Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN PERUBAHAN

FISIOLOGIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Gerontik yang diampu oleh :

Susan Susyanti, S.kep., M.Kep

Disusun oleh :

Kelompok 7

Alfina Liani KHGC19048

Muhamad Farhan Dzulkifli KHGC19069

Neng Ayu Yuliandri KHGC19072

Putri Nur Aropah KHGC19077

Suci Badriah KHGC19086

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES KARSA HUSADA GARUT

2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Gerontik dengan judul
“ Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Perubahan Fisiologis”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Garut, September 2022

Penulis

2
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4
B. Tujuan ............................................................................................................................. 5
C. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 5
BAB II ....................................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 6
A. Definisi Lanjut Usia ........................................................................................................ 6
B. Klasifikasi Lanjut Usia ................................................................................................... 6
C. Proses Menua .................................................................................................................. 7
D. Perubahan Fisiologis Pada Lansia .................................................................................. 7
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN FISIOLOGIS 12
1) PENGKAJIAN ............................................................................................................ 12
2) PEMERIKSAAN FISIK ............................................................................................... 12
3) DIAGNOSA.................................................................................................................. 14
4) INTERVENSI ............................................................................................................... 14
5) EVALUASI................................................................................................................... 15
KESIMPULAN ...................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat menjadi rapuh
disertai dengan menurunnya cadangan hampir semua sistem fisisologis dan disertai pula
dengan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan kematian. Pendapat lain
mengatakan bahwa menua merupakan suatu proses menghilangnya secara berlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri serta mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas termasuk infeksi dan kemampuan
untuk memperbaiki kerusakan yang diderita (Suryadi, 2003).

Pada lansia terdapat banyak perubahan yang terjadi mencakup perubahan-perubahan fisik,
mental, psikososial, dan perkembangan spiritual. Perubahan fisik mencakup perubahan
pada persarafan, penglihatan, kardiovaskuler, dan lain-lain. Menurut Kuntjoro (2002)
perubahan mental dipengaruhi oleh penurunan kondisi fisik, penurunan fungsi dan potensi
seksual, perubahan aspek psikososial, perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan dan
perubahan dalam peran sosial di masyarakat. Perubahan psikososial dialami lansia yang
dulunya bekerja mengalami pensiun kemudian merasakan kehilangan finansial, perubahan
pada status, teman dan kegiatan. Sedangkan perubahan spiritual dijelaskan Murray dan
Zenter (1987) lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan-perubahan yang terjadi
pada lansia memiliki dampak yang mencakup semakin tingginya tingkat ketergantungan,
masalah kesehatan, masalah psikologi mental spiritual dan lain-lain. (Kuntjoro, 2002).

Secara demografis, berdasarkan sensus penduduk tahun 1971, jumlah penduduk berusia
60 tahun ke atas sebesar 5,3 juta (4,5%) dari jumlah penduduk di Indonesia. Selanjutnya
pada tahun 1980, jumlah ini meningkat menjadi 11,3 juta (6,4%). Pada tahun 2000
diperkirakan meningkat sekitar 15,3 juta (7,4%) dari jumlah penduduk, dan pada tahun
2005 jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 18,3 juta (8,5%). Dan pada tahun 2005-
2010, jumlah lanjut usia akan sama dengan jumlah balita, yang sekitar 19,3 juta (9,0%)
dari jumlah penduduk. Bahkan pada tahun 2020-2025, Indonesia akan menduduki
peringkat negara dan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC (Republik

4
Rakyat China), India, Amerika Serikat dengan umur harapan hidup diatas 70 tahun. Dan
menurut Biro Pusat Statistik, pada tahun 2005 di Indonesia terdapat 18.238.107 penduduk
lansia. Jumlah ini akan meningkat hingga 33 juta orang lansia 12% dari total penduduk
(Wahjudi, 2008).

B. Tujuan
Makalah ini dimasukkan sebagai pedoman, agar mahasiswa, dosen dan masyarakat
mengetahui tentang perubahan-perubahan yang lazim terjadi pada proses menua dari segi
fisiologis.

C. Rumusan Masalah
Secara garis besar, masalah yang kami rumuskan adalah sebagai berikut.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Lanjut Usia


Lanjut usia menurut Stanley, Blair, & Beare (2005) terjadi pada setiap individu dapat
diprediksi terjadinya perubahan secara fisik dan perilaku, proses menua secara biologis
yang umum terjadi dan akan di alami oleh semua orang. Lansia adalah kenyataan kejadian
biologi yang terjadi seiring dengan berjalannya waktu (Hayflick 1994 dalam Stanhope &
Lancaster 2004). Menurut Fatmawati (2010) lanjut usia adalah proses alamiah dan
berkesinambungan yang mengalami perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada
tubuh yang akan berpengaruh pada fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan.
Lanjut usia menurut Efendi dan Mahfudin (2009) merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stress lingkungan, seseorang dikatakan lanjut usia berumur 65 tahun ke atas. Lanjut usia di
mulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun (Potter & Perry 2005). Lanjut
Usia menurut Santrock (2002) bahwa lansia dimulai ketika individu memasuki usia 60
tahun keatas.
Lanjut usia merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang atau suatu
periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat (Hurlock, 2004).
Masa usia lanjut merupakan merupakan masa dimana terjadi berbagai perubahan dan
penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain terjadinya sindrom lepas jabatan
dan kesedihan yang berkepanjangan (Hernawati, 2006). Menurut Kaplan dan Saddock pada
tahun (2007) lanjut usia yang memiliki penyesuaian diri yang baik seperti dapat
berinteraksi dengan tetangga dan masyarakat sekitar dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang
ada di daerah lanjut usia berada, maka timbal balik dari dukungan sosial itu sendiri juga
akan baik dan sebaliknya sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup lansia.

B. Klasifikasi Lanjut Usia


Klasifikasi lanjut usia menurut Hurlock (2004) dalam tahapan perkembangan dalam
rentang kehidupan mengatakan bahwa batasan masa tua atau masa usia lanjut adalah 60
tahun sampai meninggal. Sedangkan menurut Fatmawati (2010) lanjut usia di bagi 4
kelompok ; Middle age (45 - 59 tahun) ; Elderly (60 -74 tahun) ; Old (70 – 90 tahun) ; Very

6
old (< 90 tahun). Klasifikasi lanjut usia menurut Maryam dkk (2008) 1) Pralansia
(presinilas) (45 – 60 tahun), 2) Lansia (60 tahun), 3) Lansia resiko tinggi (70 tahun).
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa awal dari usia lanjut adalah
60 tahun hingga rentang meninggal dunia.
C. Proses Menua
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua
merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu waktu tertentu, tetapi
dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap
ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional (Nugroho, 2008).

D. Perubahan Fisiologis Pada Lansia


a. Sel
1) Lebih sedikit jumlahnya
2) Lebih besar ukurannya
3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraselular
4) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati
5) Jumlah sel otak menurun
6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel
7) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%
b. Sistem Persarafan
1) Berat otak menurun 10-20%.
2) Cepatnya menurun hubungan persarafan
3) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress
4) Mengecilnya saraf panca indera. Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
5) Kurang sensitif terhadap sentuhan
c. Sistem Pendengaran

7
1) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan pendengaran
pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara
tidak jelas, sulit mengerti kata-kata.
2) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis
3) Terjadinya pengumpulan cerumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin
4) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan
jiwa/stress
d. Sistem Penglihatan
1) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan
gangguan penglihatan.
4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lambat,dan susah melihat dalam cahaya gelap.
5) Hilangnya daya akomodasi
6) Menurunnya lapangan pandang: berkurang luas pandangannya.
7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
e. Sistem Kardiovaskuler
1) Elastisitas, dinding aorta menurun
2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah : kurangnya efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri)
bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan
pusing mendadak)
5) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh
darah perifer; sistolis normal ± 170 mmHg. Diastolis normal ± 90 mmHg.
f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat, yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Yang sering ditemui, antara lain :
1) Temperatur tubuh menurun secara fisiologik ± 35°C ini diakibatkan metabolisme
tubuh yang menurun
8
2) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot

g. Sistem Respirasi
1) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
2) Menurunnya aktivitas dari silia
3) Paru-paru kehilangan elastisitas ; kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafsan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
4) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
5) O₂ pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
6) CO₂ pada arteri tidak berganti.
7) Kemampuan untuk batuk berkurang.
8) Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernapasan akan menurun
seiring dengan pertambahan usia.
h. Sistem Gastrointestinal
1) Kehilangan gigi ; penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk.
2) Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi
indera pengecap (± 80%), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap tentang rasa
asin, asam dan pahit.
3) Esofagus melebar
4) Lambung ; rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu).
7) Liver (hati) ; makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah.
8) Menciutnya ovari dan uterus.
9) Atrofi payudara.
10) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur.
11) Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi baik), yaitu :
- Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.
9
- Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan
seksual.
- Tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami.
12) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi
berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi perubahan-perubahan warna.
i. Sistem genitourinaria
1) Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine darah
yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut
nefron (tepatnya di glomerulus). Kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi,
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya;
kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria
(biasanya +1); BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21% mg; nilai
ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
j. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan
frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut
usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
Pembesaran prostat ± 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun.
Atrofi vulva
k. Vagina
Orang-orang yang makin menua sexual intercourse masih juga membutuhkannya; tidak
ada batasan umur tertentu fungsi seksual seseorang berhenti; frekuensi sexual
intercourse cenderung menurun secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.
l. Sistem Endokrin
1) Produksi dari hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
3) Pituitari
Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh darah;
berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan
menurunnya daya pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron
10
6) Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya : progesteron, estrogen, dan
testoteron.
m. Sistem Kulit (Integumentary System)
1) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2) Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses keratinasi serta
perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis).
3) Menurunnya respon terhadap trauma.
4) Mekanisme proteksi kulit menurun :
- Produksi serum menurun.
- Penurunan produksi VTD.
- Gangguan pegmentasi kulit.
5) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
6) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
7) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi.
8) Pertumbuhan kuku lebih lambat.
9) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
10) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
11) Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.
12) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
n. Sistem muskuloskeletal (musculosceletal system)
1) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.
2) Kifosis.
3) Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
4) Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang).
5) Persendian membesar dan menjadi kaku.
6) Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
7) Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil): serabut-serabut otot mengecil
sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor.
8) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

11
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN
GANGGUAN FISIOLOGIS

1) PENGKAJIAN
Identitas Klien / data biografi

Nama : Ny. N

Tempat tgl lahir/Umur : Garut, 28-06-1942

Alamat : Leles

Orang terdekat yang bisa dihub : Anak ke-2

Hubungan dengan klien : Anak

Jenis kelamin : Perempuan

Suku : Sunda

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SD

Status Perkawinan : Kawin

Tanggal Pengkajian : 09/12/2022

2) PEMERIKSAAN FISIK
– Keadaan Umum : K/u cukup
– Tingkat Kesadaran : CM
– GCS : 4 5 6
– TTV : TD = 180/100 mmHg
o
S = 36,3 C
X
N = 70 /mnt
X
RR = 24 /mnt
- Meliputi Sistem :
Sistem Integumen
Inspeksi : Kulit klien keriput, kusam, kasar dan bersisik
Timbul bercak pigmentasi

12
Tampak berbintik-bintik atau noda cokelat
Terlihat kantung mata
Kuku jari tangan dan kaki keras dan tebal
Palpasi : Turgor kulit menurun, CRT >4 detik
Sistem Imun
Klien mengatakan kadang-kadang demam
Sistem persyarafan :
Inspeksi :Berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya saraf
penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap
dingin rendah
Palpasi : Nyeri tekan dibagian patella sampai kaki
Kurang sensitif terhadap sentuhan
Sistem Pernafasan
Inspeksi : Bentuk dada simetris ka/ki, pergerakan dada simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Terdapat suara napas tambahan : wheezing
Sistem Kardiovaskuler
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
X
N = 70 /mnt
Auskultasi
TD = 180/100 mmHg
Sistem Gastrointestinal
Inspeksi
Kehilangan gigi
Mukosa bibir kering
Bibir kering dan pecah-pecah
Terdapat karies gigi
X
Bising usus normal 3-4 /mnt
Sistem Perkemihan
X
BAK lancar, 3-6 /sehari
Sistem Genitoreproduksi (Pria / Wanita)

13
(tidak dikaji)
Sistem Muskuloskeletal
Inspeksi
Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
Gangguan gaya berjalan
Tremor
Terdapat varises
Sistem Endokrin
(tidak dikaji)
3) DIAGNOSA
a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan tonus otot

b. Risiko jatuh berhubungan dengan kerusakan penglihatan

4) INTERVENSI
Dx.1Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan tonus otot

Dx. 2 Risiko jatuh berhubungan dengan kerusakan penglihatan

14
5) EVALUASI
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan tonus otot

Dx. 1

S : Klien mengatakan kebutuhan mobilitas fisik sedikit terpenuhi

O : Klien terlihat berjalan-jalan menggunakan tongkat tetapi tidak sering

A : Masalah sedikit teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Risiko jatuh berhubungan dengan kerusakan penglihatan

Dx. 2
S : Klien mengatakan mengerti semua yang dianjurkan oleh
pengkaji dan menerapkannya
O : Klien tampak antusias dan kooperatif
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi dx.1

15
KESIMPULAN
Lanjut usia adalah proses alamiah dan berkesinambungan yang mengalami perubahan
anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh yang akan berpengaruh pada fungsi dan
kemampuan tubuh secara keseluruhan. Awal dari usia lanjut adalah 60 tahun hingga
rentang meninggal dunia. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai
ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan
lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional. Beberapa diagnose yang muncul pada
lansia adalah :
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan tonus otot
2. Risiko jatuh berhubungan dengan kerusakan penglihatan

16
.

DAFTAR PUSTAKA

Sitanggang, Yenni Ferawati, et al. Keperawatan Gerontik. Yayasan Kita Menulis, 2021
Kodir, Kodir, et al. "PENGARUH KOMBINASI TERAPI RELAKSASI PROGRESIF &
MUSIK KERONCONG TERHADAP INSOMNIA PADA LANSIA DI POSYANDU
SETYA MANUNGGAL III KABUPATEN SEMARANG." JURNAL KEPERAWATAN
SISTHANA 5.2 (2020): 46-51.
Tiara, Angraini. "Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Lansia Ny. E dengan Osteoarhtritis
Melalui penerapan latihan gerak sendi untuk mengurangi nyeri sendi di kenagarian sarilamak
kecamatan harau kabupaten lima puluh kota tahun 2020." (2020).
Kristina Triadilawati, Anma. ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA GANGGUAN
PEMENUHAN AKTIVITAS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HAMBATAN
BERJALAN DI UPT PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MAGETAN. Diss. Universitas
Muhammadiyah Ponorogo, 2022.

17

Anda mungkin juga menyukai