Anda di halaman 1dari 112

PENGELOLAAN LIMBAH B3

DARI FASILITAS
KESEHATAN

SIE PENYEHATAN LINGKUNGAN


DINKES PROV JATENG

1
PERATURAN PENGELOLAAN
LIMBAH B3
PERATURAN TENTANG

PP 101 Tahun 2014 Pengolahan Limbah B3

PermenLHK P.56/Menlhk-
Tata Cara & Persyaratan Teknis Pengelolaan limbah B3 dari Fasyankes
Sekjen/2015

2
TUJUAN DAN BATASAN PENGATURAN
 Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan panduan bagi

Penghasil Limbah B3 dari fasilitas pelayanan


kesehatan dalam mengelola Limbah B3 yang dihasilkan.

Sumber: [Pasal 2, PERMEN LHK P.56/Menlhk-Sekjen/2015]

3
FASYANKES YANG MANA?
 Fasilitas pelayanan kesehatan yang wajib terdaftar di instansi yang
bertanggung jawab di bidang kesehatan.
 Fasilitas pelayanan kesehatan tersebut meliputi:
a. pusat kesehatan masyarakat;
b. klinik pelayanan kesehatan atau sejenis; dan
c. rumah sakit.

Sumber: [Pasal 3, PERMEN LHK P.56/Menlhk-Sekjen/2015]

4
LIMBAH B3 APA SAJA YANG DIATUR?
Limbah B3 yang diatur meliputi Limbah:
a. dengan karakteristik infeksius;
b. benda tajam;
c. patologis;
d. bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan;
e. radioaktif;
f. farmasi;
g. sitotoksik;
h. peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi; dan
i. tabung gas atau kontainer bertekanan.
Ketentuan mengenai Limbah radioaktif sebagaimana dimaksud pada huruf e diatur
sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai ketenaganukliran.

5
DASAR HUKUM
PERIZINAN DAN KEWAJIBAN PENGELOLAAN LIMBAH B3

Pasal 59 Ayat 1 s/d 6 UU 32/2009


1) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3
yang dihasilkan.
2) Dalam hal B3 yang telah kadaluarsa, pengelolaannya mengikuti ketentuan
pengelolaan limbah B3.
3) Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan limbah B3,
pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.
4) Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
5) Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota wajib mencantumkan persyaratan
lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus dipatuhi pengelola
limbah B3 dlm izin.
6) Keputusan pemberian izin wajib diumumkan.

6
LARANGAN UU 18/2008 TTG PENGELOLAAN SAMPAH

PASAL 29
1. Setiap orang dilarang:
a. Memasukkan sampah ke dalam wilayah NKRI;
b. Mengimpor sampah;
c. Mencampur sampah dengan limbah B3;
d. Mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan;
e. Membuang sampah tidak pada tempat yang ditentukan dan disediakan;
f. Melakukan penanganan sampah dengan sistem open dumping di TPA; dan/atau
g. Membakar sampah yang melanggar persyaratan.
Ketentuan a, c, dan d diatur PP sedangkan ketentuan e, f, dan g diatur Perda dimana Perda
tersebut harus menetapkan sanksi pidana atau denda.

7
Prinsip Pengelolaan Limbah B3
Polluter pays principle
• Penghasil bertanggung jawab terhadap limbah B3 yang
dihasilkan
From cradle to grave
• Pengawasan sejak limbah B3 dihasilkan sampai dengan
pengelolaan akhir
Minimisasi Limbah B3
• Mendahulukan reduksi dan hirarki pengelolaan limbah B3 yg
dihasilkan
Proximity
• Pengelolaan/pengolahan sedekat mungkin dengan tempat
dihasilkan 8
 Limbah B3 Kategori 1
(Lampiran I PP 101 Thn 2014)

Penetapan  Limbah B3 kategori 2 (Lampiran I PP 101


Limbah B3 Thn 2014)

 Limbah B3 kategori 1 dan 2 :


• Limbah B3 sumber tidak spesifik
• Limbah B3 sumber spesifik
• Limbah B3 dari B3 kadaluarsa, B3 yang
tumpah, kemasan bekas B3
9
Limbah B3 kategori 1
(Lampiran I PP 101 Thn 2014)

Penetapan B3
ADALAH:
limbah B3 yang berdampak akut dan langsung
thd manusia dan dapat dipastikan akan
berdampak negatif thd lingk. Hidup. Misal : aki
baterai, larutan asam basa, refrigant bekas,
limbah lab.CFC, DDT, abu dr insinerator, sludge
IPAL, sludge oil treatment dll

10
Limbah B3 kategori 2
(Lampiran I PP 101 Thn 2014)

Penetapan B3 ADALAH:
limbah yang mengandung
B3, memiliki efek
tunda, dan berdampak tid
ak langsung thd
manusia dan LH serta mpy
toksisitas sub kronis
atau kronis . Misal : kemas
an bekas B3, minyak
pelumas bekas, lampu TL,
limbah elektronik, kain
majun bekas, dll

11
Limbah B3 sumber tidak spesifik
(Lampiran I tabel 1 PP 101/2014)

Penetapan B3
ADALAH:
limbah B3 yang pada umumnya bukan berasal
dari proses utamanya ttp berasal dari kegiatan
lainnya antara lain : pemeliharaan alat,
pencucian, pencegahan korosi, pengemasan.
Misal : aki bekas, asam basa, PCB, kain majun
bekas, kemasan bekas B3, lampu TL, refrigator,
dll

12
Limbah B3 sumber spesifik umum
(Lampiran I tabel 3 PP 101/2014)

Penetapan B3 ADALAH:
Limbah B3 sisa proses suatu industri atau
kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan.
Misal : industri tekstil (pemutihan, pencelupan)
hasilkan limbah B3 pelarut bekas, sludge IPAL.
Rumah sakit/faskes hasilkan bahan kimia
kadaluarsa, limbah klinis, sludge IPAL,
termometer, kemasan produk farmasi.

13
Limbah B3 sumber spesifik khusus
(Lampiran I tabel 4 PP 101/2014)

Penetapan B3
ADALAH:
Limbah B3 yang memiliki efek tunda,
berdampak tidak langsung terhadap manusia
dan LH, memiliki karakteristik beracun tidak
akut, dan dihasilkan dlm jumlah yg besar per
satuan waktu, misal : tailing dr pertambangan,
gipsum dr PLTU, fly & bottom ash dr PLTU,
sludge IPAL dr pulp, slag nikel & timah dll

14
KODE LIMBAH

A101a
KATEGORI
BAHAYA 1

TABEL 1

URUTAN
LIMBAH B3

PELARUT
TERHALOGENASI

15
KODE LIMBAH

B101d
KATEGORI
BAHAYA 2

TABEL 1

URUTAN
LIMBAH B3

YANG TIDAK
SPESIFIK LAIN

16
KODE LIMBAH

B301-1
KATEGORI
BAHAYA 2

TABEL 3

KODE INDUSTRI/
KEGIATAN

URUTAN
LIMBAH B3 17
LIMBAH B3 DARI RS DAN FASYANKES

18
DAUR
PENGELOLAAN EKSPOR
LIMBAH B3

PE PE PE PE
N NY NG M PE PE
GU IM AN N N DU
RA AN GO IM M
PA GK FA LA BU PI
NG N AT H NA NG
AN AN UT AN AN
A N N

 Di setiap mata rantai pengelolaan dilakukan pencatatan dan pengendalian dengan izin untuk memastikan
dipenuhinya persyaratan lokasi, fasilitas, teknologi, dan baku mutu.
 Setiap perpindahan limbah B3 disertai dengan manifes untuk memastikan pengelolaan dilakukan sesuai
prinsip from cradle to grave. 19
PENGURANGAN
 Menghindari penggunaan material yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun apabila terdapat pilihan yang lain;
 Melakukan tata kelola yang baik (good house keeping) setiap bahan atau
material yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan dan/atau
pencemaran terhadap lingkungan;
 Melakukan pemisahan aliran limbah (waste stream) menurut jenis, kelompok,
dan/atau karakteristik limbah;
 Melakukan tata kelola yang baik pengadaan bahan kimia dan bahan farmasi
untuk menghindari terjadinya penumpukan dan kedaluwarsa; dan
 Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap peralatan sesuai
jadwal.
20
CONTOH PENGURANGAN

21
CONTOH PENGURANGAN

TERMOMETER MERKURI TERMOMETER DIGITAL

SPYGNOMETER MERKURI SPYGNOMETER DIGITAL


22
limbah padat yang
NON- dihasilkan dari kegiatan di
LIMBAH PADAT MEDIS rumah sakit di luar medis
RUMAH yang berasal dari dapur,
perkantoran, taman, dan
SAKIT halaman yang dapat
SEGREGASI LIMBAH dimanfaatkan kembali
apabila ada teknologinya

CAIR  limbah infeksius,


GAS MEDIS  imbah patologi,
 limbah benda tajam,
 Limbah farmasi,
 limbah sitotoksis,
semua limbah yang
berbentuk gas yang berasal
semua air buangan
termasuk tinja yang berasal
 limbah kimiawi,
 limbah radioaktif,
LB3
dari kegiatan pembakaran di dari kegiatan rumah sakit  limbah kontainer
rumah sakit seperti yang kemungkinan bertekanan, dan
insinerator, dapur, mengandung  limbah dengan
perlengkapan generator, mikroorganisme, bahan kandungan logam
anastesi, dan pembuatan kimia beracun dan berat yang tinggi.
obat citotoksik radioaktif yang berbahaya
bagi kesehatan Sumber: PERMENKES 1204/2004 23
JENIS LIMBAH FASYANKES BERDASARKAN
KARAKTERISTIKNYA
Termometer
Limbah kimia&&1.00%
tabung
Limbah tajam;
rusak; 1.00%
farmasi; 3.00%
Limbah infeksius &
patologi; 15.00%

Limbah domestik;
80.00%

Sumber: KEMENKES
24
Limbah domestik Limbah infeksius & patologi Limbah kimia & farmasi Limbah tajam Termometer & tabung rusak
JENIS WADAH DAN LABEL LIMBAH MEDIS
PADAT SESUAI KATEGORINYA

MERAH

KUNING

KUNING

UNGU

COKLAT
Sumber: PERMENKES 1204/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit 25
26
SEGREGASI YANG BAIK:
LIMBAH PLASTIK INFEKSIUS

Sumber: KEMENKES 27
CONTOH WADAH UNTUK LIMBAH
PATOLOGIS/INFEKSIUS

 WADAH DILENGKAPI DENGAN PENUTUP


 TERBUAT DARI BAHAN ANTI TUSUKAN
(PLASTIK PEJAL, LOGAM) DAN ANTI
BOCOR
 DILENGKAPI DENGAN KANTONG DAN
SIMBOL SESUAI KARAKTERISTIK LIMBAH

28
SIMBOL LIMBAH B3
[PERMEN LH 14/2013]

29
CONTOH CARA PEMBERIAN SIMBOL DAN
LABEL PADA KEMASAN

TANDA ARAH
PENUTUP

LABEL

SIMBOL

30
CONTOH WADAH
LIMBAH MEDIS &
KANTONGNYA

31
CONTOH WADAH LIMBAH MEDIS

32
CONTOH WADAH LIMBAH BENDA
TAJAM

33
CONTOH PENANGANAN LIMBAH MEDIS YANG BENAR

1. Hanya limbah infeksius 2. Limbah harus ditempatkan dalam wadah


yang boleh dimasukkan ke sesuai dengan jenis dan karakteristik limbah
dalam wadah ini – limbah (lihat KEPMENKES 1204/2004). Tarik plastik
terkena darah atau cairan secara perlahan sehingga udara dalam
tubuh – [limbah benda tajam kantong minimum. Jangan mendorong
ditempatkan pada wadah kantong ke bawah atau melobanginya untuk
limbah benda tajam] mengeluarkan udara.
34
CONTOH PENANGANAN LIMBAH MEDIS YANG BENAR

3. Putar ujung atas plastik 4. Gunakan kepang plastik 5. Letakkan penutup wadah
untuk membentuk kepang untuk membentuk ikatan dan tempat pada tempat
tunggal. tunggal. penyimpanan sementara
(atau pada lokasi
pengumpulan internal).

35
PENGIKATAN KANTONG LIMBAH YANG SALAH

Beberapa contoh pengikatan kantong limbah yang TIDAK BENAR:


1. Kantong limbah tidak boleh dibiarkan terbuka;
2. Kantong limbah tidak boleh diikat model “kuping anjing”;
3. Kantong limbah tidak boleh diikat dengan selotipe atau sejenis.

36
KAIDAH PENGISIAN LIMBAH DALAM
WADAH ATAU KANTONG

ISI LIMBAH MAKSIMUM ISI LIMBAH DILARANG


¾ KAPASITAS DITEKAN
37
CONTOH CARA BERPAKAIAN PETUGAS
PENGELOLA LIMBAH

38
APD PETUGAS DI RUANG
DENGAN RADIASI APD PETUGAS YANG
MENANGANI LIMBAH
RADIOAKTIF 39
PENGHASIL LIMBAH PADAT INFEKSIUS

Limbah padat infeksius dibuang


ke dalam plastik berwarna
kuning.

Jarum suntik dibuang ke


dalam tempat khusus jarum
suntik [tidak mudah bocor,
kuat dan kedap air].
40
41
42
PENGELOLAAN
LIMBAH BOTOL
INFUS BEKAS

Permen LHK 56 Th 2015 Bab IX


Ketentuan Lain :
Ps 38 : Perlakuan Sendiri (Kemasan B3,
Spet Bekas, Botol Infus, Bekas Kemasan
Cairan Hemodialisa)
43
Rekaman proses desinfeksi
limbah botol infus bekas
menggunakan alat autoklaf

Contoh limbah botol infus bekas yang


telah dilakukan desinfeksi
Indikator tekanan dalam proses menggunakan alat autoklaf
desinfeksi limbah botol infus 44
bekas menggunakan alat autoklaf
DOKUMENTASI LIMBAH RUMAH
SAKIT

1 2 3

  
4 5 6
45
 
  46
 
  47
MALANG, 14/12 - LIMBAH MEDIS. Seorang polisi memeriksa barang bukti berupa puluhan
kilogram sampah medis diantaranya botol infus dan alat suntik yang berhasil disita di Mapolwil,
Malang, Jawa Timur, Minggu (14/12). Polwil Malang berhasil menggagalkan praktek penjualan
sampah medis yang seharusnya dimusnahkan dan kini sedang memeriksa 3 petugas IPL (Instalasi
Pengolahan Limbah) RSSA (Rumah Sakit Saiful Anwar) yang diduga terlibat dalam kasus tersebut.
Foto ANTARA/Ari Bowo Sucipto/ss/mes/08.
48
14/12/2008 15:47 [http://www.antarafoto.com/peristiwa/v1229244476/limbah-medis]
49
PENYIMPANAN LIMBAH B3
Dilakukan dengan cara antara lain:
a. menyimpan Limbah B3 di fasilitas Penyimpanan Limbah B3;
b. menyimpan Limbah B3 menggunakan wadah Limbah B3 sesuai kelompok
Limbah B3;
c. penggunaan warna pada setiap kemasan dan/atau wadah Limbah sesuai
karakteristik Limbah B3; dan
d. pemberian simbol dan label Limbah B3 pada setiap kemasan dan/atau
wadah Limbah B3 sesuai karakteristik Limbah B3.

Sumber: [Pasal 7 ayat (1), PERMEN LHK P.56/Menlhk-Sekjen/2015]


50
MASA PENYIMPANAN LIMBAH B3
Untuk limbah dengan karakteristik infeksius; benda tajam; dan
patologis; disimpan di tempat Penyimpanan Limbah B3 sebelum
dilakukan Pengangkutan Limbah B3, Pengolahan Limbah B3,
dan/atau Penimbunan Limbah B3 paling lama:
1. 2 (dua) hari, pada temperatur lebih besar dari 00C (nol derajat celsius); atau
2. 90 (sembilan puluh) hari, pada temperatur sama dengan atau lebih kecil
dari 00C (nol derajat celsius), sejak Limbah B3 dihasilkan.

Sumber: [Pasal 8 ayat (2) huruf a, PERMEN LHK P.56/Menlhk-Sekjen/2015]

51
MASA PENYIMPANAN LIMBAH B3
Untuk limbah bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan; radioaktif;
farmasi; sitotoksik; peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi;
dan tabung gas atau kontainer bertekanan disimpan di tempat Penyimpanan Limbah
B3 sebelum dilakukan Pengangkutan Limbah B3, Pengolahan Limbah B3, dan/atau
Penimbunan Limbah B3 paling lama:
1. 90 (sembilan puluh) hari, untuk Limbah B3 yang dihasilkan sebesar 50 kg (lima puluh kilogram)
per hari atau lebih; atau
2. 180 (seratus delapan puluh) hari, untuk Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima
puluh kilogram) per hari untuk Limbah B3 kategori 1,
sejak Limbah B3 dihasilkan.

Sumber: [Pasal 8 ayat (2) huruf b, PERMEN LHK P.56/Menlhk-Sekjen/2015]

52
BAGAIMANA JIKA LIMBAH B3 MELEBIHI
MASA PENYIMPANAN?
 Dalam hal Penghasil Limbah B3 tidak melakukan Penyimpanan
Limbah B3, Limbah B3 yang dihasilkan wajib diserahkan paling lama
2 (dua) hari sejak Limbah B3 dihasilkan kepada pemegang Izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3
yang tempat penyimpanan Limbah B3nya digunakan sebagai depo
pemindahan.

Sumber: [Pasal 9, PERMEN LHK P.56/Menlhk-Sekjen/2015]

53
KEWAJIBAN PENANGGUNG JAWAB
DEPO PEMINDAHAN (TRANSFER DEPO)
Memiliki:
a. fasilitas pendingin yang memiliki temperatur sama dengan atau lebih kecil dari 0 oC (nol
derajat celsius), apabila Limbah B3 disimpan lebih dari 2 (dua) hari sejak Limbah B3
dihasilkan;
b. fasilitas Pengolahan Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Pengolahan Limbah B3; dan/atau
c. kerjasama dengan Pengolah Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
kegiatan Pengolahan Limbah B3, untuk Limbah B3 dengan karakteristik infeksius; benda
tajam; dan patologis.
Ketentuan mengenai penggunaan tempat Penyimpanan Limbah B3 sebagai
depo pemindahan di atas harus dicantumkan dalam Izin Pengelolaan Limbah
B3 untuk kegiatan Penyimpanan Limbah B3.
Sumber: [Pasal 10, PERMEN LHK P.56/Menlhk-Sekjen/2015] 54
FASILITAS PENYIMPANAN LIMBAH
DALAM BANGUNAN UTAMA

Sumber: [Lampiran III, huruf c, Persyaratan Penyimpanan, PERMEN LHK P.56/Menlhk-Sekjen/2015] 55


CONTOH ALAT ANGKUT UNTUK
PENGUMPULAN LIMBAH MEDIS

56
CONTOH TATA LETAK RUTE SISTEM PENGUMPULAN
LIMBAH DARI KEGIATAN RUMAH SAKIT DAN/ATAU
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

57
CONTOH FASILITAS
PENYIMPANAN LIMBAH MEDIS

58
CONTOH FASILITAS PENYIMPANAN LIMBAH DAN
TEMPAT PEMINDAHAN LIMBAH KE ALAT
PENGANGKUTAN (EKSITU)

59
CONTOH PENYIMPANAN LIMBAH MEDIS
DALAM RUANGAN

60
CONTOH TPS LIMBAH INFEKSIUS (COLD
STORAGE)

61
CONTOH TEMPAT PENYIMPANAN
SEMENTARA LIMBAH B3

62
PENGUMPULAN LIMBAH PADAT INFEKSIUS
Pengumpulan limbah
padat infeksius
dilakukan oleh
petugas khusus
dengan jadwal
pengambilan limbah
medis pada pagi dan
siang hari, melalui
jalur khusus untuk
pengangkutan
limbah padat
infeksius

63
PEMILAHAN DAN PENIMBANGAN
Setelah dilakukan pengambilan
sampah medis kemudian
dilakukan pemilahan limbah
medis infeksius

Pemilahan telah dilakukan,


kemudian dilakukan penimbangan
dan pencatatan pada formulir
pencatatan limbah padat infeksius
64
PENGELOLAAN LIMBAH NONB3

65
PENGELOLAAN LIMBAH TABUNG GAS

66
PENGELOLAAN LIMBAH BENDA TAJAM

67
PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

68
PENGELOLAAN LIMBAH PATOLOGIS

69
Pengangkutan

70
71
72
73
TATA CARA
PEMBERIAN KODE
MANIFES LIMBAH B3

Sumber: Lampiran IV, PERMENLHK


P.56/Menlhk-Sekjen/2015
74
CONTOH GAMBAR ALAT ANGKUT

PT. EDELWEIS TRANSPORTASI HALWA

Apabila terjadi kecelakaan, hubungi Telp.


(021) 85906527

75
CONTOH GAMBAR
MOBIL ANGKUT RODA 3
Alat angkut ini khusus oleh penghasil
limbah B3 (bukan jasa) untuk
mengangkut dari lokasi penghasil ke:
1. Transfer depo, atau
2. Fasyankes yang dapat mengolah
limbah B3 dalam wilayah
provinsi.

Persyaratan teknis:
3. Boks bersifat permanen;
4. Tinggi boks maksimum 900 mm
(terhitung dari sadel pengemudi);
5. Lebar boks maksimum 1000 mm.

Persyaratan administrasi:
- Memiliki sertifikat uji berkala. 76
MANAJEMEN PENGANGKUTAN LIMBAH B3
TANTANGAN SAAT INI …………………………….
Akibat Kemasan yang tidak sesuai

77
Sumber: Ditjen HUBDAT, 2012
Contoh Kasus Kecelakaan karena
PERILAKU/SIKAP dalam Mengemudi

Sumber: Geocycle, 2011


78
FOTO
KECELAKAAN
ALAT ANGKUT
DARAT

79
Dokumen Limbah B3

Bagian Pertama: diisi oleh


pengirim/penghasil LB3:
pengumpul, pemanfaat,
pengelola

Bagian Kedua: diisi oleh


pengangkut LB3

Bagian Ketiga: diisi oleh


penerima LB3: pengumpul,
pemanfaat, pengelola LB3

80
MEKANISME PERJALANAN DAN ALIRAN MANIFES LIMBAH B3

81
MODEL I
PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT

Pengolahan
Penghasil dengan Insinerator
RS A

Perusahaan
“X”
yang telah
Penghasil RS B mendapatkan izin dari KLH

Landfill
Kelas I
Penghasil RS C PT. PPLi
ABU

82
MODEL II
PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT
Penghasil
Landfill
Kelas I
RS B
PT. PPLi

ABU

Rumah Sakit
RS C “A”
(Penghasil+Pengolah)

Penghasil

RS D RS E
83
Penghasil Penghasil
PENGOLAHAN
PENGOLAHAN TERMAL PENGOLAHAN NONTERMAL
 AUTOKLAF  DISINFEKSI KIMIAWI
 MICROWAVE  PROSES BIOLOGIS
 IRADIASI  ENKAPSULASI
 INSINERATOR  INERTISASI
TEKNOLOGI LAIN SESUAI
PERKEMBANGAN ILMU
PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI.

84
CONTOH AUTOKLAF

85
PERSYARATAN AUTOKLAF
untuk autoklaf tipe gravity flow, desinfeksi limbah medis dilakukan pada:
Temperatur > 121oC dan tekanan 15 psi dengan waktu tinggal autoklaf > 60 menit;
temperatur > 135oC dan tekanan 31 psi dengan waktu tinggal autoklaf > 45 menit; atau
temperatur > 149oC dan tekanan 52 psi dengan waktu tinggal autoklaf > 30 menit.
untuk autoklaf tipe vacuum, desinfeksi limbah medis dilakukan pada:
temperatur > 121oC dan tekanan 15 psi dengan waktu tinggal autoklaf > 45 menit; atau
temperatur > 135oC dan tekanan 31 psi dengan waktu tinggal autoklaf > 30 menit.

86
LIMBAH DILARANG DIAUTOKLAF
 limbah bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi;
 limbah patologis dan jaringan anatomi;
 limbah radioaktif;
 limbah farmasi; dan
 limbah material sitotoksik (genotoksik).

87
PROSES PENGOLAHAN

CONTOH ALAT Pengisian


AUTOKLAF UNTUK
Pencacahan
LIMBAH INFEKSIUS
Pemanasan

Sterilisasi

Pendinginan

Penirisan

Vacum

Pengeluaran
88
CONTOH ALAT AUTOKLAF (+PENCACAH) UNTUK
LIMBAH INFEKSIUS

89
MICROWAVE
Persyaratan teknis disinfeksi limbah medis menggunakan peralatan microwave
dilakukan pada temperatur 100oC (seratus derajat celsius) dengan waktu tinggal
sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) menit.

Peralatan microwave dilarang digunakan untuk disinfeksi:


limbah bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan produk yang tidak
memenuhi spesifikasi;
limbah patologis dan jaringan anatomi;
limbah radioaktif;
limbah farmasi;
limbah material sitotoksik (genotoksik); dan
limbah logam.

90
IRRADIASI FREKWENSI RADIO
(radiofrequency irradiation)

Dilakukan pada temperatur > 90oC (sembilan puluh derajat celsius).

Peralatan irradiasi frekwensi radio dilarang digunakan untuk disinfeksi:


• limbah bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan produk
yang tidak memenuhi spesifikasi;
• limbah patologis dan jaringan anatomi;
• limbah radioaktif;
• limbah farmasi; dan
• limbah material sitotoksik (genotoksik).

91
INSINERATOR???

92
INSINERATOR
[PERSYARATAN TEKNIS]

 Efisiensi pembakaran > 99,95%;


 Temperatur pada ruang bakar utama (primary chamber) minimum 800oC
(temperatur operasional);
 Temperatur pada ruang bakar kedua (secondary chamber) minimum 1000oC
(temperatur operasional), dengan waktu tinggal minimum 2 (dua) detik;
 Memiliki alat pengendali pencemaran udara (misal: wet scrubber);
 Ketinggian cerobong minimum 14 meter dari permukaan tanah; dan
 Memenuhi baku mutu emisi.
 Pengolahan limbah sitotoksik (genotoksik) pada temperatur > 1200oC.

93
CONTOH GAMBAR MODEL INSINERATOR
DENGAN 2 (DUA) RUANG BAKAR

94
CONTOH INSINERATOR LIMBAH MEDIS 95
INSINERATOR

Pengolahan limbah B3
dengan menggunakan
insinerator
96
INSINERATOR

97
PEMANTAUAN
EMISI UDARA
INSINERATOR
98
PARAMETER EMISI UDARA YANG DIKONTROL DAN BM
No Parameter Kadar Maks (mg/Nm3)
1. Partikulat 50
2. Sulfur Dioksida (SO2) 250
3. Nitrogen Dioksida (NO2) 300
4. Hidrogen Fluorida (HF) 10
5. Hidrogen Klorida (HCl) 70
6. Karbon Monoksida (CO) 100
7. Total Hidrokarbon (sbg CH4) 35
8. Arsen (As) 1
9. Kadmium (Cd) 0,2
10. Kromium (Cr) 1
11. Timbal (Pb) 5
12. Merkuri (Hg) 0,2
13. Thallium (Tl) 0,2
14. Opasitas 10%
15. Efisiensi Pembakaran (EP) 99,95%

99
AMPUL BEKAS OBAT

CONTOH ABU HASIL PEMBAKARAN


LIMBAH MEDIS DARI INSINERATOR
100
PENGUBURAN
(DEEP BURIAL)
 Lokasi penguburan limbah medis wajib memiliki persetujuan dari BLH kabupaten/kota.
 Fasilitas penguburan limbah medis wajib mendapatkan persetujuan dari BLH kabupaten/kota.
 Limbah medis yang dapat dilakukan pengelolaan dengan cara penguburan yaitu:
 limbah patologis; dan/atau
 limbah benda tajam.

 Persyaratan teknis pengolahan limbah medis dengan cara penguburan dilakukan sebagai berikut:
 lokasi kuburan harus bebas banjir, kedap air dan berjarak sekurang-kurangnya 200 m (lima puluh meter) dari sumur, perumahan,
fasilitas umum, dan kawasan lindung;
 kedalaman kuburan sekurang-kurangnya 2 (dua) meter, diisi dengan limbah medis sebanyak-banyaknya setengah dari jumlah volume
total, dan ditutup dengan kapur dengan ketebalan sekurang-kurangnya 50 cm (lima puluh sentimeter) sebelum ditutup dengan tanah;
 kuburan harus dilengkapi pagar pengaman;
 apabila dilakukan penambahan limbah kedalam kuburan, tanah dengan ketebalan sekurang-kurangnya 10 cm (sepuluh sentimeter)
ditambahkan pada setiap lapisan limbah;
 penguburan harus dilakukan dalam pengawasan yang ketat; dan
 kuburan wajib dirawat dan dicatat oleh usaha dan/atau kegiatan yang melakukan penguburan.

101
CONTOH FASILITAS PENGUBURAN
UNTUK LIMBAH BENDA TAJAM

102
CONTOH FASILITAS PENGUBURAN
UNTUK LIMBAH PATOLOGIS

103
Penimbunan

104
105
106
CONTOH SOLIDIFIKASI SEBELUM DITEMPATKAN DI
PENIMBUNAN SANITARY/CONTROLLED LANDFILL

1) Limbah dicampur dengan pasir dan semen dengan perbandingan limbah, pasir dan
semen portland 3:1:2, atau dengan komposisi lain sehingga dapat memenuhi
persyaratan:
a. Uji kuat tekan dilakukan setelah 5 (lima) hari dengan kuat tekan rata-rata
minimum 225 kg/cm2 (duaratus duapuluh lima kilogram per meter persegi); dan
b. Hasil uji TCLP (toxicity characteristic leaching procedure) di bawah baku mutu
TCLP sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
2) Hasil pencampuran selanjutnya dituangkan dalam sebuah cetakan dengan ukuran
dimensi sekurang-kurangnya 40 cm x 40 cm x 40 cm, setelah cetakan tersebut
sebelumnya telah dilapisi dengan plastik sehingga dapat mengungkung campuran
limbah. Hasil pencampuran didiamkan selama 5 (lima) hari untuk penyempurnaan
proses solidifikasi, dan memenuhi persyaratan pada angka 10/
4) Apabila hasil uji mutu TCLP pada angka 3) dipenuhi, hasil proses solidifikasi
selanjutnya ditimbun di fasilitas penimbunan sanitary landfill atau controlled
landfill.
107
ENKAPSULASI
Proses enkasulasi pada prinsipnya melakukan solidifikasi terhadap limbah
untuk menghindari terjadinya pelindian terhadap limbah.

Enkapsulasi dilakukan dengan cara memasukkan limbah sebanyak 2/3 dari


volume wadah dan selanjutnya ditambahkan material immobilisasi sampai
penuh sebelum wadahnya ditutup dan dikungkung.

Material immobilisasi dapat berupa pasir bituminus dan/atau semen. Wadah


yang digunakan dapat berupa high density polyethylene (HDPE) atau drum
logam.

Limbah yang dilakukan enkapsulasi dapat berupa limbah benda tajam, limbah
farmasi dan/atau limbah bahan kimia sebelum akhirnya hasil enkapsulasi
tersebut ditimbun di landfill.

108
CONTOH DESAIN PENIMBUNAN LB3

109
110
111
TERIMA KASIH

SEMOGA BERMANFAAT

112

Anda mungkin juga menyukai