Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEPERAWATAN GERONTIK

PROSES MENUA DI RSUD MUARA TEWEH

DISUSUN OLEH :
NAMA : YULITHA TARAKOLO, S. KEP
NIM : 113063J123095

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2024

1
I. KONSEP TEORI MENUA

1.1 Definisi

Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang.
Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60
tahun. Proses menua (aging process) merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat
dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menurut Paris Constantinides, 1994
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil)
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan
struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap injury (termasuk infeksi) tidak
seperti pada saat kelahirannya,
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya
dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf dan jaraingan lain
sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseotang mulai
menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik
dalam hal pencapaian puncak maupun saat menurunnya. Namun umumnya fungsi
fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada umur 20–
30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi
tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai
bertambahnya umur
1.2 Batasaan umur lanjut usia

Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

1. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun

2
3. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun


Depkes, membagi lansia sebagai berikut
:
1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas

2. Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium

3. Kelompok usia lanjut (65 th>) sebagai senium

1.3 Manifestasi Klinis

1.4 Teori tentang Proses menua

5. Teori Biologik

a. Teori Genetik dan Mutasi

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang


diprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi
b. Pemakaian dan Rusak

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah

c. Autoimun

Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat


khusus. Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
d. Teori stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan.


Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
dipakai.
e. Teori radikal bebas

3
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan
bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini

4
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

6. Teori Sosial

a. Teori aktifitas

Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial
b. Teori Pembebasan

Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai melepaskan


diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut
usia menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi
kehilangan ganda yakni :
1) Kehilangan peran

2) Hambatan kontrol sosial

3) Berkurangnya komitmen

c. Teori Kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia.


Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :

1) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif


dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada
pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus
dipertahankan atau dihilangkan
2) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti

3) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi

7. Teori Psikologi

a. Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow

Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,

5
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow 11111954).
Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar
manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada tingkat
selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.
b. Teori individual jung

Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari


seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda dan
masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu
terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran bersama.
Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau ke arah
subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan
antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal
yang paling penting bagi kesehatan mental
B. Perubahan Perubahan yang Terjadi Pada Lansia

1. Perubahan fisik

a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya


cairan intra dan extra seluler
b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam
respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem
pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya
pengumpulan serum karena meningkatnya keratin

Sistem penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya respon terhadap
sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatny ambang pengamatan
sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.

6
c. Sistem Kardivaskuler. : katup jantung menebal dan menjadi kaku ,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun
setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkanmenurunnya
kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan
darah meningg.
d. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga
menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan
elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat.
Kedalaman pernafasan menurun.
e. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi
buruk, indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir
dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya
sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin
f. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi
sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun
sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi
meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit
diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine.
Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada
vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering,
elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.
g. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi
hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak
berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal

7
metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen
dan testosteron.
h. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan
jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu,
sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi
keras dan rapuh.
i. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin
rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut
discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut
erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan
tremor.
2. Perubahan Mental

Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
Perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan
kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan serta situasi lingkungan. Intelegensi
diduga secara umum makin mundur terutama faktor penolakan abstrak mulai lupa
terhadap kejadian baru, masih terekam baik kejadian masa lalu.
Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak
aman dan cemas, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut
ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Munculnya perasaan kurang mampu untuk
mandiri serta cenderung bersifat entrovert.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan

e. Lingkungan
8
Kenangan (memori) ada 2 :

a. kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu

b. kenangan jang pendek : 0-10 menit, kenangan buruk


Intelegentia Question :
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal

b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor


terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan
dari faktor waktu.
3. Perubahan Perubahan Psikososial

Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat beragam, tergantung
pada kepribadian individu yang bersangkutan. Pada saat ini orang yang telah menjalani
kehidupan nya dengan bekerja mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya
dengan masa pensiun. Bila ia cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri untuk
masa pensiun dengan menciptakan bagi dirinya sendiri berbagai bidang minat untuk
memanfaatkan waktunya, masa pensiunnya akan memberikan kesempatan untuk
menikmati sisa hidupnya. Tetapi bagi banyak pekerja pensiun berarti terputus dari
lingkungan dan teman-teman yang akrab dan disingkirkan untuk duduk-duduk dirumah
atau bermain domino di klub pria lanjut usia.
Perubahan mendadak dalam kehidupan rutin barang tentu membuat mereka merasa
kurang melakukan kegiatan yang berguna.

a. Minat

Pada umumnya diakui bahwa minat seseorang berubah dalam kuantitas maupun kualitas
pada masa lanjut usia. Lazimnya minat dalam aktifitas fisik cendrung menurun dengan
bertambahnya usia. Kendati perubahan minat pada usia lanjut jelas berhubungan dengan
menurunnya kemampuan fisik, tidak dapat diragukan bahwa hal hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial.

9
b. Isolasi dan Kesepian

Banyak faktor bergabung sehingga membuat orang lanjut usia terisolasi dari yang lain.
Secara fisik, mereka kurang mampu mengikuti aktivitas yang melibatkan usaha. Makin
menurunnya kualitas organ indera yang mengakibatkan ketulian, penglihatan yang
makin kabur, dan sebagainya. Selanjutnya membuat orang lanjut usia merasa terputus
dari hubungan dengan orang-orang lain.
Faktor lain yang membuat isolasi makin menjadi lebih parah lagi adalah perubahan
sosial, terutama mengendornya ikatan kekeluargaan. Bila orang usia lanjut tinggal
bersama sanak saudaranya, mereka mungkin bersikap toleran terhadapnya, tetapi jarang
menghormatinya. Lebih sering terjadi orang lanjut usia menjadi terisolasi dalam arti
kata yang sebenarnya, karena ia hidup sendiri.
Dengan makin lanjutnya usia, kemampuan mengendalikan perasaan dengan akal
melemah dan orang cendrung kurang dapat mengekang dari dalam prilakunya. Frustasi
kecil yang pada tahap usia yang lebih muda tidak menimbulkan masalah, pada tahap ini
membangkitkan luapan emosi dan mereka mungkin bereaksi dengan ledakan amarah
atau sangat tersinggung terhadap peristiwa-peristiwa

yang menurut kita tampaknya sepele.

a. Peranan Iman

Menurut proses fisik dan mental pada usia lanjut memungkinkan orang yang sudah tua
tidak begitu membenci dan merasa kuatir dalam memandang akhir kehidupan dibanding
orang yang lebih muda. Namun demikian, hampir tidak dapat disangkal lagi bahwa
iman yang teguh adalah senjata yang paling ampuh untuk melawan rasa takut terhadap
kematian. Usia lanjut memang merupakan masa dimana kesadaran religius dibangkitkan
dan diperkuat. Keyakinan iman bahwa kematian bukanlah akhir tetapi merupakan
permulaan yang baru memungkinkan individu menyongsong akhir kehidupan dengan
tenang dan tentram.

10
4. Perubahan Spritual.

a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan


(Maslow,1970)
b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan
Zentner,1970).
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978),
Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah
berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai
keadilan.

C. Masalah Nutrisi

1. Pengertian

Gizi kurang adalah kekurangan zat gizi baik mikro maupun makro
1. Penyebab

a. Penurunan ataau kehilangan sensitifitas indra pengecap &penciuman

b. Penyakit periodental ( terjadi pada 80% lansia) atau kehilangan gigi

c. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencernaan

d. Penurunan mobilitas saluran pencernaan makanan

e. Penggunaan obat-obatan jangka panjang

f. Gangguan kemampuan motorik

g. Kurang bersosialisasi, kesepian

h. Pendapatan yang menurun (pensiun)

i. Penyakit infeksi kronis

j. Penyakit keganasan

11
2. Patofisiologi

Proses menua : Akibat :


a. Penurunan/kehilangan indra
a. Anorexia
pengecap dan penciuman b. Kesulitan makan
b. Penyakit periodental dan
c. Mengganggu Fe,
kehilangan gigi
penyerapan Ca,
Protein, lemak, dan
c. Penurunan sekresi asam lambung
dan enzim pencernaan Vitamin
d. Susah BAB, wasir
d. Gangguan kemampuan motorik
e. Nafsu kaman menurun
e. Tulang kehilangan densitasnyadan
f. Kerusakan kartilago dan
rapuh
tulang
f. Tendon mengkerut dan atropi
g. Inflamasi sendi sinovial
serabut otot
g. Penurunan mobilitas saluran
pencernaanl/peristaltik melemah
Penyakit infeksi
Keganasan Mekanisme
Inflamasi

Asupan makan kurang


Osteoporosis
Subluksasi/dislokasi

Diagnosa Keperawatan :
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
b. Resiko tinggi infeksi
c. Kerusakan mobilitas fisik
d. Nyeri
e. Resiko cedera

12
BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK

A. Pengertian

Gerotologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan dan
masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut. Geriatrik adalah berkaitan dengan
penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia lanjut. Keperawatan
gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang berdasarkan ilmu dan
kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang
holistik, ditujukan kepadd klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat
individu, keluaraga, kelompok, dan masyarakat.
B. Lingkup Peran dan Tanggung Jawab

Fenomena yang menjadi bidang garap Keperawatan Gerontik adalah tidak terpenuhinya
KDM lanjut usia sebagai akibat proses penuaan.
Lingkup Asuhan Keperawatan Gerontik:

1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan.

2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses


penuaan.
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi keterbatasan akibat proses
penuaaan
Peran & Fungsi Perawat Gerontik:

1. Care Giver/Pemberi Asuhan Kep. Langsung

2. Pendidik Klien Lansia

3. Motivator

4. Advokasi Klien

13
5. Konselor

Tanggung Jawab Perawat Gerontik:

1. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal.

2. Membantu klien lansia memelihara kesehatannya.

3. Membantu klien lansia menerima kondisinya.

4. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara


manusia sampai meninggal .
Sifat Pelayanan Gerontik:

1. Independen, yaitu perawat gerontik dalam melakukan asuhan keperawatan


pada klien lanjut usia dilakukan secara mandiri
2. Interindependen, yaitu perawat gerontik dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien lanjut usia dilakukan dengan kerja sama dengan
tim kesehatan lainnya
3. Humanistik, yaitu dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien lanjut
usia memandang sebagai makhluk yang perlu untuk diberi perawatan yang
layak dan manusiawi
4. Holistik, klien lanjut usia memiliki kebutuhan yang utuh baik bio-psiko-
sosial dan spiritual yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda
antara lansia satu dengan yang lainnya
Model Pemberian Keperawatan Profesional:
1. Model Asuhan

Model Asuhan yang sesuai masih dalam penelitian tetapi yang lebih dpt
diterima sementara ini adalah An Adaptation Model of Nursing by
Sister Callista Roy.
2. Model Manajerial

Model Manajerial yang sesuai juga masih dalam penelitian tetepi yang

lebih mengarah pada tindakan profesianal perlu dipertimbangkan dari segi


ketenagaan, visi, misi dan tujuan organisasi pelayannan keperawatan.
14
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


2.1 Pengkajian

1. Fisiologis/fisik

a. Stratus gizi

IMT = Kg BB normal laki laki = 18 -25


(TB)2 wanita = 17 – 23
b. Intake cairan dalam 24 jam

c. Kondisi kulit

d. Kondisi bibir , mukosamulut, gigi

e. Riwayat pengobatan, alkhohol, zat adiktif lainnya

f. Evaluasi kemampuan penglihatan , pendengaran dan mobilitas

g. Keluhan yang berhubungan dengan nutrisi : gangguan sistem


digestif, nafsu makan, makanan yang disukai dan tidak disukai, rasa
dan aroma
h. Kebiasaan waktu makan ( 2 –3 X sehari, snak dlll)

2. Psikososial/afektif

a. Kebiasaan saat makan ( makan sendiri, sambil nonton TV,dll)

b. situasi lingkungan(kapasitas penyediaan makanan, pengolahan dan


penyimpanan makanan)
c. sosiokultural yang berlaku yang mempengaruhi pola nutrisi dan
eleminasi
d. Kondisi depresi yang dapat mengganggu pemenuhan nutrisi

3. Pemeriksaan
tambahan/laboratorium Analisa
darah :
Kreatinin : indekz massa otot

15
Serum protein khususnya untuk sintesa antibodi dan limfosit, dalam
kekebalan seluler, enzym, hormon, struktur sel yang luas, struktur jaringan
2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan nutrisi yang tidak
adekuat akibat anoreksia
2. Resiko tinggi infeksi b/d penurunan asupan kalori dan protein

2.3 Rencana Asuhan Keperawatan

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d asupan nutris kurang adekuat akibat
anoreksia

TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


Kebutuhan - a. Buat tujuan BB a. Nutrisi yang
nutrisi Meningkatkan ideal dan adekuat
terpenuhi masukan oral kebutuhan nutrisi menghindari
secara - harian yang adanya
adekuat Menunjukkan adekuat malnutrisi

peningkatan b. Timbang setiap b. Deteksi dini

BB hari, pantau hasil perubahan BB


pemeriksaan dan masukan
laborat nutrisi
c. Jelaskan c. Dengan

pentingnya nutrisi pemahaman

16
yang adekuat yang benar

d. Ajarkan individu akan memotivasi


menggunakan klien untuk

penyedap rasa masukan nutrinya


(seperti bumbu) d. Aroma yang

e. Beri dorongan enak akan

individu untuk membangkitkan

makan bersama selera makan

orang lain e. Dengan makan

f. Pertahankan bersama sama

kebersihan mulut secara

yang baik (sikat psikologis

gigi) sebelum dan meningkatakan

sesudah selera makan

mengunyah f. Dengan situasi

makanan mulut yang

g. Anjurkan makan bersih

dengan porsi meningkatkan

yang kecil tapi kenyamanan

sering g. Mengurangi

h. Instruksikan perasaan tegang

individu yang pada lambung

mengalami h. Meningkatkan

penurunan nafsu asupan


makan untuk :
-Makan-makan

17
kering saat makanan
bangun tidur
-Hindari makanan
yang terlalu manis,
berminyak
-Minum sedikit-
sdikit melalui
sedotan
-Makan kapan saja
bila dapat toleransi
-Makan dalam porsi
kecil rendah lemak
dan makan
sering

18
4. Risiko tinggi infeksi b/d penurunan asupan kalori dan protein

TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL

Klien akan Tanda-tanda a. Kaji tanda- a. Mendeteksi dini


memperlihatk peradangan tanda radang untuk mencegah
an kemampuan tidak umum secara terjadinya radang
terhindar dari ditemukan : teratur b.Mencegah
tanda-tanda panas, b. Ajarkan terjadinya infeksi
infeksi bengkak, tentang akibat lingkungan
nyeri, perlunya dan
merah,gangg menjaga kebersihan diri
uan fungsi kebersihan yang kurang

diri dan sehat

lingkungan c. meningkatkan

c. Tingkatkan kadar protein

kemampuan dalam dalam

asupan nutris tubuh sehingga

TKTP meningkatkan

d. Perhatikan kemampuan

penggunaan obat- kekebalan dalam


obat jangka tubuh

panjang yang d.Menurunkan

dapat resiko terjadinya

menyebabkan infeksi
imunosupresi

19
DAFTAR PUSTAKA

Capernito Lynda juall (2008), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 , Alih Bahasa
Yasmin Asih EGC jakarta

C. Long barbara ( 2006) Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses) Unit IV,
V, VI Alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung,
IAPK Bandung

Donges Marilyn E (2001), Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, Alih bahasa I Made
Kariasa, EGC Jakarta

Wahyudi Nugroho ( 2012), Keperawatan Gerontik Edisi 2 , EGC Jakarta

Consatantinides, 2006. Teori Proses Menua, dalam: R. Boedhi-Darmojo


(Penyunting), Geriatri, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Darmojo, R.B, & Martono, H.H. (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Hendrawan. 2012-2014. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi. Jakarta :EGC
Iqbal Mubarak. dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2, CV. Sagung
Seto. Jakarta
Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Lansia pada Usia Lanjut Dan Dimensia. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta
Maryam.(2008). Mengenal Usia lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika
Miller, A.C. (1995). Nursing Care of Older Adult Theory And Practices. (2nded).
Philadelphia: JB. Lippiancott Company
Miller, C.A.(2012). Nursing Care of Plder Adult Theory and Practices.

20
Philadelphia: JB. Lippicott Company
Nugroho, 1995. Perawatan Usia Lanjut, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Edisi dua. Jakarta:
EGC.
Nurviyandari, Dwi. (2010). Modul : Keperawatan Gerontik dan Geriatric
Potter,P. A & Perry, A.G. (2005). Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses dan
Praktik). Edisi 4. Volume 1. Jakarta :EGC
Stanley. Dkk. (2007). Buku ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
___________. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta. EGC
Suratun (2008). Anatomi dan Fisiologi untuk Manula. Jakarta : EGC; 2004).
WHO., 1998. Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic, Geneva.
Yulia Tiya.(2013). Analisa Praktek Klinik Keperawatan Masyarakat Perkotaan

21

Anda mungkin juga menyukai