A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Lansia adalah suatu keadaan yang selalu terjadi pada kehidupan
manusia. Menua adalah proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak ada permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan hal yang alamiah yang berarti seseorang sudah
melalui tiga tahapan yaitu: anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda
baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran misalnya kemunduran fisik yang ditandai kulit
mengendur, rambut memutih, gigi ompong, pendengaran menurun,
penglihatan memburuk, mengalami gerakan melambat, dan figur tubuh
yang tidak proporsional (Nugroho, 2016).
Dalam Buku Ajar Geriatri, Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr.
H. Hadi Martono (1994) mengatakan bahwa menua atau menjadi tua
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur
dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Dari
pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia secara perlahan
mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat
mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia, termasuk
kehidupan seksualnya (Nugroho, 2016).
Menurut WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2
menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalan dan luar tubuh
yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2016).
1
2. Batasan-batasan Usia Lanjut
a. Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO)
dalam Padila (2013):
1) Usia Pertengahan (middle age) usia 45 sampai 59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) usia 60 sampai 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) usia 75 sampai 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun
b. Menurut Bee (1996) dalam Padila (2013):
1) Masa dewasa muda (usia 18 sampai 25 tahun)
2) Masa dewasa awal (usia 26 sampai 40 tahun)
3) Masa dewasa tengah (usia 41 sampai 65 tahun)
4) Masa dewasa lanjut (usia 66 sampai 75 tahun)
5) Masa dewasa sangat lanjut (usia diatas 75 tahun)
c. Menurut Setyonegoro, dalam Padila (2013):
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20 sampai 25
tahun
2) Usia dewasa penuh (meddle years) atau maturitas usia 25 sampai
60/65 tahun
3) Lanjut usia (geriatric age) usia diatas 65/70 tahun, terbagi atas:
4) Young old (usia 70 sampai 75 tahun)
5) Old (usia 75 sampai 80 tahun)
6) Very old (usia diatas 80 tahun)
Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun
keatas, dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2. Menurut
Undang-Undang tersebut diatas lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas baik pria maupun wanita (Padila,
2013).
3. Teori Proses Lansia
Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan
tentang proses lansiayang tidak seragam. Proses lansia bersifat individual
2
dimana proses menua pada setiap orang terjadi dengan usia yang berbeda,
setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan atau life style yang berbeda, dan
tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
Adakalanya seseorang belum tergolong tua (masih muda) tetapi telah
menunjukkan kekurangan yang mencolok. Adapula orang yang tergolong
lanjut usia penampilannya masih sehat, bugar, badan tegap, akan tetapi
meskipun demikian harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering
dialami oleh lanjut usia. Misalnya hipertensi, diabetes mellitus, rematik,
asam urat, dimensia sinilis, dan sakit ginjal (Padila, 2013).
Teori-teori tentang penuaan sudah banyak ang dikemukakan,
namun tidak semuanya bisa diterima. Teori-teori itu dapat digolongkan
dalam dua kelompok, yaitu yang termasuk kelompok teori biologis dan
teori psikososial (Padila, 2013).
a. Teori Biologis:
Teori yang merupakan teori biologis adalah sebagai berikut:
1) Teori Jam Genetik
Menurut Hay Ick (1965) dalam Padila (2013), secara
genetik sudah terprogram bahwa material di dalam inti sel
dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi
mitosis. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies
tertentu memiliki harapan hidup (life span) yang tertentu pula.
Manusia yang memiliki rentang kehidupan maksimal sekitar 110
tahun, sel-selnya diperkirakan hanya mampu membelah sekitar 50
kali, sesudah itu mengalami deteriorasi.
2) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merusak membrane sel yang menyebabkan
kerusakan dan kemunduran secara fisik (Padila, 2013).
3) Teori immunologi
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi
suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak dapat
tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah.
3
Sistem imun menjadi kurang efektif dalam mempertahankan diri,
regulasi dan responsibilitas (Padila, 2013).
4
dalam beraktifitas dan mempertahankan aktififtas tersebut selama
mungkin. Adapun kualitas aktifitas tersebut lebih penting
dibandingkan kuantitas aktifitas yang dilakukan (Padila, 2013).
5
Setiap orang dipeengaruhi oleh lingkungan hidupnya orang yang hidup
di kota besar kemungkinan besar terpajan oleh polusi dibandingkan
orang yang hidup di desa, di daerah pegunungan.
f. Stress
Setiap orang mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah dan
mengendalikan emosinya. Tingkat stress yang tinggi berpengaruh pada
masa tua seseorang.
5. Perubahan Sistem Tubuh Lansia
Menurut Effendi (2009), perubahan sistem tubuh lansia dan penjelasannya
antara lain:
a) Sel
Pada lansia jumlah selnya akan lebih sedikit dan ukurannya akan lebih
besar. Cairan tubuh dan cairan intraseluler akan berkurang. Proporsi
protein di otak, otot ginjal darah dan hati juga ikut berkurang. Jumlah
sel otak akan menurun, mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan
otak menjadi atrofi.
b) Sistem persyarafan
Rata-rata berkurang neocortical sebesar 1 per detik, hubungan
persyarafan cepat menurun, lambat dalam merespon baik dari gerakan
maupun jarak waktu, khususnya dengan stress, mengecilnya saraf
pancaindra, serta menjadi kurang sensitif terhadap sentuhan.
c) Sistem pendengaran
Gangguan pada pendengaran (prebiakusis), membran timpani
mengalami atrofi, terjadi pengumpulan dan pergeseran serum karena
peningkatan keratin, pendengaran menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan jiwa atau stress.
d) Sistem penglihatan
Sclerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respon terhadap sinar,
kornea lebih berbentuk seperti bola (sferis), lensa lebih suram (keruh)
dapat menyebabkan katarak, meningkatnya ambang pengamatan sinar
dan daya adaptasi terhadap kegagalan menjadi lebih lambat dan sulit
untuk melihat dalam keadaan gelap, hilangnya daya akomodasi,
6
menurunnya lapang pandang dan menurunnya daya untuk membedakan
antara warna biru dengan hijau pada skala pemeriksaan.
e) Sistem kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi
kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahunsesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas pembulu darah,
kurangnya efektifitas pembulu darah perifer untuk oksigenasi, sering
terjadi postural hipotensi, tekanan darah meningkat diakibatkan oleh
meningkatnya resistensi dari pembulu darah perifer.
f) Sistem pengaturan suhu tubuh
Suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ±35ºC, hal ini
diakibatkan oleh metabolisme yang menurun, keterbatasan reflex
menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak, sehingga
terjadi rendahnya aktivitas otot.
g) Sistem pernapasan
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elektisitas
sehingga kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih barat,
kapasitas pernapasan maksimum menurun dan kedalaman bernapas
menurun ukuran alveoli melebar dan normal dan jumlah berkurang,
oksigen pada arteri menurun menjadi 75mmHg, kemampuan untuk
batuk berkurang dan penurunan otot pernapasan.
h) Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecapan mengalami penurunan,esophagus
melebar, sensitivitas akan rasa lapar menurun, produksi asam lambung
dan waktu pengosongan lambung menurun, peristaltic lemah dan
biasanya timbul konstipasi, fungsi absorbs menurun, hati (liver)
semakin mengecil dan menurunya tempat penyimpanan, serta
berkurangnya suplai aliran darah.
i) Perubahan psikososial
7
Perubahan psikososial terjadi terutama setelah seseorang mengalami
pension. Berikut ini adalah hal-hal yang akan terjadi pada masa
pensiun.
1) Kehilangan sumber finansial atau pemasukan (income) berkurang
2) Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang
cukup tinggi, lengkap dan segala fasilitasnya.
3) Kehilangan teman atau relasi
4) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan
5) Merasakan atau kesadaran kematian (sense of awareness of
mortality)
j) Sistem endokrin
Menurunnya produksi ACTH, TSH ,FSH, dan LH, atifitas tiroid, basal
metabolic rate (BMR), daya pertukaran gas, produksi aldosterone, serta
sekresi hormone kelamin seperti progesterone, dan testosteron.
k) Sistem integumen
Kulit menjadi keriput akibat kehilangan lemak, permukaan kulit kasar
dan bersisik, menurunya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi
kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu,
rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas
akibat menurunya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih
lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara
berlebihan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan
fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
l) Sistem musculoskeletal
Faktor-faktor yang mempengaruhi mental adalah perubahan fisik,
kesehatan umum, ingat pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan,
tingkat kecerdasan (intellegence question-IQ), dan kenangan (memory).
m) Sistem Genitourinaria
Ginjal mengecil gdan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal
menurun hingga 50%, fungsi tubulus berkurang (berakibat pada
penurunan kemampuan ginjal untuk mengonsentrasikan urine, berat
8
jenis urine menurun, proteinuria biasanya +1), blood urea nitrogen
(BUN) meningkat hingga 21mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat. Otot-otot kandung kemih (vesica urinaria)melemah,
kapasitasnya menurun hingga 200ml dan menyebabkan frekuensi buang
air kecil meningkat, kandung kemih sulit dikosongan sehingga
meningkatkan retensi urine. Pria dengan usia 65 tahun ke atas sebagaian
besar mengalami pembesaran prostat hingga ±75% dari besar
normalnya.
1.1. Defenisi
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan
porousberarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang
yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya
rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan
kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra,
2009).
1.2. Epidemiologi
9
penting karena problem fraktur tulang, baik fraktur yang disertai trauma yang
jelas maupun fraktur yang terjadi tanpa disertai trauma yang jelas.
1.3. Etiologi
10
tahun dan 2 kali lebih sering wanita. Wanita sering kali menderita
osteoporosis senilis dan pasca menopause.
3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis
sekunder yang disebakan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan.
Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan
hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan
(mislnya kortikosteroid, barbiturat, anti kejang, dan hormon tiroid yang
berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dapat memperburuk
keadaan ini.
4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang
penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin
yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang
1.4. Patofisiologi
Kartilago hialin adalah jaringan elastis yang 95% terdiri dari air dan
matrik ekstra selular, 5% sel konrosit. Fungsinya sebagai penyangga juga pelumas
sehingga tidak menimbulkan nyeri pada saat pergerakan sendi.
Pathway Osteoporosis
11
1.5. Klasifikasi
1. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang,
yang menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula
sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia
decade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria
dengan perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.
2. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain
diluar tulang
12
5. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan
aktivitas.
6. Deformitas vertebra thorakalis (Penurunan tinggi badan)
a Faktor genetik
b. Faktor mekanis
13
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup
(protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai
dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang
berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa
pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi
kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan
kemampuan genetiknya.
a. Faktor genetik
Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat
risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini
tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal.
Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya
serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang
yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis)
sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih
mempunyai tulang lebih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang
kecil pada usia yang sama.
b. Faktor mekanis
c. Kalsium
14
pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat
penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan
kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan
keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan
kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan
kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause
ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan
kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan
kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta
eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan
estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium
yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.
d. Protein
e. Estrogen
15
f. Rokok dan kopi
g. Alkohol
a. Pemeriksaan radiologik
16
Pada SPA digunakan unsur radioisotop I yang mempunyai energi photon
rendah guna menghasilkan berkas radiasi kolimasi tinggi. SPA digunakan
hanya untuk bagian tulang yang mempunyai jaringan lunak yang tidak
tebalseperti distal radius dan kalkaneus.
Metode ini mempunyai cara yang sama dengan SPA. Perbedaannya berupa
sumber energi yang mempunyai photon dengan 2 tingkat energi yang berbeda
guna mengatasi tulang dan jaringan lunak yang cukup tebal sehingga dapat
dipakai untuk evaluasi bagian-bagian tubuh dan tulang yang mempunyai
struktur geometri komplek seperti pada daerah leher femur dan vetrebrata.
c. Sonodensitometri
MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah yaitu
pertama T2 sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai densitas serta kualitas
jaringan tulang trabekula dan yang kedua untuk menilai arsitektur trabekula.
g. Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang
menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra
biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks dan hilangnya
17
trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya
korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nukleus
pulposus ke dalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
h. CT-Scan
i. Pemeriksaan Laboratorium
Pengobatan:
Penatalaksanaan keperawatan:
1.10. Pencegahan
18
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda,
hal ini bertujuan:
1.11. Komplikasi
1.12. Prognosis
Kondisi kronis merupakan salah satu penyebab utama kecacatan pada pria dan
wanita. Kompresi fraktur pada tulang belakang menyebabkan rasa tidak nyaman
dan mengganggu pernafasan.
19
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Umur :
Jenis Kelamin :
a. Keluhan Utama:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.
20
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
kulit lainnya.
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
d. Riwayat Psikososial :
2. Pemeriksaan fisik
a. B1 (breathing )
b. B2 (blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik sering terjadi keringat dingin dan
pusing, adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh
darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat
c. B3 (brain)
21
Kesadaran biasanya kompos mentis, pada kasus yang lebih parah klien
dapat mengeluh pusing dan gelisah
d. B4 (Bladder)
Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan padasistem
perkemihan
e. B5 (bowel)
f. B6 (Bone)
3. Pemeriksaan diagnostic/penunjang
Diagnosis/kriteria diagnosis
a. Radiology
b. Pengukuran massa tulang
c. Pemeriksaan lab kimiawi
d. Pengukuran densitas tulang
22
e. Pemeriksaan marker biokemis
f. Biospi
g. memperhatikan factor resiko (wanita, umur, ras, dsb)
4. Terapi/penatalaksanaan
2.3. Perencanaan
Intervensi:
23
R/. Memberi support ketika berjalan mencegah tidak jatuh pada lansia
3) Bantu klien penuhi ADL (activities daily living) dan cegah klien dari
pukulan yang tidak sengaja atau kebetulan.
R/. Benturan yang keras menyebabkan fraktur tulang, karena tulang
sudah rapuh, porus dan kehilangan kalsium.
4) Anjurkan klien untuk belok dan menunduk/bongkok secara perlahan dan
tidak mengangkat beban yang berat.
R/. Gerakan tubuh yang cepat dapat mempermudah fraktur compression
vertebral pada klien dengan osteoporosis
5) Ajarkan klien tentang pentingnya diet (tinggi kalsium, vitamin D) dalam
mencegah osteoporosis lebih lanjut.
R/ Diet kalsium memelihara tingkat kalsium dalam serum, mencegah
kehilangan kalsium ekstra dalam tulang.
6) Anjurkan klien untuk menguragi kafein dan alkohol.
R/. kafein m berlebihan meningkat pengeluaran kalsium berlebihan dalam
urine; alkohol berlebihan meningkatkan asidosis, meningkatkan
reabsorpsi tulang.
7) Ajarkan klien akan efek dari rokok dalam remodeling tulang.
R/. rokok meningkatkan asidosis
2. Nyeri b.d adanya fraktur
Intervensi:
1) Kaji lokasi nyeri, tingkat nyeri, durasi, frekuensi dan intensitas nyeri.
R/. menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk klien
2) Anjurkan klien istirahat ditempat tidur dan anjurkan klien untuk
mengambil psosisi terlentang atau miring yang nyaman bagi kalien
R/. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat
tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa
hari.
3) Beri kasur padat dan tidak lentur.
24
R/. Memberikan rasa nyaman bagi klien
4) Ajarkan klien tehknik relaksasi dengan melakukan fleksi lutut.
R/. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.
5) Berikan kompres hangat intermiten dan pijatan punggung.
R/. kompres hangan dan pijat pada punggung memperbaiki relaksasi otot.
6) Ajarkan dan anjurkan klien untuk menggerakkan batang tubuh sebagai
satu unit dan hindari gerakan memuntir.
R/. Gerakan tubuh memuntir dapat meningkatkan risiko cedera.
7) Bantu klien untuk turun dari tempat tidur.
R/Pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi
sementara, meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang
bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia.
8) Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar
tempat tidur perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk
mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi stres akibat postur abnormal
pada otot yang melemah.
9) Opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan
nyeri punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapat
mengurangi nyeri.
3. Konstipasi b.d imobilitas atau ileus obstruksi
HYD: Klien tidak mengalami konstipasi, klien dapat bab 2-3 kali dalam
seminggu, konsistensi feces lunak, dan tidak ada kolaps pada T10-L2
Intervensi:
1) Kaji pola elimeinasi bab klien
R/. menentukan intervensi bila ada gangguan pada eliminasi bab
2) Berikan diet tinggi serat.
R/. Tinggi serat membantu proses pengosongan usus dan meminimalkan
kostipasi
3) Anjurkan klien minum 1,5-2 liter/hari bila tidak ada kontraindikasi.
R/. Pemenuhan cairan yang adekuat dapat membantu atau meminimalkan
konstipasi.
25
4) Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bila terjadi
kolaps vertebra pada T10-L2, maka pasien dapat mengalami ileus.
5) Kolaborasi untuk pemberian pelunak tinja dan berikan pelunak tinja sesuai
ketentuan
R/. Membantu meminimalkan konstipasi
4. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
HYD: meningkatkan pengetahuan klien tentang osteoporosis, cara pencegahan
dan program tindakan
Intervensi:
1) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang osteoporosis.
R/ Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya oeteoporosis.
2) Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.
3) Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti
Pengurangan kafein, rokok dan alkohol.
R/. Hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang.
4) Anjurkan dan ajarka cara latihan aktivitas fisik sesuai kemampuan klien.
R/. Latihan aktivitas merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang
dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis.
5) Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar
matahari.
R/. Kebutuhan kalsium, vitamin D, terpapar sinar matahari pagi yang
memadai dapat meminimalkan efek oesteoporosis.
6) Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat.
Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping
yang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya
meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangi
terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yang memadai
dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.
26
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi 5. Jakarta :
Internal Publishing.
27
Suryati, A, Nuraini, S. 2006. Faktor Spesifik Penyebab Penyakit Osteoporosis
Pada Sekelompok Osteoporosis Di RSIJ, 2005. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan,
Vol.2, No.2, Juli 2006:107-126
Tandra, H. 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Osteoporosis
Mengenal, Mengatasi dan Mencegah Tulang Keropos. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
http://nursingawesome.blogspot.com/2014/03/laporan-pendahuluan-
osteoporosis.html
SAP OSTEOPOROSIS
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : Muskuloskeletal
Pokok Bahasan : Osteoporosis
Sasaran : Klien yang berusia diatas 50 tahun
Tempat : Posbindu Melati Ciputat
Tanggal : 29 Desamber 2009
Waktu : 20 menit
Media : leafleat, Infocus dan Laptop
Penyaji : Umayra Maulida sabatiyah
28
Metode : Ceramah, Tanya Jawab
I. Latar Belakang
29
Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering menghinggapi kaum lanjut usia.
30
Pengertian Osteoporisis, Penyebab Osteoporosis, Tanda dan Gejala Osteoporosis,
Pencegahan Osteoporosis dan Penatalaksanaan Osteoporosis
V. Kegiatan Penyuluhan
1. Pembukaan (5 menit)
• Salam pembuka
• Pekenalan
31
2. Ceramah dan tanya jawab
3. Penyajian (10 menit )
Menyampaikan materi :
• Merangkum Materi
VI. Evaluasi
butir-butir soal :
32
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis, atau tulang keropos, terjadi jika terlalu banyak zat mineral
dihilangkan dari kerangka tulang. Tulang menjadi rapuh dan lebih mudah patah.
Patah tulang yang paling umum adalah tulang pinggul, tulang belakang dan tulang
pergelangan tangan
2. Penyebab Osteoporosis
1. Peningkatan usia
33
ini dikaitkan dengan masa menopause pada wanita. Ketika wanita memasuki
masa menopause, fungsi ovariumnya menurun akibatnya produksi hormon
estrogen dan progesteron berkurang. Jika kadar estrogen dalam darah turun,
maka siklus remodeling tulang berubah dan pengurangan jaringan tulang
mulai terjadi. Salah satu fungsi estrogen adalah mempertahankan tingkat
remodeling tulang yang normal. Yang sangat terpengaruh dengan keadaan ini
adalah tulang trabekular, karena tingkat turun overnya tinggi.( Lane, 2001).
3. Kecenderungan genetik
4. Penyakit lain
5. Obat-obatan
Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati kondisi lain juga dapat
mempengaruhi regenerasi tulang
34
3. Tanda dan Gejala Osteoporosis
– patah tulang
– Punggung yang semakin memburuk
– hilangnya tinggi badan
– nyeri punggung
35
2. Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore)
6. Penatalaksanaan
36
Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul
biasanya diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya
digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Pada kolaps tulang belakang disertai
nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back
brace dan dilakukan terapi fisik.
1. Diet
2. Pemberian kalsium dosis tinggi
3. Pemberian vitamin D dosis tinggi
4. Pemasangan penyangga tulang belakang (spina brace) untuk mengurangi
nyeri punggung.
5. Pencegahan dengan menghindari faktor resiko osteoporosis (mis. Rokok,
mengurangi konsumsi alkohol, berhati-hati dalam aktifitas fisik).
6. Penanganan terhadap deformitas serta fraktur yang terjadi.
Referensi :
http://ilmukeperawatanstikesfaletehancom.blogspot.com/2009/02/sap-
hipertensi_27.html?zx=fd72297fddeab593
http://wayanpuja.blinxer.com/?page_id=239
Sumber: https://umayra.wordpress.com/2010/01/04/sap-osteoporosis/
37
38