Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN GERONTIK

QUALITY OF LIFE IN ELDERLY

Disusun oleh :

kelompok 6

1. Aldi kurniawan efendi


2. Miftahul husna
3. Sri pertama dewi
4. Wahyu mustika rani
5. Windi vellya melati

S1 keperawatan 4B
Dosen pembimbing : Ns. Dewi kurniawati, S. kep, MS

UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR


YARSI SUMATERA BARAT
TP : 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kita begitu banyak Nikmat dan Rahmat-Nya, sehingga dengan
nikmatnya itu penulis bisa menyelesaikan tugas makalah ini.Shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada baginda Rasullulah SAW,yang telah menuntun kita pada
jalan kebenaran dan semoga kita selalu menjadi pengikutnya hingga akhir
zaman,Amin.Makalah ini berisikan tentang “QUALITY OF LIFE IN
ELDERLY”

Kami berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah pemahaman bagi
pemakalah ataupun pembacanya.Penulis menyadari bahwa makalah yang kami buat
ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir harapan dari penulis agar makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Bukittinggi, 28 November 2021


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Quality of life adalah istilah yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan.
Kesejahteraan menggambarkan seberapa baik perasaan seseorang terhadap
lingkungan mereka dan secara kolektif perasaan ini dapat dianggap sebagai
quality of life. Istilah quality of life digunakan untuk mengevaluasi kesejahteraan
individu dan masyarakat secara umum. Istilah ini digunakan dalam berbagai
konteks termasuk bidang peembangunan internasional, kesehatan dan ilmu
politik. Quality of life tidak sama dengan konsep standar hidup, yang didasarkan
terutama pada pendapatan. Sebaliknya, indicator standar quality of life meliputi
tidak hanya kekayaan dan lapangan kerja,, tetapi juga membangun lingkungan,
kesehatan fisik dan mental, pendidikan, rekreasi, dan waktu senggang, dan hak
untuk bersosial.
Jumlah populasi dan umur harapan hidup lanjut usia (lansia) semakin
meningkat akibat perbaikan dari pelayanan kesehatan masyarakat dan intervensi
kedokteran. Dengan meningkatnya usia, terdapat perubahan dalam struktur
anatomik, terlihat dengan terjadinya kemunduran sel-sel yang selanjutnya akan
mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan seperti
kelemahan organ dan kemunduran fisik, akibat degenerasi jantung, paru-paru,
tulang, otot, pembuluh darah, sistem saraf, dan fungsi panca indera serta
timbulnya berbagai macam penyakit seperti penyakit arthritis, atherosclerosis,
osteoporosis dan penyakit degeneratif lainnya. Maka sangatlah penting untuk
memperbaiki kualitas hidup lansia, agar lansia dapat menikmati hari tuanya
dengan lebih baik dan selalu sehat, sehingga menghasilkan lansia yang hebat dan
berkualitas.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang di maksud dengan quality of life?
2. Apa saja penurnan yang terjadi pada lansia?
3. Apa saja komponen kualitas hidup?
4. Apasaja Faktor – factor yang mempengaruhi quality of life pada lansia?
C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian quality of life


2. Untuk mengetahui penurnan yang terjadi pada lansia
3. Untuk mengetahui komponen kualitas hidup
4. Untuk mengetahui Faktor – factor yang mempengaruhi quality of life pada
lansia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Quality Of Life


Menurut WHO (1994), quality of life (QOL) didefinisikan sebagai persepsi
individu terhadap posisi mereka dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan
sistem nilai di mana mereka hidup dan dalam kaitannya dengan tujuan mereka,
harapan, standar dan perhatian mereka.
QOL merupakan suatu produk yang dihasilkan dari interaksi sejumlah
faktor-faktor yang berbeda, seperti sosial, kesehatan, ekonomi, dan kondisi
lingkungan, yang secara kumulatif, juga dengan cara-cara yang belum diketahui,
berinteraksi untuk mempengaruhi pembangunan manusia dan sosial di tingkat
individu dan masyarakat (United Nations Glossary 2009).
Menurut Donald (2001), Kualitas hidup mendeskripsikan istilah yang
merujuk pada emosional, sosial dan kesejahteraan fisik seseorang juga
kemampuan mereka untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Dari beberapa pengertian diatas, disimpulkan bahwa QOL merupakan hasil
dari interaksi beberapa factor, seperti: social-budaya, ekonomi, kesehatan fisik
maupun emosional, yang mempengaruhi individu untuk menjalankan fungsinya
sehari-hari.

B. Penurunan yang terjadi Pada Lansia


Menurut Hardywinoto (2005), Penurunan yang terjadi pada lansia terdiri dari:
1. Perubahan kondisi fisik pada lansia
a. Penurunan jumlah sel, cairan tubuh serta cairan intraselular. Protein dalam
otak, ginjal, otot, hati serta dan darah akan berkurang, mekanisme
perbaikan sel menjadi terganggu, terjadi atrofi pada otak, berat otak
berkurang 5 – 10 %.
b. Pada sistem persarafan lansia, lansia menjadi lambat dalam merespon
sesuatu, saraf pancaindra mengecil.
c. Sistem pendengaran pada lansia menurun ditandai dengan hilangnya daya
pendengaran pada telinga dalam.
d. Terjadi sklerosis pupil dan hilangnya respon sinar bisa menyebabkan
penglihatan lansia menjadi berkurang.
e. Pada sistem kardiovaskuler, jantung sudah tidak bisa memompa darah
secara optimal.
f. Pada sistem pengaturan temperatur tubuh, tubuh seorang lansia sudah
tidak bisa memproduksi panas yang maksimal. Ha ini menyebabkan
aktifitas otot menjadi berkurang.
g. Sistem pernafasan yang menurun ditandai dengan hilangnya elastisitas
paru – paru.
h. Pada sistem gastrointestinal, lansia akan kehilangan gigi, indra pengecap
menurun, fungsi absorpsi akan mengalami penurunan.
i. Sekresi lendir vagina pada lansia perempuan akan berkurang. Produksi
testis pada lansia laki – laki semakin menurun. Produksi hormon pada
lansia akan menurun.
j. Hilangnya jaringan lemak pada lansia menyebabkan kulit keriput pada
lansia. Rambut pada lansia akan semakin tipis serta terjadi perubahan
warna yaitu menjadi lebih kelabu.
2. Perubahan psikologis
Perubahan psikologis pada lansia dipengaruhi oleh keadaan fisik lansia yang
mengalami penurunan, kondisi kesehatan pada lansia, tingkat pendidikan pada
lansia, keturunan (hereditas), serta kondisi lingkungan dimana lansia berada.
Perubahan psikologis pada lansia adalah kenangan (memory) serta IQ
(Intellgentia Quantion) yakni kemampuan verbal lansia, penampilan lansia,
persepsi lansia serta ketrampilan psikomotor lansia menjadi berkurang.
3. Perubahan psikososial
Lansia akan mengalami penurunan tingkat kemandirian dan psikomotor.
Tingkat kemandirian yakni kemampuan lansia untuk melakukan sesuatu.
Fungsi psikomotor yakni meliputi gerakan, tindakan, serta koordinasi. Adanya
penurunan fungsi pada tingkat kemandirian serta psikomotor menyebabkan
lansia mengalami suatu perubahan dari sisi aspek psikososial. Hal ini tentunya
dikaitkan dengan kepribadian lansia
C. Komponen Kualitas Hidup
Beberapa literatur menyebutkan kualitas hidup dapat diklasifikasikan kedalam
beberapa komponen yaitu :
1. University of Toronto (2004)
Beberapa literatur menyebutkan kualitas hidup dapat dibagi dalam 3 bagian
yaitu internal individu, kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungan),
dan harapan (prestasi dan aspirasi individu).
a. Internal individu
Internal individu dalam kualitas hidup dibagi 3 yaitu secara fisik,
psikologis, dan spiritual. Secara fisik yang terdiri dari kesehatan fisik,
personal higienis, nutrisi, olahraga, pakaian, dan penampilan fisik secara
umum.Secara psikologis yang terdiri dari kesehatan dan penyesuaian
psikologis, kesadaran, perasaan, harga diri, konsep diri, dan kontrol
diri.Secara spiritual terdiri dari nilai-nilai pribadi dan kepercayaan
spiritual.
b. Kepemilikan
Kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungannya) dalam kualitas
hidup dibagi dua yaitu secara fisik dan sosial.Secara fisik yang terdiri dari
rumah, tempat kerja/sekolah, secara sosial terdiri dari tetangga/lingkungan
dan masyarakat, keluarga, teman/rekan kerja, lingkungan dan masyarakat.
c. Harapan
Harapan (prestasi dan aspirasi individu) dalam kualitas dapat dibagi dua
yaitu secara praktis dan secara pekerjaan.Secara praktis yaitu rumah
tangga, pekerjaan, aktivitas sekolah atau sukarela dan pencapaian
kebutuhan atau sosial. Secara pekerjaan yaitu aktivitas peningkatan
pengetahuan dan kemampuan serta adaptasi terhadap perubahan dan
penggunaan waktu santai, aktivitas relaksasi dan reduksi stress
2. World Health Organization Quality Of Life
World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) membagi kualitas
hidup dalam enam domain yaitu fisik, psikologis, tingkat kebebasan,
hubungan sosial, lingkungan, spiritual, agama atau kepercayaan seseorang
(WHO, 1998).
a. Domain I (fisik)
WHOQOL membagi domain fisik pada tiga bagian, yaitu:
1) Nyeri dan ketidaknyamanan
Aspek ini mengeksplor sensasi fisik yang tidak menyenangkan yang
dialami individu, dan selanjutnya berubah menjadi sensasi yang
menyedihkan dan mempengaruhi hidup individu tersebut. Sensasi
yang tidak menyenangkan meliputi kekakuan, sakit, nyeri dengan
durasi lama atau pendek, bahkan penyakit gatal juga
termasuk.Diputuskan nyeri bila individu mengatakan nyeri, walaupun
tidak ada alasan medis yang membuktikannya (WHO, 1998)
2) Tenaga & lelah
Aspek ini mengeksplor tenaga, antusiasme dan keinginan individu
untuk selalu dapat melakukan aktivitas sehari-hari, sebaik aktivitas
lain seperti rekreasi. Kelelahan membuat individu tidak mampu
mencapai kekuatan yang cukup untuk merasakan hidup yang
sebenarnya.Kelelahan merupakan akibat dari beberapa hal seperti
sakit, depresi, atau pekerjaan yang terlalu berat
3) Tidur dan istirahat
Aspek ini fokus pada seberapa banyak tidur dan istirahat. Masalah
tidur termasuk kesulitan untuk pergi tidur, bangun tengah malam,
bangun di pagi hari dan tidak dapat kembali tidur dan kurang segar
saat bangun di pagi hari.
b. Domain II (psikologis)
WHOQOL membagi domain psikologis pada lima bagian, yaitu:
1) Perasaan positif
Aspek ini menguji seberapa banyak pengalaman perasaan positif
individu dari kesukaan, keseimbangan, kedamaian, kegembiraan,
harapan, kesenangan dan kenikmatan dari hal-hal baik dalam hidup.
Pandangan individu, dan perasaan pada masa depan merupakan bagian
penting dari segi ini
2) Berpikir, belajar, ingatan, dan konsentrasi
Aspek ini mengeksplor pandangan individu terhadap pemikiran,
pembelajaran, ingatan, konsentrasi dan kemampuannya dalam
membuat keputusan.Hal ini juga termasuk kecepatan dan kejelasan
individu memberikan gagasan
3) Harga Diri
Aspek ini menguji apa yang individu rasakan tentang diri mereka
sendiri. Hal ini bisa saja memiliki jarak dari perasaan positif sampai
perasaan yang ekstrim negatif tentang diri mereka sendiri.Perasaan
seseorang dari harga sebagai individu dieksplor.Aspek dari harga diri
fokus dengan perasaan individu dari kekuatan diri, kepuasan dengan
diri dan kendali diri
4) Gambaran diri dan Penampilan
Aspek ini menguji pandangan individu dengan tubuhnya.Apakah
penampilan tubuh kelihatan positif atau negatif.Fokus pada kepuasan
individu dengan penampilan dan akibat yang dimilikinya pada konsep
diri. Hal ini termasuk perluasan dimana apabila ada bagian tubuh yang
cacat akan bisa dikoreksi misalnya dengan berdandan, berpakaian,
menggunakan organ buatan dan sebagainya
5) Perasaan Negatif
Aspek ini fokus pada seberapa banyak pengalaman perasaan negatif
individu, termasuk patah semangat, perasaan berdosa, kesedihan,
keputusasaan, kegelisahan, kecemasan, dan kurang bahagia dalam
hidup.Segi ini termasuk pertimbangan dari seberapa menyedihkan
perasaan negatif dan akibatnya pada fungsi keseharian individu
c. Domain III (tingkat kebebasan)
WHOQOL membagi domain tingkat kebebasan pada empat bagian, yaitu:
1) Pergerakan
Aspek ini menguji pandangan individu terhadap kemampuannya untuk
berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bergerak di sekitar rumah,
bergerak di sekitar tempat kerja, atau ke dan dari pelayanan
transportasi
2) Aktivitas sehari-hari
Aspek ini mengeksplor kemampuan individu untuk melakukan
aktivitas sehari-hari.Hal ini termasuk perawatan diri dan perhatian
yang tepat pada kepemilikan. Tingkatan dimana individu tergantung
pada yang lain untuk membantunya dalam aktivitas kesehariannya
juga berakibat pada kualitas hidupnya.
3) Ketergantungan pada pengobatan atau perlakuan
Aspek ini menguji ketergantungan individu pada medis atau
pengobatan alternatif (seperti akupuntur dan obat herba) untuk
mendukung fisik dan kesejahteraan psikologisnya. Pengobatan pada
beberapa kasus dapat berakibat negatif pada kualitas hidup individu
(seperti efek samping dari kemoterapi) di saat yang samapada kasus
lain menambah kualitas hidup individu (seperti pasien kanker yang
menggunakan pembunuh nyeri).
4) Kapasitas Pekerjaan
Aspek ini menguji penggunaan energi individu untuk bekerja.Bekerja
didefenisikan sebagai aktivitas besar dimana individu
disibukkan.Aktivitas besar termasuk pekerjaan dengan upah, pekerjaan
tanpa upah, pekerjaan sukarela untuk masyarakat, belajar dengan
waktu penuh, merawat anak dan tugas rumah tangga.
d. Domain IV (Hubungan Sosial)
WHOQOL membagi domain hubungan sosial pada tiga bagian, yaitu:
1) Hubungan perorangan
Aspek ini menguji tingkatan perasaan individu pada persahabatan,
cinta, dan dukungan dari hubungan yang dekat dalam kehidupannya.
Aspek ini termasuk pada kemampuan dan kesempatan untuk
mencintai, dicintai dan lebih dekat dengan orang lain secara emosi dan
fisik. Tingkatan dimana individu merasa mereka bisa berbagi
pengalaman baik senang maupun sedih dengan orang yang dicintai.
2) Dukungan social
Aspek ini menguji apa yang individu rasakan pada tanggung jawab,
dukungan, dan tersedianya bantuan dari keluarga dan teman. Aspek ini
fokus pada seberapa banyak yang individu rasakan pada dukungan
keluarga dan teman, faktanya pada tingkatan mana individu tergantung
pada dukungan di saat sulit.
3) Aktivitas seksual
Aspek ini fokus pada dorongan dan hasrat pada seks, dan tingkatan
dimana individu dapat mengekspresikan dan senang dengan hasrat
seksual yang tepat.
e. Domain V (Lingkungan)
WHOQOL membagi domain lingkungan pada delapan bagian, yaitu:
1) Keamanan Fisik
Aspek ini menguji perasaan individu pada keamanan dari kejahatan
fisik. Ancaman pada keamanan bisa timbul dari beberapa sumber
seperti tekanan orang lain atau politik. Aspek ini berhubungan
langsung dengan perasaan kebebasan individu.
2) Lingkungan rumah
Aspek ini menguji tempat yang terpenting dimana individu tinggal
(tempat berlindung dan menjaga barang-barang).Kualitas sebuah
rumah dapat dinilai pada kenyamanan, tempat teraman individu untuk
tinggal.
3) Sumber Penghasilan
Aspek ini mengeksplor pandangan individu pada sumber penghasilan
(dan sumber penghasilan dari tempat lain). Fokusnya pada apakah
individu dapat mengahasilkan atau tidak dimana berakibat pada
kualitas hidup
4) Kesehatan dan perhatian sosial: ketersediaan dan kualitas
Aspek ini menguji pandangan individu pada kesehatan dan perhatian
sosial di kedekatan sekitar. Dekat berarti berapa lama waktu yang
diperlukan untuk mendapatkan bantuan.
5) Kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan keterampilan
Aspek ini menguji kesempatan individu dan keinginan untuk
mempelajari keterampilan baru, mendapatkan pengetahuan baru, dan
peka pada apa yang terjadi. Termasuk program pendidikan formal,
atau pembelajaran orang dewasa atau aktivitas di waktu luang, baik
dalam kelompok atau sendiri
6) Patisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu luang
Aspek ini mengeksplor kemampuan individu, kesempatan dan
keinginan untuk berpartisipasi dalam waktu luang, hiburan dan
relaksasi.
7) Lingkungan fisik (polusi/ keributan/ kemacetan/ iklim)
Aspek ini menguji pandangan individu pada lingkungannya.Hal ini
mencakup kebisingan, polusi, iklim dan estetika lingkungan dimana
pelayanan ini dapat meningkatkan atau memperburuk kualitas hidup.
8) Transoprtasi
Aspek ini menguji pandangan individu pada seberapa mudah untuk
menemukan dan menggunakan pelayanan transportasi
f. Domain VI (spiritual/agama/kepercayaan)
Aspek ini menguji kepercayaan individu dan bagaimana dampaknya pada
kualitas hidup. Hal ini bisa membantu individu untuk mengkoping
kesulitan hidupnya, memberi kekuatan pada pengalaman, aspek ini
ditujukan pada individu dengan perbedaan agama (Buddha, Kristen,
Hindu, dan Islam), sebaik individu dengan kepercayaan individu dan
kepercayaan spiritual yang tidak sesuai dengan orientasi agama.

D. Faktor – factor yang mempengaruhi quality of life pada lansia


Berikut ini adalah beberapa factor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia,
antara lain:
1. Kondisi Fisik
a. Tingkat Kemandirian
Untuk mengukur tingkat kemandirian lansia digunakan Indeks Barthel
yang meliputi :
1) Kemampuan makan dengan penilaian sebagai berikut : dengan
bantuan diberi nilai 5 dan mandiri diberi nilai 10
2) Kemampuan berpindah dari atau ke tempat tidur dan
sebaliknya, dengan penilaian sebagai berikut : dengan bantuan
diberi nilai 5-10 dan mandiri diberi nilai 15
3) Kemampuan menjaga kebersihan diri, mencuci muka,
menyisir, mencukur, dan menggosok gigi dengan penilaian
sebagai berikut : dengan bantuan diberinilai 0 dan mandiri
diberi nilai 5
4) Kemampuan untuk mandi dengan penilaian sebagai berikut :
dengan bantuan diberi nilai 0 dan mandiri diberi nilai 5
5) Kemampuan berjalan dijalan yang datar dengan penilaian
sebagai berikut bantuan 10 dan mandiri 15
6) Kemampuan naik turun tangga dengan penilaian sebagai
berikut : dengan bantuan diberi nilai 5 dan mandiri diberi nilai
10
7) Aktivitas di toilet (menyemprot, mengelap) dengan penilaian
sebagai berikut : dengan bantuan diberi nilai 5 dan mandiri
diberi nilai 10
8) Kemampuan berpakaian dengan penilaian sebagai berikut :
dengan bantuan diberi nilai 5 dan mandiri diberi nilai 10
9) Kemampuan mengontrol defekasi dengan penilaian sebagai
berikut : dengan bantuan diberi nilai 5 dan mandiri diberi nilai
10
10) Kemampuan berkemih dengan penilaian sebagai berikut :
dengan bantuan diberi nilai 5 dan mandiri diberi nilai 10
(Mahoney, F.L dan Barthel, 1965)
b. Keadaan Umum
Pemeriksaan fisik secara umum pada lansia yakni meliputi
pemeriksaan
tingkat kesadaran, tekanan darah, tanda-tanda vital atau TTV, berat
badan, tinggi
badan serta postur tulang belakang pada lansia. Lansia yang sehat
akan berada
pada tingkat kesadaran penuh (composmentis), tekanan darah
140/90mmHg
sampai dengan 160/90mmHg, tanda – tanda vital (nadi 60-70x/menit,
pernafasan
14-16x/menit, suhu) (Noorkasiani, 2009).

2. Gizi
Gizi lebih atau kegemukan merupakan masalah yang sering terjadi
pada lanjut usia. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
kegemukan pada lanjut usia. Pada lansia terjadi penurunan kegiatan sel-sel
dalam tubuh, sehingga kebutuhan akan zat-zat gizi juga ikut menurun.
Asupan makanan yang tetap namun kegiatan yang dilakukan sehari-hari
oleh lansia mengalami penurunan menyebabkan penumpukan makanan
dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan kegemukan bahkan menjadi
penyakit. Kencing manis, penyakit jantung, tekanan darah tinggi adalah
beberapa penyakit yang berkaitan dengan gizi lebih pada lansia. Untuk itu
diperlukan adanya pengaturan diet bagi lansia (Irianto, 2014)
Masalah gizi yang kurang pada lansia dapat disebabkan oleh
anoreksia yang berkepanjangan. Hal tersebut menyebabkan penurunan
berat badan pada lansia. Gizi kurang juga sering diakibatkan oleh penyakit
infeksi kronis, penyakit jantung kongestif, masalah sosial dan ekonomi
atau sebab lain. Kehilangan berat badan terjadi amat berlebihan sehingga
asupan makanan tak dapat mengimbangi kehilangan yang cepat itu.
Keadaan kurang gizi pada lansia ini juga perlu mendapat penanganan diet
khusus (Irianto, 2014)
3. Psikologis
Penuaan pada lanjut usia sangat dikaitkan dengan perubahan anatomi,
perubahan fisiologi, terjadi kesakitan atau hal – hal yang bersifat patologi
dan perubahan psikososial. Depresi adalah gangguan psikologis yang kita
ketahui sering dialami lanjut usia. Interaksi faktor biologi, fisik,
psikologis, serta sosial pada lanjut usia bisa mengakibatkan depresi pada
lanjut usia (Soejono dkk, 2009).
Depresi adalah suatu masa terganggunya fungsi dalam diri manusia
yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih serta gejala yang
menyertainya, termasuk perubahan pada pola tidur, perubahan nafsu
makan, perubahan psikomotor, sulit berkonsentrasi, merasa tidak bahagia,
sering merasa kelelahan, sering timbul rasa putus asa, merasa tidak
berdaya, serta keinginan bunuh diri (Kaplan dan Saddock, 2007).
4. Aspek Kognitif
Fungsi kognitif adalah kemampuan berfikir rasional yang terdiri dari
beberapa aspek. Fungsi kognitif diukur dengan Mini Mental State
Examination (MMSE). Hasil skornya yaitu kognitif normal (skor : 16–30)
dan gangguan kognitif (skor : 0-15). Aspek yang dinilai pada MMSE
adalah status orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, memori, bahasa dan
kemampuan menulis serta menggambar spontan (Folstein dkk, 1975).
Fungsi kognitif yang menurun dapat menyebabkan terjadinya
ketidakmampuan lansia dalam melakukan aktifitas normal sehari-hari. Hal
ini dapat mengakibatkan para lansia sering bergantung pada orang lain
untuk merawat diri sendiri (care dependence) pada lansia (Reuser dkk ,
2010).
5. Aktifitas Sosial
Aktivitas sosial merupakan salah satu dari aktivitas sehari – hari
yang dilakukan oleh lansia. Lansia yang sukses adalah lansia yang
mempunyai aktivitas sosial di lingkungannya. Contoh aktivitas sehari-hari
yang berkaitan dengan aktivitas sosial yang dikemukan oleh Marthuranath
pada tahun (2004) dalam Activities of Daily Living Scale for Elderly
People adalah lansia mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
bersama lansia lainnya atau orangorang terdekat, menjalankan hobi serta
aktif dalam aktivitas kelompok.
Aktivitas sosial merupakan kegiatan yang dilakukan bersama dengan
masyarakat di lingkungan sekitar (Napitupulu, 2010). Menurut Yuli pada
tahun (2014) Teori aktivitas atau kegiatan (activity theory) menyatakan
bahwa lansia yang selalu aktif dan mengikuti banyak kegiatan sosial
adalah lansia yang sukses.
6. Interaksi Sosial
Sebagai makhluk sosial manusia selalu berinteraksi dengan manusia
lainnya, makhluk yang mampu berpikir sebelum melakukan sesuatu. Dari
proses berpikir muncul perilaku atau tindakan sosial. Ketika seseorang
bertemu dengan orang lainnya, dimulailah suatu interaksi sosial.
Seseorang dengan orang lainnya melakukan komunikasi baik secara lisan
maupun isyarat, aktivitas-aktivitas itu merupakan suatu bentuk interaksi
sosial. Terdapat beberapa macam interaksi sosial. Dari sudut subjek, ada 3
macam interaksi sosial yaitu interaksi antar perorangan, interaksi antar
orang dengan kelompoknya atau sebaliknya, interaksi antar kelompok.
Interaksi sosial merupakan suatu hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat.
Interaksi sosial merupakan suatu proses di mana manusia melakukan
komunikasi dan saling mempengaruhi dalam tindakan maupun pemikiran.
Penurunan derajat kesehatan dan kemampuan fisik menyebabkan lansia
secara perlahan akan menghindar dari hubungan dengan orang lain. Hal
ini akan mengakibatkan interaksi sosial menurun (Hardywinoto dan T.,
2005).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Quality Of Life merupakan suatu produk yang dihasilkan dari interaksi
sejumlah faktor-faktor yang berbeda, seperti sosial, kesehatan, ekonomi, dan
kondisi lingkungan, yang secara kumulatif, juga dengan cara-cara yang belum
diketahui, berinteraksi untuk mempengaruhi pembangunan manusia dan sosial di
tingkat individu dan masyarakat. Kualitas hidup dipengaruhi oleh tingkat
kemandirian, kondisi fisik dan psikologis, aktifitas sosial, interaksi sosial dan
fungsi keluarga. Pada umumnya lanjut usia mengalami keterbatasan, sehingga
kualitas hidup pada lanjut usia menjadi mengalami penurunan. Oleh karena itu,
sebagai tenaga kesehatan masyarakat, kita mempunyai tanggung jawab untuk
memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat mengenai pentingnya
menjaga kesehatan fisik maupun psikis, agar kualitas hidup lansia dapat optimal.
B. Saran
1. Keluarga yang memiliki lansia diharapkan melibatkan lansia dalam
pengelolaan keluarga karena hal tersebut dapat meningkatkan harga diri pada
lansia sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.
2. Pencegahan primer yang dapat dilakukan tenaga kesehatan adalah konseling,
dukungan nutrisi, keamanan di dalam dan sekitar rumah, manajemen stres,
penggunaan medikasi yang tepat. Pencegahan sekunder berupa deteksi dini
status kesehatan secara sederhana seperti kontrol hipertensi dan lain
sebagainya. Pencegahan tersier dilakukan sebelum terdapat gejala penyakit
dan cacat, mencegah cacat dan ketergantungan.
DAFTAR PUSTAKA

 Hardywinoto. (2005). Panduan Gerontologi Tinjauan Dari. Berbagai Berbagai


Aspek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Irianto K, Waluyo K (2004). Gizi Dan Polah Hidup Sehat. Bandung: Cv. Yama
Widya.
 Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan. Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai