INTRANATAL CARE
DISUSUN OLEH :
LIA INTAN LESTARI
KHGD22022
2. Etiologi
Sebab terjadinya persalinansampai kini masih merupakan teori – teori
yang kompleks, faktor – faktor humoral, pengaruh prostaglandin,
strukturuterus, sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi disebut sebagai
faktor-faktor yang mengakibatkan persalinan mulai.
Menurut Manuaba (2009) mulai dan berlangsungnya persalinan, antara
lain:
a. Teori penurunan hormone
Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang terjadi kira –
kira 1 –2 minggu sebelum partus dimulai. Progesterone bekerja sebagai
penenang bagi otot – otot uterus dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesterone turun.
b. Teori plasenta menjadi tua
Villi korialis mengalami perubahan – perubahan, sehingga kadar
estrogen dan progesterone menurun yang menyebabkan kekejangan
pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori berkurangnya nutrisi pada janin
Jika nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera
dikeluarkan.
d. Teori distensi Rahim
Keadaan uterus yang terus menerus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan
faktor yang dapat menggangu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta
menjadi degenerasi.
e. Teori iritasi mekanik
Tekanan pada ganglio servikale dari pleksus frankenhauser yang
terletak di belakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, kontraksi uterus
akantimbul.
f. Induksi partus (induction of labour)
Partus dapat di timbulkan dengan jalan :
1) Gagang laminaria: beberapa laminaria di masukkan dalam kanalis
servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser.
2) Amniotomi: pemecahan ketuban.
3) Oksitosin drips: pemberian oksitosin menurut tetesan infus
Penyebab peningkatan aktivitas uterus yang sebenarnya tidak diketahui,
tetapi sedikitnya ada 2 kategori pengaruh utama yang menyebabkan
timbulnya puncak kontraksi yang berperan dalam persalinan :
a. Faktor Hormonal Yang Menyebabkan Peningkatan Kontraksi Uterus
1) Rasio Estrogen Terhadap Progesteron
Progesteron menghambat kontraksi uterus selama kehamilan,
sedangkan estrogen cenderung meningkatkan derajat kontraktilitas
uterus, sedikitnya terjadi karena estrogen meningkatkan jumlah gap
jungtion antara sel-sel otot polos uterus yang berdekatan.
Baik estrogen maupun progesteron disekresikan dalam jumlah
yang secara progresif makin bertambah selama kehamilan, tetapi mulai
kehamilan bulan ke- 7 dan seterusnya sekresi estrogen terus meningkat
sedangkan sekresi progesteron tetap konstan atau mungkin sedikit
menurun. Oleh karena itu diduga bahwa rasio estrogen terhadap
progesteron cukup meningkat menjelang akhir kehamilan, sehingga
paling tidak berperan sebagian dalam peningkatan kontraksi uterus.
2) Pengaruh oksitosin pada uterus
Oksitosin merupakan suatu hormon yang disekresikan oleh
neurohipofise yang secara khusus menyebabkan kontraksi uterus. 3
alasan peranan oksitosin :
a) Otot uterus meningkatkan jumlah reseptor-reseptor oksitoksin, oleh
karena itu meningkatkan responnya terhadap dosis oksitosin yang
diberikan selama beberapa bulan terakhir kehamilan.
b) Kecepatan sekresi oksitosin oleh neurohipofise sangat meningkat
pada saat persalinan.
c) Iritasi oleh regangan pada serviks uteri, dapat menyebabkan kelenjar
hipofise posterior meningkatkan sekresi oksitosinnya.
3) Pengaruh Hormon Fetus Pada Uterus
Kelenjar hipopisis fetus juga mensekresikan oksitoksin yang
jumlahnya semakin meningkat, dan kelenjar adrenalnya mensekresikan
sejumlah besar kortisol yang merupakan suatu stimulan uterus. Selain itu,
membran fetus melepaskan prostagladin dalam kosentrasi tinggi pada
saat persalinan. Prostagladin meningkatkan intensitas kontraksi uterus.
b. Faktor Mekanis Yang Meningkatkan Kontraktilitas Uterus
1) Regangan otot-otot uterus
Regangan sederhana otot-otot polos meningkatkan kontraktilitas otot-otot
tersebut. Selanjutnya regangan intermitten seperti yang terjadi berulang-
ulang pada uterus karena pergerakan fetus juga meningkatkan kontraksi
otot polos.
2) Regangan atau iritasi serviks
Regangan atau iritasi saraf pada serviks mengawali timbulnya refleks
pada korpus uteri, tetapi efek ini juga secara sederhana dapat terjadi
akibat transmisi iogenik sinyal-sinyal dari serviks ke korpus uterus.
3. Manifestasi Klinis
a. Tanda–tanda permulaan persalinan yang terjadi beberapa minggu
sebelum persalinan adalah :
1) Lightening / settling / dropping yaitu kepala turun memasuki pintu
atas panggul. Pada primigravida terjadi saat 4–6 minggu terakhir
kehamilan, sedangkan pada multigravida terjadi saat partus mulai.
2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
4. Patofisiologi
a. Kala I (kala pembukaan)
1) Tanda dan gejala :
a) His sudah Adekuat
b) Penipisan dan pembukaan serviks sekurang – kurangnya 3 cm
c) Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah
2) His dianggap Adekuat bila :
a) His bersifat teratur, minimal 2x tiap 10 menit dan berlangsung
sedikitnya 40 detik
b) Uterus mengeras pada waktu kontraksi, sehingga tidak didapatkan
cekungan lagi bila dilakukan penekanan diujung jari
c) Serviks membuka.
3) Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase :
a) Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat
lembut sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b) Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi, yakni :
Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
Fase dilaktasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan brlangsung
sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
Fase diselarasi : pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu
2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap ( 10 cm )
Fase – fase tersebut dijumpai pada primigavida. Pada multigrafida pun
terjadi demikian, akan tetapi fase laten, aktif, dan diselerasi terjadi lebih
pendek.
Pemeriksaan dalam
1) Perabaan serviks
a. Lunak dan pendataran serviks
b. Masih tebal atau tipis
c. Pembukaan dan arah serviks
2) Ketuban
a. Sudah pecah atau belum
b. Pembukaan hampit lengkap : pecahkan ketuban
3) Bagian terendah dan posisinya
a. Leopold 3 dan 4
b. Kepala : keras, bulat teraba sutura
c. Letak kepala : penurunan kadar bidang hodge, ada caput
succadeneum atau tidak, berapa besarnya
d. Bokong dikenal : lunak, deminatornya tulang sacrum
b. Kala II
Persalinan kala II dimilai ketika pembukaan lengkap dan berakhir
dengan lahirnya seluruh janin
Tanda dan gejala :
Ibu ingin meneran
Perineum menonjol
Vulva dan anus membuka
Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
Kepala telah turun didasar panggul
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3 menit sekali,
kepala janin biasanya sudah masuk diruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan
pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa meneran.
Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 45 – 60 menit, dan multipara 15-30
menit.
Hal – hal yang harus diperhatikan
a) Kontraksi uterus harus baik
b) Tidak ada perdarahan pervagina atau alat genetalia lain
c) Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap
d) Kandung kemih harus kosong
e) Luka perineum terawat baik, tidak ada hematoma
f) Bayi dalam keadaan baik
g) Ibu dalam keadaan baik
d. Kala IV
Kala IV adalah kala pemulihan masa yang kritis ibu dan anaknya,
bukan hanya proses pemulihan secara fisisk setelah melahirkan tetapi juga
mengawali hubungan yang baru selama satu sampai dua jam. Pada kala IV
ibu masih membutuhkan pengawasan yang intensive karena perdarahan dapat
terjadi, misalnya karena atonia uteri, robekan pada serviks dan perineum.
Rata-rata jumlah perdarahan normal adalah 100 – 300 cc, bila perdarahan
diatas 500 cc maka dianggap patologi. Perlu diingat ibu tidak boleh
ditinggalkan sendiri dan belum boleh dipindahkan ke kamarnya
Pathway Intranatal
5. Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan
bayinya serta tingkat kenyamanan ibu bersalin.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik:
1) Cuci tangan sebelum memulai pemeriksaan fisik
2) Tunjukan sikap ramah dan sopan
3) Minta ibu menarik nafas perlahan jika ia merasa tegang
4) Meminta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya
5) Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, tingkat kegelisahan dan nyeri
kontraksi, warna konjungtiva, kebersihan, status gizi dan kecukupan air
tubuh
6) Nilai tanda-tanda vital ibu ( TD, Nadi, suhu, dan pernafasan)
7) Lakukan pemeriksaan abdomen yang berguna untuk:
a) Menentuka tinggi fundus uteri
b) Memantau kontraksi uterus
c) Memantau denyut jantung janin
d) Menentukan presentasi
e) Menentukan penurunan bagian terendah janin
8) Lakukan pemeriksaan dalam dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Tutupi badan ibu sebanyak mungkin dengan sarung atau selimut
b) Minta ibu untuk berbaring telentang dengan lutut ditekuk dan paha
dibentangkan
c) Gunakan sarung tangan DTT atau steril saat melakukan pemeriksaan
d) Gunakan kassa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT
atau larutan antiseptik
e) Periksa genitalia eksterna, apakah ada luka atau masa termasuk
kondilomata, varikositas vulva atau rectum atau luka parut di perineum
f) Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan
pervaginam, atau mekonium.
g) Dengan hati-hati pisahkan labium mayus dengan jari manis dan ibu jari,
masukan jari telunjuk dan jari tengah. Jangan mengeluarkan kedua jari
sampai pemeriksaan selesai dilakukan
Nilai vagina
a) Nilai pembukaan dan penipisan servix
b) Pastikan tali pusat dan atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki) tidak
teraba saat melakukan pemeriksaan dalam.
c) Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentuka bagian terbawah
tersebut telah masuk ke dalam rongga panggul.
d) Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya (UUK, UUB
atau fontanel magna) atau celah (sutura ) sagitalis untuk menilai derajat
penyusupan atau tumpang tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala
janin sesuai dengan ukuran jalan lahir
e) Jika pemeriksaan sudah lengkap keluarkan jari tangan pemeriksa, celupkan
sarung tangan ke dalam larutan untuk dekontaminasi, lepaskan kedua
sarung tangan tadi secara terbalik dan rendam ke dalam larutan
dekontaminasi selama 10 menit.
f) Cuci kedua tangan dan keringkan dengan handuk bersih dan kering.
g) Bantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman.
h) Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarganya.
6. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Rekaman kardiotografi.
Pemantauan secara berkala denyut jantung janin dengan stetoskop leance
atau doptone yaitu sebuah alat elektronik untuk mendenganr denyut jantung
janin. Dilakukan pada kala 1 untuk mengetahui kekuatan dan sifat kontraksi
rahim serta kemajuan persalinan.
b. Partograf.
Adalah suatu alat untuk memantau kemajuan proses persalinan dan
membantu petugas kesehatan dan mengambil keputusan dalam
penatalaksanaan pasien. Partograf berbentuk kertas grafik yang berisi data
ibu, janin dan proses persalinan. Partograf dimulai pada pembukaan mulut
rahim 4 cm (fase aktif).
c. Ultrasonografi (USG).
Digunakan untuk mendeteksi keadaan dan posisi janin dalam kandungan
7. Terapi/Tindakan Penanganan
Kala I Penanganan
a. Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah ,ketakutan dan
kesakitan
b. Jika ibu tsb tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat diberikan;
lakukan perubahan posisi,sarankan ia untuk berjalan , dll.
c. Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
d. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perugahan yang terjadi serta
prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
e. Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya
setelah buang air besar/.kecil.
f. Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi dengan
cara : gunakan kipas angina/AC,Kipas biasa dan menganjurkan ibu
mandi sebelumnya.
g. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan
cukup minum
h. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
Kala II Penanganan
a. Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan : mendampingi
ibu agar merasa nyaman,menawarkan minum, mengipasi dan meijat ibu
b. Menjaga kebersihan diri
c. Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu
d. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu
e. Mengatur posisi ibu
f. Menjaga kandung kemih tetap kosong
g. Memberikan cukup minum
Kala III Penanganan
Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta :
a. Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran bayi
b. Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau susukan
bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin
0,2 mg. IM.
Kala IV Penanganan
a. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit
selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai
menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi otot uterus akan menjepit
pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan .
b. Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit
pada jam I dan setiap 30 menit selama jam II
c. Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu
makanan dan minuman yang disukainya.
d. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
e. Biarkan ibu beristirahat
f. Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi
g. Bayi sangat siap segera setelah kelahiran
h. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu dibantu
karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
i. Ajari ibu atau keluarga tentang :
Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
8. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada pasien intranatal adalah ketuban
pecah dini, persalinan preterm, kehamilan postmatur, prolaps tali pusat,
rupture uterus, kelahiran sesaria, inverse uterus, dan pendarahan post partum
dini.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Kala I
1) Riwayat sekarang, catat tanda persalinan seperti his yang teratur,
frekuensi, interval, adanya ruptur, selaput ketuban dan status emosional.
2) Pemeriksaan fisik, dilatasi uteri 0-3 cm posisi fetus, his anatara 5-30 menit
dan berlangsung selama 10-30 menit vagina mengeluarkan cairan pink,
coklat, ruptur, keluhan, DJJ terdengar lebih jelas di umbilikus
3) Kontraksi tekanan uterus dilatasi cerviks dan penurunan karakteristik yang
menggambarkan kontraksi uterus : Frekuensi, internal, intensitas, durasi,
tonus istirahat
4) Penipisan cerviks, evasemen mendahului dilatasi cerviks pada kehamilan
pertama dan sering diikuti pembukaan dalam kehamilan berikutnya
5) Pembukaan cerviks, adalah sebagian besar tanda-tanda yang menentukan
bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan kemajuan persalinan
6) Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi jumlah fetus,
letak janin, penurunan janin.
7) Pemeriksaan Vagina: membran, cerviks, fetus, station.
8) Tes diagnostik dan laboratorium : spesimen urin, tes darah, ruptur
membrane, cairan amnion : Warna, karakter dan jumlah
b. Kala II
1) Data umum Peningkatan tekanan darah 5-10 mmhg, peningkatan RR, nadi
kurang dari 100, suhu tubuh dan diaphoresis.
2) Kontraksi 2-3 menit, intensitas kuat, lamanya 50-70 detik pembukaan
servik 10 cm, pendataran 100%, peningkatan pengeluaran darah dan
lendir, cairan amnion, perineum menonjol, keluar feses pada saat
melahirkan dan distensi kandung kemih.
3) Tanda yang menyertai kala II : Keringat terlihat tiba-tiba diatas bibir,
gerakan ekstremitas, pembukaan serviks, his lebih kuat dan sering, ibu
merasakan tekanan pada rektum, merasa ingin BAB, ketuban +/-,
perineum menonjol, anus dan vulva membuka, gelisah, pada waktu his
kepala janin tampak di vulva, meningkatnya pengeluaran darah dan lendir,
kepala turun di dasar panggul, perasaan panas dan tegang pada perineum,
tremor, kelelahan, emosi labil, takut, gelisah, ketidakpercayaan dan
merintih.
4) Monitoring terhadap : His (frekuensi, kekuatan, jarak, intensitas), keadaan
janin ( penurunan janin melalui vagina), kandung kemih penuh/tidak, nadi
dan tekanan darah
5) Durasi kala II → kemajuan pada kala II : Primigravida berlangsung 45– 60
menit, multipara berlangsung 15 – 30 menit
c. Kala III
1) Data umum Ibu kelelahan, pucat, sianosis, tekanan darah lebih dari
100/10 mmhg, kemungkinan sock, nyeri abdomen, mules, pusing, tremor
dan kedinginan, mengobservasi tanda-tanda dari ibu, perubahan tingkat
kesadaran atau perubahan pernafasan
2) Data obstetric Perubahan uterus (discoid-globular), uterus bundar dan
keras, keadaan kandung kemih penuh atau kosong, perdarahan pervagina,
normalnya 250-300 ml, janin lahir efisiotomi
3) Pengkajian setelah janin lahir, tinggi fundus uteri, setinggi pusat,
pelepasan plasenta ada dua macam, yaitu:
o Schulze, Pelepasan plasenta dimulai dari bagian bawah plasenta
tidak ada perdarahan sebelum plasenta lahir, ada perdarahan setelah
plasenta lahir.
o Duncan, Pelepasan plasenta dari pinggir plasenta bagian lateral ada
perdarahan sedikit-sedikit
d. Kala IV
1) Tanda tanda vital : Vital sign dapat memberikan data dasar untuk
diagnosa potensial, komplikasi seperti perdarahan dan hipertermia. Pada
kala IV observasi vital sign sangat penting untuk mengetahui perubahan
setelah melahirkan seperti : pulse biasanya stabil sebelum bersalin selama
1 jam pertama dan mengalami perubahan setelah terjadi persalinan yaitu
dari cardiovaskuler.
2) Pemeriksaan fundus dan tingginya, selama waktu itu pengosongan
kandung kemih mempermudah pengkajian dan hasilnya lebih tepat.
3) Kandung kemih : Dengan observasi dan palpasi kandung kemih. Jika
kandung kemih menegang akan mencapai ketinggian suprapubik dan
redup pada perkusi.
4) Lochia : Jumlah dan jenis lochea dikaji melalui observasi perineum ibu
dan kain dibawah bokong ibu. Jumlah dan ukuran gumpalan darah jika
dilihat dicatat hasil dan bekuannya
5) Perineum : Perawat menanyakan kepada ibu atau menganjurkan untuk
mengiring dan melenturkan kembali otot otot panggul atas dan dengan
perlahan-lahan mengangkat bokong untuk melihat perineum
6) Temperatur : Temperatur ibu diukur saat satu jam pertama dan sesuaikan
dengan keadaan temperatur ruangan. Temperatur biasanya dalam batas
normal selama rentang waktu satu jam pertama,kenaikan pada periode ini
mungkin berhubungan dengan dehidrasi atau kelelahan
7) Kenyamanan : Kenyamannan ibu dikaji dan jenis analgetik yang
didapatkan selama persalinan akan berpengaruh terhadap persepsi
ketidak nyamanannya
Terapeutik
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis.
cahaya, suara,
kunjungan)
- Lakukan rentang
gerak pasif dan/atau
aktif
- Berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
- Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika
tidak dapat
berpindah atau
berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala kelelahan
tidak berkurang
- Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan
asupan makanan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik
selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah
program selesai dan mendapatkan informasi efektivitas pengambilan
keputusan (Deswani, 2011).
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP
yaitu S (Subjektif) dimana perawat menemui keluhan pasien yang masih
dirasakan setelahdiakukan tindakan keperawatan, O (Objektif) adalah data
yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung
pada pasien dan yang dirasakan pasien setelah tindakan keperawatan, A
(Assesment) yaitu interpretasi makna data subjektif dan objektif untuk menilai
sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana keperawatan tercapai.
Dan yang terakhir adalah planning (P) merupakan rencana tindakan
berdasarkan analisis. Evaluasi ini disebut juga evaluasi proses.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2005). Pelatihan APN. Retrieved October 18, 2008, from Instalasi
Kesehatan Reproduksi Pemalang:
http://kesehatanreproduksi.tripod.com/apn.html (Diakses tanggal 22
Desember 2021 pukul 22.20 WIB)
Anwar, Haeril. 2012. ASUHAN KEPERAWATAN Intra Natal Care (dalam
http://keperawatanhaerilanwar.blogspot.com/2012/08/asuhan-keperawatan-
intra- natal-care.html) diakses tanggal 7 November 2021 pukul 22.10 WIB
Bobak. 2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC Uni. 2013.
KONSEP DASAR INTRANATAL (dalam
http://preciousfcious.blogspot.com/2013/10/konsep-dasar-intranatal.html)
diakses tanggal 7 November 2021 pukul 22.00 WIB
Boulluwell, winda 2013. KONSEP PERSALINAN (INTRANATAL CARE)
( dalam http://boulluwellwinda.blogspot.com/2013/04/konsep-persalinan-
intranatal- care.html) diakses tanggal 22 Dseember 2022 pukul 22.13 5 WIB
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),