OLEH :
17101050102
( ) ( )
ALIFAH PADANG
2022
BAB I
Definisi Lanjut Usia Menurut Azizah (2011), lanjut usia adalah bagian dari proses
tumbuh kembang, manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, akan tetapi berkembang dari
bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal tersebut normal, dengan perubahan
fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lanjut usia adalah proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk meregenerasi sel-sel di dalam tubuh yang akan
menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi bahkan psikologis. Lanjut usia terjadi
secara alamiah dan tidak dapat dihindari oleh manusia (Mujahidullah, 2012).
Pada usia lanjut, terjadi proses menua atau proses yang bersifat regresif dan merupakan
proses yang bersifat fisik, mental, dan sosial. Proses menua adalah suatu proses alami pada
semua makhluk hidup (Setiawan, 2013). Laslett dikutip Setiawan (2013) menyatakan bahwa
menjadi tua merupakan proses perubahan biologis secara terus-menerus yang dialami
manusia pada semua tingkatan umur dan waktu.
Batasan Lanjut Usia Menurut WHO menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia
biologis menjadi 4 kelompok yaitu:
Teori Proses Menua Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu
teori biologi, teori psikologis, teori sosial, dan teori spiritual (Maryam, dkk., 2008).
1) Teori Biologis Teori biologis menjelaskan tentang proses perubahan fungsi,
lamanya usia dan kematian seseorang. Teori biologis mencakup teori genetik,
teori cross-linkage (rantai silang), teori radikal bebas, teori immunologi, teori
stress-adaptasi, teori wear and tear (pemakaian dan rusak).
2) Teori Psikologi Pada teori ini menjelaskan mengenai perubahan psikologis
yang terjadi dapat dihubungkan dengan keakuratan mental dan keadaan
fungsional yang efektif. Penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi,
kemampuan kognitif, memori dan belajar pada usia lanjut menyebabkan
mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi.
3) Teori Sosial Teori ini menjelaskan mengenai beberapa teori sosial yang
berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori stratifikasi usia (age stratification
theory), teor aktivitas (activity theory), teori kesinambungan (continuity
theory), teori perkembangan (development theory), teori interaksi sosial
(social exchange theory) dan teori penarikan diri (disengagement theory).
4) Teori Spiritual Pada teori ini menjelaskan mengenai komponen tumbuh
kembang dan spiritual kembang merujuk pada pengertian hubungan alam
semesta, persepsi dan individu tentang arti kehidupan
Perubahan Fisiologis Pada Lanjut Usia Seseorang yang mengalami lanjut usia akan
mengalami beberapa perubahan fisiologis (Mujahidullah, 2012), yaitu:
a) Perubahan Fisik
Sel Jumlah lebih sedikit, ukuran lebih besar, mekanisme perbaikan sel
terganggu, menurunnya proporsi protein di otak, darah, otot, ginjal dan hati.
Sistem Persyarafan Lambat dalam respons dan waktu untuk bereaksi,
mengecilnya saraf panca indera, kurang sensitif terhadap sentuhan, hubungan
persyarafan menurun.
Sistem Pendengaran Gangguan pendengaran atau presbiakusis, terjadi
penumpukan seruman dan mengeras, hilang kemampuan pendengaran pada
telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tidak jelas dan
tinggi dan sulit mengerti kata-kata.
Sistem Penglihatan Spingter pupil timbul sklerosis, hilang respons terhadap
sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), kekeruhan pada lensa dan
menurunnya lapang pandang.
Sistem Kardiovaskuler Menurunnya elastisitas dinding aorta, kemampuan
jantung memompa darah menurun 1% pertahun, katub jantung menebal dan
menjadi kaku, tekanan darah meningkat dan kehilangan elastisitas pembuluh
darah.
Sistem Pengaturan Suhu Tubuh Temperatur tubuh menurun secara fisiologis,
keterbatasan reflek menggigit dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.
Sistem Respirasi Menurunnya aktivitas dari silia-silia paru-paru dan
kehilangan elastisitas kekuatan otot pernafasan, menurunkan O2 pada arteri
menjadi 75 mmHg, alveoli ukurannya melebar, menurunnya batuk.
Sistem Gastrointestinal Terjadi penurunan selera makan dan rasa haus, asupan
makanan dan kalori, mudah terjadi konstipasi, terjadi penurunan produksi
saliva, karies gigi, pertambahan waktu pengosongan lambung dan gerak
peristaltik usus.
Sistem Muskuloskeletal Tulang makin rapuh dan kehilangan cairan, tafosis,
tubuh menjadi lebih pendek, persendian kaku dan membesar, tendon
mengerut dan sklerosis, atrofi serabut otot, pembengkakan persendian dan
pembengkakan akibat penumpukan kristal asam urat.
b) Perubahan Psikososial Seorang lansia akan mengalami penurunan produktivitas dan
identitas dalam pekerjaannya. Pada lansia akan mengalami kehilangan-kehilangan
seperti berikut:
Kehilangan finansial (income berkurang).
Kehilangan status.
Kehilangan teman/kenalan/relasi.
Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality).
Perubahan dalam hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.
Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Meningkatnya biaya hidup pada
penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatan.
Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
Gangguan syaraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian.
Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
Kehilangan hubungan dengan teman-teman dan keluarga besar.
Kehilangan kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan terhadap gambaran diri
dan perubahan konsep diri.
c) Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
Lansia makin teratur dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam
bertindak dan berpikir dalam sehari-hari.
Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun adalah universalizing,
perkembangan yang telah dicapai adalah bertindak dan berpikir dengan cara
memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.
BAB II
Pada lansia artritis reumatoid dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok, yaitu :
a. Kelompok 1
Artritis reumatoid klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan sebagian
besar terlibat. Terdapat faktor reumatoid, dan nodula-nodula reumatoid yang
sering terjadi. Penyakit dalam kelompok ini dapat mendorong ke arah
kerusakan sendi yang progresif.
b. Kelompok 2
Termasuk ke dalam klien yang memenuhi syarat dari American
Rheumatologic Association untuk artritis reumatoid karena mereka
mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus dan simetris, sering
melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.
c. Kelompok 3
Sinovitis terutama memengaruhi bagian proksimal sendi, bahu dan panggul.
Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekuatan pada pagi hari.
Pergelangan tangan pasien sering mengalami hal ini, dengan adanya bengkak,
nyeri tekan, penurunan kekuatan genggaman, dan sindrome karpal tunnel.
Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri yang dapat
dikendalikan secara baik dengan menggunakan prednison dosis rendah atau
agens antiinflamasi dan memiliki prognosis yang baik.
penderita.
c. Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi.
d. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.
1) Penatalaksanaan Keperawatan
a) Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi
(perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis)
penyakit ini, semua komponen program penatalaksanaan termasuk
regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi
penyakit ini dan metode efektif tentang penatalaksanaan yang
diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan
secara terus-menerus.
b) Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah
yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari,
tetapi ada masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih berat.
Penderita harus membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali
waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.
c) Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi
sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi
yang sakit, sedikitnya dua kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri
perlu diberikan sebelum memulai latihan. Kompres panas pada sendi
yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Latihan dan
termoterapi ini paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah
mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja.
Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur penunjang sendi yang
memang sudah lemah oleh adanya penyakit.
2) Penatalaksanaan Medik
a) Penggunaan OAINS
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) umum nya diberikan pada
penderita AR sejak masa dini penyakit yang dimaksudkan untuk
mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang seringkali dijumpai
walaupun belum terjadi proliferasi sinovial yang bermakna. Selain
dapat mengatasi inflamasi, OAINS juga memberikan efek analgesik
yang sangat baik. OAINS terutama bekerja dengan menghambat enzim
siklooxygenase sehingga menekan sintesis prostaglandin. Masih belum
jelas apakah hambatan enzim lipooxygenase juga berperanan dalam hal
ini, akan tetapi jelas bahwa OAINS berkerja dengan cara:
Memungkinkan stabilisasi membran lisosomal.
Menghambat pembebasan dan aktivitas mediator inflamasi
BAB III
A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ
lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut
atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada
sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
Tanda : Malaise Keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit, kontraktor/
kelaianan pada sendi.
b. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
c. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis : finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan
( situasi ketidakmampuan )Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas
pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang lain).
d. Makanan/ cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk mengunyah.
Tanda : Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa.
e. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan.
f. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi ).
h. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.
Demam ringan menetap Kekeringan pada meta dan membran mukosa.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan pelepasan mediator kimia (bradikinin).
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
c. Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas sendi.
d. Risiko cedera berhubungan dengan kontraktur sendi.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat.
C. Rencana Keperawatan
Kriteria Hasil
5. Meningkatkan
relaksasi atau
6. Anjurkan mandi
mengurangi
air hangat/pancuran
ketegangan otot.
pada waktu bangun.
6. Panas
Sediakan waslap
meningkatkan
hangat untuk
relaksasi otot dan
mengompres sendi
mobilitas,
yang sakit beberapa
menurunkan rasa sakit
kali sehari.
dan kekakuan di pagi
7. Berikan obat
hari. Sensitivitas pada
sesuai
panas dapat hilang
petunjuk seperti
dan luka dermal dapat
Asetilsalisilat
sembuh.
(aspirin) dan D-
7. ASA bekerja
penisilamin
antiinflamasi dan efek
analgesik ringan
mengurangi kekakuan
dan meningkatkan
mobilitas serta D-
penisilamin untuk
mengontrol efek
sistemik reumatoid
artritis jika terapi
lainnya tidak berhasil
5. Konsul dengan
ahli terapi fisik atau
okupasi dan spesialis
5. Memformulasi
vokasional. program latihan
berdasarkan
kebutuhan individual
dan mengidentifikasi
sesuai indikasi
6. Menekan
(Steroid)
inflamasi sistemik
6. Dibutuhkan saat
munculnya depresi
hebat sampai pasien
dapat menggunakan
kemampuan koping
efektif
4. Atur aktivitas
5. Mencegah
yang tidak terjadinya cedera pada
melelahkan klien. pasien
5. Ajarkan cara
melindungi diri dari
trauma fisik seperti
cara mengubah posisi
tubuh, dan cara
berjalan serta
menghindari
perubahan posisi
yang tiba-tiba.
4. Mengurangi
4. Berikan informasi
paksaan untuk
mengenai alat bantu,
menggunakan sendi
misal : tongkat atau
dan memungkinkan
palang keamanan.
pasien ikut serta
secara lebih nyaman
dalam aktivitas yang
dibutuhkan.
5. Mencegah
5. Diskusikan kepenatan,
menghemat memberikan
energi, misal : duduk kemudahan perawatan
daripada berdiri untuk diri dan kemandirian.
mempersiapkan
makanan dan mandi
D. Implementasi Keperawatan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dan
merupakan tahapan dimana perawat merealisasikan rencana keperawatan ke dalam
tindakan keperawatan nyata, langsung pada klien.Tindakan keperawatan itu sendiri
merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan yang telah diktentukan dengan maksud
agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan
sudah berhasil di capai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat memonitor
“kealpaan“ yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan
pelaksanaan tindakan
DAFTAR PUSTAKA