FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS 2022 A. KONSEP LANSIA 1. Definisi Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2010). Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang menyebabkan penyakit degenerative misal, hipertensi, arterioklerosis, diabetes mellitus dan kanker (Nurrahmani, 2012). 2. Batasan Lansia Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi dalam Sunaryo (2016), batabatas umur yang mencakup batas umur lansia sebagai berikut: a. Menurut undang-undangn Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mmencapai usia 60 tahun ke atas”. b. Menurut Wordl Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di batsu 90 tahun. c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase, yaitu: pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (Fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 sampai tutup usia. d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setypnegoro masa lanjut usia (geriatric age) > 65 tahun, atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75- 80 tahun), dan very old (> 80 tahun) (Efendi & Makhfudli, 2009). Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). 3. Karakteristik lanjut usia menurut Budi Anna Keliat (2009): a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang Kesehatan) b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif. c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi 4. Tipologi Lansia a. Tipe Arif Bijaksana Kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sedehana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan. b. Tipe Mandiri Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta memenuhi undangan. c. Tipe tidak Puas Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut sulit dilayani dan pengkritik. d. Tipe Pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap dating terang, emgikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan. e. Tipe Bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh Orang lanjut usia dapat pula dikelompokkan dalam beberapa tipe yang bergantung kepada karakter pengalaman, kehidupannya, lingkungan, fisik, mental, sosial dan ekonomi. Antara lain: 1) Tipe optimis, santai dan riang: tipe kursi goyang (rocking chairman) 2) Tipe konstruktif 3) Tipe ketergantungan (dependen) 4) Tipe defensif 5) Tipe militan dan serius 6) Tipe marah dan frustrasi (the angry man) 7) Tipe putus asa (benci pada diri sendiri) ; self heating man Sebagai seorang perawat perlu mengenal berbagai tipe dari lanjut usia sehingga perawat akan dapat menghindari kesalahan atau kekeliruan dalam melaksanakan pendekatan perawatan. Tentu saja tipe-tipe tersebut hanya suatu pedoman dasar dan dalam prakteknya dapat ditemui dalam berbagai variasi. 5. Mitos Lansia a. Mitos konservatif Ada pandangan bahwa lansia pada umumnya: 1) Konservaatif 2) Tidak kreatif 3) Menolak inovasi 4) Berorientasi ke masa silam 5) Merindukan masa lalu 6) Kembali ke masa kanak-kanak 7) Susah menerima ide baru 8) Susah berubah 9) Keras kepala 10) Cerewet Faktanya: tidak semua lansia bersikap, berfikiran, dan berperilaku demikian. b. Mitos berpenyakit dan kemunduran Lansia sering kali dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai dengan berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua (lansia merupakan masa berpenyakitan dan kemunduran) Faktanya: memang proses menua disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit. Akan tetapi, saat ini telah banyak penyakit yang dapat dikontrol dan diobati. c. Mitos senilitas Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh adanya kerusakan sel otak. Faktanya: banyak lansia yang masih tetap sehat dan segar bugar, daya pikirnya masih jernih dan cenderung cemerlang, bnyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat. d. Mitos ketidakproduktifan Lansia dipandang sebagai masa usia yang tidak produktif, bahkan menjadi beban keluarganya. Lansia dipandang sebagai masa usia yang tidak produktif, bahkan menjadi beban keluarganya. Faktanya: tidak demikian, banyak individu yang mencapai kebenaran, kematangan, kemantapan, serta produktifitas mental dan material dimas lanjut usia. e. Mitos asektualitas Ada pandangan bahwa pada lansia, minat, dorongan, gairah, kebutuhan, dan daya seks menurun. Faktanya: kehidupan seks pada lansia berlangsung normal, dan frekuensi hubungan seksual menurun sejalan meningkatnya usia, tetapi masih tetap tinggi. f. Mitos tidak jatuh cinta Lansia sudah tidak lagi jatuh cinta, tidak tertarik atau bergairah kepada lkawan jenis. Faktanya: perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa, perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lansia. g. Mitos kedamaian dn ketenangan Lansia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda dan dewasanya. Badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan telah berhasil dilewatinya. Faktanya: sering ditemukan stres karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit, kecemasan, kekhawatiran, depresi, paranoid, dan psikotik. 6. Teori Penuaan a. Teori biologis Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh selama masa hidup (Reny Yuli, 2014). Teori ini lebih menekankan pada perubahan kondisi tingkat struktural sel/organ tubuh, termasuk didalamnya adalah pengaruh agen patologis. 1) Teori genetik Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetic untuk spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam nuclei (inti sel) suatu jam yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak berputar, jadi menurut konsep ini bila jam berhenti akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal. 2) Teori Non-genetik a) Teori penurunan system imun tubuh (auto immune theory) Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenai dirinya sendiri. Jika mutasi yang merusak membrane sel, akan menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan peyakit auto imun pada lanjut usia. b) Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory) Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti: Asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi, sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigment dan kolagen pada proses menua. c) Teori menua akibat metabolisme Bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori menyebabkan kegemukan dan memperpendek umur. d) Teori rantai silang Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membran plasma yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis dan kehilangan fungsi pada proses menua. b. Teori Psikologis 1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory) Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya setelah menua Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari usia lanjut. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dengan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia. 2) Kepribadian Berlanjut (Continuty Theory) Menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya. 3) Teori Pembahasan (Disengagement Theory) Putusnya pergualan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi anda kehilangan (triple loss), yakni: kehilangan peran (loss of role), hambatan kontak sosial (restriction of contacts and relationships), berkurangnya komitmen (reduced commitment to social moes and values). (Azizah, 2011) 7. Masalah perubahan yang terjadi pada lansia Perubahan – Perubahan yang terjadi pada Lansia menurut Reny Yuli Aspiani, 2014: a. Perubahan Fisik: 1) Sel: Jumlahnya lebih sedikit, ukurannya lebih besar, TBW (jumlah cairan tubuh berkurang) dan cairan intra seluler menurun, menurunnya proporsi protein di otak, ginjal, otot darah dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel. 2) Sistem Kardiovaskuler: Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun sehingga menurunnya kontraksi dan volume jantung, kehilangan elastisitas pembuluh darah, oksigenisasi tidak adekuat, mengakibatkan pusing mendadak, tekanan darah cenderung tinggi karena meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. 3) Sistem Persarafan: Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak tiap individuberkurang setiap hari), respon dan waktu untuk bereaksi lambat, atropi saraf panca indra (berkurangnya penglihatan, pendengaran, pencium & perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin), kurang sensitif terhadapsentuhan. 4) Sistem Pendengaran: Prebiakusis (hilangnya kemampuan untuk daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap suara nada tinggi, suara yg tidak jelas, sulit mengerti kata-kata) 50% terjadi pada usia >65th, atropi membran tympani, menyebabkan otosklerosis (kekakuan pada tulang bagian dalam), terjadinya pengumpulan cerumen dapat mengeras karena peningkatan keratin, pendengaran bertambah menurun pada lansia yang mengalami ketegangan jiwa/stress. 5) Sistem Penglihatan: Lensa lebih suram (kekeruhan lensa) menjadi katarak, kornea lebih berbentuk sferis (bola kecil), respon terhadap sinar menurun, daya adaptasi terhadap gelap lebih lambat, hilangnya daya akomodasi mata, lapang pandang menurun, sulit membedakan warna biru dan hijau pada skala. 6) Sistem Respirasi: Otot - otot pernafasan kehilangan kekuatan (lemah) dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas silia, elastisitas paru berkurang, kapasitas residu meningkat, menarik nafas berat, dan kedalaman bernafas menurun O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg; CO2 arteri tidak berganti kemampuan untuk batuk berkurang, kemampuandinding, dada & kekuatan otot pernafasan menurun sejalan dengan tambah usia. 7) Sistem Genitourinari: Ginjal mengecil dan nefron atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang; kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin; berat jenis urin menurun, proteinuria (+1), otot-otot vesika urinaria melemah, kapasitasnya menurun 200 ml sedangkan frekuensi buang air kecil meningkat. Pada pria lansia, vesika urinari sulit dikosongkan akibatnya meningkatkan retensi urin. Prostat membesar (dialami 75% pria usia 65 tahun keatas), atropi vulva, selaput lendir kering, elastisitas menurun, permukaan lebih licin, perubahan warna Seksual intercourse masih. 8) Sistem Reproduksi: Menciutnya ovari dan uterus, atropi payudara, pada laki-laki, testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meski ada penurunan secara berangsur-angsur, selaput lendir vagina menurun, permukaan lebih halus, sekresi berkurang, reaksi sifatnya alkali, perubahan- perubahan warna, dorongan Seksual masih. 9) Sistem Gastrointestinal: Kehilangan gigi, karena kesehatn gigi buruk atau gizi buruk, indra pengecap menurun, iritasi kronis selaput lendir, atropi indra pengecap, hilangnya sensisitifitas saraf pengecap di lidah tentang rasa manis, asin, dan pahit, dilambung, sensisitifitas rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan juga menurun, peristaltik lemah sehingga biasa timbul konstipasi, daya absorbsi terganggu. 10) Sistem Endokrin: Produksi hormon menurun, termasuk hormon tiroid, aldosteron, kelamin (progesteron, estrogen, testosteron), menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR= basal metabolic rate, fungsi paratiroid & sekresinya tidak berubah. 11) Sistem Integumen: Kulit keriput, akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik, (kaku, rapuh dan keras), karena kehilangan proses keratinisasi, perubahan ukuran dan bentuk - bentuk sel epidermis, menurunnya respon terhadaptrauma, mekanisme proteksi kulit menurun: Produksi serum menurun, gangguan pigmentasi kulit. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas, akibat menurunnya cairan & vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku pudar dan kurang bercahaya, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsi. 12) Sistem Muskuloskeletal: Tulang kehilangan density (cairan), makin rapuh, kifosis, pinggang, lutut dan jari pergelangan, pergerakannya terbatas, Discus intervertebralis menipis, menjadi pendek (tingginya berkurang), persendian membesar dan kaku, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atropi serabut otot bergerak menjadi lambat, otot- otot kram dan tremor, otot polos tidak begitu terpengaruh b. Perubahan Psikososial 1) Pensiun: Produktivitas dan identitas – peranan (kehilangan financial, kehilangan status, kehilangan relasi), 2) Sadar akan kematian, 3) Perubahan dalam cara hidup 4) Penyakit kronis dan ketidakmampuan. 5) Hilanganya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap body image, perubahan konsep diri. c. Perubahan Mental 1) Faktor-faktor yang pengaruhi perubahan mental: Perubahan fisik, organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, herediter, lingkungan. 2) Perubahan kepribadian yang drastis. 3) Berkurangnya adaptasi untuk kebiasaan baru, berkurangnya kemampuan nyatakan sopan santun. 4) Merasa kadang tidak diperhatikan atau dilupakan. 5) Cenderung menyendiri, bermusuhan. 6) Mudah tersinggung akibat egoisme atau reaksi kemunduran ingatan. 7) Tidak memperhatikan kebersihan, penampilan. 8) Lupa meletakan barang, menuduh orang mencuri, gelisah, delirium pada malam hari. 9) Pola tidur berubah (tidur seharian atau sulit tidur di malam hari). 10) Mengumpulkan barang yang tidak berharga. d. Perubahan Memori 1) Kenangan jangka panjang: berjam-jam sampai berhari-hari. 2) Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk. e. IQ (Intellgentia Quotion) Akibat proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada kemampuan otak seperti perubahan intelegenita quantion (IQ) yaitu fungsi otak kanan mengalami penurnan sehingga lansia akan mengalami penurunan sehingga lansia akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi nonverbal, pemecahan masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah seseorang. Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan, karena penurunan kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk menerima rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga kemampuan untuk mengingat pada lansia juga menurun (Mujahidullah, 2012). f. Perkembangan Spiritual Pada umumnya lansia akan semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal tersebut bersangkutan dengan keadaan lansia yang akan meninggalkan kehidupan dunia. g. Masalah Fisik Sehari-Hari Yang Sering Ditemukan Pada Lansia 1) Mudah jatuh 2) Mudah lelah, disebabkan oleh: Faktor psikologis, Gangguan organis, Pengaruh obat. 3) Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi, alkohol, penyakit metabolic, dehidrasi. 4) Nyeri dada karena PJK, aneurisme aorta, perikarditis, emboli paru, dsb. 5) Sesak nafas pada waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan jantung, gangguan sistem respiratorius, overweight, anemia. 6) Palpitasi karena gangguan irama jantung, penyakit kronis, psikologis. 7) Pembengkakan kaki bagian bawah karena edema gravitasi, gagal jantung, kurang vitamin B1, penyakit hati, penyakit ginjal, kelumpuhan, dsb. 8) Nyeri pinggang atau punggung karena osteomalasia, osteoporosis, osteoartritis, batu ginjal, dsb. 9) Nyeri sendi pinggul karena artritis, osteoporosis, fraktur/dislokasi, saraf terjepit. 10) Berat badan menurun karena nafsu makan menurun, gangguan saluran cerna, faktor sosio-ekonomi. 11) Sukar menahan BAK karena obat-obatan, radang kandung kemih, saluran kemih, kelainan syaraf, faktor psikologis. 12) Sukar menahan BAB karena obat-obatan, diare, kelainan usus besar, kelainan rektum. 13) Gangguan ketajaman penglihatan karena presbiopi, refleksi lensa berkurang, katarak, glaukoma, infeksi mata. 14) Gangguan pendengaran karena otosklerosis, ketulian menyebabkan kekacauan mental. 15) Gangguan tidur karena lingkungan kurang tenang, organik dan psikogenik (depresi, irritabilitas). 16) Keluhan pusing-pusing karena migren, glaukoma, sinusitis, sakit gigi, dsb. 17) Keluhan perasaan dingin dan kesemutan anggota badan karena ganguan sirkulasi darah lokal, ggn syaraf umum dan lokal. 18) Mudah gatal-gatal karena kulit kering, eksema kulit, DM, gagal ginjal, hepatitis kronis, alergi2. 8. Penyakit yang menyerang pada lansia a. Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis, osteoartritis. b. Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia. c. Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum. d. Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia. e. Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas. f. Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru. g. Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker. h. Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dan sebagainya. 9. Faktor faktor yang mempengaruhi lansia 1. Hereditas (keturunan/ genetik) 2. Nutrisi / makanan 3. Status kesehatan. 4. Pengalaman hidup 5. Lingkungan 6. Stress 10. Pengkajian pengkajian pada lansia a. KATZ INDEKS Mengukur kemampuan pasien dalam melakukan 6 kemampuan fungsi: bathing, dressing, toileting, transfering, feeding, maintenance continence. Biasa digunakan untuk lansia, pasien dengan penyakit kronik (stroke, fraktur hip). b. BARTHEL INDEKS Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian yang berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan. c. SPSMQ merupakan instrument pengkajian sederhana yang digunakan untuk menilai fungsi intelektual maupun mental dari lansia. d. GDS Geriatric Depression Scale (GDS) merupakan salah satu instrumen yang paling sering digunakan untuk mendiagnosis depresi pada usia lanjut. e. APGAR KELUARGA Merupakan kuesioner skrining singkat yang dirancang untuk merefleksikan kepuasan anggota keluarga dengan status fungsional keluarga dan untuk mencatat anggota-anggota rumah tangga. f. MMSE Mini Mental State Examination (MMSE) adalah pemeriksaan yang paling sering digunakan untuk mengetahui fungsi kognitif. B. PENYAKIT/GANGGUAN LANSIA 1. DEFINISI Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer, 2015). Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2014). Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru (Smeltzer, 2013). 2. ETIOLOGI Penyebab tuberkulosis adalah mycrobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3- 0,6/um (Amin dan Asril, 2016). Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batangaerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panasdan sinar ultra violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um. Yang tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis kompleks adalah: Mycobakterium tuberculosis Varian asian Varian african I Varian asfrican II Mycobakterium bovis Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan mycobakterial othetan Tb (mott, atipyeal) adalah: Mycobacterium cansasli Mycobacterium avium Mycobacterium intra celulase Mycobacterium scrofulaceum 3. TANDA DAN GEJALA Demam Batuk atau batuk berdahak Sesak napas Nyeri dada Malaisase (Tierney, 2013) 4. PATOFISIOLOGI Menurut Somantri (2016), infeksi diawali karena seseorang menghirup basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisisikan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri. Interaksi antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang penampakannya seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif. 5. PATHWAY 6. PEMERIKSAAN PENUNJANG a) Kultur sputum: positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit. b) Ziehl Neelsen: (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapancairan darah) positif untuk basil asam cepat. c) Test kulit: (PPD, Mantoux, potongan vollmer); reaksi positif (area durasi10 mm) terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigenmenunjukan infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi tidak secaraberarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yangsecara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atauinfeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda. d) Elisa / Western Blot: dapat menyatakan adanya HIV. e) Foto thorax; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahanmenunjukan lebih luas TB dapat masuk rongga area fibrosa. f) Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster; urien dancairan serebrospinal, biopsi kulit) positif untuk mycobakteriumtubrerkulosis. g) Biopsi jarum pada jarinagn paru; positif untuk granula TB; adanya selraksasa menunjukan nekrosis. 7. PENATALAKSANAAN a) Penatalaksanaan Perawat Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian: Jangka pendek. Dengan tata cara pengobatan: setiap hari denganjangka waktu 1 – 3 bulan. 1) Streptomisin inj 750 mg. 2) Pas 10 mg. 3) Ethambutol 1000 mg. 4) Isoniazid 400 mg. Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannyaadalah setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi setelahperkembangan pengobatan ditemukan terapi. Therapi TB paru dapatdilakukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis: 1) INH. 2) Rifampicin. 3) Ethambutol Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhanmenjadi 6-9 bulan. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukandalam pemeriksan sputum BTA (+) dengan kombinasi obat: 1) Rifampicin. 2) Isoniazid (INH). 3) Ethambutol. 4) Pyridoxin (B6). b) Penatalaksanan Medis 1) Lab: Radiologi 2) Spirometri, uji bronkodilator 3) Uji BCG 4) Kultur sputum 8. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN A) PENGKAJIAN (POLA FUNGSI KESEHATAN) Menurut Pengkajian Virginie Henderson masalah yang ditemui pada pasien dengan masalah TB paruhanya yang muncul beberapa dari 14 pengkajian tersebut a. Pola Oksigenasi Biasanya ditemukan kondisi pada pasien seperti Batuk ( produktif / non produktif ), Napas pendek, Riwayat tuberculosis, Peningkatan jumlah pernapasan, Gerakan pernapasan asimetri, Perkusi : Dullness, penurunan fremitus pleura terisicairan.
b. Pola Persepsi Kesehatan (Pemahaman klien tentang kesehatan
dan bagaimana kesehatan mereka diatur) c. Pola Nutrisi Metabolik (Konsumsi relative terhadap kebutuhan metabolik) d. Pola Eliminasi (Menggambarkan pola fungsi eliminasi dalam kehidupan sehari – hari apakah ada gangguan atau tidak) e. Pola Aktivitas dan Latihan (Menggambarkan pola aktivitas dalam kehidupan sehari - hari) f. Pola Istirahat dan Tidur (Menggambarkan pola tidur dan istirahat pasien) g. Pola Kognitif (Persepsi sensori pasien) h. Pola Konsep Diri (Menggambarkan cara menggambarkan diri sendir, bagaimana cara seseorang memandang dirinya) i. PolaPeran – Hubungan (Keterikatan peran dan hubungan) j. Pola Reproduksi (Kepuasan atau tidak nyaseks) k. Pola Koping (Menggambarkan pola koping pada umumnya) l. Pola Nilai Kepercayaan (Keyakinan spiritual pasien) m. Pola Gerak dan Ketahanan Tubuh n. Suhu Tubuh (Nurarif,2015) (Tanto,2014) B) DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Ketidak efektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan penumpukan secret. 2) Ketidak efektifan Pola Nafas berhubungan dengan sesak nafas. 3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru. 4) Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi 5) Hambatan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri kepala. 6) Deficit nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan factor psikologis. 7) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan Fisik. C) INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
. KEPERAWATAN (NOC) (NIC) 1. Ketidak efektifan Setelah diberikan asuhan a. Monitor bersihan jalan nafas dan Bersihan Jalan Nafas keperawatan selama 2 x 24 jam TTV. berhubungan dengan diharapkan kepatenan jalan nafas b.Atur posisi yang nyaman seperti penumpukan secret. membaik dengan kriteriahasil : posisi semi fowler a. Mendemostrasikan batuk efektif c. Beri latihan pernafasan dalam dan dan suara nafas yang bersih. batuk efektif. b. Mampu mendefinisikan dan d.Kolaborasi terapi oksigen mencegah factor yang menghambat jalan nafas. 2. Ketidak efektifan Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi frekuensi kedalaman Pola Nafas keperawatan selama 1 x 6 jam pernafasan dan ekspansi dada berhubungan dengan diharapkan pola nafas klien kembali 2) Berikan oksigen sesuai dengan sesak nafas. efektif dengan KH: advice Pola nafas efektif. 3) Beritahu keluarga untuk Bunyi nafas normal atau bersih meninggikan kepala pasien dan TTV dalam batas normal bantu mengubah posisi pasien. Batuk berkurang 4) Kolaborasikan pemberian humidifikasi 3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor respirasi dan status O2 pertukaran gas keperawatan selama 1 x 6 jam, 2) Lakukan fisioterapi dada jika berhubungan dengan Pasien Menunjukkan peningkatan perlu kongesti paru. kapasitas ventilasi dan pertukaran 3) Posisikan pasien untuk gas. Dengan KH: memaksimalkan ventilasi Tanda-tanda vital dalam rentang Atur intake untuk cairan normal mengoptimalkan keseimbangan Peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat 4. Hipertermi Setelah di lakukan tindakan 1) Monitor suhu sesering mungkin berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam di 2) Monitor tekanan darah, nadi dan reaksi inflamasi. harapkan mengalami penurunan suhu RR dengan kriteria hasil: 3) Berikan kompres hangat pada - Suhu tubuh dalam rentang pasien normal 4) Kolaborasi pemberian obat - Nadi dan RR dalam rentang penurun panas sesuai advice normal dokter. - Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing 5. Hambatan rasa Setelah di lakukan tindakan 1) Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyaman nyeri keperawatan selama 2x24 jam di nyeri. berhubungan dengan harapkan nyeri berkurang/terkontrol 2) Lakukan tehnik relaksasi nafas nyeri kepala. dengan kriteria hasil: dalam. - Mampu mengontrol nyeri 3) Berikan edukasi hal yang harus - Melaporkan bahwa nyeri dilakukan ketika nyeri datang. berkurang dengan menggunakan Kolaborasi pemberian obat sesuai manajemen nyeri indikasi. 6. Deficit nutrisi Setelah di lakukan tindakan 1. Monitor adanya mual dan kurang dari keperwatan selama 2x 24 jam di muntah kebutuhan harapkan kebutuhan nutrisi dapat 2. Berikan makanan yang terpilih berhubungan dengan terpenuhi dengan KH: 3. Ajarkan pasien bagaimana factor psikologis. 1. Tidak ada penurunan BB membuat catatan makanan 2. tidak ada tanda-tanda mal nutrisi harian 4. Kolaborasidengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang di butuhkan pasien 7. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan asuhan 1) Kaji tingkat kemampuan klien berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 jam, dalam beraktivitas. Kelemahan Fisik. diharapkan Klien menunjukan 2) Observasi TTV perbaikan kemampuan untuk 3) Bantu pasien untuk beraktivitas. berpartisipasi dalam melakukan 4) Tingkatkan partisipasi klien aktivitas secara mandiri dengan dalam melakukan aktivitas criteria hasil: sehari-hari sesuai dengan yang - Pasien menunjukkan peningkatan dapat ditoleransi. tingkat energy. - Pasien menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan. DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. (2013). Nursing Interventions Classification. Indonesia: Elsevier.
Heardman, H. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015- 2017 Edisi 10. Jakarta: RGC. Moorhead, S. (2013). Nursing Outcomes Classifications. Indonesia: Elsevier. Nanda. (2013). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC. Nururarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC_NOC Jilid 3. Yogyakarta: MediAction. Tanto, C., Liwang, Sonia, & Adip, E. (2014). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke 4. Jakarta: Media Aesculapius.