Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. latar Belakang
Lanjut usia adalah suatu proses yang alami dari tumbuh kembang.
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan
masa hidup manusia yang terakhir. (Azizah, 2011). Peningkatan populasi
lanjut usia di dunia saat ini sejalan dengan peningkatan jumlah kasus nyeri
sendi. (Eliopoulus, 2013).
World Health Organization (WHO) memperkirakan proporsi
populasi penduduk lanjut usia yang berusia di atas 60 tahun menjadi dua
kali lipat dari 11% pada tahun 2000 menjadi 22% pada tahun 2050. Pada
tahun 2000 populasi penduduk lanjut usia berjumlah 605 juta jiwa, akan
mencapai 2 miliar jiwa pada tahun 2050. (WHO, 2012).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
Lanjut Usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas. Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500
juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan
mencapai 1,2 milyar. (Padila, 2013).
Proses penuaan ditandai dengan perubahan fisiologis yang terjadi
pada beberapa organ dan sistem. Perubahan yang terjadi menyebabkan
penurunan fungsi tubuh untuk melakukan aktivitas. Seiring dengan
peningkatan persentase lansia terjadi juga peningkatan jumlah dan tingkat
kejadian penyakit kronis yang diseba bkan oleh penurunan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan serta kelemahan pada
lansia. (Efendi & Makhfudli, 2009). Lansia merupakan tahap akhir dari
siklus hidup manusia, yaitu bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat
dihindari dan akan di alami oleh setiap individu. (Azizah, 2011, hlm.2).
Penduduk lanjut usia cenderung mengalami masalah kesehatan oleh
karena penurunan fungsi tubuh akibat proses penuaan. Salah satu dampak
dari penurunan fungsi organ tubuh lansia secara alamiah yaitu terjadi
labilitas tekanan darah, sekitar 60% lansia setelah berusia 75 tahun akan
mengalami peningkatan tekanan darah. (Mubarak dkk, 2006 dalam Astari,
2013).
Lanjut usia tidak saja ditandai dengan kemunduran fisik, tetapi dapat
pula berpengaruh terhadap kondisi mental. (Padila, 2013). Individu lansia
lebih rentan terserang penyakit, mengalami cedera, dan menjalani
pembedahan serta lebih rentan terhadap infeksi saluran kemih. Selain itu,
penurunan efisiensi sistem tubuh dan organ, yang sering kali menyertai
penuaan, dapat membuat lansia rentan terhadap inkontinensia. (Maas, dkk,
2011).
B. Batasan Lansia
Berikut ini batasan-batasan usia yang mencakup batasan usia lansia dari
berbagai pendapat ahli. (Azizah, 2011):
1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun.
3. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.
C. Proses Menua
Menua adalah proses yang mengakibatkan suatu perubahan
bersifat kumulatif, dan suatu proses penurunan daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan
kematian. (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Proses penuaan ditandai dengan perubahan fisiologis yang terjadi
pada beberapa organ dan sistem. Perubahan yang terjadi menyebabkan
penurunan fungsi tubuh untuk melakukan aktivitas. Seiring dengan
peningkatan persentase lansia terjadi juga peningkatan jumlah dan tingkat
kejadian penyakit kronis yang disebabkan oleh penurunan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan serta kelemahan pada
lansia. (Efendi &Makhfudli, 2009). Secara umum, proses menua adalah
perubahan terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, profresif dan
detrimental. (Dewi, 2014).
Menurut WHO dan Undang–Undang No 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa
umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu
penyakit, akan tetapi merupakan proses yang berangsur – angsur
mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar
tubuh yang berakhir dengan kematian. (Padila, 2013:6).
D. Teori–Teori Proses Menua
Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan
tentang proses menua yang tidak seragam. Proses menua bersifat
individual: dimana proses menua pada setiap orang terjadi dengan usia
yang berbeda, setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan atau life style yang
berbeda, dan tidak ada satu factor pun yang ditemukan dapat mencegah
proses menua. Adakalanya seseorang belum tergolong tua (masih muda)
tetapi telah menunjukkan kekurangan yang mencolok. Adapula orang
yang tergolong lanjut usia penampilannya masih sehat, bugar, badan
tegap, akan tetapi meskipun demikian, harus diakui bahwa ada berbagai
penyakit yang sering dialami oleh lanjut usia. Misalnya Hipertensi,
diabetes mellitus, rematik, asam urat, dimensia senilis, sakit ginjal, dll.
(Padila, 2013:7).
Teori–teori tentang penuaan sudah banyak yang dikemukakan,
namun tidak semuanya bisa diterima. Teori – teori itu dapat digolongkan
dalam dua kelompok, yaitu yang termasuk teori biologis dan teori
psikologis. (Padila, 2013:7).
a. Teori Biologis
Teori yang merupakan teori biologis adalah sebagai berikut:
1) Teori Jam Genetic
Menurut Hay Ick (1965), secara genetic sudah terprogram bahwa
material di dalam inti sel dikatakan bagaikan memiliki jam genetis
terkait dengan frekuensi mitosis. Teori ini didasarkan pada
kenyataan bahwa spesies–spesies tertentu memiliki harapan hidup
(life span) yang tertentu pula. Manusia yang memiliki rentang
kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel– selnya diperkirakan
hanya mampu membelah sekitar 50 kali, sesudah itu akan
mengalami deteriorasi. (Padila, 2013:7).
2) Teori Cross–Linkage (Rantai Silang)
Kolagen yang merupakan unsur penyusun tulang diantara susunan
molecular, lama kelamaan akan meningkat kekakuannya (tidak
elastis). Hal ini disebabkan oleh karena sel–sel yang sudah tua dan
reaksi kimianya menyebabkan jaringan yang sangat kuat. (Padila,
2013:7-8).
3) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merusak membrane sel yang menyebabkan
kerusakan dan kemunduran secara fisik. (Padila, 2013:8).
4) Teori Genetic
Menurut teori ini, menua telah terprogram secara genetic, untuk
spesies–spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang terprogram oleh molekul – molekul/
DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. (Padila,
2013:8).
5) Teori Immunology
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu
zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak dapat tahan
terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah.
System immune menjadi kurang efektif dalam mempertahankan
diri, regulasi dan responsibilitas. (Padila, 2013:8).
6) Teori Stress–Adaptasi
Menua terjadi akibat hilangnya sel–sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenarasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel–
sel tubuh lelah terpakai. (Padila, 2013:8).
7) Teori Wear And Tear (Pemakaian Dan Rusak)
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel–sel tubuh lelah
(terpakai). (Padila, 2013:8).
b. Teori Psikososial
Teori yang merupakan teori psikososial adalah sebagai berikut:
1) Teori Integritas Ego
Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas–tugas yang harus
dicapai dalam tiap tahap perkembangan. Tugas perkembangan
terakhir merefleksikan kehidupan seseorang dan pencapainnya.
Hasil akhir dari penyelesaian konflik antara integritas ego dan
keputusasaan adalah kebebasan.
2) Teori Stabilitas Personal
Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak – kanak dan
tetap bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada usia tua
bisa jadi mengindikasi penyakit otak. (Padila, 2013:8-9).
E. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratifyang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial
dan sexual. (Azizah, 2011).
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran)
oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b. Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur,
tidak elastiskering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan
sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan
atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
c. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai
berikut: Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen
sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan
jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang
tidak teratur.
d. Kartilago: jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami
granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian
kemampuan kartilagountuk regenerasi berkurang dan
degenerasiyang terjadi cenderung kearah progresif,
konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan
terhadap gesekan.
e. Tulang: berkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi adalah
bagian dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis
lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
f. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi,
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek
negatif.
g. Sendi: pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,
ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
2. Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi
Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi mencakup :
a. Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan
kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan
pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa
nudedan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
b. Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringanikat paru, kapasitas total
paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk
mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir
ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi
torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu
dankemampuan peregangan toraks berkurang.
c. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata:
1) Kehilangan gigi.
2) Indra pengecap menurun.
3) Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun).
4) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
d. Sistem perkemihan Pada sistem perkemihan terjadi perubahan
yang signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran,
contohnya lajufiltrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
e. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi
yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami
penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan
aktifitas sehari-hari.
f. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya
ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis
masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur.
3. Perubahan Kognitif
a. Memory(Daya ingat, Ingatan)
b. IQ (Intellegent Quocient)
c. Kemampuan Belajar (Learning)
d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
e. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
f. Pengambilan Keputusan (Decission Making)
g. Kebijaksanaan (Wisdom)
h. Kinerja (Performance)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
a. Pengkajian
1) Data Demografi
Mengkaji identitas seperti nama,jenis kelamin (laki-laki / perempuan )
serta usia yang akan dijadikan asuhan keperawatan, tempat tgl lahir,
pendidikan terakhir, agama, status perkawinan, alamat, orang yang
terdekat dihubungi, hubungan orang tersebut dengan klien dan alamat
keluarga tersebut.
2) Riwayat keluarga
Dikaji gangguan, kemungkinan terdapat penyakit menular seperti
Hepatitis,HIV AIDS dan menurun seprti PJK,DM,HT dll
3) Riwayat pekerjaan
Perlu dikaji riwayat pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, jarak
tempuh, alat transportasi, social ekonomi karena mempuyai pengaruh
dengan kesehatan.
4) Riwayat lingkungan hidup
Dikaji tipe tempat tinggal, jumlah kamar, kondisi tempat tinggal, jumlah
orang yang tinggal dirumah, derajat privasi, tetangga dekat,
alamat/telfon.
5) Riwayat rekreasi
Dikaji aktivitas rekreasi keluarga, hobby/minta, keanggotaan organisasi,
dan liburan perjalanan.
6) Sumber atau Sistem Pendukung yang Digunakan
Keluarga untuk mengatasi masalah kesehatannya berkunjung ke dokter
mana, rumah sakit mana, pelayanan kesehatan di rumah nya bagaimana
dan lain lain.
7) Kebiasaan Ritual
Dikaji tentang kegiatan keagamaan setiap harinya.
8) Status kesehatan
Dikaji status kesehatan umum selama setahun yang lalu, status
kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu, keluhan-keluhan kesehatan
utama,pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan, obat-
obatan yang sering dikonsumsi, berapa banyak mengkonsumsi untuk
setiap harinya, bagaimana dan kapan menggunakannya, kaji status
imunisasi, nutrisi dan riwayat pengobatan.
9) Pemeriksaan Fisik
Dikaji dengan cara menggunakan IPPA dari ujung kepala sampai ujung
kaki.
10) Pengkajian Status Fungsional, kognitif,afektif dan sosial
b. Pengkajian Status fungsional
c. . Katz indeks
d. Pengkajian status fungsional adalah suatu bentuk pengukuran
kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-
hari secara mandiri. Pengkajian ini menggunakan indeks
kemandirian katz untuk aktivitas kehidupan sehari-hari yang
berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien
dalam hal : Makan, Kontinen (BAB dan BAK), Berpindah, Ke
kamar kecil, Mandi dan Berpakaian
Katz Keterangan
indek
s
A Kemandirian dalam semua hal
B Kemandirian dalam semua hal kecuali salah satu dari fungsi
tersebut
C Kemandirian dalam semua hal kecuali MANDI dan salah satu
fungsi lain
D Kemandirian dalam semua hal kecuali MANDI,
BERPAKAIAN dan salah satu fungsi lain
E Kemandirian dalam semua hal kecuali MANDI,
BERPAKAIAN, KE KAMAR KECIL dan salah satu fungsi
lain

F Kemandirian dalam semua hal kecuali MANDI,


BERPAKAIAN, KE KAMAR KECIL, BERPINDAH dan
salah satu fungsi lain
G Ketergaantungan pada keenam fungsi

Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi aktif,


pengkajian ini didasarkan pada kondisi actual klien dan bukan pada kemampuan.
Artinya jika klien menolak untuk melakukaan suatu fungsi, dianggap sebagai tidak
melakukan fungsi meskipun ia sebenaarnya mampu
1. Mandi
Mandiri : bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau
ekstermitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya
Bergantung : bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan
keluar dari bak mandi serta tidak mandi sendiri
2. Berpakaian
Mandiri : mengambil baju dari lemari,memakai pakaian, melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat pakaian
Bergantung : tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian
3. Ke kamar kecil
Mandiri : masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan genitalia
sendiri
Bergantung : menerima bantuan untuk mmasuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot
4. Berpindah
Mandiri : berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi
sendiri
Bergantung : bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak
melakukan satu atau lebih perpindahan
5. Kontinen
Mandiri : BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri
Bergantung : inkontinensia parsial atau total; penggunaan katteter, pispot,
enema dan pembalut (pampers)
6. Makan
Mandiri : mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri
Bergantung : bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan parenteral (NGT)
Modifikasi Indeks Kemandirian Katz
Mandiri Tergantung
No Aktivitas
(1) (0)
1 Mandi di kamar mandi
(menggosok, membersihkan dan
mengeringkan badan)
2 Menyiapkan pakaian, membuka
dan mengenakannya
3 Memakan makaanan yang telah
disiapkan
4 Memelihara kebersihan diri untuk
penampilan diri (menyisir rambut,
mencuci rambut, menggosok gigi,
mencukur kumis)
5 BAB di WC
(membersihkan dan mengeringkan
daerah bokong)
6 Dapat mengontrol pengeluaran
Mandiri Tergantung
No Aktivitas
(1) (0)
feses
7 BAK di kamar mandi
(membersihkan dan mengeringkan
daerah kemaluan)
8 Dapat mengontrol pengeluaran air
kemih
9 Berjalan di lingkungan tempat
tinggal atau ke luar ruangan tanpa
alat bantu, seperti : tongkat
10 Menjalankan ibadah sesuai agama
dan kepercayaan yang dianut
11 Melakukan pekerjaan rumah,
seperti : merapikan tempat tidur,
mencuci pakaian, memasak dan
membersihkan ruangan
12 Berbelanja untuk kebutuhan
sendiri atau kebutuhan keluarga
13 Mengelola keuangan (menyimpan
dan menggunakan uang sendiri)
14 Menggunakan sarana transportasi
umum untuk bepergian
15 Menyiapkan obat dan minum obat
sesuai aturan (takaran obat dan
waktu minum obat tepat)
16 Merencanakan dan mengambil
keputusan untuk kepentingan
keluarga dalam hl penggunaan
uang, aktivitas sosial yang
dilakukan dan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan
17 Melakukan aktivitas di waktu
luang (kegiatan keagamaan, sosial,
rekreasi, olahraga dan
menyalurkan hobi)
…….. ……….
Score
………………….
Analisis hasil
Score 13-17 :Mandiri
Score 0-12 : Ketergantungan
Barthel indeks
Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan
bantuan
1 Makan 5 10 Frekuensi :
Jumlah :
Jenis :
2 Minum 5 10 Frekuensi :
Jumlah :
Jenis :
3 Berpindah dari 5-10 15
kursi roda ke
tempat tidur,
sebaliknya
4 Personal toilet 0 5 Frekuensi :
(cuci muka,
menyisir
rambut, gosok
gigi)
5 Keluar masuk 5 10
toilet (mencuci
pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 15 Frekuensi
7 Jalan di 0 5
permukaan
datar
8 Naik turun 5 10
tangga
9 Mengenakan 5 10
pakaian
10 Control bowel 5 10 Frekuensi :
(BAB) Konsistensi :
11 Control bladder 5 10 Frekuensi :
(BAK) Warna :
12 Olahraga atau 5 10 Frekuensi :
latihan Jenis :
13 Rekreasi atau 5 10 Frekuensi :
pemantapan Jenis :
waktu luang
Score
Analisis hasil :
Score 126 - 130 : Mandiri
Score 65 – 125 : Ketergantungan sebagian
Score < 65 : Ketergantungan Pengkajian status mental
Pengkajian Status Mental
1. Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
No Item pertanyaan Benar Salah
1 Tanggal berapa hari ini ?
Jawab :
…………………………………………….
2 Hari apa sekarang ?
Jawab :
……………………………………………
3 Apa nama tempat ini?
Jawab :
……………………………………………
4 Dimana alamat anda?
Jawab :
…………………………………………..
5 Berapa umur anda ?
Jawab :
…………………………………………..
6 Kapan anda lahir ? (minimal tahun lahir)
Jawab :
……………………………………………
7 siapa presiden RI sekarang?
Jawab :
……………………………………………
8 Siapa presiden RI sebelumnya ?
Jawab :
…………………………………………….
9 siapa nama ibu anda ?
Jawab :
…………………………………………..
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara
menurun
Jawab :
……………………………………..
Analisis hasil :
Score benar 8-10 : Tidak ada gangguan
Score benar 0-7 : Ada gangguan
2. MMSE (Mini Mental Status Exame) untuk mengidentifikasi aspek kognitif
dari fungsi mental :Orientasi, Registrasi, Perhatian dan Kalkulasi,
Mengingat kembali dan Bahasa

No Aspek kognitif Nilai Nilai Kriteria


maks klien
Orientasi Menyebutkan dengan
benar :
a. Tahun
5 b. Musim
c. bulan
d. tanggal
e. hari
Orientasi Dimana kita sekarang
1.
berada :
a. Negara ……....
b. Propinsi ………
5 c. Kota ……..
d. Bangunan (panti)
……..
e. Lantai bangunan
(kamar) …….
Registrasi Sebutkan nama 3
objek (oleh
pemeriksa) 1 detik
untuk mengatakan
masing-masing objek,
kemudian tanyakan
2. 3
kembali kepada klien
ketiga objek tadi (
untuk disebutkan)
a. Objek ………….
b. Objek ………….
c. Objek …………..
3. Perhatian dan 5 Minta klien untuk
kalkulasi memulai dari angka
100 kemudian
dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat
a. 93
b. 86
No Aspek kognitif Nilai Nilai Kriteria
maks klien
c. 79
d. 72
e. 65
4. Mengingat 3 Minta klien untuk
kembali mengulangi ketiga
objek pada no. 2
(registrasi) tadi, bila
benar 1 point untuk
masing-masing objek
2 Tunjukan pada klien
suatu benda dan
tanyakan namanya
pada klien :
a. Misalnya :
jam tangan
b. Misalnya
pensil
Minta klien untuk
mengulangi kata
berikut :
1 “Tak ada jika, dan,
atau, tetapi “
Bila benar nilai 1
5. Bahasa
point
Dengarkan kemudian
lakukan :
1. Ambil kertas ini
oleh tangan
3
anda
2. Lipat menjadi dua
3. Dan simpan di
lantai
Baca tulisan di bawah
1 ini dan lakukan tanpa
mengatakannya
1 Tulis sebuah kalimat
1 Gambarlah desain ini

Interpretasi hasil :
Skor Benar 22 - 30 : Tak ada kerusakan kognitif
Benar 0 – 21 : Indikasi Kerusakan kognitif
Pengkajian Status Psikologis
Skala Depresi

Jawaban
No Pertanyaan Jawaban
Klien
1 Apakah anda pada dasarnya puas TIDAK
akan hidup anda?
2 Apakah anda banyak membatalkan YA
aktivitas dan minat anda?
3 Apakah anda merasa bahwa hidup YA
anda ini hampa?
4 Apakah anda sering merasa bosan? YA
5 Apakah anda penuh harapan akan TIDAK
masa depan
6 Apakah anda dipusingkan dengan YA
pikiran-pikiran yang tidak bisa
anda curahkan?
7 Apakah anda selalu dalam TIDAK
semangat yang prima setiap
waktu?
8 Apakah anda takut akan terjadi YA
sesuatu yang buruk terhadap anda?
9 Apakah anda merasa bahagia TIDAK
sepanjang waktu?
10 Apakah anda merasa tidak YA
berdaya?
11 Apakah anda sering merasa YA
gelisah dan tidak tenang?
12 Apakah anda lebih suka tinggal di YA
rumah dari pada keluar dan
melakukan sesuatu yang baru?
13 Apakah anda sering mencemaskan YA
masa depan?
14 Apakah anda merasa bahwa anda YA
mempunyai masalah ingatan yang
lebih parah daripada orang lain?
15 Apakah anda merasa beruntung TIDAK
bahwa anda hidup saat ini?
16 Apakah anda sering merasa YA
kecewa dan sedih?
17 Apakah anda merasa tidak YA
berharga dengan keadaan anda
Jawaban
No Pertanyaan Jawaban
Klien
saat ini?
18 Apakah anda cemas akan masa YA
lampau anda?
19 Apakah anda merasa hidup ini TIDAK
sangat menarik?
20 Apakah sulit bagi anda untuk YA
memulai suatu projek baru?
21 Apakah anda merasa penuh TIDAK
energi?
22 Apakah anda merasa bahwa situasi YA
anda tidak banyak menolong?
23 Apakah anda merasa bahwa orang YA
lain lebih baik dari anda?
24 Apakah anda sering merasa kesal YA
terhadap hal-hal yang kecil?
25 Apakah anda sering merasa ingin YA
menangis?
26 Apakah anda mempunyai masalah YA
konsentrasi?
27 Apakah anda senang saat bangun TIDAK
pagi?
28 Apakah anda lebih suka YA
menghindari perkumpulan sosial?
29 Apakah mudah bagi anda TIDAK
membuat keputusan?
30 Apakah pikiran anda sejernih TIDAK
seperti biasanya?
Score
Pengkajian Keseimbangan
1. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan

Hasil observasi
No Perubahan posisi atau gerakan Ya Tidak
(1) (0)
1. Bangun dari tempat tidur
Tidak bangun dari tempat tidur
dengan sekali gerakan, akan tetapi
lansia mendorong tubuhnya ke atas
dengan tangan atau bergerak ke
bagian depan kursi terlebih dahulu,
tidak stabil pada saat berdiri pertama
kali
2. Duduk di kursi
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak
duduk di tengah kursi.
Catatan : kursi harus yang keras
tanpa lengan
3. Menahan dorongan pada sternum
(pemeriksa mendorong sternum
sebanyak 3 kali dengan hati-hati),
klien menggerakan kakinya ,
memegang objek untuk dukungan,
kaki tidak menyentuh sisi-sisinya
Catatan : lakukan dalam keadaan
mata klien terbuka
4. Menahan dorongan pada sternum
(pemeriksa mendorong sternum
sebanyak 3 kali dengan hati-hati),
klien menggerakan kakinya ,
memegang objek untuk dukungan,
kaki tidak menyentuh sisi-sisinya
Catatan : lakukan dalam keadaan
mata klien tertutp
5. Perputaran leher
Klien lansia menggerakan kaki,
menggenggam objek untuk
dukungan kaki, keluhan vertigo,
pusing atau keadaan tidak stabil

6. Gerakan menggapai sesuatu


Tidak mampu untuk menggapai
Hasil observasi
No Perubahan posisi atau gerakan Ya Tidak
(1) (0)
sesuatu dengan bahu fleksi
sepenuhnya sementara berdiri pada
ujung-ujung kaki, tidak stabil
memegang sesuatu untuk dukungan
7. Membungkuk
Tidak mampu membungkuk untuk
mengambil objek-objek kecil (missal
: pulpen) dari lantai, memegang
objek untuk bisa berdiri lagi, dan
memerlukan usaha-usaha yang keras
untuk bangun
2. Komponen gaya berjalan atau pergerakan
Hasil
observasi
No Gaya berjalan atau pergerakan
Ya Tidak
(1) (0)
Minta klien lansia untuk berjalan ke tempat yang
ditentukan
1. Ragu-ragu, tersandung, memegang objek
untuk dukungan
2. Ketinggian langkah kaki
(mengangkat kaki saat melangkah), kski
tidak naik dari lanatai secara konsisten
(menggeser atau menyeret kaki,
mengangkat kaki terlalu tinggi > 5 cm)
3. Kontinuitas langkah kaki
Setelah langkah-langkah awal menjadi
tidak konsisten, mulai mengangkat satu
kaki sementara kaki yang lain
menyentuh lantai
Catatan : sebaiknya diobservasi dari
samping klien
4. Kesimetrisan langkah
Langkah kaki tidak simetris terutama
pada bagian yang sakit
Catatan : sebaiknya diobservasi dari
samping klien
5. Penyimpangan jalur pada saat berjalan
Tidak berjalan dalam garis lurus,
bergelombang dari sisi ke sisi
Catatan : sebaiknya diobservasi dari
samping kiri klien
6. Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan
sempoyongan, bergoyang, memegang
objek untuk dukungan
Interpretasi Hasil:
0-5 resiko jatuh rendah
6-10 Resiko jatuh sedang
11-15 Resiko jatuh tinggi
a. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.
Diagnosis keperawatan pada lansia dapat bersifat actual, potensial, maupun
resiko. Diagnosis keperawatan lansia dapat berupa diagnosis keperawatan
individu, diagnosis keperawatan keluarga dengan lansia, atau diagnosis
keperawatan pada kelompok lansia.
b. Intervensi
Rencana keperawatan dimulai dengan prioritas diagnosis yang telah
ditentukan kemudian dilanjutkan dengan penentuan tujuan dan sasaran agar
kebutuhan klien terpenuhi. Rencana keperawtaan disusun untuk
keberlangsungan pelayanan dalam waktu yang tidak terbatas, sesuai dengan
respon serta kebutuhan klien. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menyusun rencana keperawatan menurut Maryam,et al. (2010) yaitu :
1. Sesuaikan dengan tujuan yang spesifik dimana diarahkan pada
pemenuhan kebutuhan dasar.
2. Libatkan klien dan keluarga dalam perencanaan.
3. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.
4. Tentukan prioritas.
5. Sediakan cukup waktu untuk klien.
6. Dokumentasikan rencana keperawatan yang telah dibuat.
Tabel contoh rencana tindakan diagnosis perubahan eliminasi urinarius
Rencana Tindakan Rasional
Mandiri
Catat frekuensi berkemih, berkemih Membersihkan informasi mengenai
yang tidak bisa ditahan, perasaan derajat gangguan eliminasi/indikasi
terbakar, inkontinensia, nokturia, adanya infeksi kandung kemih.
kekuatan aliran berkemih.
Lakukan palpasi setelah berkemih Kandung kemih yang tetap penuh
setelah berkemih mengindikasikan
pengosongan inadekuat dan perlu
intervensi
Lakukan program latihan kandung Mempertahankan fungsi kandung
kemih (seperti latihan senam kegel) kemih adekuat, mengurangi infeksi
kandung kemih.
Anjurkan minum cukup, batasi Hidrasi meningkatkan pengeluaran
minum pada sore menjelang malam urine dan membantu mencegah
dan saat tidur infeksi.
Kolaborasi
Pasang kateter sesuai kebutuhan Menghindari terjadinya retensi urin
akibat tidak dapat berkemih
Anjurkan mengenai keteter mandiri Membantu mempertahankan
otonomi, meningkatkan kemandirian

c. Implementasi
Implementasi merupakan pengelolaan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun. Tujuan tindakan keperawatan pada lansia
adalah agar lansia dapat berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuan dan kondisi fisik, psikologis, serta sosial dengan
meminimalkan ketergantungan pada orang lain. Melalui tindakan
keperawatan tersebut diharapkan lansia dapat memnuhi kebutuhan dasarnya
antara lain nutrisi, keamanan dan keselamatan, kebersihan diri,
keseimbangan dan sitirahat, dan hubungan interpersonal melalui komunikasi
efektif.
Contoh tindakan keperawatan yang diberikan pada klien lansia adala
sebagai berikut :
1. Menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya misalnya dengan
memanggil nama klien, memberikan sentuhan pada klien, menjadi
pendengar yang baik bagi klien, serta menunjukkan skap empati.
2. Memberikan perawatan tentang kebutuhan nutrisi ,isalnya dengan
memberikan porsi makan sedikit tapi sering, beri makan yang menarik
dan dalam keadaan hangat, sediakan makanan yang disukai klien,
sediakan makanan yang cukup cairan, banyak makan sayur dan buah.
3. Memberikan perawatan tentang kebutuhan eliminasi misalnya dengan
cara cegah inkotinensia dengan blader training serta observasi jumlah
urin pada waktu akan tidur.
4. Memberikan perawatan tentang kebutuhan personal hygiene misalnya
mandi menggunakan sabun yang mengandung lemak, hidari menggosok
terlalu keras saat mandi, memotong kuku tangan dan kaki, hindari
menggaruk dengan keras, membersihkan gigi dan mulut termasuk
perawatan gigi palsu, serta kebersihan rambut.
5. Memberikan perawatan muculoskeletal melalui latihan range of motion
(ROM) aktif maupun pasif sesuai kebutuhan, rubah posisi setiap 2 jam
mengajarkan senam lansia.
6. Memberikan perawatan psikososial misalnya dengan mendorong klien
untuk bersosialisasi, membantu menentukan dan mengikuti aktivitas,
terapi kelompok, serta berikan reinforcement positif.
7. Memelihara keselamatan misalnya dengan mengusahakan adanya
pembatas pada tempat tidur (bed site guard), posisikan tempat tidur
lebih rendah, lantai tidak licin, cukup penerangan serta membantu
melakukan aktivitas bila diperlukan.
8. Memberikan berbagi terapi misalnya untuk menurunkan tekanan darah
dengan relaksasi otot progresif, mengatasi insomnia dengan slow stroke
back massage, dan lain sebagainya.
d. Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil tindakan yang telah
dilakukan dengan perencanaan sebelumnya sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan format SOAP
(evaluasi formatif) dan SOAPIER (evaluasi sumatif).

Anda mungkin juga menyukai