Anda di halaman 1dari 11

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Definisi
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65
dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi
memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad
selanjutnya (Potter & Perry, 2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek
biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia
adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada
sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak
lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban
keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri / mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut
organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage) adalah
kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74
tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua
(very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena
perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada
tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang

aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan
untuk merawat diri sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat
keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.
4.1.1 Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki
kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang
lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan
kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram
dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang
dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak
berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan
yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri.
Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa
kebutuhan manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah
kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan
sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa
keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan
jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan sosial
(social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan
manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga,
kesamaan hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah
kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan
aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan
kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-
masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan. Sejak awal
kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki kebutuhan psikologis dasar
(Setiati,2000). Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia membutuhkan
rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang
ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut
usia, keluarga dan lingkungannya . Jika kebutuhankebutuhan tersebut tidak
terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang
akan menurunkan kemandiriannya (Ismayadi, 2004).
4.1.2 Teori-teori Proses Menua
Sebenarnya secara individual
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
2. Masing – masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
3. Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua
Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:
1. Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu . Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik yang
telah di putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis
dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar.. Jadi menurut konsep ini jika
jam ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan
atau penyakit terminal. Konsep “ genetic clock” didukung oleh kenyatan bahwa
ini cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan
harapan hidup yang nyata.
2. Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul – molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
3. Teori “ pemakaian dan rusak “
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se –sel tubuh lelah terbakar.
4. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut “ teori
akumulasi dari produk sisa”.
5. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
6. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
7. Reaksi dari kekebaian sendiri ( auto immunne theori)
Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga tubuh
menjadi lemah dan sakit.
8. “ Teori imonologi saw virus”
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke
dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
9. Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang bisa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel –sel tubuh lelah terpakai.
10. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas
( kelompok atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel –sel tidak dapat regenerasi.
11. Teori rantai silang
Sel – sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
12. Theori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah setelah
sel- sel mati.
4.1.3 Perubahan- Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia
Perubahan -perubahan fisik
1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intramuskuler
c. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati
d. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
e. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%
2. Sistem pernafasan
a. Cepat menurunnya persarafan
b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres.
c. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif
terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
d. Kurangnya sensitif pada sentuhan
3. Sistem Pendengaran
a. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan atau
daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau
nada – nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi
pada usia diatas 65 tahun.
b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya
kreatin
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stres
4. Sistem penglihatan
a. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan
pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan
c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
d. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya
membedakan warna biru atau hijau.
5. Sistem kardiovaskuler
a. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi
kaku.
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.
c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau
dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65
mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak).
d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal
kurang lebih 90 mmHg
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat,
yaitu menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang
mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain:
a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih 35
derajat celcius ini akibat metabolisme menurun.
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak
sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7. Sistem Respirasi
a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktifitas silia
b. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman
bernafas menurun.
c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri
tidak berganti
e. Kemampuan untuk batuk berkurang
f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan
menurun seiring dengan pertambahan usia.
8. Sistem gastrointestinal
a. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
b. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
c. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun
d. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
e. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah
f. Menciutnya ovari dan uterus
g. Atropi payudara
h. Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
adanya penurunan secara berangsur – angsur.
i. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
j. Selaut lendir menurun
9. Sistem Genitourinaria
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50% fungsi tubulus berkurang.
a. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai
200ml, atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria
susah dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun
c. Atrofi vulva
10. Sistem Endokrin
a. Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam
pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat
e. Menurunnya produksi aldosteron
f. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan
testosteron
11. Sistem kulit
a. Kulit keriput atau mengkerut
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik
c. Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.
d. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
e. Rambut dan hidung dan telinga menebal.
f. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan
vaskularitas
g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku
kaki tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang
bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
12. Sistem muskoloskeletal
a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh
b. Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya.
c. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
d. Persendian membesar dan kaku
e. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
f. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.

4.2 Tugas Perkembangan Lansia


Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil
konflik antara perbedaan integritas dan keputusasaan.
4.2.1 Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan
pergeseran sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk
mengevaluasi ulang mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian
ulang ini mengrahkan lansia untuk mengganti peran yang sudah hilang
dengan peran dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia mampu menemukan
cara-cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai orangtua dan
okupasi.
4.2.2 Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia
mengalami beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan
dan kenyamanan berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut mungkin
mengalami kesulitan terbesar dalam mengabaiakan status fisik mereka.
Orang lain memiliki kemampuan untuk terlibat dalam kesenangan psikologi
dan aktivitas sosial sekalipun mereka mengalami perubahan dan
ketidaknyamanan fisik. Peck mengemukakan bahwa dalam sistem nilai
mereka, ”sumber-sumber kesenangan sosial dan mental dan rasa
menghormati diri sendiri mengabaikan kenyamanan fisik semata.”
4.2.3 Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara
paling konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan
dengan : ”hidup secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek
dari kematian personal-the night of the ego, yang bisa disebut-paras dan
perasaan kurang penting dibanding pengetahuan yang telah diperoleh
seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan lebih panjang daripada
yang dapat dicakup oleh ego seseorang.” manusia menyelesaikan hal ini
melalui warisan mereka, anak-anak mereka, kontribusi mereka pada
masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka ”ingin membuat hidup lebih
aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia bagi orang-orang yang
meneruskan hidup setelah kematian.” Untuk mengklarifikasi, ”individu
yang panjang umur cenderung lebih khawatir tentang apa yang mereka
lakukan daripada tentang siapa mereka sebenarnya, mereka hidup di luar
diri mereka sendiri daripada kepribadian mereka sendiri secara egosentris.
(Stanley & Beare, 2006).

4.3 Permasalahan yang timbul Pada Lansia


Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia.
4.3.1 Permasalah Umum
4.3.1.1Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya
prosentase kenaikan lansia memerlukan upaya peningkatan
kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatan bagi lanjut usia.
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 akan meningkat
menjadi 209.535.49. jiwa dan jumlah lansianya 15.262.199.,
berarti 7.28% (Anwar,1994 ). Menurut Kinsilla dan Taeuber
( 1993) peningkatan penduduk lansia dalam waktu 1990-2000
sebesar 41% dan merupakan yang tertinggi didunia ( Darmojo,
1999:1).
4.3.1.2 Jumlah lansia miskin makin banyak
4.3.1.3 Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik
4.3.1.4Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang
melayani lansia
4.3.1.5 Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
4.3.1.6Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti
urbanisasi dan popuilasi pada kehidupan dan penghidupan
lansia.
4.3.2 Permasalahan Khusus
4.3.2.1 Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia
Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya
perubahan dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik.
Perubahan akan terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi
kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun
sebagian dan menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya penciuman
berkurang,tinggi badan menyusut karena proses ostoporosis yang
berakibat badan bungkuk, tulang keropos masanya berkurang, kekuatan
berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan paru berkurang, nafas
menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut,
dinding pembuluh darah menebal dan terjadi peningkatan tekanan darah,
otot bekerja tidak efisien, terjadi penurunan fungsi organ reproduksi
terutama ditemukan pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi
lambat terutama pada pria dan sexsualitas tidak selalu menurun
4.3.2.2 Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan
melalui nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya:
katarak, kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia.

4.4 Sikap perawat terhadap lansia


Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan
memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai
tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan
mempertahankan fungsi yang optimal. Perawat gerontologi mengaplikasikan dan
ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama pada lanjut usia dank
keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut
independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional.
Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan
keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan
kemampuan atau kemandirian lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses
kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi dalam prakteknya menggunakan
managemen kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan administrasi.
Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap
tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif,
perawat harus menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat
mengakibatkan penurunan rasa nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih
jauh lagi, sikap tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas asuhan. Klien
dalam fasilitas perawatan jangka panjang memberi tantangan khusus bagi
perawat. Klien ini sering kali memandang diri sendiri sebagai pecundang, dan
mungkin masyarakat juga memandang mereka seperti itu. Perawat dapat
meningkatkan kemandirian dan harga diri klien yang merasa bahwa hidup
tidak lagi berharga.
Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia
untuk memberikan perawatan paling efektif. Usia, pendidikan,
pengalaman kerja, dan lembaga pekerjaan seorang perawat mempengaruhi
stereotip. Pengalaman pribadi dengan lansia sebagai anggota keluarga
dapat juga mempengaruhi sikap. Karena lansia menjadi lebih lazim dalam
pelayanan kesehatan, maka penting sekali bagi perawat untuk
mengembangkan pendekatan asuhan yang positif bagi klien lansia.
4.4.1 Pendekatan perawatan lanjut usia
a. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
1) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak
tanpa bantuan orang lain.
2) Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang
mengalami kelumpuhan atau sakit.
b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk
mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat
dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala
sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan
sebagai sahabat yang akrab.
c. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan
upaya perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan
berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia untuk
menciptakan sosialisasi mereka.

Anda mungkin juga menyukai