TINJUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur –angsur mengakibatkan
perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh seperti di dalam UUN 13 TAHUN 1998 yang di
isinya menyatakaan bahwa pelaksanaan pembaguan nasional yang bertujuan mewujudkan
masyarakat yang makin membaik (.Dwi Retnaningsih, 2018)
Lansia adalah seseorang apabila usinya 65 tahun k etas. Lansia menurut
pudjlastuti ,2002 lansia bukan suatu penyakit merukan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupa yang di tandai dengan penurunan kemampuan untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan( muhith,2016)
Lansia ialah kelompok yang rentang sekali terkena penyakit menular ataupun tidak
menular karena dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami penurunan atau
perubahan fungsi seperti fisik, psikis, biologis, spiritual, serta hubungan sosialnya, dan
tentunya memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan ( megawati, 2020)
3. Tipe-Tipe lansia
Menurut (Maryam 2008 dlm ).beberapa tipe lansia yang bergantung pada karakter,
pengalamaan hidup, lingkungan, kondisi fisik, social dan ekonomisnya. Tipe dapat di
jabarkan sebagai berikut:
1) Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalamaan menyesuaikan diri dengan perubahaan jaman,
memepunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2) Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan seletif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.
3) Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,tidaak sabar,
mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4) Tipe pasrah
Menerma dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan
pekerjaan apa saja.
5) Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh
tidak acuh.
2. Anatomi fisiologi
system kardiovaskuler menurut (Tarwoto, dkk,2015).
Gambar (Anatomi & Fisiologi Keperawatan, 2015)
1. Jantung
Jantung merupakan organ utama system kardiovaskuler, berotot dan
berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastinum, di antara dua paru-paru.
Bentuk jantung seperti kerucut tumpul, pada bagian tepinya pada ruang
interkosta V kiri atau kira-kira 9 cm dari kiri linea medioclvicularis, sedangkan
bagian atasnya disebut basis terletak agak kekanan tepatnya pada kosta ke III, 1
cm dari tepi lateral sternum.
2. Lapisan otot
Ada tiga lapisan jantung yaitu lapisan bagian luar disebut epikardium,
lapisan bagian tengah disebut miokardim, lapisan ini lebih tebal, tersusun atas
otot lurik dan mampu berkontraksi dengan kuat. Sedangkan lapisan bagian dalam
di sebut endocardium, lapisan ini terdiri dari jaringan endotelia yang juga
melapisi ruang jantung dan katub jantung.
3. Selaput jantung
Jantung di lapisi oleh dua membrane untuk mencegah terjadinya trauma dan
infeksi yaitu pericardium parietal dan pericardium visceral.Pericardium parietal
merupakan lapisan jantung paling luar dan tersusun dari jaringan
fibrosa.Sedangkan lapisan membrane pericardium visceral merupakan lapisan pada
bagian dalam yang melekat ke miokardium dan melapisi beberapa sintimeter aorta
dan arteri pulminalis.
4. Ruang jantung
Jantung terbagi dua belahan yaitu belahan kanan dan belahan kiri, kedua
belahan tersebut di pisahkan oleh pemisah yang di sebut septum.Setiap belahan
terdiri dari dua ruang pengumpul yang di sebut atrium dan ruang pemompa yang di
sebut ventrikel.Dengan demikian jantung memiliki empat ruangan yaitu atrium
kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, ventrikel kiri.
Atrium kanan menerima darah yang kurang oksigen dari seluruh tubuh
mulai vena cava superior (dari tubuh bagin atas) dan vena cava inferior (dari tubuh
bagian bawah) kemudian darah mengalir masuk ke ventrikel kanan untuk
selanjutnya di pompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis untuk
dioksigenasi.Darah yang kaya oksigen dari paru-paru melalui empat vena
pulmonalis masuk ke atrium kiri dan selanjutnya dari atrium kiri darah mengalir ke
vetrikel kiri untuk di pompakan ke seluruh tubuh melalui aorta.
5. Katup jantung
Katup jantung memiliki dua tipe katup yaitu katup atrioventrikular dan katup
seminular.Fungsi katup jantung adalah mengalirkan darah pada saat terbuka dan
menahan aliran darah, mencegah reflek aliran darah pada saat menutup.
6. Suplay darah otot jantung
Otot jantung membutuhkan aliran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrient yang sangat di butuhkan untuk metabolisme.Otot jantung di diperdarai
oleh arteri koronaria yang merupakan cabang dari aorta. Arteri coroner bercabang
menjadi dua yaitu arteri koraner kanan atau right coronary artery (RAC) dan arteri
koronari kiri atau lift coronary artery (LAC) keduanya masing-masing
memperdarahi bagian-bagian jantung.
7. Sistem konduksi jantung
Otot jantung dapat menghantarkan implusmlistrik secara automatis dan
berirama.Kemampuan serabut otot jantung menghantarkan impuls listrik di sebut
konduksi. Adanya impuls listrik memungkinkan jantung mengalami depolarisasi
jantung dapat berkontaksi,keadaan ini di sebut eksitabilitas. System konduksi
jantung terdiri dari sinoatrial node (SA node), Atrioventrikular node (AV node ),
Bundel His Serat Purkinje.
a. Sinoatrial node (SA node)
Terletak di antaravena cava superior dengan atrium kanan.
b. Atrioventrikular node (AV node)
Terletak di antara bagian bawah atrium kanan dan ventrikel atau dekat septum
atrium.
c. Bundel his
Bundle his merupakan pecemekar dengan impuls 40-60 x/menit.
8. Siklus jantung
Siklus jantung merupakam periode dimana jantung berkontraksi dan
relaksasi. Normalnya siklus jantung dimulai dengan depolarisasi spontan dari sel
pacemaker dari SA Node dan berahir dengan keadaan relaksasi ventrikel.
a. Sistol atrium
Depolarisasi dari SA Node, menyebar ke atrium melalui internode menyebabkan
kontraksi pada atrium.
b. Systole ventrikel
Setelah ventrikel terisi darah dari atrium dank arena adanya depolarisasi dari AV
Node, bundle his dan dengan cepat ke serabut purkinje maka mulailah terjadi
kontraksi ventrikel.
c. Diastole ventrikel
Pada saat diastole ventrikel menjadi relaks sehinggatekanannya lebih rendah dari
pada tekanan atrium, hal ini menimbulkan darah mengalir dan mengisi ventrikel
3. Etiologi
Penyebab terjadinya hipertensi ialah terdiri dari berbagai faktor, di antaranya
reevas &lockhart (2001:114) mengemukan bahwa faktor-faktor resiko yg dapat
mengakibatkan hipertensi ialah stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia). Sedangkan
long (1995:660) TIM POKJA RS harapan kita ( 2003-63) serta yayasan jantung
Indonesia (2007) menambahkan bahwa penyebab dapat di bedakan berdasarkan jenis
hipertensi yaitu hipertensi primer (essensial) ialah tekanan tekanan darah tinggi yang di
sebabkan karena retensi air dan garam yg tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensis ,
obesitas, hiperkolestroemia,emosi yg terganggu dan merokok . Sedangkan hipertensi
sekunder adalah tekanan intra cranial, yang di sebabkan tumor otak, serta dampak obat
tertentu missal obat kontrasepsi.
Dari uraian pernyataaan diatas dapat di simpulkan bahwa penyebab hipertensi
beragam di antaranya merupakan stress, kegemukan, merokok, hipernatrium, retensi air
garam yg tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensis, obesitas, hiperkolesteroemia,
penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan tekanan
intracranial, yg di sebabkan tumor otak, pengaruh obat tertent missal obat
kontrasepsi,asupan garam yang tinggi, kurang olaraga, genetic, obesitas, aterosklerosis,
kelainan ginjal, namun sebagian besar tidak di ketahui penyebababnya( Sharif La
Ode,2012)
4. Fatofisiologi
Kerja jantung terutama di tentukan oleh besarrya curah jantung dan tahanan perifer.
Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal. Kelainannya terutama pada
peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan perifer ini di noksia relative. karena
vasokonsriksi arteries akibat naiknya tonus otot pols pembuluh darah tersebut. Bila
hipertensi sudah berjalan cukup lama maka akan di jumpai perubahan- perubahan
structural pada pembuluh darah arterior berupa penebalan tunika media. Dengan adanya
hipertropi dan hiperplasi, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi
sehingga terjadi anoksia relative. keadaan ini dapat di perkuat dengan adanya sclerosis
coroner ( Sya’diyah, Hidayatus, 2018)
5. Klasifikasi
WHO menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I tekanan
darah meningkat tanpa gejala-gejala dari gangguan atau kerusakaan system
kardiovaskuker. Tiingkat II tekanan darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler, tetapi
tanpa adanya gejala-gejala kerusakaan atau gangguan dari alat atau organ organ lain.
Tingkat III tekanan darah meningkat dengan adanya gejala-gejala yang jelas dari
kerusakan dan gangguan faal dari targen organ.
Tabel I Klasifikasi Hipertensi MenurutJNC-7 ( 2003)
6. Manifestasi klinis
Menurut (Amin Huda Nurarif,dkk,2015) tanda dan gejala dari Hipertensi adalah sebagai
berikut:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang khusus yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi memiliki beberapa
gejala ; nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
1). Mengeluh sakit kepala,pusing
2) Lemas,kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Epistaksis
8) Kesadaran menurun
7. Komplikasi
Menurut (sya’diyah, Hidayatus,2018)
Hipertensi merupakan penyebab utama penyakit jantung coroner, cedera
cerebrovaskuler, dan gagal ginjal. Hipertensi menetap yang di sertai dengan
peningkatan tahanan perifer menyebabkan gangguan pada endothelium pembuluh
darah mendorong plasma dan lipoprotein ke dalam intima dan lapisan sub intima dari
pembulu darah dan menyebabkan pembentukan plaque/aterosklerosis. Peningkatan
tekan juga dapat menyebabkan hiperplasi otot polos, yang membentuk jaringan parut
intima dan mengakibatkan penebalan pembulu darah dengan penyempitan lumen.
Komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi tidak terkontrol adalah:
a. Krisis hipertensi
b. Penyakit jantung dan pembulu darah: penyakit jantung coroner dan penyakit
jantung hipertensi adalah dua bentuk utama penyakit jantung yang timbul pada
penderita hipertensi
c. Penyakit jantung cerebrovaskuler : hipertensi adalah faktor resiko paling penting
untuk timbulnya stroke. Frekuensi dari stroke bertambah dengan setiap kenaikan
tekanan darah.
d. Ensefalovati hipertensi yaitu sindroma yang di tandai dengan perubahan neurologis
mendadak atau sub akut yang timbul akibat tekanan arteri yang meningkat dan
kembali normal apabila tekanan darah di turunkan.
e. Nefrosklerosis karena hipertensi
f. Retinopti hipertensi
8. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Padila 2013)
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
b. Pemeriksaan retina.
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakaan organ seperti ginjal dan
jantung.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
f. Pemeriksaan : renogram, pielogram, intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi
ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan.
9. Pentalaksanaan
Menurut (sya’diyah,hidayatus, 2018)
Penatalaksanaan dapat di bagi menjadi dua yaitu:
1. Penatalaksanaan nonfarmakologis
Tekanan darah tinggi sebenarnya bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu
kelaian gejala gangguan pada mekanisme regulasi tekanan darah yang timbul.
Tujuan dari pengobatan ini bukan hanya untuk menurunkan tekanan darah tinggi
saja tetapi untuk mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi pada penderita
supaya bertambah kuat .
2. Penatalaksanaan farmakologis
Pengobatan hipertensi umumnya dilakukan seumur hiup pengobatan obat standar
yang di ajukan oleh komite dokter ahli hipertensi, menyimpulkan bahwa diuretic,
penyekat betha, antagonis kalsium,atau penghambatan ACE, dapat di gunakan
sebagai obat tunggal dengan memperhatikan keadaan hipertensi dan penyakit lain
yang ada penderita. Bila tekan darah tidak dapat di turunkan dalam satu bulan ,dosis
obat akan di sesuaikan sampai dosis maksimal atau obat golongan lain
4. Tahap persiapan
Untuk melakukan teknik relaksasi otot progresif, mempunyai beberapa tahap, tahap
persiapan yaitu persiapan alat dan linggkungan: kursi, bantal, serta lingkungan yang
tenang dan sunyi, persiapan klien, jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dann pengisian
lembar persetujuan terapi kepada klien. Posisikan tubuh klien secacra nyaman yaitu
berbaring dengan mata tertutup menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau
duduk di kursi dengan kepala di topang, hindari posisi berdiri, lepaskan aksesoris seperti
jam, kacamata, sepatu. Dan longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang, atau hal yang bersifat
mengikat atau ketat.
5. Prosedur Tindakan
a. Persiapan alat dan lingkungan
1) Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien
2) Siapkan bantal, tempat duduk
3) Lingkungan yang sunyi dan nyaman, bersih
b. Persiapan klien
1) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan lainnya tindakan pada klien/keluarga serta
meminta persetujuan klien untuk mengikuti terapi relaksasi otot Membuat posisikan
tubuh klien secara nyaman
2) Membuat posisikan tubuh klien secara nyaman mungkin dengan duduk atau
berbaring sambil menutup mata, mengguakan bantal diletakan di bawah kepala dan
lutut atau duduk dikursi dengan kepala disangga, jangan melakukan relaksasi
dengan berdiri
c. Prosedur
Gerakan 1 :Untuk melatih otot tangan
1) Kuatkan kepala sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi
2) Pada saat melepaskan kepalan, suruh klien untuk merasakan rileks selama 10 detik
3) Gerakan tangan kiri dilakukan sebanyak dua kali hingga bisa membedakan antara
otot tegang dan otot releks
4) Lakukan prosedur serupa pada tangan kanan
Gerakan ke2: Untuk melatih otot bagian tangan belakang
1) Kedua lengan ditekuk kebelakang pada pergelangan tangan sehingga otot ditangan
bagian belakang dan lengan bawah menegang
2) Jari-jari menghadap ke langit-langit
Gerakan ke3: Untuk melatih otot bisep
1) Membuat kepalan pada kedua tangan
2) Kemudian angkat kedua kepala ke arah pundak sehingga otot bisep akan tegang
Gerakan ke4:Untuk melatih otot bahu supaya mengendur
1) Angkat setinggi-tingginya kedua bahu seperti menyentuh kedua telinga
Gerakan ke5 dan ke6:Untuk melemaskan otot-otot dahi, mata, mulut dan rahang
1) Mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa dan kulitnya keriput
2) Tutup rapat-rapat sehingga dirasakan otot disekitar mata dan otototot yag
mengendalikan gerakan mata 14
Gerakan ke7:Untuk melemaskan ketegangan yang dirasakan otot rahang, katupan
rahang, selanjutnya menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan
disekitar otot rahang
Gerakan ke8: Untuk mengendurkan otot-otot disekitar mulut moncongkan bibir
sekuat-kuatnya dan akan dirasakan ketegangan disekitar mulut
d. Terminasi
1) Evaluasi hasil kegiatan(kenyamanan klien)
2) Simpulkan hasil kegiatan
3) Berikan edukasi
4) Kontrak pertemuan selanjutnya
5) Bereskan
e. Dokumentasi
1) Catat nama, umur, kelamin, tanggal pemeriksaan, keluhan utama dan respon pasien
2) Tindakan yang dilakukan(Terapi relaksasi otot)
3) Lama tindakan
4) Reaksi selama setelah terapi relaksasi
E. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Hipertensi
Faktor resiko
1. Faktor genitik
2. Umur Penatalaksanaan
3. Jenis kelamin non farmakologi
4. Stress
1. Relaksasi otot
5. Nutrisi
progresif
6. obesitas
7. Gaya hidup
Tekanan Darah
Penatalaksanaan
farmakologi
1. diuretic,
2. betha,
3. antagonis
4. kalsium