TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Defenisi lansia
Menurut (affandi 2008 et al 2016). Menua adalah proses alami yang
dihadapi manusia. Dalam tahap ini, pada diri manusia secara alami terjadi
penurunan atau perubahan dalam hal biologis, psikologis serta sosial ekonomi
yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara
khusus pada individu lanjut usia.
Lanjut usia adalah priode dimana organisme telah mencapai kemtangan
dalam, ikuran fungsi dan telah, menunjukan perubahan seiring berjalannya waktu.
Word health organizition (WHO) atau badan kesehatan dunia menetapkan usia 65
tahun keatas sebagai usia yang menunjukan bahwa seseorang telah menasuki
proses menua dan disebut dengan lansia. Menurut (Depkes RI tahun 2005 et al
2014), lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang secara
fisik terlihat beda dengan kelompok umur lainnya. Lansia banyak
mendapatiberbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan
terintegrasi (Affandi 2008, et al 2016).
3. Tipe-Tipe lansia
Menurut (Maryam 2008 dlm).beberapa tipe lansia yang bergantung pada
karakter, pengalamaan hidup, lingkungan, kondisi fisik, social dan
ekonomisnya. Tipe dapat di jabarkan sebagai berikut:
1) Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalamaan menyesuaikan diri dengan perubahaan
jaman, memepunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2) Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan seletif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.
3) Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah,tidaak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan
banyak menuntut.
4) Tipe pasrah
Menerma dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5) Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif
dan acuh tidak acuh.
f. Stress
Tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekerjaan, ataupun
masyarakat yang tercermin dalam bentuk gaya hidup akan berpengaruh
terhadap proses penuaan.
B. Reumatoid artritis
1. Pengertian reumatoid artritis
Artritis raumatoid (AR) adalah penyakit peradangan sistemis kronis yang
tidak diketahui penyebabnya dan manifestasi pada sendi perifer dengan pola
simetis, konstitusi gejalah, termasuk kelelahan malaise dan kekakuan pada
pagi hari. Pada AR sering melibatkan organ ekstra artikular seperti kulit,
jantung paru-paru, dan mata. AR menyebabkan kerusakan sendi dan dengan
demikian sering menyebabkan morbiditas dan kematian yang cukup besar
(Sallama 2016).
Reumatoid artritis (RA) adalah penyakit autoimun sistemik kronik yang
menyebabkan inflamasijaringan ikat, terutama disendi. Penyebab RA tidak
diketahui. Awitan RA biasanya tiba-tiba, meskipun mungkin akut, dipicu
oleh stressor seperti infeksi, pembedahan, trauma. Faktor genetik dan
lingkungan diyakini berperan dalam perkembangan penyakit ini. Lansia
tidak kebal dari terjadinya RA, insiden terus meningkat setelah usiaa 60
tahun. Meskipun beberapa lansia dapat berkembang relatif ringan, RA
terbatas, pasien dengan peningkatan titer RA dapat mengalami rangkaian
penyakit yang lebih agresif, dengan aktifitas penyakit yang persisten,
manifestasi lebih sistemik dan kerusakan sendi yang lebih cepat (LeMone,
2017).
Penyakit rematik merupakan suatu istilah terhadap sekelompok penyakit
gabungan atau lebih dari seratus penyakit dengan manifestasi klinis berupa
nyeri menahun pada sistem muskuloskoletal, kekakuan sendi, serta
pembengkakan jaringan sekitar sendi dan tendon, meskipun kelainan
terutama terjadi pada sendi, tetapi penyakit rematik dapat mengenai jaringan
ekstraartikular (Sallama 2016).
2. Anatomi fisiologi sendi
a. Sendi adalah tempat pertemuan antara tulang dengan tulang rawan.
Stabilitas sendi dipertahankan oleh jaringan ikat yang disebut dengan
ligemen tulang yang membentuk sendi. Fungsi utama sendi untuk
memberikan gerakan fleksi pada tubuh (sarpini 2016).
b. Sendi merupakan tempat dua tulang atau lebih yang saling berhubungan,
dapat terjadi gerakan atau tidak. Jaringan ikat dan jaringan rawan yang
berpungsi untuk menggerakan sendi. Lempeng jaringan rawan terdapat
pada ujung tulang (Syaifuddin, 2012).
c. Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa sendi adalah
tempat pertemuan dua tulang atau lebih. Stabilitas sendi di pertahankan
oleh jaringan ikat yang disebut oleh ligamen. Ligamen mengikat segmen
tulang dan membentuk sendi. Fungsi sendi adalah memberikan gerakan
fleksibel pada tubuh.
7. Manifestasi klinis
parapare (2016) menyebutkan tanda dan gejalah reumatoid artritisdibagi
manjadi dua yaitu:
1. tanda dan gejalah
a) Nyeri persendian di sertai kaku pada pagi hari mornig stifflessdan
gerakan terbatas, kekakuan berlangsung kurang dari 30 menit dan
dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari.
b) Perlahan-lahn bagian yang terkena akan memegkak, panas, merah dan
lemah.
c) Pembengkaakan sendi yang meluas dan simetris.
d) Nodul reumatoid merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3
klien dewasa. Kasus ini sering kali menyerang bagian siku atau
sepanjang permukaan ekstensor permukaan lengan bawah.
2. Tanda dan gejalah sistemik
Reumatoid artritis terbagi menjadi dua stadium,yaitu:
a) Stdium senovitis
Pada stadium ini selainkerusakan pada jaringan synovial, juga terjadi
kerusakan pada jaringan sekitarnya yang di tandai dengan adanya
kontraksi tondon. Selin tanda da gejalah tersebut, terjadi pula
perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari yaitu seperti leher
angsa swan-neck.
b) Staduim deformasitas
Pada stadium ini, terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali, defornitas, serta gangguan fungsi secara menetap. Perubahan
dapa sendi diawali adanya sinoitas, belajar pada bentukan pannus,
ankilosis, fibrosa, dan ankilosis tulang.
C. Konsep nyeri
1. Konsep Nyeri
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial. Nyeri
adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan
smeltzer et al (2012). Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan yang
terlokalisasi pada suatu bagian tubuh. Nyeri sering kali dijelaskan dalam istilah
proses struktur jaringan seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, seperti emosi,
pada perasaan takut, mual dan mabuk. Terlebih lagi, seriap perasaan nyeri dan
intensitas sedang sampai kuat disertai oleh rasa cemas dan keinginan kuat
untuk melepaskan diri dari atau meniadakan perasaan itu, judha et al (2017).
2. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum diabagi menjadi dua, yaitu:
a.Nyeri akut
Nyeri akut biasanya dirasakan setelah terjadinya cedera akut, penyakit
atau. Intervensi bedah dan memiliki durasi yang cepat dengan intensitas
yang berfariatif ringan sampai sedang dan berlangsung singkat. Fungsi
nyeri akut adalah memberi peringatan akan cedera atau penyakit yang akan
datang. Nyeri akut biasanya akan menghilang atau tanpa pengobatan
setelah rea yang rusak pulih kembali.nyeri ini biasanya berlangsung tidak
lebih dari enam bulan, gejalah mendadak, dan biasanya penyebab serta
lokasi nyeri sudah diketahi.
b. Nyeri kronis
Nyeri ini berlangsung lebih dari enam bulan dan sumber nyeri bisa
diketahui atau tidak. Nyeri cenderung hilang timbul dan bisanya tidak
dapat disembukan. Selain itu pengindraan nyeri menjadi lebih dalam
sehingga pendeerita sukar menunjukan lokasinya. Dampak dari nyeri ini
antar lain penderita menjadi lebih mudah tersinggung dan sering
mengalami insomnia. Nyeri kronis biasanya hilang timbul dalam priode
waktu tertentu, adakalanya penderita terbebas dari rasa nyeri, fauziah et al
(2012).
3. Alat ukur nyeri
Dalam penilaian intensitas nyeri dapat dilakukan deengan menggunakan
skala, Fitriana et al (2021). Sebagai berikut:
a) Deskriftif
merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang objektif. Skala
pendeskripsi verbal, verbal descriptif scala VDS. Merupakan sebuah
garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata deskripsi yang tersusun
dengan jarak yang sama disepanjang garis pendeskripsian dari tidak
terasa nyeri sampai nyeri tidak tertahankan dengan cara ini menunjukan
kepasien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih nyeri terbaru
yang dirasakan.
b) Numerik
Skala penilaian numerik (numerical rating scale NRS), lebih digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsian kata, dalam hal ini klien menilai nyeri
dengan menggunakan skala 1-10, skala ini paling efektif digunakan saat
mengkaji intensitas nyeri sebbelum dan sesudah intervensi trapautik.
Gambar 2.2: skala nyeri numerik
Keterangan:
0 : Tidak nyeri
1-3 :Nyeri seperti kesemutan Nyeri ringan
4-6 :Nyeri seperti ditusuk jarum Nyeri sedang
7-9 : Nyeri seperti luka sayatan Nyeri berat
10 : Nyeri sangat berat, responden berteriak, meraung-raung kesakitan sambil
menangis dan dikendalikan.
a. Akar
Tanaman serai memiliki akar yang besar, akarnya merupakan jenis
serabut yang beimpang pendek
b. Batang tanaman serai bergerombol dan berumbi, serta lunak dan
berongga. Isi batangnya merupakan pelpah umbi untuk pucuk dan
berwarna putih keunguan atau kemerahan. Selin itu btang tanaman serai
juga bersifat kaku dan mufah patah batang tanaman ini tumbuh tegak di
atas tanah.
c. Daun
Daun pada tanaman serai berwarna hijau dan tidak bertangkai, daunnya
kesat panjang runcing dan dauntanaman ini memiliki daun seperti pita
yang mangkin runcing dan berbau citrus ketika daunnya diremas,
dauunny memiliki tepi yang kasar dan tajam. Tulang daun seri tersusun
sejajar letak dun batang terbesar.
d. Bunga biji dan daun
tanaman serai jenis ini jarang sekali memiliki bunga kalaupun ada, pada
umumnya bngannya tidak memiliki mahkota dan merupakan bunga
bentuk bulir. Buah tanaman serai jarang sekali atau tidak pernah
memiliki buah. Bijinya juga jarang sekali.
2. Kandungan serai
dalam buku herbal indonesia disebutkan bahwa kahsiat tanaman serai
mengandung minyak astasiri yang memiliki sifat kimiawi dan efek farmakologi
yaitu rasa pedas dan bersifat hangat sebagai anti radang dan menghilangkan
rasa sakit yang bersifat analgesik serta melancarkan sirkulasi darah, yang
diindikasikan untuk menghilangkan nyeri otot, nyeri sendi, afiyah (2014).
Reumatoid artritis
menyebabkan nyeri sendi,
pembengkakan sendi, rasa
kaku pada sistem otot,
gangguan gerak. Penatalaksanaan
nonfarmakologi:
Kompres hangat
serai
Nyeri