pengaruh dari gravitasi. Longsor yang
lebih dikenal dengan tanah longsor (landslide) juga dapat didefinisikan
sebagai perpindahan massa berbagai jenis batuan atau tanah yang tidak
membutuhkan media berpindah seperti air atau udara.
Longsor merupakan salah satu jenis gerakan masa tanah atau batuan,
ataupun pencampuran keduannya, menuruni atau keluar lereng akibat dari
terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.
Pemicu dari terjadinya gerakan tanah ini adalah curah hujan yang tinggi
serta kelereng tebing. Bencana tanah longsor sering terjadi diindonesia
yang mengakibatkan kerugian uang dan harta benda. Untuk itu perlu
ditingkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana ini.
f. Kebakaran
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat
yang tidak kitakehendaki, merugikan pada umumnya sukar dikendalikan
(Perda DKI, 1992).
F. Sistematika
Komponen kesiapan bencana, ada sembilan komponen utama yang
tercakup dalam kesiapan bencana yaitu :
a. Mengkaji kerentanan
Mendasar untuk semua aspek manajemen bencana adalah informasi. Hal ini
merupakan satu point yang nampak jelas, akan tetapi sering kali di lupakan.
Manejer bencana mungkin tau bahwa komunitas atau daerah geografis
tertentu rentan terhadap dampak dari serangan bahaya yang bersifat
mendadak ataupun yang lamban. Keputusan dibuat untuk mengumpulkan
dan menilai informasi mengenai kerentanan terhadap bencana.
b. Perencanaan
Semua aktifitas yang diracang untuk mempromosikan kesiapan bencana,
tujuan yang paling utama adalah mempunyai rencana-rencana yamg siap
yang sudah disepakati, yang dapat diimplementasikan dan untuk komitmen
mana dan sumber-sumber daya yang relatif terjamin.
d. Sitem informasi
Rencana kesiapan harus mempunyai sistem informasi untuk serangan
bencana yang lambat hal ini harus terdiri dari proses pengumpulan data
yang dibuat secara resmi dan sistem peringatan dini, sistem monitoring
untuk memperbaharui informasi peringatan dini. Untuk serangan bencana
yang mendadak sistem yang sama harus tersedia untuk meprediksi, memberi
peringatan, dan komunikasi evakuasi.
f. Sistem peringatan
Untuk sebagian besar tipe serangan bencana yang cepat, sistem peringatan
dapat menyelamatkan banyak kehidupan. Dengan memberi pemberitahuan
yang memadai terhadap msyarakat yang rentan akan datangnya satu
bencana, mereka dapat meloloskan diri dari kejadian itu atau mengambil
tindakan berjga-jaga untuk mengurangi bahaya. Harus dipertimbangkan
pula jenis perlengkapan komunikasi apakah yang akan dibutuhkan dan
berkelanjutan jika jalur-jalur pembangkit listrik dan stasiun penerima rusak.
Peringatan juga penting untuk serangan bencana yang lambat dan
pemindahan populasi.
g. Mekanisme tanggapan
Tes yang paling mutlak dari suatu bencana adalah keefektifan tanggapan
terhadap peringatan dan dampak bencana. Pada tahapan tertenu dalam
proses peringatan, berbagai tanggapan harus dimobilisir. Pentahapan
tanggapan menjadi satu faktor yng penting dalam merancang rencana
kesiapan.
BAB II
Gambaran Umum Wilayah
A. Kondisi Fisik
A. Ancaman
Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara dengan
potensi bahaya yang sangat tinggi dan beragam baik berupa bencana alam,
bencana ulah manusia ataupun kedaruratan komplek. Beberapa potensi tersebut
antara lain adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, banjir, tanah longsor,
kekeringan, kebakaran lahan dan hutan, kebakaran perkotaan dan pemungkiman,
angin badai, wabah penyakit, kegagalan teknologi dan konflik sosial.
Jenis ancaman bahaya yang terdapat diwilayah atau didaerah yang diperoleh
dari data kejadian bencana di daerah yang bersangkutan.
1) Gempa Bumi
Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat yang bernama
seismometer. Moment magnitudo adalah skala yang paling umum dimana
gempa bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala Rickter adalah skala besarnya
lokal 5 magnitude. Biasanya gempa bumi terjadi pada daerah – daerah yang
dekat dengan patahan lempengan bumi. Gempa adalah bencana alam yang
tidak dapat diperkirakan, oleh karena itu gempa merupakan bencana alam
yang sangat berbahaya. Ada berbagai cara untuk mengurangi kerugian akibat
dampak gempa bumi, seperti membangun bangunan yang dapat meredam
getaran gempa, memperkuat pondasi bangunan dan masih banyak yang lain.
Bencana yang dapat timbul oleh gempa bumi ialah berupa kerusakan
atau kehancuran bangunan (rumah, sekolah, rumah sakit, dan bangunan
umum lainnya). Dan konstruksi prasarana fisik (jalan, jembatan, bendungan,
pelabuhan, laut atau udara, jaringan listrik dan telekomunikasi dan lain-lain),
serta bencana sekunder yaitu kebakaran dan korban akibat timbulnya
kepanikan.
2. Segmen Barumun
Ujung Utara Berada di Wilayah Sosopan Julu, Sumatera Utara,
menyusuri Lembah Sungai Barumun. Bagian Selatan Segmen ini berada di
Wilayah Provinsi Sumatera Barat. Panjang segmen 125 km dengan potensi
kuat gempa maksimum pada segmen ini adalah M 7,6.
Lembah Aliran Batang Asik dan hamparan lembah (depresi) Batang
Sumpur di daerah Panti dan Sitompa hingga Sunpadang merupakan bukti dari
adanya pergeseran vertikal berupa amblasan pada bagian segmen ini.
3. Segmen Sumpur
Segmen Sumpur di bagian Utara burujung pada sisi Selatan Depresi
Sumpur, di Selatan Panti, kemudian menyisir Lembah Batang Sumpur ke
Tenggara, Salabawan, hingga Bonjol, menyusuri S. Silasung. Panjang segmen
35 km dengan potensi kuat gempa maksimum pada segmen ini adalah M 6,9.
4. Segmen Sianok
Segmen ini memanjang dari sisi Timur Luat D. Singkarak, melewati sisi
Barat Daya G. Marapi hingga Ngarai Sianok. Panjang segmen 90 km dengan
potensi kuat gempa maksimum pada segmen ini adalah M 7,3.
Gempa terbesar pernah tercatat pada segmen ini yaitu pada 4 Agustus
1926 dengan pusat hancuran antara Bukit Tinggi dan D. Singkarak. Data
terbaru mencatat bahwa 6 Maret 2007 (M 6,4 dan 6,3) juga terjadi gempa
merusak pada segmen ini bersama sama dengan segmen Sumani dan
mengakibatkan banyak kerusakan di daerah Batu Sangkar dan Solok.
5. Segmen Sumani
Ujung Utara segmen ini berada di sisi Utara D. Singkarak, menyirisi sisi
Barat Daya danau tersebut melintasi daerah Kota Solok, Sumani, Selayo dan
berakhir di Utara D. Diateh Tenggara Gunung Talang. Panjang segmen 90 km
dengan potensi 65 km kuat gempa maksimum pada segmen ini adalah M 7,2.
Gempa merusak tercatat terjadi pada 9 Juni 1943, M 7.4, di bawah D.
Singkarak dan menghasilkan pergeseran horizontal sejauh 1 m 4 (D. Hilaman
Natawijaya dkk. 1995), dan gempa pada 6 Maret 2007 juga telah menyebabkan
banyak kerusakan di sepanjang segmen ini dari Sumani hingga Selayo.
6. Segmen Suliti
Ujung Utara segmen berada pada D. Diatas dan D. Dibawah dengan lebar
zona 4 km pada wilayah tersebut. Patahan Sumatera pada segmen ini
menelusuri lembah S. Suliti ke Tenggara hingga anak-anak Sungai Liki di
Barat Laut G. Kerinci, dengan panjang total 90 km. Potensi kuat gempa
maksimum pada segmen ini adalah M 7,4.
Gempa merusak pada segmen ini pernah terjadi pada 9 Juni 1943, M 7,1
(Pacheco dan Sykes, 1992). Menyebabkan kerusakan parah pada bagian Utara
Segmen hingga Muarolabuh.
7. Segmen Siulak
Ujung Selatan Segmen ini berada di wilayah Jambi menyusuri lembah di
Barat Daya hingga Barat Laut G. Kerinci, overlap dengan segmen Suliti di
wilayah Solok Selatan dengan panjang total 70 km. Potensi kuat gempa
maksimum pada segmen ini adalah M 7,2.
Gempa merusak pernah terjadi pada segmen ini pada 9 Juni 1909 dan
diyakini berkekuatan 7,7 (Abe, 1981) dan menyebabkan kerusakan parah
hampir di sepanjang segmen. Kerusakan pada gempa 6 Oktober 1995, M 7,0
diberitakan terjadi pada area yang cukup luas di lembah Barat Laut Danau
Kerinci (Kompas 7 Oktober 1995).
Kelurahan kayu kubu adalah salah satu dari dua puluh empat kelurahan
yang terdapat di kota bukittinggi. berdasarkan geografis dan topografinya kota
bukittinggi merupakan salah satu dari 18 kabupaten atau kota, di provinsi
sumatera barat hidup dalam bayang-bayang ancaman bencana gempa bumi
besar. Topografi sumatera barat yang mirip dengan negara nepal dengan
banyak lokasi terjal dan perbukitan bagian dari jejeran bukit barisan menambah
besar resiko ancaman bencana gempa bumi diwilayah ini. Gempa bumi adalah
guncangan atau getaran yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan
energi dari dalam secara tiba-tiba lalu menciptakan gelombang seismik. Gempa
bumi biasanya disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat yang bernama
seismometer. Moment magnitudo adalah skala yang paling umum dimana
gempa bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala Rickter adalah skala besarnya
lokal 5 magnitude. Biasanya gempa bumi terjadi pada daerah – daerah yang
dekat dengan patahan lempengan bumi. Gempa adalah bencana alam yang
tidak dapat diperkirakan, oleh karena itu gempa merupakan bencana alam
yang sangat berbahaya. Ada berbagai cara untuk mengurangi kerugian akibat
dampak gempa bumi, seperti membangun bangunan yang dapat meredam
getaran gempa, memperkuat pondasi bangunan dan masih banyak yang lain.
2) Banjir
Banjir adalah bencana alam yang diakibatkan oleh curah hujan yang
cukup tinggi dengan tidak diimbangi dengan saluran-saluran pembuangan air
yang memadai, sehingga banjir dapat meredam berbagai wilayah – wilayah
yang cukup luas. Pada umumnya banjir terjadi karena luapan sungai yang
tidak mampu menghadang derasnya air yang datang sehingga menyebabkan
jebolnya sitem perairan disuatu daerah.
Banjir juga diakibatkan oleh manusia itu sendiri karena membuang
sampah sembarangan ke saluran-saluran pembuangan air dan nenebang
pohon secara liar, pohon bermanfaat sebagai penyerap air dikala datangnya
hujan.
4) Longsor
Longsor atau disebut juga gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi
yang terjadi karena pergerakan masa bantuan atau tanah dengan berbagai tipe
dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum
longsor bisa terjadi disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan
faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
kondisi material itu sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang
menyebabkan bergeraknya material tersebut. Bencana longsor terjadi karena
setelah hujan yang cukup lebat dan tanah tersebut tidak sama sekali
ditumbuhi tanaman maka terjadilah longsor itu. Tanaman berguna untuk
menahan tanah-tanah agar tidak mudah longsur atau terseret. Ada juga bencan
longsor yang terjadi secara alami, karena memang tanah yang kurang padat,
curah hujan yang cukup tinggi dan kemiringa yang cukup curang
5) Kebakaran
Kebakarn bisa terjadi dikaitkan oleh wilayah itu sendiri, bisa juga
dikaitkan oleh ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Jika
kebakarn sampai terjadi maka cukup sulit untuk memadamkannya, karena
kerapatan hunian, luasnya daerah yang terbakar dan lokasinya yang jauh dari
kejangkauann tempat penanggulangan bencana. Bahay yang tibul karena
kebakaran adalah asap yang dihasilkan daoat merusak pernafasan. Kebakaran
secara liar adalah kebakaran yang terjadi dialam liar. Jika bencana tersebut
disebabkan oleh alam itu sendiri, kemungkinan karena petir yang menyambar.
Jika ulah manusia, maka bisa dipastikan karena keserakahan manusia dalam
membuka lahan tanpa melihat akibat yang ditimbulkan.
B. Kerentanan
1. Kerentanan Fisik
Secara fisik bentuk kerentanan yang dimiliki masyarakat berupa daya
tahan menghadapi bahaya tertentu, misalnya : kekuatan bangunan rumah bagi
masyarakat yang berada didaerah rawan gempa, adanya tanggul pengaman
banjir bagi masyarakat yang tinggal di bantara sungai dan sebagainya.
2. Kerentanan ekonomi
Kemampuan ekonomi suatu individu atau masyarakat sangat
menentukan tingkat kerentanan terhadap ancaman bahaya. Pada umumnya
masyarakat atau daerah yang miskin atau kurang mampu lebih rentan terhadap
bahaya, karena tidak mempunyai kemampuan finansial yang memadai untuk
melakukan upaya pencegahan atau mitigasi bencana.
3. Kerentanan sosial
Kondisi masyarakat juga mempengaruhi tingkat kerentanan terhadap
ancaman bahaya. Dari segi pendidikan, kekurangan pengetahuan tentang resiko
bahaya dan bencana akan mempertinggi tingkat kerentanan, demikian pula
tingkat kesehatan masyarakat yang rendah juga mengakibatkan rentan
menghadapi bahaya.
4. Kerentanan lingkungan
Lingkungan hidup suatu masyarakat sangat mempengaruhi kerentanan.
Masyarakat yang tinggal didaerah yang kering dan sulit air akan selalu
terancam bahaya kekeringan. Penduduk yang tinggal dilereng bukit atau
pegunungan rentan terhadap bencana tanah longsor dan sebagainya.
5 Gempa
POTENSI
4
p
3 Kebakaran Longsor
2 Banjir Epidemi/wabah Letusan gunung api
1
DAMPAK
KETERANGAN :
P : Probabiliti
D : Dampak
A. Pra Bencana
Pada masa pra bencana atau disebut juga sebagai fase penyadaran akan
bencana,jajaran pers dapat memainkan perannya selaku pendidik publik lewat
artikel ataupun berita yang disajikannya secara priodik, terencana, populer,
digemari dan mencerahkan serta memperkaya khazanah alam pikiran publik
dengan target antara lain :
1. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang bencana,
mekanisme quick respon, langkah-langkah resque yang perlu, cepat dan
tepat untuk meminimalisasi korban serta menekan kerugian harta/ benda.
2. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui muatan-muatan
artikel tematis yang bersifat penumbuhan kesadaran masyarakat terhadap
potensi, jenis dan sifat bencana).
3. Perencanaan pengembangan wilayah dan pertumbuhan tata-ruang.
4. Pelestarian lingkungan.
c. Pencegahan
Pencegahan adalah bagaimana cara mencegah atau menghundar dari
bencana kita tahu bahwa da beberapa bencana tidak dapat dicegah, khususnya
bencana alam,. Namun resiko kehilangan nyawa atau cedera dapat dikutrangi
engan rencan evakuasi yang baik, perencanaan lingkungan yang baik dan
sebagainya. Upaya pencehgahan bencana ini merupakan satu hal yang sangat
penting, harus dilakukan terus menerus dan berkelanjutan oleh kita semua.
Koordinasi
dan
Pelaksanaa Koordinasi,
n komando
dan Koordinasi
Pelaksanaa dan
n Pelaksanaa
n
Bencana ini bersifat tidak dapat diprediksi kapan terjadinya. Gempa bumi
dapat menimbulkan dampak korban jiwa, luka, maupun kerusakan infrastruktur
yang sangat signifikan, mengidentifikasi potensi bahaya dalam perencanaan yang
berstandar aman dapat menyelamatkan jiwa dan mengurangi korban jiwa maupun
infrastruktur.
5. Tetap berada di tempat yang menurut kita aman selama terjadi gempa
a) Waspadai gempa susulan yang terkadang guncangannya lebih kuat.
Perhatikan langkah kita ketempat aman yang lain dan tetap berada disekitar
tempat itu sebagai guncangan berhenti dan kita dapat keluar dengan aman.
b) Tahap kesiapsiagaan atau kontigensi plan yaitu inventarisasi sumber daya
pendukung serta penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan
terpadu guna mendukung tugas kebencanaan.
Ketika di dalam ruangan
1. Merunduk hingga menyentuh lantai, cari perlindungan dibawah meja atau
perabot lain yang kuat dan tunggu sampai guncangan berhenti. Apabila tidak
ada meja atau perabot untuk berlindung, lindungi kepala dengan lengan
kemudian merayap menuju ruangan
2. Jauhi gelas, jendela ataupun yang mungkin menjatuhi kita
3. Tetap ditempat tidur apabila terjadi gempa, lindungi kepala kita dengan bantal.
Apabila ada kemungkinan benda berat akan menimpa kita, segera menuju
kesisi terdekat yang aman.
4. Tetap didalam ruang hingga guncangan berhenti, dan keluarlah ketika sudah
aman. Penelitian menunjukan bahwa banyak orang terluka karena mereka
berusaha untuk menuju kelokasi yang berbeda atau berusa keluar banguanan.
5. Waspadai semua kemungkinan yang timbul akibat arus pendek
6. Jangan menggunakan lift
Bantu korban luka atau yang terjebak. Ingat untuk selalu membantu
tetangga atau siapapun yang membutuhkan pertolongan khusus seperti anak-anak,
orangtua, atau orang cacat. Berikan pertolongan pertama secara tepat. Jangan
pindahkan korban yang terluka serius untuk menghindari luka yang lebih parah.
Carilah bantuan kepada tim medis atau yang lebih ahli. Selain dari segi fisik
bencana juga meninggalkan traima psikologis terhadap korban bencana.
Rehabilitasi psikologis lebih difokuskan kepada penanganan rasa trauma
psikologis korban bencana. Gangguan stress pasca trauma merupakan gangguan
mental pada seseorang yang muncul setelah mengalami sesuatu pengalaman
traumtik dalam kehidupan, jika tidak diobati bisa memperburuk gangguan stres
pasca trauma atau post traumatik stres dissolder (PTSD). Sebagai perawat kita
harus menyiapkan keahlian dalam penanganan keahlian disaster salah satunya
dalam penanganan mental health atau PTSD.
TNI/POLRI
Dep.ESDM
Depdagri
Pilihan
Dep PU
Depkes
Depsos
BPBD
BMG
LSM
DLL
Tindakan Kegiatan
1 = Penanggung Jawab
S = Terlibat Langsung
B. PELAKU KEGIATAN
1. Instansi pemerintahan terkait
Dalam melaksanakan penganggulangan bencana didaerah akan memerlukan
koordinasi dengan sektor. Secara garis besar dapat diuraikan peran lintas sektor
sebagai berikut:
a. Sektor pemerintahan
Mengendalikan kegiatan pembinaan pembangunan daerah.
b. Sektor kesehatan
Merencanakan pelayanan kesehatan dan medik termasuk obat – obatan dan
para medis.
c. Sektor sosial
Merencanakan kebutuhan pangan, sandang, dan kebutuhan dasar lainnya
untuk para pengungsi.
d. Sektor pekerjaan umum
Merencanakan tata ruang daerah, penyiapan lokasi dan jalur evakuasi, dan
kebutuhan pemulihan saran dan prasarana.
e. Sektor perhubungan
Melakukan deteksi dini dan informasi cuaca / meteorologi dan
merencanakan kebutuhan transpotrasi dan komunikasi.
f. Sektor energi dan sumber daya mineral
Merencanakan dan mengendalikan upaya mitigatif dibidang bencana
geologi dan bencana akibat ulah manusia yang terkait dengan bencana
geologi sebelumnya.
g. Sektor tenaga kerja dan trans migrasi
Merencanakan pengerahan dan pemindahan korban bencana kedaerah yang
aman bencana.
h. Sektor keuangan
Penyiapan anggaran biaya kegiatan penyelenggaraan penanggulangan
bencana dan masa pra bencana.
i. Sektor kehutanan
Merencanakan dan mengendalikan upaya mitigatif khususnya kebakaran
hutan atau lahan.
j. Sektor lingkungan hidup
Merencanakan dan mengendalikan upaya yang bersifat preventif, advokatif,
dan deteksi dini dalam pencegahan bencana.
k. Sektor kelautan
Merencanakan dan mengendalikan upaya mitigatif dibidang bencana
tsunami dan aprasi pantai.
l. Sektor lembaga penelitian dan pendidikan tinggi
Melakukan kajian dan penelitian sebagai bahan untuk merencanakan
penyelenggaraan penanggulngan bencana pada masa pra bencana, tanggap
darurat, rehabilitas dan rekontruksi.
m. TNI/POLRI
Membantu dalam kegiatan SAR, dan pengamanan saat darurat termasuk
pengamanan lokasi yang ditinggalkan karena penghuninya mengungsi.
2. Potensi masyarakat
a. Masyarakat
Masyarakat sebagai pelaku awal penanggulangan bencana sekaligus korban
bencana, harus mampu dalam batasan tertentu menangani bencana sehingga
diharapkan bencana tidak berkembang ke skala yang lebih besar.
b. Swasta
Peran swasta belum secara optimal diberdayakan. Peran swasta baru cukup
menonjol pada saat kejadiaan bencana yang saat pemberian bantuan darurat.
Partisipasi yang lebih luas dari sektor swasta ini akan sangat berguna bagi
peningkatan ketahanan nasional dalam menghadapi bencana.
c. Lembaga non-pemerintahan
Lembaga-lembaga non-pemerintahan pada dasarnya memiliki kesebilitas
dan kemampuan yang memadai dalam upaya penaggulangan bencana.
Dengan koordinasi yang baik lembaga non-pemerintahan ini akan dapat
memberikan konstribusi dalam upaya penanggulangan bencana mulai dari
tahap sebeludmnya, pada saat dan pasca bencana.
d. Perguruab tinggi/lembaga penelitian
Penanggulngan bencana dan efektif dan efesien jika dilakukan berdasarkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat. Untuk itu diperlukan
kosntribusi pemikiran dari para ahli dari lembaga-lembaga pendidikan dan
penelitian.
e. Media
Media memiliki kemampuan besar untuk membentuk opini publik. Untuk
itu peran media sangat penting dalam hal membangun ketahanan
masyarakat menghadapi bencana melalui kecepatan dan ketepatan dalam
memberikan inpormasi kebencanaan berupa peningkatan dini, kejadiaan
bencana serta upaya penanggulangannya, serta pendidikan kebencanaan
kepada masyarakat.
f. Lembaga internasional
Pada dasarnya pemerintah dapat menerima bantuan dari lembaga
international, baik pada saat pra bencana, saat tanggap darurat serta pasca
bencana. Namun demikian harus mengikuti peraturan dan perundang-
undangan berlaku
C. SUMBER DANA
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN