Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN GASTRITIS PADA NY. S

Oleh:
Kelas C

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP KEPERAWATAN GERONTIK

A. Pengertian
Gerotologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses
penuaan dan masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut. Geriatrik
adalah berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang
berusia lanjut. Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang berdasarkan ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang
berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan
kepadd klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu,
keluaraga, kelompok, dan masyarakat.
B. Lingkup Peran dan Tanggung Jawab
Fenomena yang menjadi bidang garap Keperawatan Gerontik adalah tidak
terpenuhinya KDM lanjut usia sebagai akibat proses penuaan. Lingkup
Asuhan Keperawatan Gerontik:
1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan.
2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses
penuaan.
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi keterbatasan akibat proses
penuaaan.
Peran & Fungsi Perawat Gerontik:
1. Care Giver/Pemberi Asuhan Kep. Langsung
2. Pendidik Klien Lansia
3. Motivator
4. Advokasi Klien
5. Konselor
Tanggung Jawab Perawat Gerontik:
1. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal.
2. Membantu klien lansia memelihara kesehatannya.
3. Membantu klien lansia menerima kondisinya.
4. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara
manusia sampai meninggal.
Sifat Pelayanan Gerontik:
1. Independen, yaitu perawat gerontik dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien lanjut usia dilakukan secara mandiri
2. Interindependen, yaitu perawat gerontik dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien lanjut usia dilakukan dengan kerja sama
dengan tim kesehatan lainnya
3. Humanistik, yaitu dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien
lanjut usia memandang sebagai makhluk yang perlu untuk diberi
perawatan yang layak dan manusiawi
4. Holistik, klien lanjut usia memiliki kebutuhan yang utuh baik bio-
psiko-sosial dan spiritual yang mempunyai karakteristik yang berbeda-
beda antara lansia satu dengan yang lainnya
Model Pemberian Keperawatan Profesional:
1. Model Asuhan
Model Asuhan yang sesuai masih dalam penelitian tetapi yang
lebih dpt diterima sementara ini adalah An Adaptation Model of
Nursing by Sister Callista Roy.
2. Model Manajerial
Model Manajerial yang sesuai juga masih dalam penelitian tetepi
yang lebih mengarah pada tindakan profesianal perlu dipertimbangkan
dari segi ketenagaan, visi, misi dan tujuan organisasi pelayannan
keperawatan.
C. Proses Penuaan
Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh
setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun
1998 adalah 60 tahun. Proses menua (aging process) merupakan suatu proses
biologis yang tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang.
Menurut Paris Constantinides, 1994 Menua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi secara
normal, ketahanan terhadap injury (termasuk infeksi) tidak seperti pada saat
kelahirannya, Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang
mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot,
susunan syaraf dan jaraingan lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan
seseotang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya
sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun saat menurunnya.
Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada umur 20–
30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam
kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit
sesuai bertambahnya umur.
D. Batasaan umur lanjut usia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
Depkes, membagi lansia sebagai berikut:
1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas
2. Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium
3. Kelompok usia lanjut (65 th>) sebagai senium
E. Teori tentang Proses menua
1. Teori Biologik
a. Teori Genetik dan Mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi
b. Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
c. Autoimun
Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
d. Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan
stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
e. Teori radikal bebas
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan
bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan
sel-sel tidak dapat regenerasi.
2. Teori Sosial
a. Teori aktifitas
Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial
b. Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun
kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :
1) Kehilangan peran
2) Hambatan kontrol sosial
3) Berkurangnya komitmen
c. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada
usatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
1) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa
lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan
2) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
3) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi
3. Teori Psikologi
a. Teori Kebutuhan manusia menurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia. Kebutuhan ini
memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia
sidah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada tingkat
selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut
tercapai.
b. Teori individual jung
Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan
kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-
kanak , masa muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai
lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang
dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan
terhadap dunia luar atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari
dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat
pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi
kesehatan mental
F. Perubahan Perubahan yang Terjadi Pada Lansia
1. Perubahan fisik
a. Sel: jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya
cairan intra dan extra seluler
b. Persarafan: cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam
respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem
pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya
pengumpulan serum karena meningkatnya keratin
c. Sistem penglihatan: spinkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya respon
terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh,
meningkatny ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang.
d. Sistem Kardivaskuler: katup jantung menebal dan menjadi kaku ,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah
berumur 20 tahun sehingga menyebabkanmenurunnya kontraksi dan
volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningg.
e. Sistem respirasi: otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga
menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya
sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan
menurun.
f. Sistem gastrointestinal: kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk,
indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi
indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf
pengecap untuk rasa manis dan asin
g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi
sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun
sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat.
Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia
yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami
oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi
selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang
dan menjadi alkali.
h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon
menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah,
aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate
(BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen
dan testosteron.
i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan
jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu,
sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi
keras dan rapuh.
j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin
rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut
discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut rabit
otot, sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan tremor.
2. Perubahan Mental
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan
perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan
serta situasi lingkungan. Intelegensi diduga secara umum makin mundur
terutama faktor penolakan abstrak mulai lupa terhadap kejadian baru, masih
terekam baik kejadian masa lalu.
Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya
perasaan tidak aman dan cemas, merasa terancam akan timbulnya suatu
penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Munculnya
perasaan kurang mampu untuk mandiri serta cenderung bersifat entrovert.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a. Kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
b. Kenangan jang pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi
perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari
faktor waktu.
3. Perubahan Perubahan Psikososial
Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat
beragam, tergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. Pada
saat ini orang yang telah menjalani kehidupan nya dengan bekerja
mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun.
Bila ia cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri untuk masa
pensiun dengan menciptakan bagi dirinya sendiri berbagai bidang minat
untuk memanfaatkan waktunya, masa pensiunnya akan memberikan
kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Tetapi bagi banyak pekerja
pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman-teman yang akrab dan
disingkirkan untuk duduk-duduk dirumah atau bermain domino di klub pria
lanjut usia.
Perubahan mendadak dalam kehidupan rutin barang tentu membuat
mereka merasa kurang melakukan kegiatan yang berguna.
a. Minat
Pada umumnya diakui bahwa minat seseorang berubah dalam
kuantitas maupun kualitas pada masa lanjut usia. Lazimnya minat dalam
aktifitas fisik cendrung menurun dengan bertambahnya usia. Kendati
perubahan minat pada usia lanjut jelas berhubungan dengan menurunnya
kemampuan fisik, tidak dapat diragukan bahwa hal hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial.
b. Isolasi dan Kesepian
Banyak faktor bergabung sehingga membuat orang lanjut usia
terisolasi dari yang lain. Secara fisik, mereka kurang mampu mengikuti
aktivitas yang melibatkan usaha. Makin menurunnya kualitas organ
indera yang mengakibatkan ketulian, penglihatan yang makin kabur, dan
sebagainya. Selanjutnya membuat orang lanjut usia merasa terputus dari
hubungan dengan orang-orang lain.
Faktor lain yang membuat isolasi makin menjadi lebih parah lagi
adalah perubahan sosial, terutama mengendornya ikatan kekeluargaan.
Bila orang usia lanjut tinggal bersama sanak saudaranya, mereka
mungkin bersikap toleran terhadapnya, tetapi jarang menghormatinya.
Lebih sering terjadi orang lanjut usia menjadi terisolasi dalam arti kata
yang sebenarnya, karena ia hidup sendiri.
Dengan makin lanjutnya usia, kemampuan mengendalikan
perasaan dengan akal melemah dan orang cendrung kurang dapat
mengekang dari dalam prilakunya. Frustasi kecil yang pada tahap usia
yang lebih muda tidak menimbulkan masalah, pada tahap ini
membangkitkan luapan emosi dan mereka mungkin bereaksi dengan
ledakan amarah atau sangat tersinggung terhadap peristiwa-peristiwa
yang menurut kita tampaknya sepele.
c. Peranan Iman
Menurut proses fisik dan mental pada usia lanjut memungkinkan
orang yang sudah tua tidak begitu membenci dan merasa kuatir dalam
memandang akhir kehidupan dibanding orang yang lebih muda. Namun
demikian, hampir tidak dapat disangkal lagi bahwa iman yang teguh
adalah senjata yang paling ampuh untuk melawan rasa takut terhadap
kematian. Usia lanjut memang merupakan masa dimana kesadaran
religius dibangkitkan dan diperkuat. Keyakinan iman bahwa kematian
bukanlah akhir tetapi merupakan permulaan yang baru memungkinkan
individu menyongsong akhir kehidupan dengan tenang dan tentram.
4. Perubahan Spritual.
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan
(Maslow,1970)
b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan
Zentner,1970).
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978),
Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah
berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai
keadilan.
KONSEP GASTRITIS

A. Definisi
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.
Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai
terlepasnya epitel akan gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan
merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung (Ratu & Adwan, 2013).
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa lambung (Suyono,
2001).
Pengertian yang lebih lengkap dari gastritis yaitu peradangan lokal atau
menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif
mukosa di penuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain (Reeves, 2002 dalam
Wijaya & Putri, 2013).
Jadi, gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronik, diffus atau lokal. Menurut penelitian, sebagian besar
gastritis disebabkan oleh infeksi bacterial mukosa lambung yang kronis.
Selain itu,beberapa bahan yang sering dimakan dapat menyebabkan rusaknya
sawar mukosa pelindung lambung.
B. Etiologi
Lapisan lambung menahan iritasi dan biasanya tahan terhadap asam yang
kuat. Tetapi lapisan lambung dapat mengalami iritasi dan peradangan karena
beberapa penyebab :
a. Gastritis bakterialis biasanya merupakan akibat dari infeksi oleh
Helicobacter pylori (bakteri yang tumbuh di dalam sel penghasil lendir di
lapisan lambung). Tidak ada bakteri lainnya yang dalam keadaan normal
tumbuh di dalam lambung yang bersifat asam, tetapi jika lambung tidak
menghasilkan asam, berbagai bakteri bisa tumbuh di lambung. Bakteri ini
bisa menyebabkan gastritis menetap atau gastritis sementara.
b. Gastritis karena stress akut, merupakan jenis gastritis yang paling berat,
yang disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi
secara tiba-tiba. Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai lambung
seperti terjadi pada luka bakar yang luas ataucedera yang menyebabkan
perdarahan hebat.
c. Gastritis erosif kronis bisa merupakan akibat dari : bahan-bahan seperti
obat-obatan, terutama aspirin dan obat antiperadangan non-steroid
lainnya, penyakit Crohn, infeksi virus dan bakteri. Gastritis ini terjadi
secara perlahan pada orang-orang yang sehat, bisa disertai dengan
perdarahan atau pembentukan ulkus (borok, luka terbuka,), paling sering
terjadi pada alkoholik.
d. Gastritis karena virus atau jamur bisa terjadi pada penderita penyakit
menahun atau penderita yang mengalami gangguan sistem kekebalan.
e. Gastritis eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap
infestasi cacing gelang. Eosinofil (sel darah putih) terkumpul di dinding
lambung.
f. Gastritis atrofik terjadi jika antibodi menyerang lapisan lambung,
sehingga lapisan lambung menjadi sangat tipis dan kehilangan sebagian
atau seluruh selnya yang menghasilkan asam dan enzim. Keadaan ini
biasanya terjadi pada usia lanjut gastritis ini juga cenderung terjadi pada
orang-orang yang sebagian lambungnya telah diangkat (menjalani
pembedahan gastrektomi parsial). Gastritis atrofik bisa menyebabkan
anemia pernisinosa kerena mempengaruhi penyerapan vitamin B12 dari
makanan.
g. Panyakit Meniere merupakan jenis gastritis yang penyebabnya tidak
diketahui. Dinding lambung menjadi tebal, lipatannya melebar,
kelenjarnya membesar dan memiliki kista yang berisi cairan. Sekitar 10%
penderita penyakit ini menderita kanker lambung.
h. Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang penyebabnya tidak
diketahui. Sel plasma (salah satu jenis sel darah putih) terkumpul di
dalam dinding lambung dan organ lainnya. Gastritis juga bisa terjadi jika
seseorang menelan bahan korosif atau menerima terapi penyinaran
dengan dosis yang berlabihan.
(Dalam Wijaya & Putri, 2013)
C. Klasifikasi
Secara garis besar gastritis dapat dibedakan menjadi 4 tipe berdasarkan
perjalanan dan gejala klinisnya :
a. Gastritis Akut Hemoragik Erosit
Gastritis tipe ini yang sering menyebabkan ulkus aktif. Dikatakan
kategori hemoragik erosit karena beresiko terjadi pendarahan masif dan
perforasi gaster. Gastritis hemoragik erosife di sebabkan oleh :
1) Pengguanaan obat anti inflamasi non-steroid
Obat anti inflamasi afeka analgetik anti inflamasinya diperoleh
dengan menghambat sekresi prostaglandin yang berdampak pada
peningkatan sekresi ion H +¿¿ yang dapat merusak epitel lambung.
Peningkatan sekresi H +¿¿ dapat menurunkan sekresi HCO3 sehingga
terjadi perlemahan pada perlindungan mukosa lambung. Obat anti
inflamasi non-steroid juga dapat menghambat agregasi trombosit
sehingga dapat terjadi bahaya perdarahan setelah terjadinya
perlukaan pada mukosa lambung.
2) Iskemia
Iskemia menyebabkan penurunan perfusi jaringan pada
lambung menurun yang dapat menurunkan produksi mucus (sebagai
barier terhadap asam lambung) sehingga epitel mudah mengalami
kerusakan dan perlukaan.
3) Stress
Peningkatan stress yang berarti terjadi peningkatan rangsangan
saraf otonom akan merangsang peningkatan sekresi gastrin dan
merangsang peningkatan asam hidroklorida (HCl). Peningkatan HCl
dapat mengikis mukosa lambung.
4) Penyalahgunaan alkohol, zat kimia korosif
Alkohol merupakan senyawa kimia yang mempunyai gugus
hidroksil (OH −¿¿) yang terikat pada rantai karbon dan rantai
hidrogen. Kandungan ion hidrogen itulah yang dapat meningkatkan
suasana dalam lambung ketika berikatan dengan HCl sehingga dapat
menjadi zat korosif dalam lambung. Golongan alkohol yang
sederhana dan yang paling banyak dipakai oleh etanol dan methanol.
Etanol banyak dipakai untuk campuran obat-obatan seperti sirup
obat flu untuk anak.
5) Trauma
Trauma keras yang mengenai dinding abdomen dapat
mengalami gaya percepatan sehingga dapat mengenai organ yang
terdapat pada rongga abdomen seperti lambung.
6) Trauma radiasi
Sinar yang mempunyai golongan > 20000 Hertz mempunyai
daya destruktif yang kuat terhadap tubuh. Radiasi yang beresiko
terhadap gastritis erosif adalah radiasi baik untuk diagnostik maupun
radiasi untuk pengobatan kanker pada abdomen.
b. Gastritis Aktif Kronik Non Erosif
Jenis peradangan lambung banyak terjadi pada daerah antrum.
Penyebab utama terjadinya gastritis aktif kronik non erosif adalah infeksi
helicobacter pylori. Bakteri helicobacter pylori merupakan bakteri yang
berbentuk sosis. Bakteri ini mempunyai beberapa keistimewaan sehingga
dapat hidup justru di daerah yang kaya asam. Keistimewaan itu antara
lain :
1) Bakteri ini mampu merubah lingkungan mikro yang ada disekitarnya
menjadi labih basa sehingga HCl tidak mampu merusak dindingnya
dan dapat berkoloni di mukosa lambung.
2) Bakteri ini mempunyai flagell yang di pergunakan untuk mengikis
mukosa lambung sehingga bakteri ini dapat masuk dalam cekungan
mukosa lambung sehingga lebih aman dari suasana asam.
3) Bakteri ini mempunyai kemampuan untuk merusak imunitas
sehingga tidak di anggap benda asing oleh limfosit-T, tetapi justru
sebaliknya dianggap sebagai bagian dari lambung sehingga leluasa
untuk berkembang biak.
4) Bakteri ini dapat membuat zat aktif yang melindungi dirinya dari
antibiotik sehingga resisten terhadap antibiotik yang diberikan.
Bakteri helicobacter pylori dapat menginfeksi lambung melalui
beberapa media penularan :
a) Melalui makanan yang terkontaminasi bakteri helicobacter
pylori, sebagai contoh : seorang ibu penderita gastritis
mengunyah anaknya makanan padahal air liurnya mengandung
bakteri helicobacter pylori.
b) Helicobacter pylori dapat ditularkan melalui faktor lalat yang
membawa bakteri melalui tinja penderita yang dihinggapi
sebelumya kemudian hinggap di makanan yang di makan orang
lain.
c) Penularan juga dapat melalui fakal-oral lain seperti tangan yang
habis membersihkan kotoran kemudian tidak cuci tangan dengan
benar padahal kotoran yang dibersihkan tadinya mengandung
bakteri helicobacter pylori.
Gastritis jenis ini dapat mengakibatkan tukak lambung yang
dysplasia sel lambung dan dapat memicu timbulnya kanker
lambung. Bakteri helicobacter pylori dapat memicu timbulnya
tukak lambung karena selain beberapa sifat diatas bakteri ini
juga merangsang peningkatan sekresi gastrin pada bagian
antrum dan peningkatan HCl pada bagian fundus. (Ratu dan
Adwan, 2013)
c. Gastritis Atropi
Penyebab tersering tipe ini adalah autoantibodi. Immunoglobin G
dan limfosit-B kehilangan daya kenal terhadap sel lambung sehingga
justru malah merusaknya. Sel parietal lambung mengalami atropi dan
+ ¿¿

mengalami gangguan terhadap reseptor gastrin, karbonhidrase, H +¿/ K ¿

ATPase dan faktor intrinsik. Antropi sel parietal dapat mengakibatkan


penurunan sekresi getah lambung dan faktor intrinsik menurun tetapi
justru terjadi penigkatan sekresi gastrin. Penurunan faktor intrinsik akan
menurunkan ikatan kobalamin dengan faktor intrinsik sehingga terjadi
defisiensi kobalamin (berakibat anemia pernisiosa). Peningkatan sekresi
gastrin akan mengakibatkan sel pembentuk gastrin mengalami hipertropi
dan hiperplasia sehingga dihasilakan histamin pada sel lambung (timbul
vasodilator pada pembuluh lambung). Hipertropi dan hiperplasia gastrin
itulah yang dapat memicu timbulmya sel karsinoid dan metaplasia sel
mukosa luas. (Ratu dan Adwan, 2013)
d. Gatritis Reaktif
Gastritis reaktif tersering disebabkan pasca operasi daerah antrum
atau daerah pylorus yang mengakibatkan refluks enterogastrik yang
menyebabkan enzim pankreas dan garam empedu menyerang mukosa
lambung sehingga mengalami pengikisan. Selain itu geth usus yang
alkalis dapat menetralkan gastrin sehingga menjadi sangat cocok untuk
perkembangan helicobacter pylori. (Ratu dan Adwan, 2013).
D. Patofisiologi
Mukosa lambung mengalami pengikisan akibat konsumsi alkohol, obat-
obatan antiinflamasi nonsteroid, infeksi helicobacter pylori. Pengikisan ini
dapat menimbulkan reaksi peradangan.
Inflamasi mukosa lambung juga dapat dipicu oleh peningkatan sekresi
asam lambung. Ion H +¿¿ yang merupakan susunan utama asam lambung di
produksi oleh sel parietal lambung dengan bantuan enzim Na +¿ K +¿¿ ATPase.
Peningkatan sekresi lambung dapat dipicu oleh peningkatan rangsangan
persarafan, misalnya dalam kondisi cemas, stress, marah melalui saraf
parasimpatik vagus akan terjadi peningkatan transmitter asetikolin, histamine,
gastrin releasing peptide yang dapat meningkatkan sekresi lambung.
Peningkatan ion H +¿¿ yang tidak diikuti peningkatan penawarnya seperti
prostaglandin, HCO3+¿ ¿mukus akan menjadikan lapisan mukosa lambung
tergerus terjadi reaksi inflamasi.
Peningkatan sekresi lambung dapat memicu rangsangan serabut eferen
nervus vagus yang menuju medulla oblongata melalui kemoreseptor yang
banyak mengandung neurotransmitter epinefrin, serotonin, GABA sehingga
lambung teraktivasi oleh rasa mual dan muntah.
Mual dan muntah mengakibatkan berkurangnya asupan nutrisi. Sedangkan
muntah mengakibatkan penurunan asupan nutrisi juga mengakibatkan
penurunan cairan tubuh dan cairan dalam darah (hipovolemia). Kekurangan
cairan merangsang pusat muntah untuk meningkatkan sekresi antidiuretik
hormon (ADH) sehingga terjadi retensi cairan, kehilangan NaCL, NaHCO 3
berlebihan di tambahkan dengan kehilangan natrium leawat muntah maka
penderita dapat jatuh hiponatremia. Muntah juga mengakibatkan penderita
kehilangan K +¿¿ (hipokalemia) dan penderita dapat jatuh pada kondisi
alkalosis yang diperburuk oleh hipokalemia. Muntah yang tidak terkontrol
juga dapat mengancam saluran pernafasan melalui aspirasi muntahan.
Perbaikan sel epitel dapat dicapai apabila penyebab yang menggerus di
hilangkan. Penutupaan celah yang luka dilakukan melalui migrasi sel epitel
dan pembelahan sel yang dirangsang oleh insulin like growth factore dan
gastrin. (Ratu dan Adwan, 2013)
Pathway

Infeksi Bakteri Infeksi Virus Stres Berat (Luka Pemakaman obat Konsumsi Alkohol,
Helicobacter (Influenza, bakteri, cedera, penghilang nyeri secara kokain.
terus-menerus (Aspirin, Ibu
Pylory campak) pembedahan) profen)

Hidup dibagian dalam Timbul memar Mengurangi prostaglandin Mengiritasi mukosa


lapisan mukosa yang melaisi kecil dalam yang bertugas melindungi pada dinding
dinding lambung. dinding lambung lambung
lapisan lambung

Dinding lambung dilindungi oleh mukosa bicarbonate


(selaput lapisan penyangga untuk menyeimbangkan
keasaman lambung) menjadi rusak.

Peningkatan asam lambung


(Hiperasiditas/Hipersekresi HCL

Mual & muntah Inflamasi mukosa


lambung

Anoreksia Drainase gaster Ulkus Demam Kerusakan langsung


mukosa

Defisi Nutrisi Resiko Jika tidak segera Hipertermoregul Lambung


ketidakseimbangan menghilang asi
cairan

Ulkus Hipertermia Nyeri Spigastrik


Imunitas membesar
menurut
Dalam waktu 2 – 5
hari setelah terjadi
cedera
Perubahan Resiko tinggi Nyeri akut Defisit
tumbuh infeksi Pengetahuan
kembang
Haemateomesis Melena

Sumber: (Kumar, 1995), (Nanda, 2006), (Ester. M, 2001)


E. Manifestasi Klinis
1. Malaese
2. Sakit kepala
3. Mual
4. Muntah
5. Anoreksia
6. Nyeri ulu hati
7. Kembung
8. Asam dimulut
9. Keluhan–keluhan anemia
F. Pemerikasaan Diagnostik
Uji diagnostik yang paling umum untuk gastritis adalah endoskopi dengan
biopsi lambung. Sebelum pelaksaan akan di berikan obat untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan kecemasan kemudian disisipkan sebuah tabung tipis
dengan kamera kecil di akhirnya melalui mulut atau hidung pasien dan ke
dalam perut. Endoskopi digunakan untuk memeriksan lapisan kerongkongan,
perut dan bagian pertama dari intestinum.
Tes lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab gastritis
atau komplikasi adalah sebagai berikut:
a. Upper Gastrointestinal (GI) seri.
Para pasien menelan barium, bahan cair kontras yang membuat saluran
pencernaan terlihat dalam sinar X. X-ray gambar mungkin menunjukkan
perubahan pada lapisan perut, seperti erosi atau borok.
b. Tes darah.
Dokter dapat memeriksa anemia, suatu kondisi dimana darah yang kaya
besi substansi, hemoglobin juga berkurang. Anemia mungkin merupakan
tanda perdarahan di perut.
c. Tes untuk Helicobacter Pylori Infeksi.
Tes nafas pasien, darah atau tinja untuk tanda-tanda infeksi. Helicobacter
pylori juga dapat di konfirmasi dengan biopsi diambil dari perut selama
endoskopi. (Ratu dan Adwan, 2013)
G. Penatalaksanaan
Orientasi utama pegobatan gastritis berpaku pada obat-obatan. Obat-
obatan yang mengurangi jumlah asam di lambung dapat mengurangi gejala
yang mungkin menyertai gastritis dan memajukan penyembuhan lapisan perut.
Pengobatan ini meliputi :
a. Antasida yang berisi aluminium dan magnesium dan karbonat dan
kalsium dan magnesium. Antasida meredakan mulas ringan atau
dispepsia dengan cara menetralisasi adam di perut. Ion H +¿¿ merupakan
struktur utama asam lambung. Dengan pemberian aluminium hidroksida
atau magnesium hidroksida maka asam lambung dapat di kurangi. Obat-
obat ini dapat menghasilkan efek samping seperti diare atau sembelit
karena dampak penurunan H +¿¿ adalah penurunan rangsangan peristaltik
usus.
b. Histamin (H2) blocker, seperti famotidine dan ranitidin. H2 blocker
mempunyai dampak penurunan produksi asam dengan mempengaruhi
langsung pada lapisan epitel lambung dengan cara menghambat
rangsangan sekresi oleh saraf otonom pada nervus vagus.
c. Inhibitor Pompa Proton (PPI), seperti omeprazole,lansoprazole,
pantoprazole, rebeplazole, esomeprazole, dan dexlansoprazole. Obat ini
bekerja menghambat produksi asam melalui penghambatan terhadap
elektron yang menimbulkan potensial aksi pada saraf otonom vagus. PPI
diyakini lebih efektif menurunkan produksi asam lambung dari pada H2
blocker. Tergantung penyebab dari gastritis, langkah-langkah tambahan
atau pengobatan mungkin diperlukan.
d. Pemberian makanan yang tidak merangsang. Walaupun tidak
mempengaruhi langsung pada peningkatan asam lambung tetapi makanan
yang merangsang seperti pedas, kecut dapat meningkatkan asam pada
lambung sehingga dapat meningkatkan resiko inflamasi pada lambung.
Selain tidak merangsang makanan juga dianjurkan yang tidak
memperberat kerja lambung seperti makanan yang keras seperti nasi
keras.
e. Penderita juga dilatih untuk manajemen stres sebab stres dapat
mempengaruhi sekresi asam lambung melalui nervus vagus. Latihan
mengendalikan stres bisa juga diikuti dengan peningkatan spiriual
sehingga penderita dapat lebih pasrah ketika menghadapi stres. (Ratu dan
Adwan, 2013)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Fokus pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
b. Kebiasaan-kebiasaan yang menggangu kesehatan: merokok,
minum-minuman keras atau obat-obatan.
c. Tindakan yang sudah dilakukan.
2. Pola nutrisi dan Metabolik
a. Adanya hematomisis dan regurgitasi makanan.
b. Adanya sendawa dan rasa penuh di epigastrium setelah makan.
c. Adanya mual, muntah, anoreksi/tidak dapat makan, kehilangan/
penurunan berat badan.
d. Adanya riwayat minum alkohol, aspirin, merokok dan menelan zat-
zat beracun.
e. Adanya kebiasaan makan yang terlalu pedas atau pengiritasi, dan
tidak teratur makan.
f. Kapan gejala muncul, apakah sebelum atau sesudah makan?
g. Adanya riwayat diet yang salah.
3. Pola Eliminasi
Adanya susah BAB, kembung, mual/muntah.
4. Pola Aktivitas
Kemampuan beraktivitas sehari-hari normal atau berkurang tergantung
kondisi pasien.
5. Pola Tidur dan Istirahat
a. Adanya keluhan tidak dapat beristirahat
b. Adanya keluhan sering terbangun pada malam hari karena nyeri
atau regurgitasi makanan.
6. Pola persepsi-kognitif
a. Depresi dan intensitas nyeri tergantung pada penyebabnya (pada
gastritis akut dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada
epigastrik/nyeri uluhati), menelan dan zat beracun dapat meyebabkan
nyeri dan terlokalisir dan nyeri pada waktu menelan.
b. Adanya suara serak pada pagi hari (langiritis).
c. Jika gejala dari menelan zat beracun, ditemukan adanya keluhan
pengecapan.
7. Pola coping dan stress toleransi
Adanya keluhan ansietas/stress tingkat tinggi di tempat kerja atau di
rumah. (Dermawan dan Rahayuningsih, 2010)
B. Pemeriksaan fisik
1) Kebiasaan: merokok satu bungkus/hari, mengkonsumsi makanan yang
pedas
2) Inspeksi: conjungtiva palpebrae inferior : anemik, dehidrasi
(perubahan turgor kulit, membrane mukosa kering), terlihat menekuk
lutut dengan posisi tidur miring.
3) Auskultasi: mendengarkan bising usus
4) Perkusi: hipertimpani
5) Palpasi abdomen: adanya nyeri tekan di daerah epigastrik.
(Dermawan dan Rahayuningsih, 2010)
C. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis: inflamasi
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit: infeksi
e. Risiko ketidakseimbangan cairan yang berhubungan dengan disfungsi
intestinal
DIAGNOSA TUJUAN
NO. KRITERIA HASIL RENCANA KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Tingkat nyeri: Manajemen Nyeri:
berhubungan tindakan keperawatan 1) Peningkatan kemampuan a. Observasi
dengan agen selama 2x24 jam nyeri menuntaskan aktivitas 1) Identifikasi lokasi, karakteristik,
pencedera dapat berkurang. 2) Penurunan keluhan nyeri durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
fisiologis: inflamasi 3) Penurunan anoreksia nyeri.
4) Penurunan ketegangan otot 2) Identifikasi skala nyeri
5) Penurunan mual dan muntah 3) Identifikasi responnyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
b. Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Kompres hangat/dingin)
2) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu.
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Status Nutrisi: Konseling Nutrisi:
berhubungan tindakan keperawatan 1) Nyeri abdomen menurun a. Observes
dengan selama 2x24 jam status 2) Bising usus membaik 1) Identifikasi kebiasaan makan dan
ketidakmampuan peritaku makan yang akan diubah
nutrisi membaik 3) Membran mukosa membaik
mencerna makanan 2) Identifikasi kemajuan modifikasi
diet secara reguler
3) Monitor intake dan output cairan,
nilai hemoglobin, tekanan darah,
kenaikan berat badan dan kebiasaan
membeli makanan
b. Terapeutik
1) Bina hubungan terapeutik
2) Sepakati lama waktu pemberian
konseling
3) Tetapkan tujuan jangka. pendek dan
jangka panjang yang realistis
4) Gunakan stander nutrisi sesuai
program diet dalam mengevatuasi
kecukupan asupan makanan
5) Pertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan gizi (mis. Usia, tahap
pertumbuhan dan perkembangan,
penyakit)
c. Edukasi
1) Informasikan perlunya modifikasi
diet (mis. penurunan atau
penambahan bom badan, batasan
natrium atau cairan, pengurangan
kolestrol)
2) Jelaskan program gizi dan persepsi
pasien terhadap diet yang
diprogramkan
d. Kolaborasi
1) Rujuk pada ahli gizi, jika perlu
3. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Proses Informasi: Edukasi Kesehatan
berhubungan tindakan keperawatan 1) Memahami kalimat meningkat a. Tindakan
dengan kurang selama 2x24 jam Proses 2) Memahami cerita meningkat 1) Identifikasl kesiapan dan
terpapar informasi Informasi meningkat. 3) Proses pikir teratur kemampuan menerima infomasi
2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan
sehat
b. Terapeutik
1) Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
2) Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
3) Berikan kesempatan untuk bertanya
c. Edukasi
1) Jekaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
3) Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
4. Hipertermia Setelah dilakukan Termoregulasi: Manajemen Hipertermi:
berhubungan tindakan keperawatan 1) Menggigil menurun a. Observasi
dengan peningkatan selama 2x24 jam 2) Pucat menurun 1) Identifikasi penyebab hipertermia
laju metabolisme
termoregulasi membaik 3) Takikardia menurun (misal dehidrasi, terpapar
4) Takipneu menurun lingkungan panas, penggunaan
5) Bradikardi menurun inkubator)
6) Hipoksia menurun 2) Monitor suhu tubuh
7) Suhu tubuh membaik 3) Monitor haluan urine
8) Suhu kulit membaik 4) Monitor komplikasi akibat
9) Tekanan darah membaik hipertermia
b. Terapeutik
1) Sediakan lingkungan yang dingin
2) Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
3) Lakukan pendinginan eksternal
(misal selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
4) Berikan oksigen, jika perlu
c. Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Capernito Lynda juall (2008), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 , Alih
Bahasa Yasmin Asih EGC jakarta
C. Long barbara ( 2006) Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses) Unit IV, V,
VI Alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, IAPK
Bandung
Wahyudi Nugroho ( 2012), Keperawatan Gerontik Edisi 2 , EGC Jakarta Guyton, A.C. 1997.
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, editor, Irawati Setiawan, Edisi 9. Jakarta; EGC
Keliat, B.A. 1994. Proses Keperawatan. Jakarta; EGC
Mansjoer, A,. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga Jilid Pertama. Jakarta;
Media Aeusculapius,
Price, S.A,. 1994. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit,; alih bahasa,
Peter Anugrah; editor, Caroline Wijaya, Edisi 4. Jakarta; EGC
Smeltzer, S.C,. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ; alih
bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, Vol.2. Jakarta; EGC
Soeparman, S.W,. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II,. Jakarta; Gaya Baru
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Jakarta:
DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019), Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Jakarta:
DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Jakarta:
DPP PPNI
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A.    Karakteristik Demografi


1.    Identitas Diri Klien
Nama lengkap   : Ny. Siti Hindun (Ny. S)
Tempat/tgl lahir            : Probolinggo, 01-Juli-1963
Jenis kelamin    : wanita
Status perkawinan   : Cerai Mati
Agama          : Islam
Suku bangsa          : Jawa
Pendidikan terakhir     : Tamat SD
Diagnose medis (bila ada)    : Gastritis
Alamat        : Dusun. Tambak Bahak, RT/RW 013/006, Desa. Curahdringu,
Kecamatan. Tongas, Kabupaten. Probolinggo.
2.   Keluaraga atau orang lain yang penting/dekat yang dapat dihubungi :
Nama     : Ahmad Khotib
Alamat            : Dusun. Tambak Bahak, RT/RW 013/006, Desa. Curahdringu,
Kecamatan. Tongas, Kabupaten. Probolinggo.
No. telepon          : 082245125348
Hubungan dengan klien   : Anak
3.    Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
Pekerjaan saat ini         : Ny. S mengatakan bahwa Ny. S merupakan Ibu Rumah Tangga
dan juga penjahit
Pekerjaan sebelumnya  : Mengupas seafood seperti kepiting dan rajungan, dan juga
membuat kerangka untuk menangkap ikan rajungan
Sumber pendapatan      : dari anak
Kecukupan pendapatan   : Ny. S dicukupi kebutuhannya oleh anaknya.
5. Aktivitas rekreasi
1) Hobi/minat : Ny. S mengatakan bahwa Ny. S memiliki minat dalam menjahit
2) Keanggotaan organisasi : Ny. S mengatakan bahwa Ny. S mengikuti sebuah
organisasi lansia, dan sholawatan.
3) Liburan/perjalanan : Ny. S mengatakan hanya menghabiskan waktu luang
bersama keluarga
5.    Riwayat keluarga
a.       Saudara kandung
Nama Keadaan saat ini keterangan
Toni Dalam kondisi baik, Tidak tinggal dengan
dan tidak memiliki Ny. S
penyakit seperti Ny. S

b.      Riwayat kematian dalam keluarga ( 1 tahun terakhir )


Nama            : Ny. Sarifa
Umur              : 85 Tahun
Penyebab kematian      : Usia Lanjut

B.     Pola kebiasaan setiap hari


1.    Nutrisi
Frekuensi makan   : 2x sehari
Nafsu makan   : baik
Jenis makanan    : karbohidrat seperti nasi dan sayuran serta lauk pauk
Kebiasaan sebelum makan : mengkonsumsi air hangat
Makanan yang tidakdisukai :-
Alergi terhadapmakanan     :-
Pantangan makanan      : makanan yang pedas
Keluhan yang berhubungan dengan makan :-
2.      Eliminasi
a.       BAK
Frekuensi   dan waktu    : ± 5kali dalam satu hari
Kebiasaan BAK pada malam hari    : 1 kali sebelum tidur
Keluhan yang berhubungan dengan BAK :-

b.    BAB
Frekuensi dan waktu : 2 hari 1 kali
Konsistensi : padat
Keluhan yang berhubungan dengan BAB :-
Pengalaman memakai laxantif/pencahar :-
3.      Personal hygiene
a.       Mandi
Frekuesi dan waktu mandi   : 2 kali dalam sehari
Pemakaian sabun ( ya/tidak )   : ya
b.      Oral hygiene
Frekuensi dan gosok gigi  : 2 kali sehari
Menggunakan pasta gigi   : ya
c.       Cuci rambut
Frekuensi      : 1 kali sehari
Penggunaan shampoo ( ya/tidak ): ya
d.      Kuku dan tangan
Frekuensi gunting kuku    : satu minggu 2 kali
Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun  : ya
4.      Istirahat dan tidur
Lama tidur malam      : ± 6 jam
Tidur siang                : ± 2 jam
Keluhan yang berhubungan dengan tidur   : -
5.      Kebiasaan mengisi waktu luang
a.       Olaraga : Ny. S tidak perna berolah raga
b.      Nonton TV : diwaktu malam
c.       Berkebun/memasak  : memasak
d.      Lain-lain : menjahit baju, dan membantu keluarga (menyapu)
6.      Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan ( jenis/frekuensi/jumlah/lama pakai )
a.       Merokok ( ya/tidak )           : tidak
b.      Minuman keras ( ya/tidak )  : tidak
c.       Ketergantungan terhadap obat ( ya/tidak )  : tidak
7.      Uraian kronologis kegiatan sehari-hari
Jenis kegiatan Lama waktu untuk setiap kegiatan
 Tidur malam  ± 7 jam
 Memasak  ± 2 jam
 Bantu keluarga  ± 4 jam
 Menjahit  ± 2 jam
 Tidur siang  ± 2 jam
 Jamaah sholat  15 menit dalam 5 waktu
 Nonton tv  ± 2 jam
 Istirahat  ± 3 jam

C.    Status kesehatan


1.      Status kesehatan saat ini
a.       Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : mengalami nyeri diperut bagian kiri
b.      Gejala yang dirasakan : meriang, mual, dan pusing
c.       Faktor pencetus : klien enggan sarapan pagi
d.      Timbul keluhan : (ⱱ) mandadak    
e.       Waktu mulai timbulnya keluhan : jika terlalu siang untuk makan pagi
f.       Upaya mengatasi  :
(ⱱ) Pergi kebidan atau perawat
(ⱱ ) Mengonsumsi obat-obatan sendiri
( ) Lain-lain, sebutkan: klien minum air hangat sebelum makan.
2.      Riwayat kesehatan masa lalu
a.       Penyakit yang pernah diderita : tidak mengalami penyakit yag lain, hanya saja
klien mengalami seperti batuk, pilek, dan panas.
b.      Riwayat alergi ( obat, debu, makanan, dan lain-lain )   : tidak ada
c.       Riwayat kecelakaan : pernah mengalami kecelakan bersama anaknya
d.      Riwayat dirawat di RS : pernah dirawat di puskesmas terdekat karena gastritis
e.       Riwatyat pemakaian Obat : obat untuk lambung saja.
3.      Pengkajian/pemeriksaan fisik ( observasi, pengukuran, auskultasi, perkusi dan palpasi)
I.       Keadaan umum ( TTV )          :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CM
Tanda-tanda vital:
- TD : 100/80 mmHg
- Nadi : 76 x/menit
- Pernafasan : 18 x/menit
- Suhu : 36,8 oC
BB: 48 Kg Naik: - Kg Turun: -kg TB: 160 cm
II. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Warna beruban, bersih, Distribusi sedang, tidak rontok
2. Mata : Bentuk simetris, Konjungtiva, tidak anemis, Sklera tidak ikterik,
Strabismus tidak ada, Penglihatan tidak terganggu, Peradangan tidak ada, tidak
ada Riwayat katarak
3. Hidung : Bentuk simetris, tidak ada peradangan, Penciuman tidak terganggu
4. Mulut dan tenggorokan : kebersihan baik, Mukosa lembab, tidak ada
Peradangan
5. Telinga : Bentuk simetris, Kebersihan baik, tidak ada peradangan
6. Leher: Posisi trachea simetris, tidak ada Pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
JVD, tidak ada Kaku kuduk
7. Dada : Bentuk dada normal chest, tidak ada Retraksi, tidak ada whezzing, tidak
adaronchi,dan tidak ada Suara jantung tambahan
8. Abdomen : Bentuk flat, adanya Nyeri tekan di area ulu hati dan perut bagian
kiri, Kembung, Bising usus ada, frekuensi: 12 x/menit, tidak ada Massa, nyeri
pada abdomen bagian kiri dengan skala 6, nyeri hilang timbul, nyeri terasa saat
telat makan, seperti tertusuk-tusuk.
9. Genetalia / anus: Kebersihan baik, tidak ada hemoroid, tidak ada hernia
10. Ekstremitas : tonus otot skala 5, Postur tubuh normal, Gaya berjalan normal,
Rentang gerak maksimal, tidak ada (Deformitas, Tremor, Edema kaki, Flebitis,
dan tidaka Kludikasi)
11. Integumen: Kebersihan baik, Warna tidak pucat, lembab

D.     Lingkungan tempat tinggal


1.      Kebersihan dan kerapian ruangan : rumah bersih dan tertata rapi
2.      Penerangan          : cukup
3.      Sirkulasi udara      : terdapat jendela dan ventilasi untuk sirkulasi
udara
4.      Keadaan kamar mandi dan WC : kamar mandi bersih
5.      Pembuangan air kotor    : pembuangan dibuat seperti septi tank
6.      Sumber air minum      : pakai galon air dari depo air terdekat
7.      Pembuangan sampah : membuat tempat untuk membakar sampah
8.      Sumber pencemaran   : tidak ada
9.      Penataan halaman ( kalau ada ) : tidak ada
11.  Resiko injuri           : adanya area licin didepan kamar mandi
           

E.    Hasil pengkajian khusus ( format terlampir )


1.      Pengkajian Psikososial
2. Pengkajian Fungsional Klien
3. Pengkajian Status Mental Gerontik
4. Pengkajian Keseimbangan untuk Klien Lansia

1. Pengkajian Psikososial Spiritual


1.1 Psikososial
Kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap klien pada orang lain,
harapan – harapan klien dalam melakukan sosialisasi, kepuasan klien dalam
sosialisasi, dll.
1) Interaksi : Klien mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan
lingkungan sekitar, dengan keluarga klien mempunyai hubungan yang
cukup baik, dan mampu bersosialisasi dengan baik.
2) Adaptasi : Klien mampu beradaptasi dengan baik, baik dengan
lingkungan ataupun dengan orang lain.
1.2 Identitas Masalah Emosional
PERTANYAAN TAHAP 1
 Apakah klien mengalami sukar tidur ? Tidak
 Apakah klien sering merasa gelisah ? Tidak
 Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ? Tidak
 Apakah klien sering was – was atau kuatir ? Tidak
 MASALAH EMOSIONAL NEGATIF ( - )
1.3 Spiritual
Agama., kegiatan keagamaan, konsep / keyakinan klien tentang kematian, harapan –
harapan klien, dll.
Aktivitas Ibadah : Klien beragama islam, dan melaksanakan sholat 5 waktu

Lampiran 1; Pedoman skrinning status emosi dan kognitf


PENGKAJIAN TENTANG MMSE
Petunjuk Pengisian:
Berilah nilai (sesuai poin) pada kolom yang tersedia untuk jawaban nilai!
N Jawaban
Pernyataan
o Nilai Jumlah
1 Onientasi(nilai max 10)

1. Tanggal berapa sekarang, bulan apa, tahun berapa, musim 1. 3


6
apa dan hari apa(tiap jawaban poini)
2. Dimana kita sekarang?negara mana, wilayah, propinsi, desa 2. 3

2 Registrasi(nilai max 3)

 perawat menyebutkan 3 benda, tiap benda di jelaskan 1 detik, 2 2


klien diminta mengulang nama benda, pengulangan 6 kali
3 Perhatian dan kalkulasi(nilai max 5)

1. Diminta menghitung hasil 100 dikurangi 7, hasilnya kembali


kurangi 7lagi, sebanyak 5 kali pengurangan( nilai sesuai
2
benamya), skor benar adalah jumlah benar sebelum salah 2
Atau menyebutkan huruf yang nenyusun kata dunia yang di
balik, nilai adalah jumlah benar huruf sebelum salah
menyebut urutan huruf
4 Mengingat kembali (nilai max 3)
Menyebutkan 3 benda yang sudah dijelaskan di poin 2, tiap benda 2 2
yang diingat mendapat skor I
5 Bahasa (nilai max 9)

1. Menyebutkan /menamai 2 benda(nilai tiap benda 1) 1. 2
2. Pengulangan : ulangi hal berikut “tak ada jika, dan, atau tapi” 2. 1
4 nilai 1 3. 2
3. Ikuti perintah 3 langkah : “ambil secarik kertas dengan 4. 1
8
tangan kanan anda, lipat menjadi 2, dan taruh dilantai “4 nilai
mak 3 5. 1
4. Baca dan ikuti penintah ini (perlihatkan bahan-bahan tertulis) 6. 1
“tutup mata anda” 4 nilai 1
5. Tuliskan satu kalimat - nilai 1
6. Menyalin gambar ( polgon kompleks) 4 nilai
Total skor 20

Jika skor ≥ 21, klien mengalami masalah kognitif, nilai max 30


Hasil Pemeriksaan: Aspek kognitif dari fungsi mental baik.

Lampiran 2: Pedoman skrinning status intelegensia


PENGKAJIAN SPMSQ
Petunjuk Pengisian
Hitunglah jumlah kesalahan dan jawaban, Berilab tanda √ pada jawaban

N DAFTAR PERTANYAAN BEN SALAH BENAR


O
1 Tanggal berapakah hari ini? √
2 Hari apakah hari ini? √
3 Apakah tempat ini? √
4 Berapakah no telp/ no rumah/ nama jalan? √
5 Berapakah usia anda? √
6 Kapan anda lahir √
7 Siapa nama presiden sekarang? √
8 Siapa nama presiden sebelumnya? √
9 Siapa nama ibumu? √
10 20 dikurangi 3 dan seterusnya? √

Penilaian arti jumlah kesalahan


0-2 kesalahan : intelegensi baik
3-4 kesalahan : gangguan intelek ringan
5-7 kesalahan : gangguan intelek sedang
8-10 kesalahan : gangguan intelekberat

Keterangan: Nn.S memiliki tingkat Intelegensi yang baik


Lampiran 3: Penilaian depresi pada lansia
Penilain tingkat depresi dengan GDS
Lingkarilah nilai pada pilihan jawaban

Nilai
No Pernyataan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? 1 0
Apakah anda telah banyak menghentikan aktivitas dan minat—minat
2 1 0
anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? 0 1
4 Apakah anda sering merasa hidup anda bosan? 0 1
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? 1 0
Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan akan terjadi pada
6 1 0
anda?
7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? 1 0
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? 0 1
Apakah anda Iebih senang tinggal di rumah dan pada pergi ke luar dan
9 1 0
mengerjakan sesuatu hal yang baru?
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingatan
10 0 1
anda di bandingkan kebanyakan orang?
11 Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan? 1 0
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini? 0 1
13 Apakah anda merasa penuh semangat? 1 0
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? 0 1
Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari pada
15 1 0
anda?

Penilaian kesimpulan oleh pengkaji: tingkat depresi yang dialami Ny. S tidak berat, sehingga
Ny. S tidak merasa resah dengan kondisi yang dialami.
Lampiran 4

KATz Indeks (menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lansia dan penyakit kronis dan
untuk menggambarkan tingkat fungsional klien (mandiri atau tergantung)
Mampu secara mandiri
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Mandi √
2 Berpakaian √
3 Toilet √
4 Berpindah √
5 Kontinen √
6 Makan √

Kriteria: Hasil penilaian

A. Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah , ke kamar kecil, berpakaiaan,


dan mandi
B. Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dan fungsi tersebut
C. Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
D. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaiaan dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaiaan, dan kekamar kecil dan
satu fungsi tambahan
E. Kemandinian dalam semua hal kecuali mandi, perpakaian, ke kamar kecil, berpindah
dan satu fungsi tambahan
F. Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

Lain2: tergantung pada sedikitnya 2 fungsi tetapi tidak dapat diklasifikasikan


C,D,EdanF

Keterangan Hasil: Ny. S memiliki kriteria hasil Kemandirian dalam hal makan,
kontinen, berpindah , ke kamar kecil, berpakaiaan, dan mandi
Lampiran 5: Modifikasi dari Barthel Indeks
Termasuk yang manakah klien ?

DENGAN
NO KRITERIA MANDIRI KETERANGAN
BANTUAN
Frekuensi : sedang
Jumlah : satu piring
1 Makan - 10 tidak penuh.
Jenis : Nasi, sayur
mayur, dan lauk pauk.
Frekuensi : kurang lebih
8 gelas
2 Minum - 10 Jumlah : 960 ml/hari
Jenis : air putih
hangat dan tawar biasa.
Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, Ny. S mampu berpindah
3 - 15
sebaliknya tempat secara mandiri.
Personal toilet ( cuci muka, menyisir Frekuensi : cuci muka
rambut, gosok gigi ) kurang lebih 6 kali, gosok
4 - 5
gigi 2 kali, menyisir rambut
kurang ebih 3 kali.
Keluar masuk toilet ( mencuci pakaian, Ny.s mampu keluar masuk
5 - 10
menyeka tubuh, menyiram) toilet secara mandiri.
6 Mandi - 15 Frekuensi : 2 kali sehari
Ny.s mampu jalan
7 Jalan di permukaan datar - 5
dipermukaan datar.
Ny.s mampu menuruni
8 Naik turun tangga - 10
tangga.
Ny.s mampu mengenakan
9 Mengenakan pakaian - 10
pakaina secara mandiri.
Frekuensi : 1 kali sehari.
10 Kontrol Bowel ( BAB ) - 10
Konsisten : lunak
Frekuensi : kurang lebih
11 Kontrol Bladder ( BAK ) - 10 4 kali sehari
Warna : kuning jernih
Frekuensi : tidak olah
raga.
12 Olah raga / latihan - 10 Jenis : tidak pernah
mengikuti kegiatan olah
raga.
Jenis : menonton tv,
berkumpul bersama
13 Rekreasi / pemanfaatan waktu luang - 10
keluarg.
Frekuensi : 2 kali sehari.
Keterangan : kegiatan mandiri pada Ny.s yakni dengan nilai 130, Ny.s mampu melakukan kegiatan sehari-hari
dengan mandiri.
Keterangan:
a. 130 : Mandiri
b. 65 – 125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan total
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PENYEBAB


1. Ds: Agen pencendera Nyeri Akut
Ny. S mengatakan bahwa Ny. S fisiologis
terkadang masih merasa nyeri pada (Inflamasi)
ulu hati, seperti tertusuk-tusuk,
merasa nyeri ketika telat makan, dan
nyeri terasa hilang timbul, dengan
skala 6.
Do:
- K/u: Baik
- Kesadaran: komposmenstis
- Palpasi: terdapat nyeri pada
ulu hati
- Ttv :
 TD: 100/80 Mmhg
 S: 36,8°C
 N: 76x/menit
 RR: 18x/menit
- Klien tampak meringis
2. Ds: Kurang Terpapar Defisit Pengetahuan
Ny. S megatakan bahwa Ny. S tidak Informasi
begitu mengetahui terkat masalah
yang dialami.
Do:
- Menunjukkan perilaku tidak
sesuai anjuran
- Menunjukkan persepsi yang
keliru terhadap masalah.
- Ny. S terkadang hanya beli
obat-obatan ditoko-toko
terdekat dan dibidan
RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN
KRITERIA HASIL RENCANA KEPERAWATAN
. KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Tingkat nyeri: Manajemen Nyeri:
berhubungan tindakan keperawatan 6) Peningkatan kemampuan e. Observasi
dengan agen selama 1x24 jam nyeri menuntaskan aktivitas 5) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
pencedera dapat berkurang. 7) Penurunan keluhan nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
fisiologis: inflamasi 8) Penurunan anoreksia 6) Identifikasi skala nyeri
9) Penurunan ketegangan otot 7) Identifikasi faktor yang memperberat dan
10) Penurunan mual dan muntah memperingan nyeri
8) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
f. Terapeutik
4) Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. Kompres
hangat/dingin)
5) Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
6) Fasilitasi istirahat dan tidur
7) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
g. Edukasi
4) Jelaskan strategi meredakan nyeri
5) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
6) Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
7) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
h. Kolaborasi
2) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan Proses Informasi: Edukasi Kesehatan
berhubungan tindakan keperawatan 4) Memahami kalimat d. Tindakan
dengan Kurang selama 1x24 jam nyeri meningkat 3) Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Terpapar Informasi dapat berkurang 5) Memahami cerita meningkat menerima infomasi
6) Proses pikir teratur 4) Identifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
e. Terapeutik
4) Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
5) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
6) Berikan kesempatan untuk bertanya
f. Edukasi
4) Jekaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
5) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
6) Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO.
TANGGAL JAM IMPLEMENTASI
DX
1. 27 Juni 2021 Manajemen Nyeri:
a. Observasi
20:20 1) Pengkajian lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
20:20 2) Pengkajian skala nyeri
20:21 3) Mengkaji faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
20:21 4) Mengkaji pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
b. Terapeutik
20:21 5) Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri dengan cara Kompres
hangat.
20:22 6) Mengklarisifikasi lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan Pertimbangkan, kebisingan)
20:22 7) Memberikan saran agar istirahat dan tidur dengan nyaman yakni sesuai dengan
kebutuhannya.
20:22 8) Mengklarisifikasi jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
c. Edukasi
20:21 9) Memberikan strategi meredakan nyeri
20:22 10) Menyarankan untuk merasakan nyeri secara mandiri agar segera melakukan strategi sesuai
20:23 dengan yang diajarkan.
20:23 11) Menyarankan menggunakan analgetik secara tepat
20:21 12) Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
2. 27 Juni 2021 Edukasi Kesehatan
a. Tindakan
20:23 1) Memngkaji kesiapan dan kemampuan menerima infomasi
20:24 2) Mengkaji faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup
bersih dan sehat
b. Terapeutik
20:24 3) Memberikan materi dan media pendidikan kesehatan
20:24 4) Melakukan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
20:28 5) Memberikan kesempatan untuk bertanya
c. Edukasi
20:24 6) Memberikan penjelasan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
20:24 7) Memberikan edukasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat
20:24 8) Memberikan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat
EVALUASI KEPERAWATAN

NO. TANGGA
JAM EVALUASI KEPERAWATAN
DX L
1. 28 Juni 20:20 S: Ny. S mengatakan bahwa Ny. S terkadang masih merasa nyeri pada ulu hati, seperti tertusuk-tusuk,
2021 merasa nyeri ketika telat makan, dan nyeri terasa hilang timbul, dengan skala 5.
O:
- K/u: Baik
- Kesadaran: komposmenstis
- Palpasi: terdapat nyeri pada ulu hati
- Ttv :
 TD: 110/80 Mmhg
 S: 37°C
 N: 74x/menit
 RR: 18x/menit
- Klien tidak meringis
A: Masalah Teratasi Sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
I:
1) Pengkajian lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
2) Pengkajian skala nyeri
7) Memberikan saran agar istirahat dan tidur dengan nyaman yakni sesuai dengan kebutuhannya
10) Menyarankan untuk merasakan nyeri secara mandiri agar segera melakukan strategi sesuai
dengan yang diajarkan.
11) Menyarankan menggunakan analgetik secara tepat
28 Juni 10:00 E:
2021  S: Ny. S mengatakan bahwa Ny. S terkadang masih merasa nyeri pada ulu hati, seperti tertusuk-
tusuk, merasa nyeri ketika telat makan, dan nyeri terasa hilang timbul, dengan skala 2.
 O:
- K/u: Baik
- Kesadaran: komposmenstis
- Palpasi: terdapat nyeri pada ulu hati
- Ttv :
 TD: 110/70 Mmhg
 S: 36,3°C
 N: 74x/menit
 RR: 18x/menit
- Klien tidak meringis
- Epigastrium kaku
 A: Masalah Teratasi Sebagian
 P: Lanjutkan Intervensi 1, 2, 7, 10, 11
2. 28 Juni 20:22 S:
2021 Ny. S megatakan bahwa Ny. S sudah mulai mengetahui terkat masalah yang dialami.
O:
- Mulai menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
- Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah.
- Ny. S terkadang hanya beli obat-obatan ditoko-toko terdekat dan dibidan
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
I:
3) Memberikan materi dan media pendidikan kesehatan dengan mengulang materi sudah dijelaskan
4) Melakukan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
5) Memberikan kesempatan untuk bertanya
12 Mei 10:02 E:
2020  S: Ny. S megatakan bahwa Ny. S sudah mulai mengetahui terkat masalah yang dialami.
 O:
- Mulai menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
- Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah.
- Ny. S terkadang hanya beli obat-obatan ditoko-toko terdekat dan dibidan
 A: masalah teratasi sebagian
 P: Lanjutkan intervensi 3, 4, 5.

Anda mungkin juga menyukai