Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

PERUBAHAN POLA NILAI DAN KEYAKINAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 8
RUT HANDAYANI BOKKO (C1814201093)
SCOLASTIKA PASUDI (C1814201094)
SKOLASTIKA LILLI (C1814201095)
SRY ELVANI TANDI TOLLA (C1814201096)
SURYA NATANIEL (C1814201097)
TINGKAT 4B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR


S1 KEPERAWATAN
2021/2022

1
DAFTAR ISI
SAMPUL.......................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ...................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................. 4

A. LatarBelakang..................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah............................................................................................. 4

C. Tujuan Masalah ................................................................................................ 5


BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 6
A. Definisi Keperawatan Gerontik............................................................ 6
B. Perubahan Normal Seiring Penuaan ..................................................... 6
C. KebutuhanSpiritualitas ...................................................................... 13
D. Pola Normal Spiritual .......................................................................... 14
E. Perkembangan Aspek Spiritual ............................................................ 15
F. Peran Perawat Dalam Pemenuhan KebutuhanSpiritual........................ 16
G. Asuhan keperawatan ……………………………………………………….. 18
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 17
KESIMPULAN ................................................................................................ 17
SARAN ............................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudu“MAKALAH
KEPERAWATAN GERONTIKPERUBAHAN POLA NILAI DAN KEYAKINAN“
dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan agar dapat menambah
pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi tentang“KEPERAWATAN
GERONTIKPERUBAHAN POLA NILAI DAN KEYAKINAN ”.Dalam menyelesaikan
makalah kami mengalami banyak hambatan dan kesulitan namun berkat bimbingan dan
dorongan, serta bantuan dari semua pihak akhirnya makalah ini terselesaikan
Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi
kesempurnaannya. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat
khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan untuk kita semua.

Makassar, 1 November 2021

Kelompok 8

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan Gerontik merupakan bentuk pelayanan professional yang didasarkan
pada ilmu dan kiat/ teknik keperawatan yang bersifat komprehensif terdiri dari bio-
psikososio-spiritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat
maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup
kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, kebutuhan untuk
memberikan dan mendapatkan maaf. Dimensi spiritual ini berupaya untuk
mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk
menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional,
penyakit fisik atau kematian (Hamid, 2000). Berdasarkan kegiatan spiritual, kondisi
lanjut usia meliputi dua hal yaitu mengenai ibadah agama dan kegiatan didalam
organisasi sosial keagamaan. Dalam hal ini kehidupan spiritual mempunyai peranan
penting, seseorang yang mensyukuri nikmat umurnya tentu akan memelihara umurnya
dan mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat (Depsos, 2007)
Menua adalah sebuah proses yang pasti dialami oleh setiap makhluk hidup.
Perubahan fungsi tubuh dan beberapa sistem penunjang tubuh lainnya menjadi tanda
proses penuaan. Terdapat perbedaan proses penuaan antara pria dan wanita.
Proses penuaan adalah perubahan biologis, fisiologis (fungsi tubuh), psikologis,
perilaku sosial, dan lingkungan yang alamiah terjadi pada seluruh makhluk hidup,
termasuk manusia. Tidak adapat dipungkiri bahwa penuaan mengakibatkan penurunan
fungsi indra, peningkatan resiko terserang penyakit, dan perubahan aktivitas sehari-hari.
Proses penuaan yang terjadi seiring bertambahnya usia dapat mempengaruhi seluruh
organ tubuh manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan spiritualitas?
2. Bagaimana peran perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien?
3. apa yang dimaksud dengan keperawatan gerontik ?
4. perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia ?

4
C.Tujuan Masalah
1. Mengetahui kebutuhan spiritual.
2. Mengetahui peran perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual lansia.
3. Mengetahui keperawatan gerontik
4. mengetahui perubahan fisik yang terjadi pada lansia

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Keperawatan Gerontik


Keperawatan Gerontik merupakan bentuk pelayanan professional yang didasarkan
pada ilmu dan kiat/ teknik keperawatan yang bersifat komprehensif terdiri dari bio-
psikososio-spiritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik
sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
B. Perubahan Normal Seiring Penuaan
Menua adalah sebuah proses yang pasti dialami oleh setiap makhluk hidup.
Perubahan fungsi tubuh dan beberapa sistem penunjang tubuh lainnya menjadi tanda
proses penuaan. Terdapat perbedaan proses penuaan antara pria dan wanita.
Proses penuaan adalah perubahan biologis, fisiologis (fungsi tubuh), psikologis,
perilaku sosial, dan lingkungan yang alamiah terjadi pada seluruh makhluk hidup,
termasuk manusia. Tidak adapat dipungkiri bahwa penuaan mengakibatkan penurunan
fungsi indra, peningkatan resiko terserang penyakit, dan perubahan aktivitas sehari-
hari. Proses penuaan yang terjadi seiring bertambahnya usia dapat mempengaruhi
seluruh organ tubuh manusia.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Persepsi kesehatan yang dapat menentukan kualitas hidup. Pemahaman
persepsi lansia tentang status kesehatan ensensial untuk pengkajian yang akurat dan
untuk pengembangan intervensi yang relevan secara klinis. Konsep lansia tentang
kesehatan umumnya bergantung pada persepsi pribadi terhadap kemampuan
fungsional. Karna itu, lansia yang terlibat dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
biasanya menganggap dirinya sehat sedangkan mereka yang aktivitasnya terbatas
karena kerusakan fisik, emosional atau sosial mungkin merasa dirinya sakit (Potter,
2016).

1. Perubahan Fisiologis
Perubahan fisiologis bervariasi pada setiap lansia perubahan fisiologis umum yang
diantisipasi pada lansia. Perubahan fisiologis ini bukan proses patologi. Perubahan ini
terjadi pada semua orang tetapi pada kecepatan yang berbeda dan bergantung keadaan
dalam kehidupan. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia yang dipengaruhi
oleh faktor kejiwaan sosial, ekonomi dan medik.
6
Perubahan tersebut akan terlihat dalam jaringan dan organ tubuh seperti kulit menjadi
kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian atau
menyeluruh, pendengaran berkurang, indra perasa menurun, daya penciuman
berkurang, tinggi badan menyusut karena proses osteoporosis yang berakibat pada
perubahan badan menjadi bungkuk, tulang menjadi keropos masa dan kekuatannya
berkurang dan mudah patah, elastisitas paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi
pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan
menjadi tekanan darah tinggi otot jantung bekerja tidak efisien, adanya penurunan
organ reproduksi, terutama pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat
terutama pada pria, serta seksualitas tidak terlalu menurun. Tak hanya fisik, berikut
beberapa perubahan fisiologis pada lansia seiring proses penuaan. Menurut Maryam
(2016), perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah

a. Perubahan fisik
 Sel
Perubahan sel pada lanjut usia meliputi : terjadinya penurunan jumlah sel, terjadi
perubahan ukuran sel, berkurangnya jumlah cairan dalam tubuh dan berkurangnya
cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati,
penurunan jumlah sel pada otak, terganggunya mekanisme perbaikan sel, serta otak
menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.

 Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler melibatkan jantung, pembuluh darah, dan komponen darah
yang bekerja sama menjalankan sirkulasi darah pembawa nutrisi dan oksigen ke
jaringan tubuh. Sistem ini sangat krusial dalam proses metabolisme tubuh. Seiring
pertambahan usia, pembuluh darah dan arteri menjadi lebih kaku. Kondisi ini bisa
disebabkan akibat penuaan atau gaya hidup tidak sehat yang dijalankan selama masa
muda. Akibatnya, jantung perlu lebih keras untuk memompa darah karena pembuluh
darahnya yang tidak elastis. Perubahan ini meningkatkan resiko hipertensi (tekanan
darah tinggi) dan masalah kardiovaskuler lainnya, seperti aterosklerosis atau penyakit
jantung.

7
Masalah jantung dapat muncul seiring usia yang menua

 Tulang dan Gigi


Pada proses penuaan ukuran dan kepadatan tulang akan semakin menyusut. Hal ini
membuatnya lebih lemah dan rentan terhadap masalah tulang itu sebabnya beberapa
lansia lebih rentan mengalami cedera ketika jatuh, seperti patah tulang. Kondisi ini
juga bisa disebabkan oleh osteoporosis yang umum terjadi pada orang tua. Tidak
hanya itu, penuaan juga dapat membuat gigi rentan terhadap kerusakan dan infeksi.

 Otot dan Sendi

Lansia kerap mengalami sakit pinggang karena penuaan yang terjadi

Para orang tua kerap mengeluhkan masalah otot dan sendi serta seiring usia yang
semakin menua. Hal ini kerana, bersamaan dengan bertambahnya waktu, otot dan
persendiaan juga mengalami penurunan daya tahan, kekuatan, hingga kelenturan.
Akibatnya kemampuan koordinasi, keseimbangan, dan stabilitas akan terpengaruh.

8
 Sistem pencernaan
Penuaan juga dapat menyebabkan perubahan struktur pada usus besar. Tidak
jarang bahwa lansia kerap kali mengalami sembelit atau sulit buang air besar. Tidak
hanya itu, faktor lain seperti kurang minum, kurang makan makanan berserat, dan
kurang banyak gerak juga turut mempengaruhi sistem pencernaan pada lansia. Selain
itu penyakit seperti diabetes, konsumsi obat-obatan dan suplemen zat gizi juga
meningkatkan resiko terkena sembelit pada lansia.

 Saluran kandung kemih


Proses penuaan juga menyebabkan otot-otot dasar panggul dan kandung kemih
melemah dan kurang elastis. Akibatnya banyak lansia jadi sering buang air kecil tak
jarang dari mereka juga kesulitan untuk menahan buang air kecil atau inkontinensia
urine.

 Daya ingat dan kemampuan berpikir

Penurunan daya ingat termasuk salah satu ciri penuaan

Salah satu sistem tubuh yang paling terdampak saat proses penuaan adalah daya
ingat dan kemampuan berpikir. Demensia dan Alzheimer adalah masalah penurunan
fungsi kognitif yang paling umum terjadi pada lansia.

 Mata dan Telinga


Seiring bertambahnya usia, anda akan mengalami penurunan penglihatan, menjadi
lebih sensitif terhadap cahaya hingga perubahan lensa mata yang dapat berujung pada
katarak. Selain mata, gangguan pendengaran pada lansia juga umum terjadi sehingga
9
kesulitan mengikuti percakapan sehari-hari. Menurunnya kemampuan pendengaran
karena usia disebut dengan presbikusis.

 Kulit
Perubahan fisik pada lansia yang paling kentara dengan kasatmata saat proses
penuaan terjadi adalah munculnya kerutan. Kondisi ini terjadi karena seiring
bertambahnya usia, kulit menjadi lebih tipis dan kurang elastis. Selain itu, penuaan
juga membuat jaringan lemak bawah kulit menjadi semakin berkurang dan lebih
rapuh. Berkurangnya jaringan lemak bawah kulit juga membuat produksi minyak
alami menurun sehingga kulit para orang tua terasa lebih kering.

 Organ Reproduksi
Organ reproduksi juga ikut terdampak pada proses penuaan. Pada wanita saat
memasuki masa menopause hormon estrogen akan semakin menurun bahkan hilang
secara alami. Inilah yang mengakibatkan vagina terasa kering sehingga mempengaruhi
kenyamanan dalam berhubungan seksual. Sementara itu, pada pria menua juga akan
mempengaruhi kemampuan ereksi. Impotensi dapat terjadi akibat penurunan hormon
testosteron. Kondisi ini membuat lansia pria kesulitan atau mempertahankan ereksi.

 Sistem Respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru-paru
tetapi volume cadangan paru-paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikan ruang
paru, udara yang mengalir ke paru-paru berkurang. Perubahan pada otot kartilago dan
sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan
peregangan toraks berkurang.

 Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh


Perubahan pada sistem pengaturan temperatur tubuh meliputi: pada pengaturan sistem
tubuh, hipotalamus dianggap bekerja sebagai thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu
tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya, perubahan yang
sering ditemui antara lain temperature suhu tubuh menurun (hipotermia) secara
fisiologik kurang lebih 35°C ini akan mengakibatkan metabolisme yang menurun.
Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
10
 Sistem Muskuloskletal
Perubahan pada sistem muskuloskletal meliputi : tulang kehilangan densitas
(cairan) dan semakin rapuh, kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terjadi kifosis,
gangguan gaya berjalan, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot,
serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban, otot kram dan menjadi
tremor, aliran darah ke otak berkurang sejalan dengan proses menua. Semua
perubahan tersebut dapat mengakibatkan kelambanan dalam gerak, langkah kaki yang
pendek, penurunan irama. Kaki yang tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih
cenderung gampang goyah perlambatan reaksi mengakibatkan seorang lansia susah
atau terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan terpeleset, tersandung kejadian
tiba-tiba sehingga memudahkan untuk jatuh. Sedangkan perubahan yang terjadi pada
sistem neurologis lansia menurut Darmojo (2017) yaitu adanya perubahan dari sistem
persarafan dapat dipicu oleh gangguan dari stimulasi dan inisiasi terhadap respon dan
pertambahan usia. Perubahan pada lansia dapat diasumsikan terjadi respon yang
lambat yang dapat menganggu dalam beraktivitas akan menurun disebabkan antara
lain motivasi, kesehatan, dan pengaruh dari lingkungan. Pada lansia yang mengalami
kemunduran dalam kemampuan mempertahankan posisi mereka dan menghindari
kemungkinan jatuh. terdapat kemampuan untuk mempertahankan posisi dipengaruhi
oleh tiga fungsi yaitu : keseimbangan (Balance), postur tubuh, kemampuan berpindah.
Adapun gangguan yang sering muncul pada lansia diantaranya dizziness, sinkop,
hipotermi dan hipertermi, gangguan tidur, delirium, dan dimensia. Salah satu bentuk
demensia pada lansia adalah Alzheimers disease yang penyebabnya belum diketahui.
Sedangkan menurut Kushariyadi (2015) perubahan yang terjad pada sistem neurologis
lansia adalah perubahan lansia dari cara bicara dan berkomunikasi, perubahan pola
tidur lansia, perubahan status mental, perubahan status memori, perubahan
kepribadian dan kehilangan keseimbangan (gangguan cara berjalan).

2. Perubahan Fungsional
Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial, kognitif, dan sosial.
Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan dengan penyakit dan
tingkat keparahannya yang akan mempengaruhi kemampuan fungsional dan
kesejahteraan seorang lansia. Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan
perilaku aman dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting untuk menentukan
11
kemandirian lansia perubahan yang mendadak dalam ADL merupakan tanda penyakit
akut atau perburukan masalah kesehatan.

3. Perubahan Kognitif
Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan gangguan
kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar neurotransmitter) ini terjadi pada
lansia yang mengalami gangguan kognitif maupun tidak mengalami gangguan
kognitif. Gejala gangguan kognitif seperti disorientasi, kehilangan keterampilan
berbahasa dan berhitung, serta penilaian yang buruk bukan merupakan proses penuaan
yang normal.

4. Perubahan psikososial
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan proses transisi
kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia seseorang, maka akan semakin
banyak pula transisi dan kehilangan yang harus dihadapi. Transisi hidup yang
mayoritas disusun oleh pengalaman kehilangan meliputi masa pensiun dan perubahan
keadaan finansial, perubahan peran dan hubungan, perubahan kesehatan, kemampuan
fungsional dan jaringan sosial. Menurut Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat
kaitannya dengan keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karean itu, lansia yang
memasuki masa-masa pensiun akan mengalami kehilangan-kehilangan sebagai berikut
:
 Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)
 Kehilangan status (jabatan / posisi, fasilitas)
 Kehilangan teman / kenalan atau relasi
 Kehilangan pekerjaan / kegiatan. Kehilangan ini erat kaitannya dengan beberapa
hal sebagai berikut :
 Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup (memasuki rumah
perawatan, pergerakan lebih sempit)
 Kemampauan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup meningkat
padahal penghasilan yang sulit, baiaya pengobatan bertambah
 Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik
 Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial
 Adanya gangguan saraf panca indra timbul kebutaan dan kesulitan

12
 Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
 Rangkaian kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga
 Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri)

C. KebutuhanSpiritualitas
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan rnemenuhi kewajiban agamas serta kebutuhan untuk
mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa
percaya denganTuhan. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan
hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk memberikan
dan mendapatkan maaf (Kozier, 2004).

Menginventarisasi 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia(Clinebell dalam


Hawari, 2002), yaitu :

1) Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara terus-
menerus diulang guna membangkitkankesadaran bahwa hidup ini adalah ibadah.
2) Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk menemukan makna
hidup dalam membangun hubungan yang selaras dengan Tuhannya (vertikal)
dan sesamamanusia (horisontal) serta alam sekitarnya.
3) Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannyadengan keseharian,
pengalaman agama integratif antara ritual peribadatan dengan pengalaman
dalam kehidupansehari-hari.
4) Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan
hubungan dengan Tuhan, tujuannya agarkeimanan seseorang tidak melemah.
5) Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. rasa bersaiah dan berdosa ini
merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik bagi kesehatan jiwa
seseorang. Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu pertama secara vertikal
adalah kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah, dan berdosa kepada
Tuhan.Kedua secara horisontal yaitu bebas dari rasa bersalah kepada orang lain
6) Kebutuhanakanpenerimaandiridanhargadiri(selfacceptancedan self esteem),
setiap orang ingin dihargai, diterima, dan diakui oleh lingkungannya.
7) Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan
masa depan. Bagi orang beriman hidup ini adadua tahap yaitu jangka pendek
13
(hidup di dunia) dan jangka panjang (hidup di akhirat). Hidup di dunia sifatnya
sementara yangmerupakan persiapan bagi kehidupan yang kekal di akhirat nanti.
8) Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi sebagai
pribadi yang utuh. Di hadapan Tuhan, derajat atau kedudukan manusia
didasarkan pada tingkat keimanan seseorang. Apabila seseorang ingin agar
derajatnya lebihtinggi dihadapan Tuhan maka dia senantiasa menjaga dan
meningkatkan keimanannya.
9) Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama manusia.
Manusia hidup saling bergantung satu sama lain. Oleh karena itu, hubungan
dengan orang disekitarnya senantiasa dijaga. Manusia juga tidak dapat
dipisahkan dari lingkungan alamnya sebagai tempat hidupnya. Oleh karena itu
manusiamempunyai kewajiban untuk menjaga dan melestarikan alam ini.
10) Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilai- nilai
religius. Komunitas keagamaan diperlukan oleh seseorang dengan sering
berkumpul dengan orang yangberiman akan mampu meningkatkan iman orang
tersebut.

D. Pola Normal Spiritual


Dimensi spiritual adalah sesuatu yang terintegrasi dan berhubungan dengan
dimensi yang lain dalam diri seorang individu. Spiritualitas mewakili totalitas
keberadaan seseorang dan berfungsi sebagai perspektif pendorong yang
menyatukan berbagai aspek individual. Dimensi spiritual merupakan salah satu
dimensi penting yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada seorang klien. Keimanan atau keyakinan religius adalah
sangat penting dalam kehidupan personal individu. Keyakinan tersebut diketahui
sebagai suatu faktor yang kuatdalam penyembuhan dan pemulihan fisik
(Hamid,2000).
Oleh karena itu, menjadi suatu hal penting bagi perawat untuk meningkatkan
pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat memberikan asuhan
spiritual dengan baik kepada klien. Setiap individu memiliki definisi dan
konsep yang berbeda mengenai spiritualitas. Kata-kata yang digunakan untuk
menjabarkan spiritualitas termasuk makna, transenden, harapan, cinta,kualitas,
hubungan, dan eksistensi (Potter & Perry, 2005).

14
Setiap individu memiliki pemahaman tersendiri mengenai spiritualitas
karena masing - masing memiliki cara pandang yang berbeda mengenai hal
tersebur. Perbedaan definisi dan konsep spiritualitas dipengaruhi oleh budaya,
perkembangan, pengalaman hidup seseorang, serta persepsi mereka tentang
hidup dan kehidupan. Pengaruh tersebut nantinya dapat mengubahpandangan
seseorang mengenai konsep spiritulitas dalam dirinya sesuai dengan pemahaman
yang ia miliki dan keyakinan yang ia pegang teguh (Hawari, 2002).
Konsep spiritual memiliki arti yang berbeda dengan konsep religius.
Banyak perawat dalam praktiknya tidak dapat membedakan kedua konsep
tersebut karena menemui kesulitan dalam memahami keduanya. Kedua hal
tersebut memang sering digunakan secara bersamaan dan saling berhubungan satu
sama lain. Konsep religius biasanya berkaitan dengan pelaksanaan suatu kegiatan
atau proses melakukan suatu tindakan. Konsep religius merupakan suatu sistem
penyatuan yang spesifik mengenai praktik yang berkaitan bentuk ibadah tertentu.
Emblen dalam Potter dan Perry mendefinisikan religi sebagai suatu sistem
keyakinan dan ibadah terorganisasi yang dipraktikan seseorang secara jelas
menunjukkanspiritualitas mereka (Hawari, 2002)

E. Perkembangan AspekSpiritual
Perawat yang bekerja di garis terdepan harus mampu memenuhi semua
kebutuhan manusia termasuk juga kebutuhan spiritual klien. Berbagai cara
dilakukan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien mulai dari pemenuhan
makna dan tujuan spiritual sampai dengan memfasilitasi klien untuk
mengekspresikan agama dan keyakinannya. Pemenuhan aspek spiritual pada klien
tidak terlepas dari pandangan terhadap lima dimensi manusia yang harus
dintegrasikan dalam kehidupan. Lima dimensi tersebut yaitu dimensi fisik,
emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Dimensi-dimensi tersebut berada
dalam suatu sistem yang saling berinterksi, interrelasi, dan interdepensi, sehingga
adanya gangguan pada suatu dimensidapat mengganggu dimensi lainnya (Carson,
2002)
Perawat harus mengetahui tahap perkembangan spiritual dari manusia,
sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan tepat dalam
rangka memenuhi kebutuhan spiritual klien. Tahap perkembangan klien dimulai
dari lahir sampai klien meninggal dunia. Perkembangan spiritual manusia dapat
15
dilihat dari tahap perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, pra sekolah,
usia sekolah, remaja, desawa muda, dewasa pertengahan, dewasaakhir dan lanjut
usia. Secara umum tanpa memandang aspek tumbuh- kembang manusia proses
perkembangan aspek spiritual dilhat dari kemampuan kognitifnya dimulai dari
pengenalan, internalisasi, peniruan, aplikasi dan dilanjutkan dengan instropeksi.
Namun, berikut akan dibahas pula perkembangan aspek spiritualberdasarkan
tumbuh-kembang manusia (Carson, 2002).

F. Peran Perawat Dalam Pemenuhan KebutuhanSpiritual


Menurut Undang-undang Kesehatan No.23 tahun 1992 bahwa Perawat adalah
mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui
pendidikan keperawatan. Aktifitas keperawatan meliputi peran dan fungsi
pemberian asuhan atau pelayanan keperawatan, praktek keperawatan, pengelolaan
institusi keperawatan, pendidikan klien (individu, keluarga dan masyarakat) serta
kegiatan penelitiandibidang keperawatan (Gaffar, 1999).
Dalam hal ini klien dianggap sebagai tokoh utama (central figure) dan
menyadari bahwa tim kesehatan pada pokoknya adalah membantu tokoh
utama tadi. Usaha perawat menjadi sia-sia bila klien tidak mengerti, tidak
menerima atau menolak atas asuhan keperawatan, karenanya jangan sampai
muncul klien tergantung pada perawat/tim kesehatan. Jadi pada dasarnya
tanggung jawab seorang perawat adalah menolong klien dalam membantu
klien dalam menjalankan pekerjaan-pekerjaanyang biasanya dia lakukan tanpa
bantuan..
Perawat dapat melakukan beberapa hal yang dapat membantu kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan klien, diantaranya : Menciptakan rasa kekeluargaan
dengan klien, berusaha mengerti maksud klien, berusaha untuk selalu peka
terhadap ekspresi non verbal, berusaha mendorong klien untuk
mengekspresikan perasaannya, berusaha mengenaldan menghargai klien.
Mengingat perawat merupakan orang pertama dan secara konsisten selama 24 jam
sehari menjalin kontak dengan pasien, sehingga dia sangat berperan dalam
membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Menurut Andrew dan Boyle
(2002) pemenuhan kebutuhan spiritual memerlukan hubungan interpersonal, oleh
karena itu perawat sebagai satu- satunya petugas kesehatan yang berinteraksi
16
dengan pasien selama 24
jammakaperawatadalahorangyangtepatuntukmemenuhikebutuhan spiritual pasien.
Kebutuhan spiritual klien sering ditemui oleh perawat dalam menjalankan
perannya sebagai pemberi pelayanan atau asuahn keperawatan. Hal ini perawat
menjadi contoh peran spiritual bagi klienya. Perawat harus mempunyai pegangan
tentang keyakianan spiritual yang memenuhi kebutuhanya untuk mendapatkan arti
dan tujuan hidup, mencintai, dan berhubungan serta pengampunan (Hamid,2000).

Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari
peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien, pendidik,
koordinator, kolaborator, konsultan, dan peneliti yangdapat digambarkan sebagai
berikut (Hidayat, 2008):
a) Peran Sebagai Pemberi AsuhanKeperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat
dengan memperhatikan keadaan kebutuhan keadaan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan
tindakanyangsesuaidengankebutuhandasarmanusia,kemudian dapat
dievaluasi tingkat perkembangannya.
b) Peran Sebagai AdvokatKlien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada klien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasian yang meliputi hak atas
peleyanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak
atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri danhak untuk
menerima ganti rugi akibat kelalaian.

c) PeranEdukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit, bahkan tindakan yang diberikan,

17
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah mendapatkan
pendidikan kesehatan.
d) PeranKoordinator
Peran ini dilaksakan dengan mengarahkan, merencanakan, serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien.
e) PeranKolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalaui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fiisoterapis, ahli gizi dan lain-lain
bdengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi, atau bertukar pendapat dalam bentuk
pelayananselanjutnya.
f) PeranKonsultan Peran perawat sebagai konsultan adalah sebagai
tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat
untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap
informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yangdiberikan.
g) PeranPembaharu Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan
mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan
terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

18
ASUHAN KEPERAWATAN DISTRESS SPIRITUAL

A. Identitas
Identitas klien Hal yang perlu dikaji pada identitas klien adalah nama, alamat,
jenis kelamin, umur, status, agama, suku, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan,
sumber pendapatan, tempat tinggal sekarang, lama tinggal.
1. Riwayat Kesehatan
a) Status kesehatan saat ini Keluhan yang dirasakan klien, faktor pencetus,
waktu timbulnya keluhan, kondisi yang memperingan dan memperberat
keluhan, upaya yang telah dilakukan klien untuk mengatasi
masalah.Riwayat kesehatan masa lalu Mengkaji apakah klien pernah
mengalami masalah gangguan distress spiritual . Penyakit yang pernah
diderita, riwayat jatuh/kecelakaan, riwayat pemakaian obat, riwayat alergi
obat.
b) Riwayat Kesehatan Keluarga Bertanya kepada klien apakah keluarga
memiliki riwayat masalah gangguuan distress spiritual .
B. Pengkajian
a) keyakinan dan makna
penting untuk mempelajari tentang filosifi hidup seseorang ,perspektif
spritualitasnya ,dan apakah pandangan spritualitasnya sebagai bagian dari
kehidupanya secara keseluruhan .tanyakan kepada klien ,dapatkah anda
katakana kepadanya tentang filosofi hidup anda ?jelaskan kepada saya apa
yang palig penting dalam hidup anda? katakana kepada saya apa yang
telah memberi makna hidup anda?informasi ini dapat membantu perawat
untuk menggali focus spiritual klien dan dampak penyakit pada kehidupan
seseorang .suatu pemahaman tentang keyakinan dan makna yang
mencerminkan sumber spiritual seseorang memudahkan dalam mengatasi
kejadian traumatic atau yang menyulitkan.
b) Autoritas dan pembimbing
Autoritas dapat berupa yang maha kuasa ,pembuka agama ,keluarga ,atau
teman ,diri sendri suatu otoritas memandu seseorang dalam mengakui
keyakinan dan megalami pertumbuhan .perawat dapat mengkaji sumber
autoritas dan pedoman seseorang dengan menanyakan klien ,apa yang
memberi anda kekuatan dari dalam ?kepada anda mencari bantuan untuk
pedoman dalam hidup anda?
c) pengalaman dan emosi
pengkajian spiritual yang mencakup tinjauan tentang riwayat seseorang
dengan dan kepastian pengalaman keagamaan dan apakah pengalaman
tersebut terjadi mendadak atau bertahap.perawat dapat menanyakan
pernahkan anda mempunyai pengalaman keagamaan atau spiritual yang
membuat berbeda dalam anda menjalani hidup?perawat menggali emosi
atau suasana hati seperti kebahagiaan,damai,marah,rasa bersalah,harapan
atau rasa malu yang berkaitan dengan pengalaman keagamaan .informasi

19
tersebut dapat menunjukan makna spritualitas yang dianut dan apakah
perasaan tersebut menyatu kedalam atau ditolak oleh keyakinan klien.

d) persahabatan dan komunitas


pengkajian holistic perawat menggali keluasan jaringan dukungan
seseorang dan hubungan mereka dengan klien.apakah klien mempunyai
satu hubungan persahabtan atau lebih?tingkat dukungan apa yang diterima
dari komunitas ini ?bagaimana komunitas mengekspresikan perasaan
tentang perhatian dan persahabatan ?perawat ingin mempelajari apakah
terdapat keterbukaan diantara klien dan individu tersebut dengan siapa
klien membentuk persahabatan
e) ritual dan ibadat
klien yang beragama islam mungkin berkeiginan untuk memadukan ritual
sembayang mereka kedalam rutinitas perawatan kesehatan.ketika
kematian klien sudah dekat ,sangat penting artinya untuk mengetahui
apakah praktik keagamaan harus dilakukan untuk memastikan ketenangan
jiwa bagi klien dan keluarganya.
f) dorongan dan pertumbuhan
pengkajian mencakup tinjauan apakah klien membiarkan keyakinan lama
terpendam dengan harapan bahwa keyakinan baru akan muncul.hal ini
penting karena kehilangan dapat menyebabkan keputusasaan ,jika
penyakit membuat seseorang lebih bergantung .dapatkah sumber baru
muncul/
g) panggilan dan konsekuensi
individu mengekpresikan spritualtas mereka pada rutinitas pekerjaan
sehari-hari ,pekerjaan ,hubungan,dan bidang lainya.hal tersebut menjadi
panggilan dalam hidup dan menjadi bagian dari identitas mereka.perawat
mengkaji apakah dalam mengkaji penyakit ,klien kehilangan kemampuan
untuk mengekspresikan rasa keterhubungan dengan sesuatu yang lebih
besar darinya.
C. Pengkajian Kebutuhan Spiritual
1. Pengkajian data subjektif
Pedoman pengkajian spiritual yang disusun oleh Stoll dalam Craven dan Hirnle
(2016) mencakup empat area, yaitu :
a) Konsep tentang Tuhan atau KeTuhanan
b) Sumber harapan dan kekuatan
c) Praktik agama dan ritual
Hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan. Pertanyaan
yang dapat diajukan perawat untuk memperoleh informasi tentang pola
fungsi spiritual klien

20
2. Pengkajian data objektif
Pengkajian data objektif dilakukan melalui pengkajian klinis yang meliputi
pengkajian afek dan sikap, perilaku, verbalisasi, hubungan interpersonal, dan
lingkungan. Pengkajian data objektif terutama dilakukan melalui observasi.
Perawat perlu mengobservasi aspek berikut ini untuk mendapatkan data objektif
atau data klinis.
3. Afek dan sikap
Apakah klien tamoak sendiri, depresi, marah, cemas, agitasi, apatis, atau
khusyuk?
4. Perilaku
Apakah klien tampak berdoa sebelum makan atau pada waktu lain atau membaca
kitab suci atau buku keagamaan? Apakah klien mengalami mimpi buruk dan
gangguan tidur atau mengekspresikan rasa marah terhadap perwakilan keagamaan
atau terhadap Tuhan?
5. Verbalisasi
Apakah klien menyebutkan Tuhan atau Yang Maha Kuasa, doa-doa, keyakinan,
rumah ibadah atau topik-topik keagamaan? Apakah klien pernah minta dikunjungi
oleh pemuka agama? Atau apakah klien mengekspresikan rasa takutnya terhadap
kematiaanya?
D. Hubungan interpersonal
 Siapa yang berkunjung?
 Bagaimana respon klien terhadap pengunjung?
 Apakah pemuka agama dapat mengunjungi klien?
 Bagaimana klien berhubungan dengan klien yang lain dan juga dengan personel
keperawatan?
1. Lingkungan
 Apakah klien memiliki Alquran, Injil, Taurat, atau Kitab Suci yang lain, literatur
keagamaan, liontin keagamaan untuk kesembuhan dalam ruangan?
 Apakah klien menerima kiriman tanda simpati dari unsur keagamaan dan apakah
klien memakai tanda keagamaan (misalnya memakai jilbab)? Pada umumnya
karakteristik klien yang berpotensi mengalami distress spiritual adalah sebagai
berikut :

21
1) Klien yang tampak kesepian dan sedikit pengunjung
2) Klien yang mengekspresikan rasa takut dan cemas
3) Klien yang mengekspresikan keraguan tentang sistem kepercayaan /
agama
4) Klien yang mengekspresikan rasa takut terhadap kematian
5) Klien yang akan dioperasi
6) Penyakit yang berhubungan dengan emosi atau implikasi sosial dan agama
7) Mengubah gaya hidup
8) Preokupasi tentang hubungan agama dan kesehatan
9) Tidak dapat dikunjungi oleh pemuka agama
10) Tidak mampu atau menolak melakukan ritual spiritual
11) Memverbalisasikan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan hukuman
dari Tuhan
12) Mengekspresikan kemarahannya terhadap Tuhan
13) Mempertanyakan rencana terapi karena bertentangan dengan keyakinan
agama
14) Menghadapi sakratulmaut

22
Diagnosa Keperawatan

1. Distres spiritual b/d kondis penyakit kronis


2. Keputusasaan b/d penurunan kondisi fisiologis

NO SDKI SLKI SIKI


.
1. Distres spiritual Status Spiritual (L.09091) Dukungan Spiritual (I.09276)
b/d kondisi 1. Verbalisasimaknadantujuanhid
penyakit kronis upmeningkat Observasi
(D.0082) 2. Verbalisasikepuasanterhadapm 1. Identifikasiperasaankhawatir,
aknahidupmeningkat kesepian, danketidakberdayaan
3. Verbalisasipercayapada orang 2. Identifikasipandangantentanghubun
lain meningkat ganantara spiritual dankesehatan
4. PerilakumarahpadaTuhanmenu 3. Identifikasiketaatandalamberagama
run
5. Verbalisasimenyalahkandirisen Terapeutik
dirimenurun 1. Berikankesempatanmengekspresika
6. Kemampuanberibadahmembaik nperasaantentangpenyakitdankemat
ian
2. Berikankesempatanmengekspresika
ndanmeredakanmarahsecaratepat
3. Sediakanprivasidanwaktutenangunt
ukaktivitas spiritual
4. Diskusikankeyakinantentangmakna
dantujuanhidup, jikaperlu
5. Fasilitasimelakukankegiatanibadah

Edukasi
1. Anjurkanberinteraksidengankeluarg
a, teman, dan/atau orang lain
2. Anjurkanmetoderelaksasi, meditasi,
danimajinasiterbimbing

Kolaborasi
1. Aturkunjungandenganrohaniawan
(mis. ustadz, pendeta, room, biksu)
2. Keputusasaan Penerimaan (L.09082) Observasi :
b/d penurunan 1. Verbalisasi penerimaan - Identifikasi fungsi marah, frustasi,
kondisi meningkat dan amuk bagi pasien
fisiologis 2. Verbalisasi perasaan yang - Identifikasi hal yang telah memicu
(D.0088) dialami meningkat emosi
3. Perilaku sesuai perasaan yang Terapeutik :
dialami meningkat - Fasilitasi mengungkapkan perasaan
4. Kemampuan menghargai diri cemas, marah, atau sedih
sendiri meningkat - lakukan sentuhan untuk memberikan
5. Hubungan positif meningkat dukungan
6. Kemampuan menyesuaikan diri - kurangi tuntutan berpikir saat sakit
meningkat atau lelah

23
7. Pembuatan keputusan Edukasi :
meningkat - anjurkan mengungkapkan perasaan
8. Ketergantungan pada orang lain yang dialami
menurun - anjurkan mengungkapkan
9. Perasaan kesepian menurun pengalaman emosional sebelumnya
dan pola respon yang biasa
digunakan
kolaborasi :
- rujuk untuk konseling, jika perlu

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses penuaan adalah perubahan biologis, fisiologis (fungsi tubuh), psikologis,


perilaku sosial, dan lingkungan yang alamiah terjadi pada seluruh makhluk hidup,
termasuk manusia. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia yaitu
perubahan fisiologis, perubahan fisik, perubahan mental, perubahan psikososial,
perubahan kognitif.
Pada lansia, kebutuhan spiritual sangat diperlukan. Kebutuhan spiritual merupakan
kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan rnemenuhi
kewajiban agamas serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan,
mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya denganTuhan.

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan bagi mahasiswa serta
diharapkan makalah ini bermanfaat bagi seluruh masyarakat yang membaca.

25
DAFTAR PUSTAKA
PROBLEM PSIKOSPIRITUAL LANSIA DAN SOLUSINYA DENGAN BIMBINGAN
PENYULUHAN ISLAM ( Studi Kasus Balai Pelayanan Sosial Cepiring Kendal ) Mei
Fitriani Penyuluh Agama Tetap Non PNS Kabupaten Pemalang Email :
meyfitrianie@gmail.com tampak mengecil , perut membesar dan tampak membuncit ,
pinggul. (n.d.). 70–95.
Ii, B. A. B., Kebutuhan, K., & Manusia, D. (n.d.). No Title. 6–42.
Ii, B. A. B., Lanjut, A. U., & Lanjut, P. U. (2008). No Title.
Lansia, D. (2012). No Title. 7–65.
Sitanggang, Y. F., Frisca, S., Sihombing, R. M., Koerniawan, D., Tahulending, P. S.,
Febrina, C., Purba, D. H., Saputra, B. A., Rahayu, D. Y. S., & Paula, V. (2021).
Keperawatan Gerontik. Yayasan Kita Menulis.
Tegar, A., Prakoso, S., Malang, P. K., Besar, J., & Malang, I. C. (2014). GAMBARAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PADA LANJUT USIA ( Description Of
Spiritual Needs On Elderly ). 1(3), 196–200.
https://doi.org/10.26699/jnk.v1i3.ART.p236-239

26
27

Anda mungkin juga menyukai