Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur –angsur mengakibatkan
perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh seperti di dalam UUN 13 TAHUN 1998 yang di
isinya menyatakaan bahwa pelaksanaan pembaguan nasional yang bertujuan mewujudkan
masyarakat yang makin membaik (.Dwi Retnaningsih, 2018)
Lansia adalah seseorang apabila usinya 65 tahun k etas. Lansia menurut
pudjlastuti ,2002 lansia bukan suatu penyakit merukan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupa yang di tandai dengan penurunan kemampuan untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan( muhith,2016)
Lansia ialah kelompok yang rentang sekali terkena penyakit menular ataupun tidak
menular karena dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami penurunan atau
perubahan fungsi seperti fisik, psikis, biologis, spiritual, serta hubungan sosialnya, dan
tentunya memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan ( megawati, 2020)

2. Batasan - Batasan usia lansia


a. Menurut WHO batasan lansia adalah sebagai berikut:
1) Lanjut usia ( alderly) antara usia 60-74 tahun
2) Usia tua (old), antara 75-90 tahun, dan
3) Usia sangant tua ( very old) adalah usia >90 tahun.
b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia di bagi menjadi:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas.
3) Usia lanjut berisiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan
masalah kesehatan.
c. Menurut Maryam (2008), lima klasifikasi pada lansia antara lain.
1) Pra lansia
Seseorang yang berusia 45-59 tahun.
2) Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3) Lansia resiko tinggi berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan.
4) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang masih dapat
menghasilkan barang.
5) Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
d. Membuat UUDN no 13 tahun 1998 dalam bab 1 pasar 1 ayat II yang berbunyi “ lanjut
usia adalah seeorang yang mencapai usi 60 tahun.

3. Tipe-Tipe lansia
Menurut (Maryam 2008 dlm ).beberapa tipe lansia yang bergantung pada karakter,
pengalamaan hidup, lingkungan, kondisi fisik, social dan ekonomisnya. Tipe dapat di
jabarkan sebagai berikut:
1) Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalamaan menyesuaikan diri dengan perubahaan jaman,
memepunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2) Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan seletif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.
3) Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,tidaak sabar,
mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4) Tipe pasrah
Menerma dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan
pekerjaan apa saja.
5) Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh
tidak acuh.

4. Perubahan – Perubahaan Pada Lansia


a. Perubahaan fisik
1) Sel :jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebig besar, berkurangnya cairan intra
dan extra seluler.
2) Persarafan: cepatnya menurun hubungan persarafan, lambat dalam respon waktu
untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra system pendengaran, presblakusis,
atropi membrane timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatkannya
keratin.
3) System penglihatan:pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap sinaps,
kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatkan ambang penngaamatan
sinar, hilangnya akomomodasi, menurunya lapang pandang.
4) Sistem kaardiovaskuler: katup menebal danmenjadi kaku, kemampuan jantung
memompa darah menurun 1% setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembulu
darah, tekanan darah meninggi
5) System respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan
menurunya aktivitas silia, paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu
meningkat, nafas berat, kedalaman pernafasaan menurun.
6) System gastrointestinal: kehilangan gigi, sehingga menyebabkan gizi buruk,indra
pengecap menurun karena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indra pengecap
sampai 80% kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan
asin.
7) System genitoriunaria: ginjal mengecil dan nefron menjadi atropi sehingga aliran
darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GPR menurun sampai 50 % nilai ambang
ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat.
8) Sistem endokrin: pada system endokrin hampir semua produksi hormone menurun,
sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktivitas tiroid menurun
sehingga menurunkan basal metabolisme rate ( BMR). Produksi sel kelamin
menurun seperti progesteon, estrogen, dan testosterone.
9) System integument: pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
kulit kepala dan rambut menipis, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung
menebal kuku keras dan rapuh.
10) System musculoskeletal:tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi
kiposis, tinggi badan berkurang, yang di sebut discusine vertebralis menipis tendon
mengkerut dan atropi serabut erabit otot, sehingga lansia menjadi lambat bergerak,
otot keram, dan tremor.
b. Perubahan mental
Faktor- faktor yang mempengaruhi perubahan mental ialah:
1) Perubhan fisik
a) Kesehatan umum
b) Tingkat pendidikan
c) Keturunan
d) Lingkungan
2) Kenangan memori
a) Kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
b) Kenangan jangka pendek 0-10 menit, kenangan buruk.
3) Intelegentia
a) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
b) Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor terjadi
perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
c. Perubahaan - Perubahaan Psikososial
1) Pensiun: nilai seseorang di ukur oleh priduktifitas, identitas di kaitkan dengan
peranan dalam bekerja.
2) Merasakan atau sadar akan kematian
3) Perubhaan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.
5. Definisi Proses Menua
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaikan diri atau menggantikan dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakaan
yang di derita ( muhith, 2016).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah,
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan
tua. Dari tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia
tua berarti mengalami kemunduran, seperti kemunduran fisik yang di tandai dengan kulit
yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional
( Nugroho, 2016).
Menua merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses
menua merupakan proses sepanjang hisup, tidak hanya mulai pada satu waktu tertentu,
tetapi di awali sejak awal kehidupan (dewi rhosma,2014)

6. Teori Proses Menua


Menurut (Muhith Abdul, dkk, 2016) Dikemukakan berbagai pendapat para ahli
tentang teori-teori proses penuaan:
Secara individual tahap proses terjadi pada orang dengan usia berbeda-beda. Masing-
masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda sehingga tidak ada satu faktor pun
ditemukan untuk mencegah proses menua. Teori-teori itu dapat digolongkan dalam dua
kelompok, yaitu kelompok teori biologis dan teori kejiwaan sosial.
a. Teori biologi
Teori biologi adalah ilmu alam yang mempelajari kehidupan dan organisme hidup,
termasuk struktur, fungsi, pertumbuhan, evolusi, persebaran, dan taksonominya. Ada
beberapa macam teori biologis, di antaranya sebagai berikut:
1). Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)
Menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua
terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-
molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.sebagai
contoh yang khas adalah mutasi dai sel-sel kelamin (terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel).
2). Teori interaksi seluler
Bahwa sel-sel yang saling berinteraksi satu sama lain dan mempengaruhi keadaan
tubuh akan baik-baik saja selama sel-sel masih berfungsi dalam suatu harmoni.
Akan tetapi, bila tidak lagi demikian maka akan terjadi kegagalan mekanisme
feed-back dimana lambat laun sel-sel akan mengalami degenerasi.
3). Teori Replikasi DNA
Mengemukakan bahwa proses penuaan merupakan akibat akumulasi bertahap
kesalahan dalam masa replikasi DNA sehungga terjadi kematian sel. Kerusakan
DNA akan menyebabkan pengurangan kemampuan replikasi ribosomal DNA
(rDNA) dan mempengaruhi masa hidup sel. Sekitar 50% rDNA akan menghilang
dari sel jaringan pada usia kira-kira 70 tahun.
4). Teori ikatan silang
Proses penuaan merupakan akibat dari terjadinya ikatan silang yang progresif
antara protein-protein intraselular dan interselular serabut kalogen. Ikatan silang
meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini mengakibatkan penurunan
elastisitas dan kelenturan kalogen di membran basalis atau di substansi dasar
jarinagn penyambung. Keadaan ini akan mengakibatkan kerusakan fungsi organ.
5). Teori Radikal Bebas
Teori radikal bebas dewasa ini lebih banyak dianut dan dipercayai sebagai
mekanisme proses penuaan. Radikal bebas adalah sekelompok elemen dalam
tubuh yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga tidak stabil dan
reaktif hebat. Sebelum memiliki pasangan, radikal bebas akan terus menerus
menghantam sel-sel tubuh guna mendapatkan pasangannya, termasuk menyerang
sel-sel tubuh yang normal.
6). Reaksi dari Kekebalan Sendiri (Auto Immue Theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang
ada pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itulah terjadinya kelainan
autoimun.
b. Teori Kejiwaan Sosial
Teori kejiwaan sosial meneliti dampak atau pengaruh sosial terhadap perilaku
manusia. Teori ini melihat pada sikap, keyakinan, dan perilaku lansia. Ada beberapa
macam teori kejiwaan sosial, di antaranya sebagai berikut:
1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Menyatakan bahwa para lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan
ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimun (pola hidup) dilanjutkan pada
cara hidup dari lanjut usia. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
2) Kepribadian Berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori di atas. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang
terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang
dimilikinya.
3) Teori Pembebasan (Didengagement Theory)
Menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-
angsur mulai melepaskan diri dari kehidupasosial nya atau menarik diri dari
kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kualitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (triple loos) yaitu kehilanagn
peran (loss of role), hambatan kontak sosial (restraction of contacts an relation ships),
dan berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values).
4) Teori Subkultur
Lansia merupakan kelompok yang memiliki norma,harapan, rasa percaya,
dan adat kebiasaan tersendiri sehungga dapat digolongkan sebagai subkultur. Akan
tetapi, mereka ini kurang terintegrasi pada masyarakat luas dan lebih ditekankan pada
bagaimana tingkat kesehatan dan kemampuan mobilitasnya, bukan pada hasil
pekerjaan, pendidikan, ekonomi, yang pernah dicapainya.
5) Teori Strati Kasi Usia
Teori ini menerangkan adanya saling ketergantungan antara usia dengan
struktur sosial yang dapat dijelaskan sebagai berikut; orang-orang tumbuh dewasa
bersama masyarakat dalam bentuk kohor dalam artian sosial, biologis, dan
psikologis. Kohor muncul dan masing-masing kohor memiliki pengalaman dan selera
tersendiri. Suatu masyarakat dibagi kedalam beberapa strata sesuai dengan lapisan
usia dan peran. Masyarakat sendiri senantiasa berubah, begitu pula individu dan
perannya dalam masing-masing strata, terdapat saling keterkaitan antara penuaan
individu dengan perubahan sosial.
6) Teori Penyesuaian Individu dengan Lingkungan
Ada hubungan antara kompetensi individu dengan lingkungannya. Kompetensi
ini merupakan ciri fungsional individu, antara lain kekuatan ego, keterampilan
motorik, kesehatan biologis, kapasitas kognitif, dan fungsi sensorik. Adapun
lingkungan yang dimaksud adalah mengenai potensinya dalam menimbulkan respons
perilaku dari seseorang, bahwa untuk tingkat kompetensi seseorang terdapat suatu
tingkatan suasana atau tekanan lingkung.

7. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Menua


Menurut (Siti Bandiyah,2009 dlm muhilt,2016) penuaan dapat terjadi secara fisiologi
dan patologis. Penuan yang terjadi sesuai dengan kronologis usia. Faktor yang
mempengaruhi yaitu:
a. Hereditas atau Genetik
Kematian sel merupakaan seuruh program kehidupan yang di kaitatkan dengan peran
DNA yang penting dalam mekanisme pengendalian fungsi sel. secara genetik,
perempuan di tentukan oleh sepasang kromosom X . Kromosom X ini ternyata
membawa unsur kehidupan sehingga perempuan berumur lebih panjang dari pada laki-
laki
b. Nutrisi/makanan
Berlebihan atau kekurangan mengganggu keseimbangan reaksi kekebalan
c. Status kesehatan
Penyakit yang selama ini selalu di kaitan dengan proses penuaan, sebenarnya bukan di
sebabkan oleh proses menuanya sendiri, tetapi lebih di sebabkan oleh faktor luar yang
merugikan yang berlangsung tetap dan berkepanjangan.
d. Pengalamaan hidup
1) Paparan sinar matahari : kulit yang tak terlindung sinar matahari akan mudah
ternoda oleh flek, kerutan, dan menjadi kusam.
2) Kurang olaraga : olaraga membantu pemebntukan otot dan menyebakan lancarnya
sirkulasi darah.
3) Mengonsumsi alcohol: alcohol dapat memperbesar pembulu darah kecil pada kulit
dan menyebabkan peningkatan aliran darah dekar permukaan kulit
e. Lingkungan
Proses menua secara biologic berlangsung secara alami dan tidak dapat di hindari,
tetapi seharusnya dapat tetap di pertahankan dalam status sehat.
f. Stress
Tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekerjaan, ataupun
masyarakat yang tercermin dalam bentuk gaya hidup akan berpengaruh terhadap
proses penuaan.

B. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi Hipertensi
Hipertensi menurut WHO, dimana peningkatan tekanan sistoliknya lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan tekanan distolik 95 mmHg (Kodim Nasrin,2003 dlm
Fadila,2013)
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolik se dikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Amin
Huda Nurarif, 2015).
Hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah meningkat melebihi batas
normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat
memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak di
ketahui (hipertensi essensial). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan
kecepatan denyut jantung, peningkatan risestensi (tahanan) dari pembuluh darah tepid an
peningkatan aliran volume darah (kurniawan 2002 dlm buku Hastuti puji A,2019)

2. Anatomi fisiologi
system kardiovaskuler menurut (Tarwoto, dkk,2015).
Gambar (Anatomi & Fisiologi Keperawatan, 2015)

1. Jantung
Jantung merupakan organ utama system kardiovaskuler, berotot dan
berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastinum, di antara dua paru-paru.
Bentuk jantung seperti kerucut tumpul, pada bagian tepinya pada ruang
interkosta V kiri atau kira-kira 9 cm dari kiri linea medioclvicularis, sedangkan
bagian atasnya disebut basis terletak agak kekanan tepatnya pada kosta ke III, 1
cm dari tepi lateral sternum.
2. Lapisan otot
Ada tiga lapisan jantung yaitu lapisan bagian luar disebut epikardium,
lapisan bagian tengah disebut miokardim, lapisan ini lebih tebal, tersusun atas
otot lurik dan mampu berkontraksi dengan kuat. Sedangkan lapisan bagian dalam
di sebut endocardium, lapisan ini terdiri dari jaringan endotelia yang juga
melapisi ruang jantung dan katub jantung.
3. Selaput jantung
Jantung di lapisi oleh dua membrane untuk mencegah terjadinya trauma dan
infeksi yaitu pericardium parietal dan pericardium visceral.Pericardium parietal
merupakan lapisan jantung paling luar dan tersusun dari jaringan
fibrosa.Sedangkan lapisan membrane pericardium visceral merupakan lapisan pada
bagian dalam yang melekat ke miokardium dan melapisi beberapa sintimeter aorta
dan arteri pulminalis.
4. Ruang jantung
Jantung terbagi dua belahan yaitu belahan kanan dan belahan kiri, kedua
belahan tersebut di pisahkan oleh pemisah yang di sebut septum.Setiap belahan
terdiri dari dua ruang pengumpul yang di sebut atrium dan ruang pemompa yang di
sebut ventrikel.Dengan demikian jantung memiliki empat ruangan yaitu atrium
kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, ventrikel kiri.
Atrium kanan menerima darah yang kurang oksigen dari seluruh tubuh
mulai vena cava superior (dari tubuh bagin atas) dan vena cava inferior (dari tubuh
bagian bawah) kemudian darah mengalir masuk ke ventrikel kanan untuk
selanjutnya di pompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis untuk
dioksigenasi.Darah yang kaya oksigen dari paru-paru melalui empat vena
pulmonalis masuk ke atrium kiri dan selanjutnya dari atrium kiri darah mengalir ke
vetrikel kiri untuk di pompakan ke seluruh tubuh melalui aorta.
5. Katup jantung
Katup jantung memiliki dua tipe katup yaitu katup atrioventrikular dan katup
seminular.Fungsi katup jantung adalah mengalirkan darah pada saat terbuka dan
menahan aliran darah, mencegah reflek aliran darah pada saat menutup.
6. Suplay darah otot jantung
Otot jantung membutuhkan aliran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrient yang sangat di butuhkan untuk metabolisme.Otot jantung di diperdarai
oleh arteri koronaria yang merupakan cabang dari aorta. Arteri coroner bercabang
menjadi dua yaitu arteri koraner kanan atau right coronary artery (RAC) dan arteri
koronari kiri atau lift coronary artery (LAC) keduanya masing-masing
memperdarahi bagian-bagian jantung.
7. Sistem konduksi jantung
Otot jantung dapat menghantarkan implusmlistrik secara automatis dan
berirama.Kemampuan serabut otot jantung menghantarkan impuls listrik di sebut
konduksi. Adanya impuls listrik memungkinkan jantung mengalami depolarisasi
jantung dapat berkontaksi,keadaan ini di sebut eksitabilitas. System konduksi
jantung terdiri dari sinoatrial node (SA node), Atrioventrikular node (AV node ),
Bundel His Serat Purkinje.
a. Sinoatrial node (SA node)
Terletak di antaravena cava superior dengan atrium kanan.
b. Atrioventrikular node (AV node)
Terletak di antara bagian bawah atrium kanan dan ventrikel atau dekat septum
atrium.
c. Bundel his
Bundle his merupakan pecemekar dengan impuls 40-60 x/menit.
8. Siklus jantung
Siklus jantung merupakam periode dimana jantung berkontraksi dan
relaksasi. Normalnya siklus jantung dimulai dengan depolarisasi spontan dari sel
pacemaker dari SA Node dan berahir dengan keadaan relaksasi ventrikel.
a. Sistol atrium
Depolarisasi dari SA Node, menyebar ke atrium melalui internode menyebabkan
kontraksi pada atrium.
b. Systole ventrikel
Setelah ventrikel terisi darah dari atrium dank arena adanya depolarisasi dari AV
Node, bundle his dan dengan cepat ke serabut purkinje maka mulailah terjadi
kontraksi ventrikel.
c. Diastole ventrikel
Pada saat diastole ventrikel menjadi relaks sehinggatekanannya lebih rendah dari
pada tekanan atrium, hal ini menimbulkan darah mengalir dan mengisi ventrikel

3. Etiologi
Penyebab terjadinya hipertensi ialah terdiri dari berbagai faktor, di antaranya
reevas &lockhart (2001:114) mengemukan bahwa faktor-faktor resiko yg dapat
mengakibatkan hipertensi ialah stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia). Sedangkan
long (1995:660) TIM POKJA RS harapan kita ( 2003-63) serta yayasan jantung
Indonesia (2007) menambahkan bahwa penyebab dapat di bedakan berdasarkan jenis
hipertensi yaitu hipertensi primer (essensial) ialah tekanan tekanan darah tinggi yang di
sebabkan karena retensi air dan garam yg tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensis ,
obesitas, hiperkolestroemia,emosi yg terganggu dan merokok . Sedangkan hipertensi
sekunder adalah tekanan intra cranial, yang di sebabkan tumor otak, serta dampak obat
tertentu missal obat kontrasepsi.
Dari uraian pernyataaan diatas dapat di simpulkan bahwa penyebab hipertensi
beragam di antaranya merupakan stress, kegemukan, merokok, hipernatrium, retensi air
garam yg tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensis, obesitas, hiperkolesteroemia,
penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan tekanan
intracranial, yg di sebabkan tumor otak, pengaruh obat tertent missal obat
kontrasepsi,asupan garam yang tinggi, kurang olaraga, genetic, obesitas, aterosklerosis,
kelainan ginjal, namun sebagian besar tidak di ketahui penyebababnya( Sharif La
Ode,2012)

4. Fatofisiologi
Kerja jantung terutama di tentukan oleh besarrya curah jantung dan tahanan perifer.
Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal. Kelainannya terutama pada
peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan perifer ini di noksia relative. karena
vasokonsriksi arteries akibat naiknya tonus otot pols pembuluh darah tersebut. Bila
hipertensi sudah berjalan cukup lama maka akan di jumpai perubahan- perubahan
structural pada pembuluh darah arterior berupa penebalan tunika media. Dengan adanya
hipertropi dan hiperplasi, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi
sehingga terjadi anoksia relative. keadaan ini dapat di perkuat dengan adanya sclerosis
coroner ( Sya’diyah, Hidayatus, 2018)

5. Klasifikasi
WHO menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I tekanan
darah meningkat tanpa gejala-gejala dari gangguan atau kerusakaan system
kardiovaskuker. Tiingkat II tekanan darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler, tetapi
tanpa adanya gejala-gejala kerusakaan atau gangguan dari alat atau organ organ lain.
Tingkat III tekanan darah meningkat dengan adanya gejala-gejala yang jelas dari
kerusakan dan gangguan faal dari targen organ.
Tabel I Klasifikasi Hipertensi MenurutJNC-7 ( 2003)

Kategori Tekanan Darah Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal ≤120 ≤ 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi stadium 2 ≥160 ≥100

(Sumber:Sya’diyah, Hidayatus, 2018)

6. Manifestasi klinis
Menurut (Amin Huda Nurarif,dkk,2015) tanda dan gejala dari Hipertensi adalah sebagai
berikut:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang khusus yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi memiliki beberapa
gejala ; nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
1). Mengeluh sakit kepala,pusing
2) Lemas,kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Epistaksis
8) Kesadaran menurun

7. Komplikasi
Menurut (sya’diyah, Hidayatus,2018)
Hipertensi merupakan penyebab utama penyakit jantung coroner, cedera
cerebrovaskuler, dan gagal ginjal. Hipertensi menetap yang di sertai dengan
peningkatan tahanan perifer menyebabkan gangguan pada endothelium pembuluh
darah mendorong plasma dan lipoprotein ke dalam intima dan lapisan sub intima dari
pembulu darah dan menyebabkan pembentukan plaque/aterosklerosis. Peningkatan
tekan juga dapat menyebabkan hiperplasi otot polos, yang membentuk jaringan parut
intima dan mengakibatkan penebalan pembulu darah dengan penyempitan lumen.
Komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi tidak terkontrol adalah:
a. Krisis hipertensi
b. Penyakit jantung dan pembulu darah: penyakit jantung coroner dan penyakit
jantung hipertensi adalah dua bentuk utama penyakit jantung yang timbul pada
penderita hipertensi
c. Penyakit jantung cerebrovaskuler : hipertensi adalah faktor resiko paling penting
untuk timbulnya stroke. Frekuensi dari stroke bertambah dengan setiap kenaikan
tekanan darah.
d. Ensefalovati hipertensi yaitu sindroma yang di tandai dengan perubahan neurologis
mendadak atau sub akut yang timbul akibat tekanan arteri yang meningkat dan
kembali normal apabila tekanan darah di turunkan.
e. Nefrosklerosis karena hipertensi
f. Retinopti hipertensi

8. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Padila 2013)
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
b. Pemeriksaan retina.
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakaan organ seperti ginjal dan
jantung.
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
f. Pemeriksaan : renogram, pielogram, intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi
ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
g. Foto dada dan CT scan.

9. Pentalaksanaan
Menurut (sya’diyah,hidayatus, 2018)
Penatalaksanaan dapat di bagi menjadi dua yaitu:
1. Penatalaksanaan nonfarmakologis
Tekanan darah tinggi sebenarnya bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu
kelaian gejala gangguan pada mekanisme regulasi tekanan darah yang timbul.
Tujuan dari pengobatan ini bukan hanya untuk menurunkan tekanan darah tinggi
saja tetapi untuk mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi pada penderita
supaya bertambah kuat .
2. Penatalaksanaan farmakologis
Pengobatan hipertensi umumnya dilakukan seumur hiup pengobatan obat standar
yang di ajukan oleh komite dokter ahli hipertensi, menyimpulkan bahwa diuretic,
penyekat betha, antagonis kalsium,atau penghambatan ACE, dapat di gunakan
sebagai obat tunggal dengan memperhatikan keadaan hipertensi dan penyakit lain
yang ada penderita. Bila tekan darah tidak dapat di turunkan dalam satu bulan ,dosis
obat akan di sesuaikan sampai dosis maksimal atau obat golongan lain

C. Konsep Tekanan Darah


1. Definisi
Tekanan darah artinya daya yang di perlukan supaya darah dapat mengali pada
dalam pembuluh darah serta beredar mencapai seluruh jaringan tubuh manusiadarah
dengan lancar tersebar keseluruh bagian tubuh berfungsi menjadi media pengangkut
oksigen dan zatblain yang di perlukan buat kehidupan sel-sel didalam( moniaga,2012
dlm La ode alifariki)
Tekanan darah adalah tekanan yang di gunakan untuk mengedarkan darah dalam
pembulu darah dalam tubuh kita. Jantung yang berperan sebgai pompa otot mensuplai
tekanan tersebut untuk menggerakan darah juga mengedarkan darah di seluruh tubuh
(argitya righo&mahin ridlo ronas,2014)
Istilah tekanan darah berarti tekanan pada pembulu nadi dari peredaran darah
sistemik di dalam tubuh manusia. Tekanan darah di bedakan antar tekanan darah
sistolik dan tekanan darah distolik. Tekanan darah sistolik adalah ketika tekanan darah
menguncup kontraksi, sedangkan tekanan darah distolik adalah tekanan darah
mengendor kembali (rileksasi).Tekanan darah pada setiap orang sangat bervariasi.
Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah lebih rendah di bandingkan
dengan tekanan darah orang dewasa. Tekanan darah juga di pengaruhi oleh aktivitas
fisik dimana tekanan darah akan lebih tinggi ketika seseorang melakukan aktifitas
dengan yang istirahat.

2. Fisiologi Tekanan darah


Menurut (La ode alifariki)
Darah mengambil oksigen berasal dari dalam paru-paru.Darah yang
mengandung oksigen memasuki jantung, kemudian di pompakan ke seluruh bagian
tubuh melalui pembulu darah yang di sebut arteri.
Pembulu darah yang besar bercabang-cabang menjadi pembuluh darah lebih
kecil hingga berukuran mikroskopik dan akhirnya membentuk jaringan yang terdiri
atas pembulu - pembulu darah yang sangat kecil atau di sebut dengan pembulu kapiler.
Jaringan ini mengalirkan darah ke sel tubuh dan mengantarkan oksigen untuk
menghasilkan energi yang di butuhkan demi kelangsungan hidup, kemudian darah
yang sudah tidak beroksigen kembali ke jantung melalui pembulu darah vena, dan di
pompa kembali ke paru-paru untuk kembali mengambil oksigen. Saat jantung
berdetak, otot jantung berkontraksi di kenal dengan tekanan sistolik. Kemudian otot
jantung rileks sebelum kontraksi berikutnya.

3. Macam –macam tekanan darah


Menurut Samuel gardner, smart treatmen for high blood pressure, 2007 : 11)
Tekanan darah dapat di klafikasikan terdapat dua yaitu tekanan darah rendah
(hipotesis) dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Pada umumnya tekanan darah
rendah tidak dapat di jelaskan atau dideteksi dengan adanya gejala-gejala yang
menunjukan apakah ada gangguan. Tekanan darah rendah hingga hipertensi berat
mungkin menyebabkan gejala-gejala seperti salah satunya kelelahan.
Berbagai komplikasi tekanan darah rendah tidak separah dengan komplikasi
teejadinya tekanan darah tinggi. Jika tekanan darah kita terlalu rendah, otak tidak bisa
menerima cukup darah sehingga mengakibatkan pusing. Bila ini berkelanjutan bisa
pingsan.
Ada beberapa faktor yang membantu megendalikan tekanan darah dan
menjaganya agar tidak terlalu tinggi atau turun terlalu rendah. Faktor-faktor tersebut
mencakup tiga organ utama jantung, arteri-arteri, dan ginjal.

4. Variasi tekanan darah


Faktor yang dapat di kontrol di antaranya:
a. Stress
b. diet,
c. rokok
d. medikasi
Faktor yang tidak dapat di kontrol di antaranya:
a. usia
b. gender
c. ras
hipertensi dan hipotensi merupakan dua merupakan dua penyimpanan tekanan
darah yang utama yag sering terjadi. Hipertensi sering terjadi sebagai akibat dari
variabel yang dapat di kontrol dan tidak dapat di kontrol. Penyakit yang menyerang
jantung, pembulu darah, dan ginjal berkontribusi pada perkembangan hipertensi.
Konsekuensi dari hipertensi yang persistem adalah stroke dan serangan jantung.
Hipotesis jarang terjadi .Hipotesis dapat terjadi jika terjadi kehilangan darah yang
signifikan dan beberapa kasus dengan perubahan posisi yang tiba;tiba.
D. Konsep terapi relaksasi otot progresif
1. Definisi relaksasi otot progresif
Relaksasi progresif adalah salah satu cara dari teknik relaksasi yang
mengombinasikan latihan nafas dalam dan serangkaian seri kontraksi dan relaksasi otot
tertentu ( Setyoadi, 2011dlm rahayu muryati,dkk, 2020)
Relaksi otot progresif adalah menggunakan teknik penegangan dan perenggan otot
untuk meredakan ketegagan otot, ansientas, nyeri serta meningatkan kenyamaan,
konsentrasi dan kebugaran (SIKI,2018).
Relaksasi otot progresif merupakan suatu cara dari teknik relaksasi yang
mengkombinasikan latihan nafas dalam dan serangkaian kontraksi dan relaksasi otot yang
sangat mudah dan praktis di karekan gerakanya mudah dan dapat di lakukan kapanpun
dan dimanapun.

2. Manfaat Terapi Relaksasi Otot Progresif


Menurut (Maria &Ahmad rizal,2017)
a. Mengurangi ketengan otot
b. Stress
c. Menurunkan tekanan darah
d. Meningkatkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari
e. Meningkatkan imunitas
f. Kualitas tidur meninngkat

3. Tujuan terapi relaksasi otot progresif


Menurut Setyoadi, (2011). Tujuan dari teknik ini adalah untuk :
a. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher, dan punggung, tekanan darah
tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik.
b. Mengurangi distrimia jantung, kebutuhan oksigen.
c. Mengurangi nyeri.
d. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak
memfokuskan perhatian serta relaksi.
e. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi
f. Memperbaiki kemampuan untuk mengurangi stress
g. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia ringan, gagap
ringan

4. Tahap persiapan
Untuk melakukan teknik relaksasi otot progresif, mempunyai beberapa tahap, tahap
persiapan yaitu persiapan alat dan linggkungan: kursi, bantal, serta lingkungan yang
tenang dan sunyi, persiapan klien, jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dann pengisian
lembar persetujuan terapi kepada klien. Posisikan tubuh klien secacra nyaman yaitu
berbaring dengan mata tertutup menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau
duduk di kursi dengan kepala di topang, hindari posisi berdiri, lepaskan aksesoris seperti
jam, kacamata, sepatu. Dan longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang, atau hal yang bersifat
mengikat atau ketat.

5. Prosedur Tindakan
a. Persiapan alat dan lingkungan
1) Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien
2) Siapkan bantal, tempat duduk
3) Lingkungan yang sunyi dan nyaman, bersih
b. Persiapan klien
1) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan lainnya tindakan pada klien/keluarga serta
meminta persetujuan klien untuk mengikuti terapi relaksasi otot Membuat posisikan
tubuh klien secara nyaman
2) Membuat posisikan tubuh klien secara nyaman mungkin dengan duduk atau
berbaring sambil menutup mata, mengguakan bantal diletakan di bawah kepala dan
lutut atau duduk dikursi dengan kepala disangga, jangan melakukan relaksasi
dengan berdiri
c. Prosedur
Gerakan 1 :Untuk melatih otot tangan
1) Kuatkan kepala sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi
2) Pada saat melepaskan kepalan, suruh klien untuk merasakan rileks selama 10 detik
3) Gerakan tangan kiri dilakukan sebanyak dua kali hingga bisa membedakan antara
otot tegang dan otot releks
4) Lakukan prosedur serupa pada tangan kanan
Gerakan ke2: Untuk melatih otot bagian tangan belakang
1) Kedua lengan ditekuk kebelakang pada pergelangan tangan sehingga otot ditangan
bagian belakang dan lengan bawah menegang
2) Jari-jari menghadap ke langit-langit
Gerakan ke3: Untuk melatih otot bisep
1) Membuat kepalan pada kedua tangan
2) Kemudian angkat kedua kepala ke arah pundak sehingga otot bisep akan tegang
Gerakan ke4:Untuk melatih otot bahu supaya mengendur
1) Angkat setinggi-tingginya kedua bahu seperti menyentuh kedua telinga
Gerakan ke5 dan ke6:Untuk melemaskan otot-otot dahi, mata, mulut dan rahang
1) Mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa dan kulitnya keriput
2) Tutup rapat-rapat sehingga dirasakan otot disekitar mata dan otototot yag
mengendalikan gerakan mata 14
Gerakan ke7:Untuk melemaskan ketegangan yang dirasakan otot rahang, katupan
rahang, selanjutnya menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan
disekitar otot rahang
Gerakan ke8: Untuk mengendurkan otot-otot disekitar mulut moncongkan bibir
sekuat-kuatnya dan akan dirasakan ketegangan disekitar mulut
d. Terminasi
1) Evaluasi hasil kegiatan(kenyamanan klien)
2) Simpulkan hasil kegiatan
3) Berikan edukasi
4) Kontrak pertemuan selanjutnya
5) Bereskan
e. Dokumentasi
1) Catat nama, umur, kelamin, tanggal pemeriksaan, keluhan utama dan respon pasien
2) Tindakan yang dilakukan(Terapi relaksasi otot)
3) Lama tindakan
4) Reaksi selama setelah terapi relaksasi

E. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka Teori

Hipertensi

Faktor resiko

1. Faktor genitik
2. Umur Penatalaksanaan
3. Jenis kelamin non farmakologi
4. Stress
1. Relaksasi otot
5. Nutrisi
progresif
6. obesitas
7. Gaya hidup

Tekanan Darah
Penatalaksanaan
farmakologi

1. diuretic,
2. betha,
3. antagonis
4. kalsium

Anda mungkin juga menyukai