Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEBIDANAN

DENGAN PERSALINAN FISIOLOGIS DI


PUSKESMAS TEGALAMPEL

DISUSUN OLEH:

FA’IKATUL HIKMAH

NIM: 15901.04.22115

PROGRAM STUDI
STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL
HASAN PROBOLINGGO JAWA TMUR
TAHUN AKADEMIK 2022-2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN

DENGAN PERSALINAN FISIOLOGIS

DI PUSKESMAS TEGALAMPEL

Pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 31 Desember 2022

MENGESAHKAN

Pembimbing Wahana Pembimbing Akademik

( Bd. TITIK SUHARTINI, SST.) ( RETNO HASTRI RR. S,ST. M.Keb )


NIP: 196412211985032008 NIDN : 0723039102
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, placenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus. Pesalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak
menipis dan berakhirnya placenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraki uterus
tidak mengakibatkan perubahan serviks
Persalinan adalah kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari
tubuh ibu
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu). Lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin

2. Etiologi
Teori kemungkinan terjadinya persalinan, antara lain :
a. Teori Penurunan Progesteron
Kadar hormon progesteron akan mulai menurun pada kira-kira 1-2 minggu
sebelum persalinan dimulai
b. Teori Keregangan
Ukuran uterus yang semakin membesar dan mengalami penegangan akan
mengakibatkan otot-otot uterus mengalami iskemia sehingga mungkin dapat menjadi
faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplacenta yang pada akhirnya mengalami
degenerasi. Ketika uerus berkontraksi dan menimbulkan tekanan pad selaput ketuban,
tekanan hidrostatik kantong amnion akan melebarkan saluran serviks
c. Teori Oksitosin Interna
Hipofisis posterior menghasilkan hormon oksitosin. Adanya perubahan
keseimbangan antara estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitifitas otot rahim
dan akan mengakibatkan terjadinya kontraksi uterus yang disebut Braxton Hicks.
Penurunan kadar progesteron karena kehamilan yang sudah tua akan mengakibatkan
aktifitas oksitosin meningkat (Sondakh, 2013).
d. Teori Placenta Menjadi Tua
Seiring matangnya usia kehamilan villi chorialis dalam mengalami beberapa
perubahan hal ini menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang
megakibatkan tegangnya pembuluh darah sehingga akan menimbulkan kontraksi uterus
e. Teori Distensi Rahim
1) Otot rahim memiliki kemampuan meregang dalam batas tertentu.
2) Setelah melewati batas tersebut akhirnya terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai.
3) Contohnya pada kehamilan gemeli, seiring terjadi kontraksi karena uterus teregang
oleh ukuran janin ganda, sehingga kadang kehamilan gemeli mengalami persalinan
yang lebih dini.
f. Teori Iritasi Mekanis
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis (fleksus frankenhauser), bila
gangglion ini digeser dan ditekan (misalnya oleh kepala janin ), maka akan timbul
kontraksi uterus.
g. Teori Hipotalamus-Pituitari dan glandula suprenalis
1) Glandula suprenalis merupkan pemicu tejadinya persalinan.
2) Teori ini menunjukkan, pada kehamilan dengan bayi anensefalus sering terjadi
kelambatan persalinan karena terbentuknya hipotalamus.
h. Teori Prostagladin
Prostagladin yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai salah satu sebab
permulaan persalinan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa prostagladin F2 yang
diberikan secara intravena menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap usia
kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostagladin yang tinggi baik
dalam air ketuban maupun darah periver pada ibu hamil sebelum melahikan atau
selama proses persalinan.

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Persalinan


Menurut sondakh (2013) dalam buku yang berjudul Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir mengemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
proses persalinan adalah:
a. Penumpang (Passanger)
Penumpang dalam persalinan adalah janin dan placenta. Hal-hal yang perlu di
perhtikan mengenai janin adalah ukuran, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin
sedangkan yang perlu di perhatikan pada placenta adalah letak, besar dan luasnya.
b. Jalan Lahir (Passage)
Jalan lahir di bagi atas dua yaitu jalan lahir keras, dan jaln lahir lunak. Hal-hal
yang perlu di perhatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran dan bentuk tulang panggul
sedangkan yang perlu diperhatikan pada alan lahir lunak adalh segmen bawah uterus
yang dapat meregang serviks, otot besar panggul, vagina, introitus vagina.
c. Kekuatan (Power)
Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua yaitu
1) Kekuatan primer (kontraksi involunter)
Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan dihantarkan ke
uterus bawah dalam bentuk gelombang. Istilah yang digunakan yang
menggambarkan kontraksi involunter ini antara lain frekuensi, durasi, dan intensitas
kontraksi. Kekuatan primer mengakibatkan serviks menipis dan berdilatasi
sehinhgga janin turun.

2) Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)


Pada kekuatan ini diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong
keluar isi ke jalan lahir sehingga mmenimbulkan tekanan intra abdomen. Tekanan
ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan dalam mendorong
keluar. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah diltasi
serviks lengkap,kekuatan ini cukup penting dalam usaha untuk mendorong keluar
dari uterus dan vagina.
a) Ibu (positioniting)
Posisi ibu dapat mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.
Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan menghilangkan rasa letih,
memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak (contoh posisi
berdiri, berjalan, duduk, jongkok) memberi sejumlah keuntungan, salah satunya
adalah memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin. Selain itu,
posisi ini dianggap dapat mengurangi kejadian penekan tali pusat.
b) Respon Psikologi (psychology Response)
Respon psikologi ibu dapat di pengaruhi oleh:
(1) Dukungan ayah bayi/pasangan selama proses persalinan.
(2)Dukungan kakek-nenek (saudara dekat) selama persalinan.
(3)Saudara kandung bayi selama persalinan.
4. Tanda- Tanda Persalinan
Beberapa tanda-tanda persalinan sebagai berikut:
a. Terjadinya his persalinan
Sifat his persalinan adalah:
1) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
2) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar.
3) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah.
b. Pengeluaran lendir dengan darah
Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks yang
akan menimbulkan:
1) Pendataran dan pembukaan.
2) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas.
3) Terjdi perdarahan karena kapile pembuluh darah pecah
Sondakh (2013).
c. Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian besar,
keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah ketuban,
diharapkan proses persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam.
5. Tahapan persalinan
Menurut Sondakh (2013) dalam buku yang berjudul Asuhan Kebidanan Persalinan
dan Bayi Baru Lahir mengemukakan tahapan persalinan terdiri atas kala I (kala
pembukaan), kala II (kala pengeluaran janin), kala III (pelepasan placenta), dan kala IV
(kala pengawasan/observasi/pemulihan).
a. Kala I (kala pembukaan)
Kala I di mulai saat persalinan mulai (pembukaan nol) sampai pembukaan
lengkap (10 cm). Proses ini dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
1) Fase laten
Berlangsung selama 8 jam, serviks membuka sampai 3 cm.
2) Fase aktif
Berlangsung selama 7 jam, serviks membuka dari 4cm sampai 10cm,
kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi dalam 3 fase:
a) Fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
b) Fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan langsung sangat cepat dari
4 cm menjai 9 cm.
c) Fase diselerasi pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam pembukaan
9 cm menjadi lengkap.
Proses diatas terjadi pada primigravida ataupun multigravida, tetapi pada
multigravida memiliki jangka waktu yang lebih pendek. Pada primigravida, kala I
berlangsung ±12 jam, sedangkan pada multigravida ±8 jam.
b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Menurut Sondakh (2013) dalam buku yang berjudul Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir gejala kala II adalah sebagai berikut :
1) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit dengan durasi 50-100 detik.
2) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan
secara mendadak.
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan
akibat tertekannya pleksus Frankenhauser.
4) Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi:
a) Kepala membuka pintu
b) Subocciput bertindak sebagai hipomoklion, kemudian secara berturut-turut lahir
ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka serta kepala seluruhnya
5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar yaitu penyesuaian kepala
pada punggung
a. Setelah putar paksi luar berlangsung maka persalinan bayi ditolong dengan cara:
(1) Kepala dipegang pada os occiput dan dibawah dagu, kemudian ditarik
dengan menggunakan cunam kebawah untuk melahirkan bahu dan keatas
untuk melahirkan bahu belakang .
(2) Setelah kedua bahu lahir, ketik dikait untuk melahirkan sisa badan bayi.
(3) Bayi lahir diikuti oleh air sisa ketuban.
b. Lamanya kala II untuk primigravida 1,5 -2 jam dan multigravida 1,5- 1 jam
c. Kala III (Pelepasan Placenta)
Menurut Sondakh (2013:6) dalam buku yang berjudul Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir gejala kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampi
lahirnya placenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses lepasnya placenta
dapat diperkirakan dengan mempertahankan tanda-tand dibawah ini
1) Uterus menjadi bundar.
2) Uterus terdorong keatas karena placenta dilepas kesegmen bawah rahim.
3) Tali pusat bertambanh panjang.
4) Terjadi semburan darah tiba-tiba.
Cara melahirkan placenta adalah menggunakan tekhnik dorso kranial.
Pengeluaran Selaput Ketuban. Selaput janin biasanya lahir dengan mudah, namun
kadang-kadang masih ada bagian placenta yang tertinggal. Bagian tertinggal tersebut
dapat dikeluarkan dengan cara :
1) Menarik pelan-pelan
2) Memutar atau memilinnya seperti tali
3) Memutar pada klem
4) Manual atau digital
Placenta dan selaput ketuban harus diperiksa secara teliti setelah dilahirkan
apakah setiap bagian placenta lengkap atau tidak lengkap. Bagian placenta yang
diperiksa yaitu permukaan maternal yang pada normalnya memiliki 6-20 kotiledon,
permukaan fetal, dan apakah terdapat tanda-tanda placenta suksenturia. Jika placenta
tidak lengkap, maka disebut ada sisa placenta. Keadaan ini dapat menyebabkan
perdarahan yang banyak dan infeksi.
Kala III terdiri dari dua fase yaitu :
1) Fase Pelepasan Placenta
Beberapa pelepasan placenta antara lain :
a) Schultze
Proses lepasnya placenta seperti menutup payung. Cara ini merupakan cara
yang sering terjadi (80%). Bagian yang lepas terlebih dahulu adalah bagian
tengah, lalu terjadi retroplacental hematoma yang menolak placenta mula-mula
bagian tengah. Menurut cara ini, perdarahan biasanya tidak ada sebelum placenta
lahir dan berjumlah banyak setelah placenta lahir.
b) Duncan
Berbeda dengan sebelumnya pada cara ini lepasnya placenta dimula dari
pinggir (20%). Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban.
Pengeluarannya juga serempak dari tengah dan pinggir placenta (Sondakh, 2013).
2) Fase Pengeluaran Placenta
Perasat-Perasat untuk mengetahui lepasnya placenta :
a) Kustner
Dengan meletakkan tangan disertai diatas simfisis, tali pusat di tegangkan,
maka bila tali pusat masuk berarti belum lepas. Jika diam atau maju berarti sudah
lepas.
b) Klein
Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila tali pusat kembli berarti
belum lepas, diam atau turun berarti lepas (cara ini tidak dilakukan lagi).
c) Strassman
Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti
tali pusat belum lepas, tidak bergetar berarti sudah lepas. Tanda-tanda placenta
sudah lepas adalah rahim menonjol ke atas simfisis, tali pusat bertambah panjang,
rahim bundar dan keras serta keluar darah secara tiba-tiba (Sondakh, 2013).
d. Kala IV (Kala Pengawasan/Observasi /Pemulihan)
Menurut sondakh (2013) dalam buku yang berjudul Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir gejala kala IV dimulai dari saat lahirnya placenta
sampai 2 jam post partum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan observasi
karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Darah yang
keluar selama perdarahan harus ditakar sebaik-baiknya kehilangan darah pada
persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada saat pelepasan placenta dan robekan
serviks dan perineum. Rata-rata perdarahan yang dikatakan normal adalah 250cc,
biasanya 100-300cc. Jika perdarahan lebih dari 500cc, maka sudah dianggap abnormal,
dengan demikian harus dicari penyebabnya. Penting untuk diingat: Jangan
meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi dan placenta lahir. Sebelum pergi
meningalkan ibu yang baru melahirkan, periksa ulang terlebih dahulu dan perhatikanlah
7 pokok penting :
1) Kontraksi rahim : baik atau tidaknya pemeriksaan palpasi jika perlu dilakukan
masase dan berikan uterotonika seperti meterghin, atau atau emertrin dan oksitosin.
2) Perdarahan : ada atau tidak, banyak atau biasa
3) Kandung kemih : harus kosong, jika penuh, ibu dianjurkan berkemih dan kalau tidak
bisa , lakukan kateter.
4) Luka-luka : jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.
5) Placenta dan selaput ketuban harus lengkap.
6) Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan masalah lain.
7) Bayi dalam keadaan baik.
6. Kebutuhan Pada Masa
Persalinan
a. Makan dan Minuman Per oral
Jika pasien dalam situasi yang memungkinkan untuk makan, biasanya pasien
akan makan sesuai dengan keinginannya, namun ketika masuk dalam persalinan masa
aktif biasanya ibu hanya menginginkan cairan.
b. Akses Intrvena
Akses Intravena adalah tindakan pemasangan infus pada pasien, kebijakan ini
diambil dengan pertimbangan sebagai jalur obat, cairan, atau darah untuk
mempertahankan keselamatan jika sewaktu–waktu terjadi keadaan darurat dan untuk
mempertahan suplemen cairan pada pasien.
c. Posisi dan Ambulasi
Posisi yang nyaman saat persalinan sangat diperlukan bagi pasien. Selain
mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi tertentu justru akan membantu proses
penurunan kepala janin sehingga persalinan dapat berjalan lebih cepat (selama
tidak ada kontraindikasi dari keadaan pasien). Beberapa posisi yang dapat diambil
antara lain rekumben lateral (miring), lutut –dada, tangan-lutut duduk, berdiri, jalan,
dan jongkok.
1) Eliminasi
a) Buang Air Kecil
Selama proses persalinan pasien mengalami poliuri sehingga penting untuk
difasilitasi agar kebutuhan eliminasi dapat terpenuhi.
b) Buang Air Besar
Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketika merasakan dorongan
untuk BAB. Namun rasa khawatir kadang lebih mendominasi dari pada perasaan
tidak nyaman.
2) Kebersihan Tubuh
Sebagian pasien yang akan menjalani proses peralinan tidak begitu
menganggap kebersihan tubuh sebagai suatu kebutuhan, karena ibu lebih terfokus
terhadap rasa sakit akibat his terutama pada primipara.
3) Istirahat
Istrahat sangat penting untuk pasien karena akan membuat rileks. Jika
pasien benar–benar tidak dapat tidur terlelap karena karena sudah mulai merasakan
his, minimal upayakan untuk berbaring di tempat tidur dalam posisi miring ke kiri
untuk beberapa waktu.
4) Kehadiran pendamping
Kehadiran seorang yang sangat penting dan dapat dipercaya sangat
dibutuhkan oleh ibu yang akan menjalani proses bersalin.
(Sulisyawati, 2010).
7. Masalah dan Penanganan
a. Nyeri Persalinan
Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi
(pemendekan) otot rahim. Kotraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada pinggang,
daerah perut dan menjalar ke arah paha. Kontraksi ini menyebabkan adanya pembukaan
mulut rahim (serviks). Dengan adanya pembukaan serviks inilah akan terjadi persalinan
rasa nyeri yang di alami selama persalinan bersifat unik pada setiap ibu yang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain budaya, takut, cemas, atau ketakutan,
pengalaman persalinan sebelumnya dan dukungan (Andarmoyo, 2013).
1) Berikan penjelasan pada ibu tentang penyebab nyeri.
2) Ajarkan pada ibu teknik relaksasi dan distraksi.
3) Berikan sentuhan dan massase dengan menggosok-gosok punggung ibu dan minta
pendamping ibu untuk memperagakannya.
4) Berikan lingkungan yang tenang, anjurkan ibu istirahat jika his sudah mereda.
b. Cemas dalam menghadapi proses persalinan
1) Berikan informasi pada klien tentang proses persalinan.
2) Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan mental dan spiritual
3) Jelaskan pada ibu tentang proses dan kemajuan persalinan
4) Beri kesempatan pada ibu untuk memilih posisi nyaman
c. Ketidaktahuan ibu tentang cara meneran yang benar
1) Ajari ibu cara meneran yang benar dengan mengangkat kepala, tempelkan dagu di
dada, tekanan dirasakan di perut dan jalan lahir.
2) Motivasi ibu meneran jika ada dorongan
8. Komplikasi dan Penanganan
a. Kala I dan Kala II
1) Persalinan lama
Masalah: Fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung selama 12
jam/lebih tanpa kelahiran bayi. Dilatasi serviks di kanan garis waspada pada
partograf. Disebabkan beberapa faktor:
a) Kecemasan dan ketakutan.
b) Pemberian analgetik yang kuat atau pemberian analgetik yang terlalalu cepat
pada persalinan dan pemberian anastesi sebelum fase aktif.
c) Abnormalitas pada tenaga ekspulsi.
d) Abnormalitas pada panggul.
e) Kelainan pada letak dan bentuk janin.
Penanganan Umum :
a) Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk tanda vital dan
tingkat hidrasinya). Dan perbaiki keadaan umum.
b) Dukungan, perubahan posisi (sesuai dengan penanganan persalinan normal).
c) Periksa kandung kemih, upayakan kencing.
d) Kaji kembali partograf, tentukan apakah pasien berada dalam persalinan.
e) Nilai frekuensi dan lamanya His.
2) Persalinan palsu/belum in partu (False Labor)
Periksa apakah ada ISK atau ketuban pecah, jika didapatkan adanya infeksi,
obati secara adekuat, jika tidak ada pasien boleh rawat jalan.

a) Fase laten memanjang (Prolonged Latent Phase)


Diagnosa fase laten memanjang dibuat secara retrospektif, jika his berhenti.
Pasien disebut belum inpartu/persalinan palsu. Jika his makin teratur dan
pembukaan makin bertambah lebih dari4 cm, pasien masuk dalam fase laten.
(1) Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan
lekukan penilaian ulang terhadap servik.
(2) Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan tidak
ada gawat janin, mungkin pasien belum inpartu.
(3) Jika ada kemajuan dalam pendataran atau pembukaan serviks lakukan
amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
(4) Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam.
(5) Lakukan rujukan.
b) Fase Aktif Memanjang
Jika tidak ada tanda-tanda CPD atau obstruksi, dan ketuban masih utuh,
pecahkan ketuban.
(1) Nilai His jika his tidak adekuat (jika his adekuat >3 kali dalam 10 menit dan
lamanya >40 detik) pertimbangkan disproporsi, obstruksi, malposisi/mal
presentasi.
(2) Lakukan penanganan umum untuk memperbaiki his dan mempercepat
kemajuan persalinan (posisi).
(3) Apabila tidak ada perkembangan lakukan rujukan.

3) Partus Presipitatus
Partus presipitatus adalah kejadian dimana ekspulsi janin berlangsung kurang
dari 3 jam setelah awal persalinan. Partus presipitatus sering berkaitan dengan
Solusio placenta (20%) Aspirasi mekonium, Perdarahan post partum. Komplikasi
maternal. Jarang terjadi bila dilatasi servik dapat berlangsung secara normal. Bila
servik panjang dan jalan lahir kaku, akan terjadi robekan servik dan jalan lahir yang
luas, emboli air ketuban (jarang), Atonia uteri dengan akibat HPP.
Terjadi karena kontraksi uterus yang terlalu kuat akan menyebabkan asfiksia
intrauterine, trauma intrakranial akibat tahanan jalan lahir. Kejadian ini biasanya
berulang, sehingga perlu informasi dan pengawasan yang baik pada kehamilan
yang sedang berlangsung. Hentikan pemberian oksitosin drip bila sedang diberikan.
b. Kala III dan Kala IV
1) Perdarahan pada kala III
Perdarahan pada kala III umum terjadi dikarenakan terpotongnya pembuluh-
pembuluh darah dari dinding rahim bekas implantasi placenta/karena sinus-sinus
maternalis ditempat insersinya.
Pada dinding uterus terbuka. Biasanya perdarahan itu tidak banyak, sebab
kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menekan pembuluh- pembuluh darah yang
terbuka, sehingga lumennya tertutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh
bekuan darah. Jumlah darah yang umum keluar tidak lebih dari 500cc atau
setara dengan 2,5 gelas belimbing. Apabila setelah lahirnya bayi darah yang keluar
melebihi 500cc maka dapat dikategorikan mengalami perdarahan pasca
persalinan primer.
Kala IV dimulai dari lahirnya placenta selama 1-2 jam. Pada kala IV
dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan, paling sering terjadi pada
2 jam pertama. Observasi dilakukan yaitu:
(1) Tingkat kesadaran pasien
(2) Pemeriksaan tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan
(3) Kontraksi uterus
(4) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya
tidak melebihi 400 – 500 cc (Sulistyawati, 2010).
Perdarahan primer terjadi dalam 24 jam pertama dan sekunder sesudah itu.
Hal-hal yang menyebabkan perdarahan post partum adalah :
a) Atonia uteri
Atonia uteri adalah Keadaan lemahnya tonus atau kontraksi uterus yang
tidak mampu menutup perdarahan dari tempat implantasi placenta setelah bayi
dan placenta lahir (Prawirohardjo, 2011).
Faktor Predisposisinya adalah :
(1) Regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli, polihidramnion, anak
terlalu besar.
(2) Kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep.
(3) Kehamilan grande-multipara.
(4) Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita penyakit
menahun.
(5) Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.
(6) Infeksi intra uterin (karioamnionitis).
(7) Riwayat atonia uteri.
Diagnosis ditegakkan bila setelah bayi dan placenta lahir ternyata
perdarahan massih aktif dan banyak, bergumpal dan bila di palpasi di dapatkan
fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek. Perlu
diperhatikan pada saat atonia uteri di diagnosis, maka pada saat tu juga masih ada
darah sebanyak 500-1000cc yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih
terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian
darah pengganti. Gejala:
(1) Nadi serta pernafasan menjadi lebih cepat
(2) Tekanan darah menurun
(3) Syok karena perdarahan
(4) Kala III: perdarahan baru liang senggama 500-1000
cc. Terapi terbaik adalah pencegahan :
(1) Melakukan secara rutin menejemen aktif kala III pada semua wanita yang
bersalin karena dapat menurunkan insidens perdarahan pasca persalinan
akibat dari atonia uteri.
(2) Pemberian misoprostol peroral 2-3 tablet (400-600 µg) segera setelah bayi
lahir.

b) Retensio Placenta
Retensio Placenta adalah placenta tetap tertinggal dalam uterus setengah
jam setelah anak lahir (Prawirohardjo, 2011).
Placenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala III yang bisa
di sebabkan adesi yang kuat antara placenta dan uterus. Disebut placenta akreta
bila implantasi menembus desidua basalis, disebut sebagai placenta inkreta bila
placenta menembus miometrium dan disebut placenta perkreta bila vili korialis
sampai menembus perimetrium.
(1) Faktor predisposisi retensio placenta adalah:
(a) Placenta Previa
(b) Bekas seksio sesarea
(c) Pernah kuret berulang
(d) Multiparitas
(2) Diagnosa retensio placenta, yaitu:
(a) Pada pemeriksaan luar fundus/korpus ikut tertarik apabila tali pusat
ditarik.
(b) Pada pemeriksaan dalam sulit ditentukan tepi placenta karena implantasi
yang dalam.
(3) Penanganan retensio placenta
Apabila sudah dilakukan penanganan PTT dengan baik, 15 menit
pertama diberikan oksitosin 10 unit secara IM. Lakukan PTT kembali, tetapi
placenta belum lahir setelah 15 menit kemudian, perhatikan apakah ada darah
yang keluar, apabila ada lakukan placenta manual. Apabila tidak ada lakukan
rujukan perbaiki keadaan umum ibu.
c) Inversio Uteri
Inversio Uteri adalah keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium)
turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang bersifat inkomplit sampai
komplit (Prawirohardjo, 2011).
(1) Faktor Presdiposisi inversio uteri adalah:
(a) Adanya atonia uteri.
(b) Serviks yang masih terbuka lebar.
(c) Adanya kekuatan menarik fundus ke bawah (misalnya karena placenta
akreta, inkreta, perkreta, yang tali pusatnya ditarik keras kebawah).
(d) Ada tekanan pada fundus uteri dari atas (manuver crede) atau tekanan
intra abdominal yang keras dan tiba-tiba (misalnya batuk dan bersin).
(2) Tanda-Tanda Inversio Uteri :
(a) Syok karena kesakitan
(b) Perdarahan banyak bergumpal
(c) Di vuva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa placenta yang
masih melekat
(d) Bila baru terjadi, maka prognosis cukup baik akan tetapi bila terjadinya
cukup lama, maka jepitan seviks yang mengecil akan membuat uterus
mengalami iskemia, nekrosis, dan infeksi
(3) Penanganan :
(a) Memanggil bantuan anestesi dan memasang infus untuk cairan atau
darah pengganti dan pemberian obat.
(b) Berikan MgSO4 untuk melemaskan uterus yang terbalik sebelum
dilakukan reposisi manual yaitu mendorong miometrium ke atas masuk
kedalam vagina dan terus melewati serviks sampai tangan masuk
kedalam uterus pada posisi normanya.
(c) Di dalam uterus dilepaskan secara manual bila berhasil dikeluarkan dari
rahim dan sambil memberikan uterotonika lewat infus atau IM tangan
tetap di pertahankan agar konfigurasi uterus kembali normal dan tangan
operator baru di lepaskan.
(d) Pemberian antibiotika dan transfusi darah sesuai dengan keperluannya.
(e) Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yang keras
menyebabkan manuver di atas tidak bisa dikerjakan, maka dilakukan
laparotomi untuk reposisi dan kalau terpaksa dilakukan histerektomi
bila uterus sudah mengalami infeksi dan nekrosis.
9. Pendokumentasian
a. Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik. Jika digunakan dengan tepat dan konsisten,
partograf akan membantu penolong persalinan untuk:
1) Mencatat kemajuan persalinan
2) Mencatat kondisi ibu dan janinnya
3) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
4) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
5) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai
dan tepat waktu
Partograf harus digunakan pada semua ibu bersalin fase aktif kala I, semua
tempat bersalin dan semua penolong persalinan
Pencatatan selama fase aktif persalinan yaitu informasi ibu (nama, umur, gravid,
para, abortus, tanggal dan waktu dirawat serta pecahnya selaput ketuban), kondisi
janin (DJJ, warna dan adanya air ketuban serta penyusupan kepala janin), kemajuan
persalinan (pembukaan serviks, penurunan bagian kepala dan presentasi janin, garis
waspada dan garis bertindak), jam dan waktu (waktu mulainya fase aktif), kontraksi
(frekuensi dalam 10 menit dan lamanya), obat dan cairan yang diberikan (oksitosin
dan obat lain serta cairan IV yang diberikan), kondisi ibu (nadi, tekanan darah, suhu,
dan produksi urine.
Pencatatan pada lembar belakang partograf digunakan untuk mencatat hal-hal
yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang
dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir). Bagian
ini disebut sebagai catatan persalinan. Lakukan penilaian dan catat asuhan yang
diberikan selama masa nifas terutama pada kala IV untuk memungkinkan penolong
persalinan mencegah terjadinya komplikasi dan membuat keputusan klinik yang
sesuai.
b. Lembar penapisan persalinan
pada saat memberikan asuhan bagi ibu bersalin, penolong harus selalu waspada
terhadap kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit. Selama anamnesa dan
pemeriksaan fisik, tetap waspada pada indikasi yang tertera pada lembar penapisan.
Tabel 2.3 Penapisan Persalinan
Rujuk ibu :
Apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti berikut:
1. Riwayat bedah sesar
2. Perdarahan per vaginam
3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
4. Ketuban pecah disertai mekonium yang kental
5. Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan
kurang dari 37 minggu)
7. Ikhterus
8. Anemia berat
9. Tanda/gejala infeksi
10. Pre-eklampsi/hipertensi dalam kehamilan
11. Tinggi fundus 40 cm atau lebih
12. Gawat janin
13. Primipara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala janin masih
5/5
14. Presentasi bukan belakang kepala
15. Presentasi ganda (majemuk)
16. Kehamilan ganda atau gemeli
17. Tali pusat menumbung
18. Syok

c. Lembar observasi
Menurut JNPK-KR (2012), jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm, berarti ibu
berada dalam fase laten dan semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat
di lembar observasi, yaitu Denyut Jantung Janin (DJJ), kontraksi, nadi setiap 30 menit
dan pembukaan serviks, penurunan kepala, tekanan darah, suhu dan produksi urine
setiap 4 jam. Rujuk segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung
lebih 8 jam.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, sulistyo. (2013). Persalinan Tanpa Nyeri Berlebihan. Yogyakarta: Ar-rusmedia

Asri, Dewi. (2010). Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha Medika

JNPK-KR. (2011). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan RI


JNPK-KR. (2010). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Hutahean, Serri. (2013). Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika

Prawirohardjo, Sarwono. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka

Saifuddin, Abdul Bari dkk.(2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Sujiyatini, dkk. (2011). Asuhan Kebidanan II Perslinan. Yogyakarta: Rohima Press

Sulistyawati, Ari. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika

Sulistyawati, Ari. (2010). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba
Medika.

Sondakh, Jenny. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Erlangga

Suherni, dkk. (2010). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

Wulandari, Setyo Retno dan Handayani, Sri. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
. (2010). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Syafrudin. (2011). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC. Bersumber dari:
https://books.google.co.id/books?=Syafrudin.+(2009).+Kebidanan+Komunitas.+Jakarta
:+EGCSyafrudin.(2009).KebidananKomunitas.JakartaEGC (diakses tanggal 24
desember 2022)
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PERSALINAN DENGAN PERSALINAN FISIOLOGIS
DI PUSKESMAS TEGALAMPEL

Tanggal / waktu pengkajian : 21-12-2022 / 09.00wib


Tempat pengkajian : Puskesmas Tegalampel
Pengkaji : Fa’ikatul Hikmah
1. Biodata
Nama : Ny. “N” Nama Suami : Tn. “S”
Umur :19 tahun Umur : 29 tahun
Suku / Bangsa : Madura Suku / Bangsa : Madura
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Alamat : Mandiro Rt 10 Alamat : Mandiro Rt 10

KALA I

1. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama

Usia kehamilan 9 bulan, kenceng-kenceng sejak pukul 05.00wib serta keluar lendir

darah

2. Data Pendukung

HPHT: 19-03-2022

HPL: 26-12-2022

Riwayat Persalinan Lalu: -

Riwayat Penyakit Sekarang: Ibu tidak mempunyai penyakit yang dapat

mengganggu kehamilannya.
2. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
b. KU : Baik
c. Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 85x/menit
- Suhu : 36,50C
- Pernafasan : 20x/menit

Inspeksi dan palpasi

Wajah

Inspeksi : Tidak pucat, ada cloasma gravidarum Tidak

Palpasi : oedema
Mata

Inspeksi
: Simetris, sklera putih, conjungtiva merah muda

Dada : Tampak pembesaran payudara, ada hiperpigmentasi

pada puting dan areola mamae

Kedua payudara simetris, tidak ada benjolan, tidak


Palpasi :
ada nyeri tekan, ada

colostrum yang keluar pada ke 2 payudara

Abdomen : Pembesaran memanjang, pembesaran sesuai

dengan usia kehamilan, tidak ada

luka bekas operasi, terlihat gerakan janin,


ada striae lividae, ada linea alba, ada linea

nigra

Palpasi :

Leopold I : TFU 30cm (1 jari dibawah pusat) teraba

bulat, lunak, kurang melenting (bokong)

Leopold II : Teraba keras, memanjang disebelah kiri

ibu (PUKI)

Leopold III : Teraba bulat, keras, melenting (kepala).

Kepala masuk ke dalam rongga panggul

(PAP)

Leopold IV : Kepala masuk ke dalam rongga panggul/

melewarti PAP 2/5 bagian (Divergent)

HIS : 3×10’×45”

DJJ : (136x/menit)

TBJ : 30-11= 19

19×155= 2.945gram

Genetalia : Ada pengeluaran pengeluaran bload show,

tidak oedema, tidak ada kondiloma

akuminata

Perineum : Perineum utuh, tidak ada luka bekas

episiotomi, tidak ada oedema pada

perineum

Pemeriksaan dalam : Portio lunak, Efficement 75%, Pembukaan

5 cm, Ketuban utuh, Presentasi kepala,

Denominator UUK, Moulage (o), Hodge


III, Tidak ada tali pusat menumbung,

Tidak terdapat bagian terkecil disamping

kanan kiri

Ekstremitas Bawah : Tidak oedema, tidak varises

3. ANALISA DATA

Ny”N” GI P00000 UK 39 Minggu Inpartu Kala I Fase Aktif Dilatasi Maksimal dengan

Persalinan Normal

4. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 21-12-2022 jam : 09.15WIB

1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

e/ ibu mengerti

2. Menyarankan ibu untuk berjalan-jalan disekitar ruangan, jika ibu masih bisa

melakukannya.

e/ ibu mengerti dan melakukannya

3. Menganjurkan ibu untuk miring

kiri. e/ ibu mengerti dan

melakukannya

4. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan

BAK. e/ ibu mengerti dan melakukannya

5. Menyarankan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi per oral (makan da minum).

e/ ibu makan dan minum

6. Mengajarkan ibu tentang relaksasi pernapasan saat ada his.


e/ ibu mengerti dan melakukannya

7. Menganjurkan keluarga untuk menemani ibu selama persalinan dan anjurkan

pendamping untuk melakukan pijat punggung.

e/ ibu ingin didampingi suami dan merasa nyaman dipijat punggungnya


8. Melakukan observasi TTV, his, DJJ, dan pemeriksaan dalam.

e/ Obervasi telah dilakukan

9. Melakukan pendokumentasian pada

partograf. e/ Pendokumentasian pada lembar

observasi

KALA II:

Tanggal : 21-12-2022 Jam : 13.15 WIB

S : Ibu mengatakan ada keinginan untuk meneran seperti mau BAB.

Ibu mengatakan mulasnya semakin sering dan kuat serta keluar

seperti cairan yang banyak dari kemaluan

O : K/U: baik, TD: 120/90mmHg, N: 84x/menit, S: 36,60C, RR:

20x/menit, DJJ; 138x/menit, his: 4x10x45” kuat, penurunan kepala

1/5 bagian

VT: Portio tidak teraba, Efficement 100%, Pembukaan 10cm,

Ketuban pecah jernih, Presentasi kepala, Denominator UUK,

Moulage (o), Hodge III, Tidak ada tali pusat menumbung,

Tidak terdapat bagian terkecil disamping kanan kiri

A : Ny ”N” GI P00000 UK 39 Minggu Inpartu Kala II dengan Persalinan

Fisiologis

P : Tanggal : 21-12-2022 Jam :13.20 WIB


1. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap.

e/ Ibu mengerti

2. Memastikan dan mengawasi tanda dan gejala kala II : ada dorongan kuat untuk

meneran, tekanan anus, perineum menonjol, vulva membuka.

e/ sudah muncul tanda gejala kala II

3. Memastikan partus set telah siap

digunakan. e/ partus set telah lengkap

4. Mempersiapkan diri penolong.

e/ celemek telah dipakai, tangan telah dicuci, dan memakai sarung tangan

5. Membersihkan vulva dan perineum, melakukan pemeriksaan dala, mencelupkan

handscoen, dalam chlorin, menghitung DJJ.

e/ Vulva dan perineum bersih, pembukaan lengkap, handscoen telah direndam

dalam chlorin, DJJ 142x/menit

6. Meminta bantuan keluarga untuk mengatur posisi ibu yaitu litotomi dengan

memasukkan lengan ibu di perlipatan paha kemudian menariknya ke arah perut

saat meneran.

e/ Ibu mengerti dan sudah dalam posisi litotomi

7. Membimbing ibu meneran saat ada kontraksi.

e/ Ibu kooperatif saat diminta untuk meneran

8. Meletakkan handuk di atas perut ibu dan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian

dibawah bokong ibu.

e/ Handuk dan kain telah terpasang

9. Membuka partus set dan memakai sarug tangan.

e/ Sarung tangan telah dipakai

10. Menolong kelahiran bayi


Kepala : tangan kiri pada kepala bayi sambil menahan vulva bagian atas,

tagan kanan menahan perineum, menyeka muka, cek lilitan tali

pusat, terdapat lilitan tali pusat, mengklem tali pusat pada 2

bagian kemudian memorong tali pusat diantara ke 2 klem

tersebut

Bahu depan : letakkan tangan kanan di atas dan tangan kiri di bawah padda

masing-masing sisi kepala bayi (biparietal), lakukan tarikan ke

bawah sesuai jalan lahir

Bahu belakang : lakukan tarikan ke atas sesuai jalan lahir

Badan : tangan kanan menyangga kepala, leher, dan bahu

janin (sangga), tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong

dan tungkai bawah janin (susur), meletakkan bayi di atas perut

ibu, nilai napas dan gerak

e/ Bayi lahir spontan langsung menangis, jam 13.50WIB, perempuan,

BB=3100gram, PB=50cm, LK=33cm, LD=32cm

11. Mengeringkan bayi dengan handuk.

e/ Bayi telah dibungkus dan dikeringkan dengan handuk

12. Memeriksa TFU untuk memastikan janin tunggal.

e/ Janin tunggal, TFU setinggi pusat

13. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin.

e/ Ibu tahu akan disuntik oksitosin

14. Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara Im 1/3 atas paha latearal ibu.

e/ Oksitosin sudah masuk 10 IU

15. Menjepit tali pusat, megurut, memotong tali pusat, mengikat tal pusat, mengganti

handuk, melaksanakan IMD.


e/ Bayi telah hangat dam mlakukan IMD awal

KALA III:

Tanggal : 21-12-2022 Jam : 14.00 WIB

S : Ibu mengatakan senang dan lega bayinya telah lahir. Ibu mengatakan

masih merasa mulas

O : K/U: baik, TFU: setinggi pusat, kontrasksi: baik, palpasi: tidak

terdapat janin kedua

A : P100001 Inpartu Kala III

P : Tanggal : 21-12-2022 Jam : 14.05 WIB

1. Melakukan dorso kranial saat kontraksi dan melakukan PTT.

e/ Plasenta lahir spontan jam 14.10 WIB

2. Melakukan masase uterus 15 detik.

e/ Uterus berkontraksi baik

3. Memeriksa kelengkapan plasenta.

e/ Plasenta dan selaputnya lengkap, berat ± 450 gram, diameter ± 20 cm, tebal ±

2,5 cm, insersi tali pusat sentralis, tidak ada infark, panjang tali pusat ± 40 cm,

4. Memeriksa laserasi.

e/ Tidak ada

laserasi

5. Mengevaluasi kontraksi uterus.

e/ Uterus berkontraksi baik

KALA IV:

Tanggal : 21-12-2022 Jam : 15.35 WIB

S : Ibu mengatakan masih merasa lelah dan ada mulas sedikit

O : K/U: baik, TD: 110/70mmHg, N: 80x/menit, S: 36,50C, RR:


22x/menit, TFU: sepusat, kontraksi: baik, kandung kemih: kosong,

perdarahan: normal, lochea: rubra, perineum: utuh, tidak ada laserasi

A : P10001 Inpartu Kala IV

P : Tanggal : 21-12-2022 Jam : 15.50 WIB

1. Mengajarkan ibu dan keluarga cara masase uterus.

e/ Ibu dan keluarga dapat melakukan masase

uterus

2. Memeriksa jumlah perdarahan.

e/ Perdarahan ±100 cc

3. Menempatkan semua peralatan dalam larutan chlorin

0,5%. e/ Peralatan sedang didekontaminasi

4. Membersihkan ibu dan mengganti pakaiannya yang

kotor. e/ Ibu merasa bersih dan nyaman

5. Memebersihkan peralatan dan tempat persalinan.

e/ Peralatan dan tempat persalinan bersih dan siap digunakan kembali

6. Melakukan observasi kala IV dan mendeteksi tanda bahaya

nifas. e/ Hasil observasi terlampir di lembar partograf


Lampiran partograf:
Lampiran Partograf:
Nama : Fa'ikatul

Hikmah Program Studi : Profesi

Bidan

Judul ASKEB : Asuhan Kebidanan GI P00000 Uk 39 Minggu dengan Persalinan


Normal Di Puskesmas Tegalampel
Pembimbing Akademik : Retno Hastri,RR. S,ST. M.Keb
No Hari/Tanggal BAB Saran TTD

1 Sabtu/ Cover - Judul disesuaikan


31 Desember dengan saran
2022 Pembimbing
- Nama kampus di
sesuaikan dengan
saran pembimbing
2 Lembar - Pembimbing
Pengesahan Praktik diganti
dengan
Pembimbing
wahana

3 Tinjauan - Perbaiki cara


Kasus penulisan
- Perbaiki diagnosa
- Perbaiki Evaluasi

4 Lampiran - Lengkapi lampiran


partograf

Anda mungkin juga menyukai