Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia
1. Defenisi lansia
Menurut (affandi 2008 et al 2016). Menua adalah proses alami yang
dihadapi manusia. Dalam tahap ini, pada diri manusia secara alami terjadi
penurunan atau perubahan dalam hal biologis, psikologis serta sosial ekonomi
yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara
khusus pada individu lanjut usia.
Lanjut usia adalah priode dimana organisme telah mencapai kemtangan
dalam, ikuran fungsi dan telah, menunjukan perubahan seiring berjalannya waktu.
Word health organizition (WHO) atau badan kesehatan dunia menetapkan usia 65
tahun keatas sebagai usia yang menunjukan bahwa seseorang telah menasuki
proses menua dan disebut dengan lansia. Menurut (Depkes RI tahun 2005 et al
2014), lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang secara
fisik terlihat beda dengan kelompok umur lainnya. Lansia banyak
mendapatiberbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan
terintegrasi (Affandi 2008, et al 2016).

2. Batasan - Batasan usia lansia


a. Menurut WHO batasan lansia adalah sebagai berikut:
1) Lanjut usia ( alderly) antara usia 60-74 tahun
2) Usia tua (old), antara 75-90 tahun, dan
3) Usia sangant tua ( very old) adalah usia >90 tahun.
b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia di bagi menjadi:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas.
3) Usia lanjut berisiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke
atas dengan masalah kesehatan.
c. Menurut Maryam (2008), lima klasifikasi pada lansia antara lain.
1) Pra lansia
Seseorang yang berusia 45-59 tahun.
2) Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3) Lansia resiko tinggi berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang
masih dapat menghasilkan barang.
5) Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
d. Membuat UUDN no 13 tahun 1998 dalam bab 1 pasar 1 ayat II yang
berbunyi “ lanjut usia adalah seeorang yang mencapai usi 60 tahun.

3. Tipe-Tipe lansia
Menurut (Maryam 2008 dlm).beberapa tipe lansia yang bergantung pada
karakter, pengalamaan hidup, lingkungan, kondisi fisik, social dan
ekonomisnya. Tipe dapat di jabarkan sebagai berikut:
1) Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalamaan menyesuaikan diri dengan perubahaan
jaman, memepunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2) Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan seletif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.
3) Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah,tidaak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan
banyak menuntut.
4) Tipe pasrah
Menerma dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5) Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif
dan acuh tidak acuh.

4. Perubahan- perubahan pada lansia


Perubahan yang terjadi pada lanjut usia urut mujahidullah (2012). Beberapa
perubahan yang akan terjadi pada lansia diantranya adalah perubahan fisik,
intelektual.
1.Perubahan fisik
a) Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam tubuh akan
berubah, seperti jumlahnya yang menurun, ukuran lebih besar sehingga
mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan proporosi protein di otak,
ginjal, darah dan hati berkurang.
b) Sistem persyarapan, keadaan sistem persyarafan dan dan panca indra.
Pada indra pendengaran akan terjadi gangguan pendengaran seperti
hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga. Pada indra
pengelihatan akan terjadi seperti kekeruhan pada kornea, hilangnya
akomondasi dan menurunya lapang pandang. Pada indra peraba akan
terjadi seperti respon terhadap nyeri menurun dan kelenjar keringat
berkurang. Pada indra pembau akan terjadinya seperti menurunya
kekuran otot pernafasan, sehingga kemampuan membau juga kurang.
c) Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunnya selera
makan, menurunnya produksi air liur atau sliva gerak pristaltic usus
juga menurun.
d) Sistem genitourinaria, pada lansi ginjal akan mengalami pengecilan
sehingga aliran darah keginjal menurun.
e) Sistem kardiovaskuler, pada lansia akan mengalami pompa darah yang
menurun, ukuran jantung secara keseluruhan menurun dengan tidaknya
penyakit kelinis, denjut jantung menurun, katup jantung pada lansia
akan lebih tebal dan kaku akibat akumulasi lipid, tekanan darah sistolic
tetap sama atau meningkat.
f) Sistem muskuloskoletal, pada lansia tulang akan kehilangan cairan dan
rapuh, keadan tubuh akan lebih pendek, persendian akan lebih kaku dan
tondon akan mengkerut, terjadi penurunan tonus otot, kekakuan dan
nyeri pergerakan kaki. Kondisi fisilologi sistem muskuloskoletal yang
mengalami penurunan fungsi dan menyebabkan munculmya salah-satu
penyakit pada lansia yaitu reumatoid artritis.
2. Perubahan psikologi
pada lansia peroses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan
bertambahnya usia. Perubahan psikologi dapat terjadi dihubungkan dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Keperibadian
individu yang terjadi atas motivasi dan mentelenjensi dapat menjadi
karakteristik konsep diri dari seseorang lansia. Konsep diri yang positif
dapat menjadikan lansia mampu berinteraksi dengan mudah terdapat nilai-
nilai yang ada, yang dapat ditunjukan dari status sosialnya.
3. Teori sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada situasi
tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Interaksi sosial
terjadi berdasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa. Adapun pakar
lain mengatakan bahwa kemampuan lansia untuk menjalin interaksi sosial
merupakan kunci untuk mempertahankan ststus sosialnya atas dasar
kemampuannya untuk melakaukan tukar-menukar.
4. Teori spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian
hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang
kehidupan. James fowler mengungkapkan tahap-tahap perkembangan
kepercayaan. Flower juga meyakini bahwa kepercayaan atau demensia
spiritual adalah salah satu kekuatan yang memberi arti penting bagi
kehdupan seseorang. Fowler meyakini bahwa perkembangan kepercayaan
antara orang dan lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-
nilai pengetahuan. Fowler juga mendapat bahwa perkembangan spiritual
pada lansia berada pada tahap prinsip cinta dan keadilan (Maryam 2012).
5.Perubahan interlektual
Menurut (Hochnadl et al 2012). Akibat prses penuaan juga akan terjadi
kemunduran pada kelompok otak kanan mengalami penurunan sehingga
lansia akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi nonverbal,
pemecahan masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah seseorang.
Perubahan yang lain adalah perbahan ingatan, karen penurunan kemampuan
otak maka seseorng lansia akan kesulitan untuk menerima rangsangan yang
diberikan kepadanya sehingga kemampuam untuk menginggat pada lansia
juga menurun.

5. Definisi Proses Menua


Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaikan diri atau menggantikan dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakaan yang di derita ( muhith, 2016).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut)
secara alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya,
yaitu anak, dewasa, dan tua. Dari tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis
maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran,
seperti kemunduran fisik yang di tandai dengan kulit yang mengendur,
rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional(
Nugroho, 2016).
Menua merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hisup, tidak hanya mulai pada
satu waktu tertentu, tetapi di awali sejak awal kehidupan (dewi rhosma,2014)
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Menua
Menurut (Siti Bandiyah,2009 dlm muhilt,2016) penuaan dapat terjadi secara
fisiologi dan patologis. Penuan yang terjadi sesuai dengan kronologis usia.
Faktor yang mempengaruhi yaitu:
a. Hereditas atau Genetik
Kematian sel merupakaan seuruh program kehidupan yang di kaitatkan
dengan peran DNA yang penting dalam mekanisme pengendalian fungsi
sel. secara genetik, perempuan di tentukan oleh sepasang kromosom X .
Kromosom X ini ternyata membawa unsur kehidupan sehingga perempuan
berumur lebih panjang dari pada laki-laki
b. Nutrisi/makanan
Berlebihan atau kekurangan mengganggu keseimbangan reaksi kekebalan
c. Status kesehatan
Penyakit yang selama ini selalu di kaitan dengan proses penuaan,
sebenarnya bukan di sebabkan oleh proses menuanya sendiri, tetapi lebih di
sebabkan oleh faktor luar yang merugikan yang berlangsung tetap dan
berkepanjangan.
d. Pengalamaan hidup
1) Paparan sinar matahari : kulit yang tak terlindung sinar matahari akan
mudah ternoda oleh flek, kerutan, dan menjadi kusam.
2) Kurang olaraga : olaraga membantu pemebntukan otot dan menyebakan
lancarnya sirkulasi darah.
3) Mengonsumsi alcohol: alcohol dapat memperbesar pembulu darah kecil
pada kulit dan menyebabkan peningkatan aliran darah dekar permukaan
kulit
e. Lingkungan
Proses menua secara biologic berlangsung secara alami dan tidak dapat di
hindari, tetapi seharusnya dapat tetap di pertahankan dalam status sehat.

f. Stress
Tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekerjaan, ataupun
masyarakat yang tercermin dalam bentuk gaya hidup akan berpengaruh
terhadap proses penuaan.

B. Reumatoid artritis
1. Pengertian reumatoid artritis
Artritis raumatoid (AR) adalah penyakit peradangan sistemis kronis yang
tidak diketahui penyebabnya dan manifestasi pada sendi perifer dengan pola
simetis, konstitusi gejalah, termasuk kelelahan malaise dan kekakuan pada
pagi hari. Pada AR sering melibatkan organ ekstra artikular seperti kulit,
jantung paru-paru, dan mata. AR menyebabkan kerusakan sendi dan dengan
demikian sering menyebabkan morbiditas dan kematian yang cukup besar
(Sallama 2016).
Reumatoid artritis (RA) adalah penyakit autoimun sistemik kronik yang
menyebabkan inflamasijaringan ikat, terutama disendi. Penyebab RA tidak
diketahui. Awitan RA biasanya tiba-tiba, meskipun mungkin akut, dipicu
oleh stressor seperti infeksi, pembedahan, trauma. Faktor genetik dan
lingkungan diyakini berperan dalam perkembangan penyakit ini. Lansia
tidak kebal dari terjadinya RA, insiden terus meningkat setelah usiaa 60
tahun. Meskipun beberapa lansia dapat berkembang relatif ringan, RA
terbatas, pasien dengan peningkatan titer RA dapat mengalami rangkaian
penyakit yang lebih agresif, dengan aktifitas penyakit yang persisten,
manifestasi lebih sistemik dan kerusakan sendi yang lebih cepat (LeMone,
2017).
Penyakit rematik merupakan suatu istilah terhadap sekelompok penyakit
gabungan atau lebih dari seratus penyakit dengan manifestasi klinis berupa
nyeri menahun pada sistem muskuloskoletal, kekakuan sendi, serta
pembengkakan jaringan sekitar sendi dan tendon, meskipun kelainan
terutama terjadi pada sendi, tetapi penyakit rematik dapat mengenai jaringan
ekstraartikular (Sallama 2016).
2. Anatomi fisiologi sendi
a. Sendi adalah tempat pertemuan antara tulang dengan tulang rawan.
Stabilitas sendi dipertahankan oleh jaringan ikat yang disebut dengan
ligemen tulang yang membentuk sendi. Fungsi utama sendi untuk
memberikan gerakan fleksi pada tubuh (sarpini 2016).
b. Sendi merupakan tempat dua tulang atau lebih yang saling berhubungan,
dapat terjadi gerakan atau tidak. Jaringan ikat dan jaringan rawan yang
berpungsi untuk menggerakan sendi. Lempeng jaringan rawan terdapat
pada ujung tulang (Syaifuddin, 2012).
c. Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa sendi adalah
tempat pertemuan dua tulang atau lebih. Stabilitas sendi di pertahankan
oleh jaringan ikat yang disebut oleh ligamen. Ligamen mengikat segmen
tulang dan membentuk sendi. Fungsi sendi adalah memberikan gerakan
fleksibel pada tubuh.

6. Etiologi reumatoid artritis


Manifestasi KlinisAda beberapa faktor-faktoe resiko yang terjadi pada
reumatoid artritissuratun (2016). Antara lain sebagai berikut:
a. Fakor penuaan
Seiring bertambahnya usia, struktus anatomis dan fungsi organ mulai
mengalami kemunduran. Pad lansia cairan synovial pada lansia muli
berkurang sehingga pada saat pergerakan terjadi gesekan pada tulang
yang menyebabkan nyeri.
b. Faktor inflamasi
Inflamasi meliputi serangkaian tahap yang sering berkaitan. Antibodi
imunoglobin membentuk komplek imun dengn antigen. Fagositosis
komplek imun akan di mulai dan menghasilkan reaksi inflmasi
pembengkakan, nyeri,serta edema pada sendi.

7. Manifestasi klinis
parapare (2016) menyebutkan tanda dan gejalah reumatoid artritisdibagi
manjadi dua yaitu:
1. tanda dan gejalah
a) Nyeri persendian di sertai kaku pada pagi hari mornig stifflessdan
gerakan terbatas, kekakuan berlangsung kurang dari 30 menit dan
dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari.
b) Perlahan-lahn bagian yang terkena akan memegkak, panas, merah dan
lemah.
c) Pembengkaakan sendi yang meluas dan simetris.
d) Nodul reumatoid merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3
klien dewasa. Kasus ini sering kali menyerang bagian siku atau
sepanjang permukaan ekstensor permukaan lengan bawah.
2. Tanda dan gejalah sistemik
Reumatoid artritis terbagi menjadi dua stadium,yaitu:
a) Stdium senovitis
Pada stadium ini selainkerusakan pada jaringan synovial, juga terjadi
kerusakan pada jaringan sekitarnya yang di tandai dengan adanya
kontraksi tondon. Selin tanda da gejalah tersebut, terjadi pula
perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari yaitu seperti leher
angsa swan-neck.
b) Staduim deformasitas
Pada stadium ini, terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali, defornitas, serta gangguan fungsi secara menetap. Perubahan
dapa sendi diawali adanya sinoitas, belajar pada bentukan pannus,
ankilosis, fibrosa, dan ankilosis tulang.

C. Konsep nyeri
1. Konsep Nyeri
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial. Nyeri
adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan
smeltzer et al (2012). Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan yang
terlokalisasi pada suatu bagian tubuh. Nyeri sering kali dijelaskan dalam istilah
proses struktur jaringan seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, seperti emosi,
pada perasaan takut, mual dan mabuk. Terlebih lagi, seriap perasaan nyeri dan
intensitas sedang sampai kuat disertai oleh rasa cemas dan keinginan kuat
untuk melepaskan diri dari atau meniadakan perasaan itu, judha et al (2017).

2. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum diabagi menjadi dua, yaitu:
a.Nyeri akut
Nyeri akut biasanya dirasakan setelah terjadinya cedera akut, penyakit
atau. Intervensi bedah dan memiliki durasi yang cepat dengan intensitas
yang berfariatif ringan sampai sedang dan berlangsung singkat. Fungsi
nyeri akut adalah memberi peringatan akan cedera atau penyakit yang akan
datang. Nyeri akut biasanya akan menghilang atau tanpa pengobatan
setelah rea yang rusak pulih kembali.nyeri ini biasanya berlangsung tidak
lebih dari enam bulan, gejalah mendadak, dan biasanya penyebab serta
lokasi nyeri sudah diketahi.
b. Nyeri kronis
Nyeri ini berlangsung lebih dari enam bulan dan sumber nyeri bisa
diketahui atau tidak. Nyeri cenderung hilang timbul dan bisanya tidak
dapat disembukan. Selain itu pengindraan nyeri menjadi lebih dalam
sehingga pendeerita sukar menunjukan lokasinya. Dampak dari nyeri ini
antar lain penderita menjadi lebih mudah tersinggung dan sering
mengalami insomnia. Nyeri kronis biasanya hilang timbul dalam priode
waktu tertentu, adakalanya penderita terbebas dari rasa nyeri, fauziah et al
(2012).
3. Alat ukur nyeri
Dalam penilaian intensitas nyeri dapat dilakukan deengan menggunakan
skala, Fitriana et al (2021). Sebagai berikut:

a) Deskriftif
merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang objektif. Skala
pendeskripsi verbal, verbal descriptif scala VDS. Merupakan sebuah
garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata deskripsi yang tersusun
dengan jarak yang sama disepanjang garis pendeskripsian dari tidak
terasa nyeri sampai nyeri tidak tertahankan dengan cara ini menunjukan
kepasien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih nyeri terbaru
yang dirasakan.

Gambar 2.1 Nyeri Deskriptif


Keterangan:
0 : tidak merasa nyeri.
1-3 : secara objektif klien dapat berkomunikasi.
4-6 : secara objektif klien mendesis.
7-9 : secara objektif klien kadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih
merespon terhadap tindakan.
10 : klien tidak mampu mengikuti peritah

b) Numerik
Skala penilaian numerik (numerical rating scale NRS), lebih digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsian kata, dalam hal ini klien menilai nyeri
dengan menggunakan skala 1-10, skala ini paling efektif digunakan saat
mengkaji intensitas nyeri sebbelum dan sesudah intervensi trapautik.
Gambar 2.2: skala nyeri numerik
Keterangan:
0 : Tidak nyeri
1-3 :Nyeri seperti kesemutan Nyeri ringan
4-6 :Nyeri seperti ditusuk jarum Nyeri sedang
7-9 : Nyeri seperti luka sayatan Nyeri berat
10 : Nyeri sangat berat, responden berteriak, meraung-raung kesakitan sambil
menangis dan dikendalikan.

c) Visual analog scale VAS


Skala analog visual adalah suatu garis lurus sepanjang 10 cm, yang mewakili
intensitas nyeri yang terus-menerus dan mendeskripsi verbal pada setiap
ujungnya, dengan cara klien diminta untuk menunjuk titik pada garis yang
menunjukan letak terjadi pada sepanjang garis yang menunjukan pada letak
nyeri terjadi pada sepanjang garis tersebut, pada ujung kiri tidak nyeri yang
sebelah kanan nyeri hebat.

Gambar 2.3: skala nyeri VAS

d) Wong baker faces pain rating scale


Skala ini biasanya untuk mengukur nyeri pada anak-anak karena biasanya
anak-anak tidak bisa mengungkapkan rasa nyerinya. Skala ini dengan
penilaian skepresi wajah.

Gambar 2.4: wong-baker faces pain rating scale

D. Kompres hangat serai


1. Defenisi serai
Serai adalah salah-satu tanaman yang memiliki zat sebagai penghangat,
anti radang dan dapat memperlancar aliran darah, serai mengandung minyak
astasiri yang memiliki efek tersebut, serai merupakan tanaman semak yang
memiliki akar serabut besar dan berimpang pendek (Hariana 2015).
Kompres hangat serai merupakan suatu tindakan untuk mengurangi
nyeri reumatoid artritis dengan memberikan rasa hangat pada bagian tubuh
yang nyeri menggunakan kain yang di celupkan pada air rebusan serai
selama 15 menit.

a. Akar
Tanaman serai memiliki akar yang besar, akarnya merupakan jenis
serabut yang beimpang pendek
b. Batang tanaman serai bergerombol dan berumbi, serta lunak dan
berongga. Isi batangnya merupakan pelpah umbi untuk pucuk dan
berwarna putih keunguan atau kemerahan. Selin itu btang tanaman serai
juga bersifat kaku dan mufah patah batang tanaman ini tumbuh tegak di
atas tanah.
c. Daun
Daun pada tanaman serai berwarna hijau dan tidak bertangkai, daunnya
kesat panjang runcing dan dauntanaman ini memiliki daun seperti pita
yang mangkin runcing dan berbau citrus ketika daunnya diremas,
dauunny memiliki tepi yang kasar dan tajam. Tulang daun seri tersusun
sejajar letak dun batang terbesar.
d. Bunga biji dan daun
tanaman serai jenis ini jarang sekali memiliki bunga kalaupun ada, pada
umumnya bngannya tidak memiliki mahkota dan merupakan bunga
bentuk bulir. Buah tanaman serai jarang sekali atau tidak pernah
memiliki buah. Bijinya juga jarang sekali.

2. Kandungan serai
dalam buku herbal indonesia disebutkan bahwa kahsiat tanaman serai
mengandung minyak astasiri yang memiliki sifat kimiawi dan efek farmakologi
yaitu rasa pedas dan bersifat hangat sebagai anti radang dan menghilangkan
rasa sakit yang bersifat analgesik serta melancarkan sirkulasi darah, yang
diindikasikan untuk menghilangkan nyeri otot, nyeri sendi, afiyah (2014).

3. Manfat tanaman serai


Menurut Elsanti (2018). Jika melihan keunggulan serai dari berbagai
kandungan dan sifatnya, tidak heran memang jika tanaman serai dipercaya
memiliki banyak sekali manfaat untuk kesehatan, berikut adalah beberapa
manfaat serai untuk tubuh yaitu:
Pereda nyeri otot dan sendi Efek analgesik tidak hanya dapat dirasakan
untuk sakit perut, tetapi juga nyeri sendi, manfaat serai juga jenis nyeri lainnya
seperti nyeri otot dan juga sendi bisa didapatkan dengan cara konsumsi serai
atau juga dilakukan dengan pijat menggunakan minyak serai dan kompres
menggunakan serai hangat.

Faktor penyebab yang


mempengaruhi nyeri:
1. Usia
2. Stres
3. Jenis kelamin
4. Keletihan
5.
Penatalaksanaan farmakologi:

1. non steroidal anti


inflamatory drugs
(NSAID)
2. Disease Modifying
Antirheumatic Drugs
(DMARD)

Reumatoid artritis
menyebabkan nyeri sendi,
pembengkakan sendi, rasa
kaku pada sistem otot,
gangguan gerak. Penatalaksanaan
nonfarmakologi:
Kompres hangat
serai
Nyeri

Skema 2.4:Kerangka Teori


Sumber: Suparni, 2012, Hernani 2014, et al 2016 Zairin, 2012 et al Maulida 2015.

Anda mungkin juga menyukai