Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

Asuhan Keperawatan Gerontik Ny.W


Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung Wisma
Melati

(disusun untuk memenuhi tugas praktik profesi MA. Gerontik semester V)

Oleh:
GAGA PRASETYO
NIM. 0901300058

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BLITAR
2011
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik di UPT Pelayanan Sosial Blitar di


Tulungagung pada Ny.W telah diperiksa dan di setujui pada tanggal:

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi,

Fitri Asriani Suratin Pudji Handoko


LAPORAN PENDAHULUAN
PROSES PENUAAN

1. Pengertian Lanjut Usia


Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap
orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No. 13 tahun 1998
adalah 60 tahun keatas.

2. Teori tentang Proses menua


2.1 Teori Biologik
a. Teori genetik dan mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
b. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah.
c. Autoimune
Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus,
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
d. Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan
stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
e. Teori radikal bebas
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan
bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan
sel-sel tidak dapat regenerasi.

2.2 Teori Sosial


a. Teori ktifitas
Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial.
b. Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun
kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontrol sosial
c) Berkurangnya komitmen
c. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
a) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa
lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan
b) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
c) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi

2.3 Teori Psikologi


a. Teori kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia. Kebutuhan ini
memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia
sidah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada tingkat
selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut
tercapai.
b. Teori individual Jung
Carl Jung (1960) menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari
seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa muda
dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian
individu terdiri dari ego, ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran
bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar
atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri
(introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap
individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental

3. Perubahan Perubahan yang Terjadi Pada Lansia


3.1. Perubahan fisik
a. Sel: jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya
cairan intra dan extra seluler.
b. Persarafan: cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon
waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran,
presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya pengumpulan serum
karena meningkatnya keratin.
c. Sistem penglihatan: spnkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya respon
terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatny
ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang
pandang.
d. Sistem Kardivaskuler: katup jantung menebal dan menjadi kaku ,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah
berumur 20 tahun sehingga menyebabkanmenurunnya kontraksi dan
volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meninggi.
e. Sistem respirasi: otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan
menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga
kapasitas residu meingkat, nafas berat, kedalaman pernafasan menurun.
f. Sistem gastrointestinal: kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk ,
indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi
indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf
pengecap untuk rasa manis dan asin.
g. Sistem genitourinaria: ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %.
Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria,
otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc
sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan
berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas
55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir
kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.
h. Sistem endokrin: pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon
menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah,
aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate
(BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan
testosteron.
i. Sistem integumen: pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan
lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan
rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
j. Sistem muskuloskeletal: tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh
menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine
vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot ,
sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan tremor.

3.2 Perubahan Mental


Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2:
a. Kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
b. Kenangan jang pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi
perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor
waktu.
3.3 Perubahan Perubahan Psikososial
a. Pensiun: nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan
b. Merasakan atau sadar akan kematian
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak
lebih sempit.

Konsep Aktivitas (Mobilisasi)


a. Definisi
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan
aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang
tidak terlepas dari keadekuatan sistem persyarafan dan muskuloskeletal.
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak di mana manusia
memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.
b. Konsep Dasar
Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem
muskuloskeletal dan sistem persyarafan. Sisterm skeletal berfungsi sebagai:
1. Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh.
2. Melindungi bagian tubuh tertentu seperti hati, ginjal, otak dan paru-
paru.
3. Tempat melekatnya tendon dan otot.
4. Sumber mineral seperti garam dan posfat.
5. Tempat produksi sel darah.
Ada 206 tulang dalam struktur tubuh manusia yang dikelompokkan
menjadi tulang panjang seperti ektremitas atas dan bawah, tulang pendek
seperti jari-jari tangan dan kaki, tulang keras seperti tengkorak, tulang tak
beraturan seperti tulang-tulang spinal cord.
Antara tulang yang sat dengan tulang lainnya dihubungkan dengan sendi
yang memungkinkan terjadinya pergerakan.
Tulang dan sendi membentuk rangka sedangkan sistem otot berfungsi
sebagai:
1. Pergerakan
2. Membentuk postur
3. Produksi panas karena adanya kontraksi
Sistem persarafan berfungsi sebagai berikut:
1. Saraf effernt yaitu sraf yang menerima rangsangan
dari luar kemudian diteruskan ke susunan saraf pusat.
2. Sel saraf atau neuron yaitu sel saraf yang membawa
impuls dari bagian tubuh satu ke bagian tubuh lainnya
3. Saraf pusat memproses impuls dan kemudian
memberikan respons melalui saraf effernt.
4. Saraf efferent menerima respons dan kemudian
diteruskan ke otot rangka.
c. Body Mekanik
Body mekanik adalah penggunaan organ secara efisien dan efektif sesuai
dengan fungsinya. Melakukan aktivitas dan istirahat pada posisi yang benar
akan meningkatan kesehatan. Setiap aktivitas yang dilakukan harus
memperhatikan body mekanik yang benar seperti kegiatan mengangkat.
Ortopedik adalah pencegahan dan perbaikan dari kerusakan struktur
tubuh, seperti pada orang yang mengalami gangguan otot. Orang yang
bedrest lama juga akan menurunkan tunus otot. Tonus adalah istilah yang
menggambarkan kemampuan oktraksi otot rangka. Pada keadaan bedrest
lama kemungkinan terjadi kontraktur sehingga body mekanik juga
terganggu. Untuk mempermudah pembahasan body mekanik maka perlu
dipahami body aligment, keseimbangan dan koordinasi pergerakan.
1. Body aligment atau postur
Postur yang baik karena menggunakan otot dan rangka tersebut
secara benar. Misalkan pada posisi duduk, berdiri, mengangkat
benda dan lain-lain.
2. Keseimbangan
Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan sesuai dengan garis
sumbu dengan sentralnya adalah gravitasi.
3. Koordinasi pergerakan tubuh
Kemampuan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan seperti
kemampuan mengangkat benda, maksimal 57% dari berat badan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Body Alignment dan Pergerakan
1. Tingkat perkembangan tubuh
Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neuromuskuler
dan tubuh secara proporsional, postur, dan refleks akan berfungsi
secara optimal.
2. Kesehatan fisik
Penyakit, cacat tubuh dan immobilisasi akan mempengaruhi
pergerakan tubuh.
3. Keadaan nutrisi
Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot, dan
obesitas dapat menyebabkan pergerakan menjadi kurang bebas.
4. Emosi
Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi aktivitas tubuh
seseorang. Kesesahan dan kesusahan dapat menghilangkan
semangat, yang kemudian sering dimanifestasikan dengan
kurangnya aktivitas.
5. Kelemahan neuromuskuler dan skeletal
Adanya abnormal postur seperti scoliosis, lordosis, dan kifosis
dapat berpengaruh terhadap pergerakan.
6. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di kantor kurang melakukan aktivitas bila
dibandingkan dengan petani atau buruh.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurangnya Pergerakan atau
Immobilisasi
1. Gangguan Muskuloskeletal
a. Osteoporosis
b. Atropi
c. Kontraktur
d. Kekakuan dan sakit sendi
2. Gangguan Kardiovaskuler
a. Postural hipotensi
b. Vasodilatasi vena
c. Peningkatan penggunaan valsava manuver
3. Gangguan Sistem Respirasi
a. Penurunan gerak pernafasan
b. Bertambahnya sekresi paru
c. Atelektasis
d. Hipostatis pneumonia
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Tingkat aktivitas sehari-hari
a. Pola aktivitas sehari-hari
b. Jenis, frekuensi dan lamanya latihan fisik.
2. Tingkat kelelahan
a. Aktivitas yang membuat lelah
b. Riwayat sesak napas
3. Gangguan pergerakan
a. Penyebab gangguan pergerakan
b. Tanda dan gejala
c. Efek dari gangguan pergerakan.
4. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Postur/bentuk tubuh
 Skoliosis
 Kiposis
 Lordosis
 Cara berjalan
c. Ekstremitas
 Kelemahan
 Gangguan sensorik
 Tonus otot
 Atropi
 Tremor
 Gerakan tak terkendali
 Kekuatan otot
 Kemempuan jalan
 Kemampuan duduk
 Kemampuan berdiri
 Nyeri sendi
 Kekakuan sendi
Diagnosa keperawatan
1. Intoleransi aktifitas
Kemungkinan penyebab:
a. Kelemahan umum
b. Bedrest yang lama/Immobilisasi
c. Motivasi kurang
d. Pembatasan pergerakan
e. Nyeri
Kemungkinan ditemukan data
a. Verbal mengatakan ada kelemahan
b. Sesak napas/pucat
c. Kesulitan dalam pergerakan
d. Abnormal nadi, tekanan darah terhadap respons aktivitas
Tujuan yang diharapkan
a. Kelemahan yang berkurang
b. Berpartisipasi dalam perawatan diri
c. Mempertahankan kemampuan aktivitas seoptimal mungkin
Intervensi
- Memonitor keterbatasan aktivitas kelemahan saat aktivitas
R: merencanakan intervensi dengan tepat
- Bantu klien dalam melakukan aktivitas sendiri
R: klien dapat memilih dan merencanakannya sendiri
- Catat tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas
R: mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
- Kolaborasi dengan dokter dan fisioterapi dalam latihan aktivitas
R: meningkatkan kerja sama tim dan perawatan holistik
- Lakukan istirahat yang adekuat setelah latihan dan aktivitas
R: membantu memulihkan energi
- Beri diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet
R: metabolisme membutuhkan energi
- Berikan pendidikan kesehatan tentang perubahan gaya hidup untuk
menyimpan energi dan penggunaan alat bantu untuk bergerak
R: meningkatkan pengetahuan dalam perawatan diri
DAFTAR PUSTAKA

Capernito, Lynda Juall (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10, Alih
Bahasa Yasmin Asih. Jakarta: EGC.

Wahyudi Nugroho (2000). Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC.


Tarwoto; Wartonah (2003). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai