Anda di halaman 1dari 76

PROPOSAL DISCHARGE PLANNING RUANG RAWAT

INAP PUSKESMAS BANGSALSARI

Oleh :

Ilham Tarich Gustama P 20020039


Ira Badriya Hidayati 20020043
Maria Ulfa Dwi Suryandari 20020054
Mayuni Putri Intan Safitri 20020071
Reni Willi Astuti 20020073
Riskiyah 20020073
Rita Nur Hidayati 20020074

PROGAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Discharge planning merupakan suatu proses terintegrasi yang terdiri dari fase-fase
yang ditujukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkesinambungan.
Perencanaan pasien pulang bertujuan untuk memandirikan pasien di rumah sehingga
pelaksanaan dan pendokumentasian perencanaan pulang diperlukan komunikasi yang
efektif dan tepat yang diharapkan tercapainya tujuan. Namun sampai saat ini,
perencanaan pulang bagi pasien yang dirawat pasien di puskesmas belum optimal
dilaksanakan, dimana peran perawat terbatas pada kegiatan rutinitas saja, yaitu hanya
berupa informasi kontrol ulang. Pasien yang memerlukan perawatan kesehatan dirumah,
konseling kesehatan atau penyuluhan dan pelayanan komunitas terapi tidak dibantu dalam
upaya memperoleh palayanan sebelum pemulangan kembali ke ruang kedaruratan dengan
masalah minor (Nursalam, 2011).
Discharge planning yang tidak berjalan dapat mengakibatkan kegagalan dalam
program perencanaan perawatan pasien di rumah yang akan berpengaruh terhadap
tingkat ketergantungan pasien, dan tingkat keparahan pasien saat di rumah. Dengan adanya
mahasiswa praktik manajemen keperawatan diharapkan pelaksanaan discharge planning di
ruang Rawat Inap Puskesmas Bangsalsari dapat dilakukan lebih baik lagi, sehingga tujuan
yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan praktek manajemen keperawatan diharapkan mahasiswa di
ruang Rawat Inap Puskesmas Bangsalsari mampu menerapkan discharge planning
dengan baik dan benar.

1.2.2. Tujuan Khusus


a. Mengkaji kebutuhan rencana pemulangan
b. Mengidentifikasi masalah pasien
c. Memprioritaskan masalah pasien yang utama
d. Membuat perencanaan pasien pulang, yaitu mengajarkan pada pasien yang harus
dilakukan dan yang harus dihindari selama di rumah

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pasien
a. Meningkatkan kemandirian pasien dalam melakukan perawatan di
rumah.
b. Meningkatkan kemampuan pasien dalam kesiapan melakukan
perawatan di rumah.
c. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan dalam memperbaiki
dan mempertahankan status kesehatan klien

1.3.2 Bagi Perawat


a. Terjadinya pertukaran informasi antara mahasiswa sebagai perawat dengan pasien
sebagai penerima pelayanan.
b. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan perawatan di rumah
c. Meningkatkan kualitas perawatan secara berkelanjutan pada pasien saat di rumah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Perencanaan pulang (Discharge planning) merupakan suatu proses yang dinamis dan
sistematis dari penilaian, persiapan serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan
kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah
pulang. Perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis, agar tim kesehatan
mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan keperawatan
mandiri di rumah Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi ketika keperawatan
profesional pasien, dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas
keperawatan yang diperlukan oleh pasien saat perencanaan harus berpusat pada masalah
pasien yaitu pencegahan, terapeutik, Rehabilitatif, serta keperawatan rutin yang sebenarnya
(Roymond, 2012).

2.1 Tujuan Discharge Planning


Tujuan dari dilakukannya discharge planning sangat baik untuk kesembuhan dan
pemulihan pasien pasca pulang dari rumah sakit. Menurut Nursalam (2011) tujuan discharge
planning/perencanaan pulang antara lain sebagai berikut:
a. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial
b. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
c. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien.
d. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
e. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap dalam
memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien
f. Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat.

2.2 Manfaat Discharge Planning


Perencanaan pulang mempunyai manfaat antara lain sebagai berikut
(Nursalam, 2011):
a. Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapat panjaran selama di rumah sakit
sehingga bisa dimanfaatkan sewaktu di rumah.
b. Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin kontinutas keperawatan
pasien.
c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien dan
mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan keperawatan baru.
d. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan keperawatan rumah.

2.3 Prinsip Discharge Planning

Tingkat keberhasilan dari discharge planning serta penyembuhan pasien harus


didukung terhadap adanya prinsi-prinsip yang mendasari, yang juga merupakan tahapan dari
proses yang nantinya akan mengarah terhadap hasil yang diinginkan. Menurut Nursalam
(2011), yaitu:
a. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan kebutuhan dari
pasien perlu dikaji dan dievaluasi Kebutuhan dari pasien diidentifikasi. Kebutuhan ini
dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga
kemungkinan masalah yang mungkin timbul di rumah dapat segera diantisipasi.
b. Perencanaa pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang merupakan pelayanan
multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
c. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.
Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan
dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia atau fasilitas yang tersedia di
masyarakat.
d. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap pasien
masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.

2.4 Jenis Discharge Planning


Nursalam (2011) mengklasifikasikan jenis pemulangan pasien sebagai berikut:
a. Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini dilakukan
apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi. Pasien untuk sementara
dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas
terdekat.
b. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini merupakan akhir dari
hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun apabila pasien perlu dirawat kembali, maka
prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
c. Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien diperbolehkan pulang walaupun
kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien harus dipantau
dengan melakukan kerja sama dengan perawat puskesmas terdekat.

2.5 Komponen Discharge Planning


Ada beberapa komponen spesifik dari discharge planning yang harus didokumentasikan
menurut Kuntoro (2010), meliputi:
a. Peralatan atau barang yang diperlukan dirumah; pastikan bahwa keluarga dapat
memperoleh atau mengetahuinya dimana keluarga dapat mendapatkan segala peralatan
atau barang yang dibutuhkan pasien
b. Perkenalkan cara penggunaan peralatan atau barang yang diperlukan pasien, termasuk
ajarkan dan demonstrasikan cara perawatan pasien kepada keluarga
c. Untuk diet, sarankan pada ahli nutrisi untuk mengajarkan pasien dan keluarga agar
memahami makanan yang seharusnya dikonsumsi maupun tidak. Obat-obatan selalu
dipastikan selalu tersedia di rumah
d. Untuk prosedur tertentu, seperti penggantian dresssing, dapat dilakukan dirumah. Pada
kondisi awal, prosedur harus didampingi oleh perawat supervisi dan klien atau keluarga
dapat mengikuti untuk mempraktekkan dibawah pengawasan perawat supervisi
e. Pada setiap kunjungan, perawat selalu mendokumentasikan apakah pasien dan keluarga
mendapatkan atau menyediakan obat atau alat yang dibutuhkan pasien dirumah
f. Membuat janji untuk kunjungan rumah selanjutnya
g. Ajarkan mengenai aktivitas yang dianjurkan dan boleh dilakukan serta yang tidak
diperbolehkan
h. Dokumentasikan setiap edukasi yang telah diajarkan pada pasien dan keluarga

2.6 Tahapan Discharge Planning

a. Tahap I : Saat pasien masuk mengenai pengkajian fisik psikososial, status fungsional,
kebutuhan pendidikan kesehatan mengenai komdisi pasien serta pemahaman pasien dan
keluarga dari disiplin klinis lainnya seperti fisoterapis atau ahli gizi

b. Tahap II : Fase Diagnostik, yaitu kebutuhan pendidikan kesehatan mengenai kondisi


pasien serta pelaksanaan, pemeriksaan diagnostik pasien itu.

c. Tahap III : Fase Stabilisasi, yaitu saat kondisi pasien telah stabil dan sudah adanya
perkiraan kapan pasien pulang dengan melakukan pendidikan kesehatan dan diskusi
mengenai rencana ke depannya setelah pasien pulang.

d. Tahap IV : Fase Recharge, yaitu saat pasien akan pulang dengan melakukan diskusi
dengan keluarga pasien mengenai pengawasan pada pasien di luar rumah sakit.

2.7 Alur Discharge Planning


2.8 Peran Perawat Discharge Planning
Kepala Ruangan:
a. Membuka acara discharge planning kepada pasien
b. Menyetujui dan menandatangani format discharge planning

Perawat primer
a. Membuat rencana discharge planning
b. Membuat leaflet dan kartu discharge planning
c. Memberikan konseling
d. Memberikan pendidikan kesehatan
e. Menyediakan format discharge planning
f. Mendokumentasikan discharge planning
g. Melakukan agenda discharge planning (pada awal perawatan sampai akhir
perawatan)
h. Ikut membantu dalam melaksanakan discharge planning yang sudah direncanakan
LEMBAR DISCHARGE PLANNING
No. RG : Alamat :
Nama : Ruang Rawat :
Jenis Kelamin : Tanggal KRS :
Tanggal MRS : Diagnosa KRS :
Diagnosa Keperawatan :

Aturan Diet :

Obat-obat yang masih diminum, dosis, waktu dan efek samping :


NAMA OBAT WARNA DOSIS EFEK SAMPING
OBAT

Aktivitas dan Istrahat :

Tanggal/ tempat kontrol :

Yang dibawa pulang (Hasil LAB, FOTO, EKG) :


Dipulangkan dari Puskesmas Bangsalsari
karena:
a. Sembuh
b. Meneruska dengan obat jalan
c. Pindah ke RS lain
d. Pulang Paksa
e. Lari
f. Meninggal
Jember, ……………….……… 2021
Pasien/ Keluarga Perawat

(……………………………………..) (………………………………………)
Skenario Role Play Discharge Planning
1. Pelaksanaan Kegiatan :
Topik : Discharge planning perawatan klien dengan diagnosa medis
Amenore
Hari/tanggal : Sabtu, 6 November 2021
Waktu : 08.00
Tempat : Ruang Rawat Inap Puskesmas Bangsalsari
Pelaksana : Karu, Katim, PP
Sasaran : Klien dan keluarga klien

2. Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Rita Nur Hidayati
Ketua Tim : Ira Badria Hidayati
Perawat Pelaksana : Riskiyah, Mayuni Putri Intan, Maria Ulfa, Ilham Tarich
Keluarga Pasien : Renni Willi
Pasien :-
3. Instrumen :
1) Status klien
2) Format discharge planning (terlampir)
3) Leaflet (terlampir)
4) Obat-obatan, hasil laboratorium dan pemeriksaan penunjang

Dialog skenario role play Discharge Planning


Pada tanggal 5 November 2021 datang seorang pasien bernama Nn. A di Ruang Rawat Inap
Puskesmas Bangsalsari, dengan diagnosa medis Amenore.
Karu : “selamat pagi”
Pasien : “pagi mbak”
Karu : “Perkenalkan saya perawat Rita kepala ruangan di ruangan ini dan ini perawat Riskiyah
dan perawat Ulfa yang bertugas pada pagi ini, mohon maaf dengan Nn siapa ?”
Pasien :” Nn. A”
PP :”baik mbak, apa yang anda keluhkan pada pagi hari ini ?”
Pasien :”mual muntah mbak”
PP :” ada lagi selain nyeri mbak?’’
Pasien :” tidak ada mbak”
Karu :”Begitu ya mbak nanti dokter yang akan menangani akan segera datang. Sambil
menunggu dokter, karena disini Nn baru datang perawat Riskiyah dan Ulfa akan
mengenalkan Nn dan keluarga mengenai peraturan dan fasilitas yang ada di ruangan
ini. Tujuannya untuk menjaga kenyaman selama dirawat disini, apakah bersedia?”
Pasien :”iya, boleh”
PP :”baiklah, waktunya tidak lama sekitar 10 menit saja, Nn. A bisa dengan tetap
berbaring di tempat tidur”
PP :”sebelumnya saya akan membacakan peraturan untuk ruangan ini terlebih
dahulu, pertama mengenai jam kunjung di puskesmas jam kunjungan dibatasi
karena untuk menjaga kenyamanan klien. Jam kunjungan pagi jam 09.00 samapai
jam 11.00, kunjungan sore dari jam 14.00 sampai jam 17.00, pengunjung yang
masuk ruangan maksimal 2 orang, jadi apabila ada kerabat yang berkunjung lebih
dari 2 orang disediakan ruangan untuk bergantian menjenguk. Sebelum dilanjutkan ada
yang ingin ditanyakan ?”
Pasien :” tidak ada mbak”
PP :”baiklah kalau begitu kita lanjut ya . Selanjutnya saya akan mengenalkan lingkungan
dan
fasilitas yang ada diruangan ini. Tempat tidur ini bisa dinaikkan bagian atas dan
bawahnya, ini ada pemutarannya yang sebelah kanan untuk menaikkan bagian kaki
dan yang kiri untuk menaikkan bagian kepala. Disebelah kanan temapat tidur ada
lemari kecil disana nanti bisa dipakai untuk menyimpan pakaian ganti atau barang-
barang. Dibagian kiri dekat pintu ada kamar mandi, jadi jika nanti ingin mandi atau
buang air disana. Jika membutuhkan sesuatu atau jika pada keadaan darurat silahkan
memanggil perawat di ruang perawat yang ada di depan kamar rawat inap. Selain itu
diruangan ini tidak diperkenankan merokok dan mohon bantuannya untuk menjaga
kebersihan ruangan untuk kenyamanan bersama. Bagaimana ada yang ingin
ditanyakan?”
Pasien :”tidak ada mbak, sudah cukup jelas”
PP :”baiklah kalau begitu istirahat dulu, nanti 10 menit lagi dokter akan kesini untuk
memeriksa keadaan ”
Pasien :”iya mbak, terima kasih”
PP ;”sama-sama, terima kasih atas kerjasamanya. Saya permisi dulu ya”
Pasien :”iya mbak”
Setelah 10 menit kemudian dokter visite memeriksa pasien. Setelah selesai
diperiksa PP menyampaikan: kemungkinan penyakit pasien, perkiraan lama pasien dirawat,
intervensi keperawatan/medis yang biasa dilakukan di ruangan, biaya perawatan.
PP :”selamat pagi”
Pasien :”selamat pagi ”
PP :”bagaimana perasaannya setelah diperiksa dokter?”
Pasien :”baik mbk, nyeri sedikit berkurang”
PP :”begitu ya. Baik disini saya akan meyampaikan kemungkinan penyakit yang dialami Nn.
A yaitu Amenore. Penyakit tersebut yaitu terdapat masalah pada reproduksi yang
menyebabkan tidak menstruasi. Perkiraan perawatan Nn. A diruangan ini sekitar 3 hari
sampai keluhan Nn. A yang dirasakan berkurang, kemudian untuk tindakan yang
biasanya dilakukan untuk pasien seperti kondisi ibu adalah mengatasi mual muntah.
Nanti akan diberikan obat untuk mengatasi gejalanya. Untuk biaya keperawatan dan
lain-lain seperti obat dan alat nanti akan direkap diruangan dan diserahkan ke keluarga
untuk dilunasi, bagaimana, apakah sudah jelas?”
Pasien :”iya mbak sudah cukup jelas”
PP :”baik, selain saya nanti juga ada perawat Mayuni dan Ilham yang akan merawat Nn.
A selama diruangan ini. Untuk perawat Mayuni dan Ilham nanti akan merawat Nn. A
pada dinas sore, nanti akan saya perkenalkan ya ”
Pasien :”iya mbak”
PP :”baik, silahkan istirahat kembali, dan terima kasih atas kerjasamanya”
Pasien :”baik mbak”
Sebelum dinas sore dimulai, PP merencanakan dan mendelegasikan tindakan
keperawatan kepada PP yang berdinas sore. Setelah 3 hari dirawat pasien diperbolehkan
pulang karena kondisinya sudah membaik. Untuk itu Karu beserta TIM di Ruang Rawat Inap
akan melakukan tindakan Discharge Planning.
Tahap Persiapan di ruang Karu
Karu :”selamat pagi rekan-rekan, agenda kita pagi hari ini untuk pasien Nn. A adalah melakukan
Discharge Planning karena kondisi pasien sudah membaik dan memungkinkan untuk
perawatan dirumah, Bagaimana persiapan katim/PP dari pasien?”
PP/Katim :”baik, untuk persiapan discharge planning pada pasien sudah siap. Status pasien dan
format discharge planning sudah dipersiapkan. Untuk masalah pada pasien saat ini adalah
nyeri juga terkadang sedikit mual. Perlu diinformasikan kepada pasien dan keluraga
mengenai diet, tempat kontrol, minum obat secara teratur”
Karu :”baik, terima kasih untuk katim. Untuk coba berkas-berkasnya saya periksa dulu”
PP :”baik bu ini berkas-berkasnya beserta format discharge planning nya”
Setelah Karu memeriksa kelengkapan berkas, Karu beserta TIM ke ruangan pasien
untuk melakukan discharge planning.
Tahap pelaksanaan
Karu :”selamat pagi, bagaimana kabarnya hari ini?”
Pasien :”selamat pagi. Alhamdulillah semakin baik”
Karu :”alhamdulilah, hari ini ada kabar baik untuk Nn. A . Jadi hari ini Nn. A
diperbolehkan untuk pulang. Namun sebelum pulang keluarga harus mengurus
administrasi”
Pasien :”mohon maaf mbak untuk administrasinya sudah diurus semua, ini berkas-
berkasnya”
Karu :” baik, bagus sekali kalau begitu. Namun ada satu hal lagi yang perlu dilakukan
terkait
dengan kepulangan Nn. A. Ini nanti perawat Mayuni dan Ilham akan menyampaikan hal-
hal yang terkait dengan perawatan Nn. A dirumah, bagaimana apakah Nn. A bersedia?”
Pasien :”iya mbak, boleh. Silahkan”
PP :”baik disini saya akan menyampaikan beberapa hal, yaitu : nanti Nn. A akan diberi
obat
untuk mengatasi rasa mual serta nyeri. Untuk kontrolnya nanti kembali lagi hari
senin ya. Pastikan saat dirumah nanti Nn. A mengkonsumsi makanan bernutrisi,
perhatikan juga siklus menstruasi secara berkala. Bagaimana ada yang ditanyakan ?”

Pasien:”tidak ada mbak”

PP :”bagaimana apakah sudah jelas?”


Pasien :”sudah mbak”
PP :”coba Nn. A ulangi lagi”
Pasien menyampaikan kembali materi yang telah diajarkan dengan baik
PP :”bagus sekali, saya kira Nn. A sudah cukup paham dengan apa yang disampaikan oleh
perawat. Terima kasih atas kerjasamanya.”
Pasien :”iya mbak, sama-sama”
Karu :”baik, saya kira semua sudah disampaikan dan Nn. A sudah paham. Sekarang Nn. A dan
keluarga diperbolehkan untuk bersiap-siap meninggalkan ruangan ini. Dan kami mohon
maaf apabila selama perawatan disini ada yang kurang. Semoga Nn. A sehat selalu.”
Pasien :”iya, tidak apa-apa. Terima kasih banyak”
Karu :”iya sama-sama. selamat pagi”
Pasien :”selamat pagi”
Kemudian Karu dan TIM kembali keruangan
Tahap penutup
Karu :”terima kasih atas kerjasama rekan-rekan semua, saya kira untuk kegiatan discharge
planning pada pagi hari ini cukup bagus, namun saya harap untuk kedepannya lebih
ditingkatkan lagi untuk kenyamanan dan kepuasan pasien dan kelurga”
PP :”baik bu”.
Karu :”baik selamat bertugas kembali, dan tetap jaga diri dan semangat”
DAFTAR PUSTAKA

Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha


Medika
Nursalam. 2011 Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta. Salemba Medika
Roymond. Simamora. 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC
PROPOSAL TIMBANG TERIMA RUANG RAWAT
INAP PUSKESMAS BANGSALSARI

Oleh :

Ilham Tarich Gustama P 20020039


Ira Badriya Hidayati 20020043
Maria Ulfa Dwi Suryandari 20020054
Mayuni Putri Intan Safitri 20020071
Reni Willi Astuti 20020073
Riskiyah 20020073
Rita Nur Hidayati 20020074
PROGAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2020/2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat di wujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif
antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk
komunikasi yang harus ditingkatkan keefektifannya adalah saat pergantian sif
(timbang terima pasien). Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau
cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien (Nursalam, 2011).
Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan
secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum, dan perkembangan pasien saat itu.
Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh
perawat primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore
atau dinas malam secara tertulis dan lisan (Kuntoro, 2010).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang
penting mengenai pasien

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus).
b. Menyampaikan hal yang sudah atau yang belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada pasien.
c. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat dinas
berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk perawat yang akan dinas berikutnya.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Meningkatkan hubungan kerjasama yang bertanggung jawab antar anggota tim
perawat
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.

1.3.2 Bagi Pasien


Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada masalah yang
belum terselesaikan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Timbang terima merupakan komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang
dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Timbang terima juga merupakan transfer
tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama perpindahan
perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan
konfirmasi tentang pasien. Timbang terima meliputi mekanisme transfer informasi yang
dilakukan, tanggung jawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke
perawat yang akan melanjutnya perawatan (Nursalam, 2011).

2.2 Tujuan Timbang Terima


Menurut Nursalam (2008), timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk
mengakurasi, mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang
digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja. Timbang
terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:
a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengespresikan perasaan
perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan
dan tindakan keperawatan.

2.3 Metode dalam Timbang Terima


1. Timbang terima dengan metode tradisional
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara
umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover
Handover yang dilakukan sekarang sudah menggunakan model bedside handover
yaitu handover yang dilakukan disamping tempat tidur pasien dengan melibatkan
pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara
umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional
maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki
beberapa kelebihan diantaranya:
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi
penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien
secara khusus.

2.4 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan


a. Dilaksanakan tepat pada waktu saat pergantian shif.
b. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (PP).
c. Diikuti oleh semua perawat yang sudah shif dan yang akan dinas berikutnya.
d. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan menggambarkan
kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
e. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
f. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara yang cukup
sehingga pasien maupun keluarga tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi pasien.
Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat
pasien atau keluarga.
g. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya dibicarakan di
nurse station.

2.5 Alur Timbang Terima


STANDAR OPERASIONAL TIMBANG TERIMA

No. Dokumen Revisi Diterbitkan

Definisi Transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan


tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang
berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan,
klarifikasi dan konfirmasi tenatng pasien

Tujuan 1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien


(data fokus)
2. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum
dilakukan dalam asuhan keperawatan kepada klien
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera
ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya

Prosedur 1. Pra Timbang Terima


a) Kedua kelompok dinas sudah siap dan berkumpul di
Nurse Stsion
b) Karu megecek kesiapan timbang terima tiap PP
c) Kelompok yang akan bertugas menyiapakn catatan
(work sheet), PP yang akan megoperkan,
menyiapkan buku timbang terima
d) Kepala ruangan membuka acara timbang terima
dilanjutkan dengan doa

2. Pelaksanaan
Hal-hal yang perlu disampaikan PP pada saat timbang
terima :
a) Identitas klien dan diagnosa medis termasuk hari
rawat ke berapa atau post op hari keberapa
b) Masalah keperawatan
c) Data yang medukung
d) Tindakan keperawatan yang sudah atau belum
dilasanakan
e) Rencana umum yang perlu dilakukan: pemeriksaan
penunjang, konsul, prosedur tindakan tertentu
f) Karu membuka dan memberi salam kepada klien, PP
pagi menjelaskan tentang klien, PP sore
mengenalkan anggota timnya dan melakukan validasi
data
g) Lama timbang terima setiap pasien kurang lebih 5
menit, kecuali kondisi khusus yang memerlukan
keterangan lebih rinci
a. Pelaksanaan Timbang Terima
Hari/ Tanggal : Kamis, 4 November 2021
Pukul : 07.00 WIB
Topik : Timbang terima pasien
Tempat : Nurse Station

b. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab

c. Media
1. Status pasien
2. Buku timbang terima Alat tulis
3. Sarana dan prasarana perawatan

d. Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Rita Nur Hidayati
Ketua Tim : Ira Badria Hidayati
Perawat Pelaksana : Riskiyah, Mayuni Putri Intan, Maria Ulfa, Ilham Tarich
e. Uraian Kegiatan
1. Prolog

Pada hari sabtu jam 07.00 WIB seluruh perawat shif malam dan pagi serta
kepala ruang berkumpul di nurse station untuk melakukan timbang terima.

2. Session di Nurse station


Kepala ruang memimpin dan membuka acara yang didahului dengan do’a
dan kemudian mempersilakan PP dinas malam untuk melaporkan dan
menyampaikan keadaan dan perkembangan pasien selama bertugas kepada PP
yang akan berdinas selanjutnya (pagi). PP malam memberikan klarifikasi
keluhan, intervensi keperawatan yang sudah diberikan dan yang belum
dilaksanakan (secara umum), intervensi kolaboratif dan dependen, rencana umum
dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan penunjang,
dan lain- lain), serta hal yang belum jelas atas laporan yang telah disampaikan,
setelah melakukan timbang terima di nurse station berupa laporan tertulis dan
lisan, kemudian diteruskan di ruang perawatan pasien.

f. Evaluasi
1. Struktur (Input)
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia
antara lain: catatan timbang terima, status pasien dan kelompok shif timbang
terima. Kepala ruang/nurse in charge (NIC) memimpin kegiatan timbang terima
yang dilaksanakan pada pergantian shif yaitu malam ke pagi.

2. Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruang dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shif. Perawat primer
mengoperkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti shif. Timbang
terima pertama dilakukan di nurse station kemudian keruang perawatan pasien
dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah pasien
berapa, diagnosa keperawatan, intervensi yang belum dan yang sudah dilakukan
sebelumnya.
3. Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shif. Setiap perawat
dapat mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik.

FORMAT TIMBANG TERIMA PASIEN

Nama Pasien : Kamar/ruang:


Umur : Dx Medis :
Tanggal :

Asuhan keperawatan Timbang terima


Shif malam Shif pagi
Data fokus
Masalah keperawatan

Intervensi yang sudah


di lakukan

Intervensi yang belum


di lakukan

Hal hal yang perlu di


perhatikan
Evaluasi

Tanda tangan PP PP pagi PP pagi

PP sore PP sore

KARU

Timbang Terima – SBAR


Sistem Pendokumentasian dengan SBAR (Nursalam, 2017)

SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang


memerlukan perhatian atau tindakan segera.
S : Situation (Kondisi Terkini yang Terjadi pada Pasien)

 Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk dan hari perawatan, serta dokter
yang merawat
 Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau sudah
teratasi / keluhan utama
B : Background (Info Penting yang Berhubungan dengan Kondisi Pasien
Terkirni)
 Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respon pasien dari setiap
diagnosis keperawatan
 Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat infasif, dan
obat – obatan termasuk cairan infus yang digunakan
 Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis
A : Asessment (Hasil Pengkajian dari Kondisi Pasien Saat Ini)

 Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda-tanda


vital, skor nyeri, tingkat kesadaran, braden skor, status restrain, resiko jatuh,
pivas skor, status nutrisi, kemampuan eliminasi, dan lain-lain
 Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung

R : Recomendation
 Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan
(refer to nursing care plan) termasuk discharge planing dan edukasi pasien
dan keluarga
Sebelum serah terima pasien
1. Dapatkan pengkajian kondisi pasien terkini
2. Kumpulkan data data yang diperlukan yang berhubungan dengan kondisi
pasien yang akan dilaporkan
3. Pastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang
harus dilanjutkan
4. Baca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil pengkajian perawat
shift sebelumnya .
5. Siapkan medical record pasien termasuk rencana perawatan harian

Role play Timbang Terima


Di ruang Rawat Inap Puskesmas Bangsalsari menunjukkan pukul 07.00
WIB waktunya untuk melakukan timbang terima dari sift malam ke sift pagi. Semua
perawat telah berada di ruangan bersiap siap untuk melakukan timbang terima.
Diruangan terdapat karu, katim, 2 perawat pelaksana sift malam dan 2 perawat
pelaksana sift pagi.

Kepala Ruangan :Rita Nur Hidayati


Ketua Tim : Ira Badria Hidayati
Perawat Pelaksana : Riskiyah, Mayuni Putri Intan, Maria Ulfa, Ilham Tarich
A. Tahap Orientasi
Karu : Assalamualaikum wr wb
Semua : Waalaikumsalam wr wb
Karu : Sebelum memulai operan ini, alangkah baiknya kita berdoa menurut agama
dan keyakinan masing masing. Berdoa mulai, selesai. Baiklah, mari segera
kita mulai.

B. Tahap Pelaksanaan
Katim : Baik terimakasih, untuk operan pagi ini ada 2 pasien, 1 pasien baru.
Kemudian hand rub di ruangan pasien sudah banyak yang sudah habis,
untuk kelanjutannya saya sudah menghubungi sarana prasarana. Nanti untuk
perawat sift sore tolong konfirmasikan kembali kebagian sarana dan
prasarana. Baiklah mungkin sudah itu saja. Baiklah langsung ke pasien
pertama.
Silahkan PP malam disampaikan.

PP 1: Baik terima kasih. Untuk pasien pertama yaitu


S : Bed 1. Paisen baru. Ny. M (29 th) dengan dx medis asma, keadaan
compos mentis,
klien masih mengeluhkan sesak, pernafasan cuping hidung (+), terdapat
sekret
B : Telah mendapat terapi O2 nasal kanul 4 lpm, dan sudah mendapat
nebulizer
A : N : 80x/mnt, RR : 27x/mnt, T: 37 c, terpasang cairan IV Pz 14 tpm
R : Monitor TTV, berikan nebulizer dengan ventoline.
Apakah ada yang ditanyakan ?
PP 3 : Untuk terapi cairan apakah ada perubahan ?
PP 1 : Terapi cairan untuk pagi ini diganti dengan D5, sudah saya konsultasikan dengan
DPJP PP 3 : Baiklah
Katim : Silahkan pasien kedua
PP 2 : Pasien kedua
S : Bed 3, Ny S (41 th) dengan dx medis bronko pneumoni, KU baik, nafsu
makan sudah meningkat, sesak sudah berkurang
B : Sudah mendapatkan terapi drip amino 1 amp/flash, terapi nebulizer BB
A : N: 75x/mnt, RR : 24x/mnt, T: 37,5 c, terpasang cairan IV PZ+amino 1
amp 14 tpm
R : Monitor TTV, ganti cairan infus NS, pasien rencana KRS hari ini, nanti
konfirmasikan ke DPJP
Apakah ada yang ditanyakan ?
PP 4 : Tidak ada
Karu : Baik jika sudah tidak ada yang ingin ditanyakan, mari kita langsung
saja ke pasien
Semua perawat berjalan keruangan pasien untuk melakukan operan sift dan
membawa buku timbang terima,setelah selesai mereka kembali keruangan untuk
mendatangi hasil operan dinas malam.
Karu : Assalamualaikum wr.wb ibu, selamat pagi , bagaimana keadaanya hari
ini ?
Pasien : Waalaikumsalam . alhamdulillah sudah enakan bu

Karu : Tidurnya semalam gimana bu ?


Pasien : Alhamdulillah nyenyak bu. Katanya dokter kemaren kalau kondisi
saya membaik, diperbolehkan pulang nggih bu hari ini ?
Karu : Iya bu, nanti tunggu visite dokter lagi ya bu, untuk memeriksakan kondisi
ibu kembali.
Pasien : iya baik buk.
Karu : Jadi kedatangan kami kesini sedang melakukan operan shift malam ke pagi buk.
Perkenalkan ini perawat Riskiyah dan perawat Mayuni yang sedang bertugas pada
pagi hari ini. Nanti jika ibu membutuhkan sesuatu atau ada yang perlu di tanyakan
bisa tanyakan ke mbak nya ya buk.
Pasien : Oh iya baik buk.

Karu : Ada yang di tanyakan lagi buk ?

Pasien : Sudah tidak ada buk.

Karu : Baik kalau begitu kami permisi dulu bu, Wassalamualaikum


Pasien : Waalaikumsalam

C. Tahap Penutup
Karu : Baiklah operan dinas malam ke dinas pagi sudah selesai. Dinas malam, jika
mau pulang dipersilahkan dan selamat beristirahat. Dan untuk yang dinas pagi
semoga diberi kelancaran. Sebelum diakhiri marilah kita tutup operan hari ini
dengan doa menurut agama dan keyakinan masing-masing. Berdoa mulai,
selesai. Terimakasih atas perhatiannya, Wassalamualaikum wr wb
Semua : Waalaikumsalam wr.wb

DAFTAR PUSTAKA

Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha


Medika
Nursalam. 2011 Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta. Salemba Medika
Roymond. Simamora. 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta:
EGC
PROPOSAL PRE DAN POST CONFERENCE RUANG
RAWAT INAP PUSKESMAS BANGSALSARI

Oleh :
Ilham Tarich Gustama P 20020039
Ira Badriya Hidayati 20020043
Maria Ulfa Dwi Suryandari 20020054
Mayuni Putri Intan Safitri 20020071
Reni Willi Astuti 20020073
Riskiyah 20020073
Rita Nur Hidayati 20020074

PROGAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2020/2021

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan menjadi
bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang menentukan kualitas pelayanan di
tataran pelayanan di Rumah Sakit, 40%-60% pelayanan rumah sakit adalah pelayanan
keperawatan. Perawat sebagai profesi yang mempunyai kemandirian dalam
memberikan asuhan keperawatan selama 24 jam secara berkesinambungan yang
melibatkan klien, keluarga maupun profesi atau tenaga kesehatan yang lain.
manajemen, guna tercapainya pelayanan keperawatan berkwalitas. Untuk mewujudkan
pelayanan keperawatan yang berkualitas, pengelolaan pelayanan keperawatan haruslah
mendapat perhatian secara menyeluruh.
Kualitas pelayanan keperawatan dalam tatanan pelayanan di Rumah Sakit
dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor tersebut haruslah dapat dikelola secara efektif
dan efisien dengan menggunakan proses manajemen, khususnya manajemen
keperawatan Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui tahap-tahap yaitu
pengkajian (kajian situasional), perencanaan (strategis dan operasional), implementasi
dan evaluasi. Manajemen keperawatan adalah suatu proses kerja yang dilakukan oleh
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.
Untuk menjalankan fungsi manajemen agar berhasil secara optimum seorang manajer
keperawatan dituntut untuk dapat melakukan suatu proses yang meliputi 4 fungsi
utama dari manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan kontrol.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari konferensi
2. Untuk mengetahui tujuan konferensi
3. Untuk mengetahui macam-macam konferensi

1.3 Manfaat
1. Sebagai media informasi
2. Sebagai bahan referensi tambahan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi
dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai
dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di
tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar. Merupakan
kegiatan berdiskusi kelompok untuk membahas hal-hal yang telah dilakukan pada
praktik klinik atau lapangan, tingkat pencapaian tujuan praktik klinik hari tersebut,
kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya, serta kejadian lain yang tidak
direncanakan, termasuk kejadian kegawatan klien

2.2 Jenis Conference


Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu :
a. Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim
atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu
orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim.
Waktu : setelah operan
Tempat : Meja masing-masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim atau Pj tim
Kegiatan :
1) Ketua tim atau Pj tim membuka acara
2) Ketua tim atau pj tim menanjakan rencana harian masing-masing perawat
pelaksana
3) Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait
dengan
asuhan yang diberikan saat itu.
4) Ketua tim atau Pj tim memberikan reinforcement.
5) Ketua tim atau Pj tim menutup acara
b. Post Conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post
conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan
(tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim
Waktu : Sebelum operan ke dinas berikutnya.
Tempat : Meja masing-masing tim.
Penanggung jawab : ketua tim atau Pj tim
Kegiatan :
1) Ketua tim atau Pj tim membuka acara.
2) Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah
diberikan. 3) Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan
klien yang harus
dioperkan kepada perawat shift berikutnya.
4) Ketua tim atau Pj menutup acara.

2.3. Tujuan Pre dan Post Conference


Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalahmasalah
secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan
gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun
rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian
asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan
non kognitif. Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan
keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi
bagi pemberi asuhan.
a. Tujuan pre conference:
1) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan
asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
2) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
3) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
b. Tujuan post conference:
Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan
membandingkan masalah yang dijumpai.
2.4 Syarat Pre dan Post Conference
a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post
conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota
tim

2.5 Pedoman Pelaksanaan Conference


a. Sebelum dimulai, tujuan conference harus dijelaskan
b. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
c. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa mendominasi
dan memberi umpan balik
d. Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara periodic
e. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan mengambil
tanggung jawab dan menerima pendekatan serta pendapat yang berbeda
f. Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi
g. Pada saat menyimpulkan conference, ringkasan diberikan oleh pemimpin dan
kesesuaiannya dengan situasi lapangan

2.6 Panduan Perawat Pelaksanaan dalam Melaksanakan Konferensi


Adapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi adalah sebagai berikut:.
a. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi
atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.
b. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing-
masing. c. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil
evaluasi kemarin
dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam. Hal hal yang disampaikan
oleh perawat pelaksana meliputi :
1) Keluhan utama klien
2) Keluhan klien
3) TTV dan kesadaran
4) Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
5) Masalah keperawatan
6) Rencana keperawatan hari ini.
7) Perubahan keadaan terapi medis.
8) Rencana medis.
d. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang
masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi :
1) Klien yang terkait dengan pelayanan seperti: keterlambatan, kesalahan
pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang
dikonsulkan.
2) Ketepatan pemberian infuse.
3) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.
4) Ketepatan pemberian obat atau injeksi.
5) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
6) Ketepatan dokumentasi.
e. Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.
f. Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan
masing-masing perawatan asosiet.
g. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang tidak dapat
diselesaikan.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PRE DAN


POST CONERENCE

No. Dokumen Revisi Diterbitkan

Definisi Suatu pembelajaran klinik yang mengutamakan dan


menekankan pada teknik conference dalam rangka
meningkatkan dan mempertahankan kualitas asuhan pasien
selama 24 jam terus menerus

Tujuan Meningkatkan dan mepertahankan kualitas asuhan


keperawatan pada pasien selama 24 jam terus menerus
selama pasien di rawat

Prosedur
Pedoman Pre Conference
Waktu kegiatan : Setelah operan
Tempat: Nurse station
Penanggung jawab: Ketua Tim/PJ tim
Prosedur
4. Karu membuka acara
5. Ka Tim/PJ Tim menanyakan rencana harian masing-
masing perawat pelaksana
6. Ka Tim/PJ Tim memberikan masukan dan tindak lanjut
terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu
7. Ka Tim/PJ Tim memberikan reinforcement
8. Karu menutup acara

Pedoman Post Conference


Waktu kegiatan : Sebelum operan ke dinas berikutnya
Tempat: Nurse station
Penanggung jawab: Ketua Tim/PJ tim
Prosedur
1. Karu membuka acara
2. Ka Tim/PJ Tim menanyakan hasil asuhan keperawatan
masing-masing pasien
3. Ka Tim/PJ Tim menanyakan kendala dalamasuhan
keperawatan yang diberikan
4. Ka Tim/PJ Tim menanyakan tindak lanjut asuhan
keperawatan pasien yang dioperkan kepada perawat shift
berikutnya
5. Karu menutup acara

Unit terkait Instalasi rawat inap

Dialog Roleplay Pre


Conference
Kepala Ruangan :Rita Nur Hidayati
Ketua Tim : Ira Badria Hidayati
Perawat Pelaksana : Riskiyah, Mayuni Putri Intan, Maria Ulfa, Ilham Tarich
Waktu kegiatan : Jumat, 5 November 2021 sebelum dan setelah operan
shift
Tempat : Meja masing-masing tim
Penanggung jawab : Kepala ruangan

Kegiatan :
1. Kepala ruangan membuka acara

2. Kepala ruangan menanyakan rencana harian masing perawat pelaksana

3. Kepala ruangan memberikan masukan dan tindak lanjut terkait dengan asuhan yang di
berikan saat itu.
4. Kepala ruangan memberikan reinforcement.

5. Kepala ruangan menutup acara.

Karu : “Assalamualaikum wr.wb”….selamat pagi semua,puji syukur kita panjatkan


khadirat
Allah SWT. Sehingga pada hari ini, kita masih di beri kesempatan untuk hadir di
tempat ini untuk melaksanakan tugas kita sebagai seorang perawat, sebelumnya
mari kita awali dengan ucapan basmalah,,,bismillahirahmanirahim.. Selanjutnya
saya persilahkan kepada ketua tim untuk memandu Pre Conference pada pagi hari
ini“
Katim :”Baiklah sebelumnya terima kasih kepada ibu kepala ruangan. Assalamualaikum
wr.wb. Selamat pagi rekan semua, puji syukur pada kesempatan ini masih di berikan
kesehatan. Baiklah pada kesempatan ini kita akan melakukan pre-conference pada
tgl 8 November 2021 di ruangan Rawat Inap, dengan jumlah 1 pasien kelolaan
dengan keperawatan sedang. Adapun pasien kita hari ini yaitu Ny. R dengan
diagnosa medis Hipertensi, dengan keluhan nyeri pada kepala dan nyeri pada bagian
belakang leher, untuk TTV nya yaitu: TD: 160/90 mmHg, N: 92x/menit, RR:
20x/menit, S: 36,5’c. Untuk intervensinya akan lebih lanjut di bahas oleh Riskiyah
maupun Nurse Mayuni.
PP 1 : “ Terima kasih untuk kesempatannya nurse, adapun intervensinya adalah :
1. Kaji TTV pasien.
2. Kaji tingkat nyeri, lokasi, karakteristik, onset, durasi, frekuensi, kualitas
intensitas/beratnya nyeri
3. Anjurkan pasien melakukan relaksasi nafas dalam.

4. Anjurkan makanan rendah garam untuk pasien.

5. Kolaborasi dengan tim medis lainnya.


Itu saja yang saya sampaikan, selanjutnya saya kembalikan kepada ibu kepala ruangan,
terimakasih.”
Karu : “Baik sudah dijelaskan, untuk PP pagi apakah ada yang ditanyakan?”
PP 3 : “Ada yang ingin saya ingin tanyakan yaitu obat apa nanti yang di berikan dan
berapa dosisnya?”
Karu : “terimakasih telah bertanya, saya persilahkan pada PP malam untuk menjawab”
PP 2 : “Baik Terimakasih sudah diingatkan. Adapun obat anti nyerinya yaitu antrain 1/V,
dan Oral : Captopril 25 mg 3x1, dan amlodipine 5 mg 1x1
Karu : “Itu tadi jawaban dari PP malam. Bagaimana nurse apakah masih ada yang ingin
ditanyakan?”
PP 4 : “Sudah cukup ners.”
Karu : “Itulah kesimpulan untuk intervensi kita untuk shift pada hari ini. terimakasih atas
kerja sama rekan-rekan sekalian. Pertahankan terus kinerja kita, kalau perlu di
tingkatkan lagi. Seperti biasa sebelum kita memulai pekerjaan kita hari ini, mari
kita berdo’a demi kelancaran aktivitas kita hari ini,, Berdoa di
persilahkan........Doa selesai. Baik terimakasih. wassalamualaikum
warahmatullahi wabarokatuh

Dialog Post Conference

Waktu kegiatan : Sebelum operan ke dinas selanjutnya


Tempat : Meja masing-masing
Penanggung jawab : Ketua Tim
Kegiatan :
1. Karu membuka acara.
2. Katim menanyakan hasil asuhan masing-masing.
3. Katim menanyakan kendala dalam asuhan yang diberikan.
4. Katim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang harus dioperkan ke shift
berikutnya.
5. Karu menutup acara.

Karu : “Assalamualaikum wr. Wb, Alhamdulillahirobil’alamin, puji syukur kehadirat Allah


swt. Kita masih bertemu lagi dan berkumpul di penghujung tugas kita. Seperti biasa
kita akan melakukan post conference sebelum di operkan ke shift berikutnya.
Langsung saja saya serahkan kepada ketua tim, saya persilahakan meminpin Post
Conference

Katim : “Baiklah langsung saja silahkan dilaporkan bagaimana hasil tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan oleh rekan-rekan. Dan dapat dioperkan pada shift
berikutnya

PP 1 : “Baik terima kasih atas waktu yang diberikan. Baiklah langsung saja bagaimana hasil
tindakan yang telah dilaksanakan termasuk kendala selama rekan melakukan
tindakan untuk dapat dioperkan pada shift berikutnya.”
PP 3: “Pasien Ny. R mengatakan masih nyeri pada bagian kepala, TTV terakhir yaitu TD :
140/80 mmHg, N: 84x/ menit, RR: 20x/ menit, S:36,5’c. Pasien sudah diberikan
tindakan 1/V, dan Oral : Captopril 25 mg 3x1, dan amlodipine 5 mg 1x1 dan
mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam.
Karu : “Baiklah kalau begitu mari kita lanjutkan post-conference selanjutnya”
PP 2: “Baiklah terima kasih atas laporan hasil tindakan yang telah dilakukan. Selanjutnya
saya kembalikan kepada kepala ruangan.”
Karu : “baiklah, terimakasih kepada Katim dan rekan-rekan, Alhamdulillah intervensi yang
telah kita lakukan dari pagi sampai siang ini terlaksana dengan lancar dan sesuai
prosedur. Terima kasih atas kerja sama rekan- rekan sekalian, yang sudah bekerja
dengan semaksimal mungkin. Pertahankan terus kinerja rekan-rekan dan alangkah
baiknya jika bisa ditingkatkan lagi demi pencapaian kinerja yang lebih optimal. Untuk
mengakhiri tugas kita pada siang hari ini, marilah kita akhiri dengan berdoa bersama
menurut agama dan kepercayaan kita masing-masing. Berdoa mulai……. Selesai.
Kita akhiri post conference ini, Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Selamat sore.”

PROPOSAL SUPERVSI DI RUANG


RAWAT INAP PUSKESMAS BANGSALSARI
Oleh :

Ilham Tarich Gustama P 20020039


Ira Badriya Hidayati 20020043
Maria Ulfa Dwi Suryandari 20020054
Mayuni Putri Intan Safitri 20020071
Reni Willi Astuti 20020073
Riskiyah 20020073
Rita Nur Hidayati 20020074

PROGAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2020/2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 . Latar belakang


Seiring dengan semakin tingginya tingkat pengetahuan dan kesadaran akan
kebutuhan kesehatan maka semakin tinggi pula tuntutan masyarakat pada pelayanan
keperawatan. Keadaan tersebut menuntun perawat pada suatu bentuk persaingan untuk
mendapatkan kepercayaan masyarakat akan pelayanan keperawatan, hal mana membuat
perawat harus meningkatkan pelayanan keperawatan yang paripurna. Pelayanan yang
berkualitas haruslah didukung oleh sumber-sumber yang memadai, antara lain sumber
daya manusia yang bermutu, standar pelayanan termasuk pelayanan keperawatan yang
berkualitas, disamping fasilitas yang sesuai harapan masyarakat.
Agar pelayanan keperawatan senantiasa memenuhi harapan konsumen dan sesuai
dengan standar yang berlaku maka diperlukan suatu pengawasan terhadap pelaksanaan
asuhan keperawatan. Melalui pengawasan atau supervisi diharapkan perawat dapat
melaksanakan asuhan yang berkualitas sesuai standar. Supervisi tersebut merupakan
salah satu bentuk kegiatan dari manajemen dan merupakan cara yang tepat untuk
menjaga mutu pelayanan keperawatan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum

Setelah melakukan tindakan supervisi keperawatan, mahasiswa mampu


mengaplikasikan peran kepala ruangan sebagai supervisor dan peran perawat primer
maupun perawat associate di Ruang Rawat Inap

1.2.2 Tujuan khusus


a. Kepala ruangan mampu mengevaluasi dan menilai kinerja perawat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan.
b. Kepala ruangan mampu memberikan umpan balik (feed back) terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan perawat.
c. Kepala ruangan memberikan tindak lanjut (follow up) terhadap permasalahan yang
dihadapi oleh perawat selama melakukan asuhan keperawatan.
d. Mampu menjalin kerjasama dan keakraban antar perawat.
e. Meningkatkan kinerja ketua tim dan perawat pelaksana

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Perawat ·


Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat yang disupervisi dan
meningkatkan hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara supervisor dan
perawat yang disupervisi. Meningkatkan kemampuan perawat primer dan perawat
associate dalam menerapkan asuhan keperawatan dan mengurangi adanya kesalahan yang
dilakukan perawat.
1.3.2 Bagi Institusi

Membantu menyusun pedoman atau petunjuk tentang pelaksanaan tindakan


keperawatan sehingga tercipta pelayanan keperawatan professional

1.3.3 Bagi Pasien


Pasien mendapat pelayanan keperawatan yang berkualitas dan sesuai dengan tuntutan
pasien. 

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah mempelajari dan
memperbaiki secara bersama-sama. Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian
sumber-sumber yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan.

2.2 Tujuan Supervisi


Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayananan pada klien dan keluarga
yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan perawat dalam melaksanakan
tugas.

2.3 Prinsip Supervisi


1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
2. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan antar
manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan.
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan melalui petunjuk,
peraturan, uraian tugas, dan standar.
4. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor dan perawat
pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan, dan rencana yang spesifik.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreativitas, dan
motivasi.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan
keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat, dan manajer.

2.4 Pelaksana Supervisi


1. Kepala Ruang:
a. Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada klien di ruang
perawatan
b. Ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan pelayanan kesehatan di Ruang
Perawatan
c. Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik keperawatan di ruang
perawatan sesuai dengan yang didelegasikan.
2. Pengawas keperawatan, bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan kepada kepala
ruangan yang ada di instalasinya.
3. Kepala seksi keperawatan, mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung
dan seluruh perawat secara tidak langsung.

2.5. Langkah Supervisi


1. Pra supervisi
a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
b. Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dinilai.
2. Pelaksanaan Supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen yang telah
disiapkan.
b. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
c. Supervisor memanggil PP untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan.
d. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan memvalidasi data sekunder.
1) Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
2) Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.
3. Pasca supervisi–3F
a. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair).
b. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi (sesuai hasil laporan supervisi).
c. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.

2.6 Peran Supervisor dan Fungsi Supervisi Keperawatan


Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan keseimbangan
pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya yang tersedia.
1. Manajemen pelayanan keperawatan.
Tanggung jawab supervisor adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan dan mempertahankan standar praktik keperawatan.
Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan
b. Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan keperawatan, kerja
sama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.
2. Manajemen anggaran.
Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan dan pengembangan.
Supervisor berperan dalam hal berikut.
a. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana tahunan yang tersedia
dan mengembangkan tujuan unit yang dapat dicapai sesuai tujuan Rumah Sakit.
b. Membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan anggaran
keperawatan.
c. Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.
d. Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu saja, tetapi
memerlukan praktik dan evaluasi penampilan agar dapat dijalankan dengan tepat.
Kegagalan supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan keperawatan.

2.7 Teknik Supervisi


1. Proses supervisi keperawatan terdiri atas tiga elemen kelompok, yaitu:
a. Mengacu pada standar oprasional prosedur
b. Fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding untuk menetapkan
pencapaian.
c. Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas asuhan.
2. Area supervisi.
a. Pengetahuan dan pengertian tentang asuhan keperawatan kepada klien.
b. Keterampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar.
c. Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran dan empati.
Area supervisi keperawatan mencakup aspek kognitif, sikap dan perilaku, yang meliputi:
a. Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien;
b. Pendokumentasian asuhan keperawatan
c. Penerimaan pasien baru
d. Pendidikan kesehatan melalui perencanaan pulang
e. Pengelolaan logistik dan obat
f. Pelaksanaan timbang terima.
3. Cara supervisi.
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut.

a. Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung, yaitu
supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, umpan balik, dan perbaikan. Proses
supervisi meleputi:
1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan
didampingi oleh supervisor
2) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement, dan petunjuk
3) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi yang
bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki yang masih
kurang. Reinforcement pada aspek yang positif sangat penting dilakukan oleh
supervisor.
b. Supervisi secara tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak
melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan
fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.

Peran Kepala Ruangan, Katim dan PP dalam Metode Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP)
1. Peran kepala ruang
a. Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer.
b. Mengorientasi dan merencanakan karyawan baru.
c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan kepada PP.
d. Evaluasi kerja.
e. Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staf.
2. Peran ketua tim
a. Menerima klien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komperhensif.
b. Membuat tujuan dan merencanakan keperawatan.
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat.
d. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
atau perawat.
e. Menerima dan menyesuaikan rencana asuhan.
f. Menyiapkan penyuluhan untuk pasien pulang.
g. Menyiapkan rujukan kepada tim pelayanan kesehatan terkait
h. Mengadakan kujungan rumah bila perlu.
3. Peran perawat pelaksana (PP)
Peran PP adalah melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah
disusun oleh Katim.

PETUNJUK PENGISIAN PEDOMAN DAN INSTRUMEN PELAKSANA


SUPERVISI

1; Buat kontrak dengan yang akan disupervisi


2; Isilah nama lengkap perawat yang akan disupervisi
3; Tulislah nama ruangan, tempat perawat tersebut bekerja
4; Tulislah waktu pelaksanaan supervise yang telah disepakati bersama antara kepala ruangan
dan perawat yang akan disupervisi
5; Pilihlah salah satu yang dianggap tepat dan sesuai dengan petunjuk penilaian yang tertera
pada setiap instrument
6; Bacalah setiap pernyataan (aspek yang disupervisi dengan teliti dengan berilah angka
penilaian pada kolom nilai)
7; Format supervise dianggap sah apabila telah ditandatangani oleh perawat yang disupervisi,
supervisor dan atasan supervisor
8; Perhitungan nilai rata-rata dengan total score dibagi jumlah item/aspek yang dinilai.
Kemudian hasil supervise dinilai dengan rata-rata score yang terbagi menjadi 4 kategori
yaitu :
a. Sangat baik (A), bila nilai berkisar antara : 81 – 100
b. Baik (B), bila nilai berkisar antara : 68 – 80
c. Cukup (C), bila nilai berkisar antara : 56 – 67
d. Kurang (D), bila nilai berkisar antara : 40 – 55
e. Sangat kurang (E), bila nilai berkisar antara : < 40
9. Isilah aspek positif maupun negative dari perawat yang bersangkutan selama proses
supervise.
10. Supervisor memberikan kesempatan pada perawat yang bersangkutan untuk mengajukan
komplain dan alasannya atas hasil penilaian dari supervisor.
11. Supervisor memberikan kesimpulan, pengarahan langsung bagi perawat yang bersangkutan
dan merencanakan tindak lanjut atas supervise tersebut
12. Apabila hasil supervise sudah disetujui oleh kedua belah pihak maka keduanya wajib
menandatangani hasil tersebut
13. Format supervise tersebut disimpan dalam rapor perawat, sebagai data untuk penilaian
kinerja perawat
RENCANA SUPERVISI KEPALA RUANGAN/SUPERVISOR :

Keterangan : Jember,

Kepala Ruangan/Supervisor
STANDAR OPERASIONAL SUPERVISI

No. Dokumen Revisi Diterbitkan

Definisi Upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan


kemampuan pihak yang disupervisi agar dapat
melaksanakan tugas kegiatan yang telah di tetapkan secara
efisien dn efektif

Tujuan Memberikan bantuan kepada bawahan secara langung


sehingga dengan bantuan tersebut baawahan akan memiliki
bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau
pekerjaan dengan hasil yang baik

Prosedur 1. Persiapan
a) Supervisor mempersiapan format supervisi yang
diperlukan
b) Perawat yang bertugas meyiapkan alat untuk
melakukan tindakan sesuai dengan SOP yang dipilih

2. Pelaksanaan
a) Salam pembukaan dan menjelaskan kegiatan
supervisi
b) PP menerima penjelasan terkait kegiatan dan tujuan
supervisi
c) Supervisor menjelaskan tujuan supervisi
d) Supervisor menjelaskan format penilaian yang akan
digunakan
e) PP mempersipakan diri terhadap diri terhadap
kegiatan supervisi
f) Supervisor melakukan pengawasan dan koordinasi
g) PP mempersiapkan kegiatan supervisi (lembar-
lembar dokumentasi keperawatan)
h) Supervisor menilai berdasarkan format supervisi
i) Supervisor mencatat jika ditemukan ada hal-hal yang
perlu didiskusikan bersama PP
j) Supervisor memberikan masukan berupa saran atau
pembetulan dari tindakan yang dilakukan
k) PP menerima saran dan kritik perbaikan
Role Play Supervisi Keperawatan
Pemeran Role Play
Kepala Ruangan :Rita Nur Hidayati
Ketua Tim : Ira Badria Hidayati
Perawat Pelaksana : Riskiyah, Mayuni Putri Intan, Maria Ulfa, Ilham Tarich
Pasien : Reni Willi
Waktu kegiatan : Senin, 8 November 2021

Di Ruang Rawat Inap terdapat seorang pasien Post Op Apendiks yang kondisinya lemah
dan terdapat luka jahitan pada perut kanan bagian bawah luas jahitan 7 cm. Pada hari yang
sama Kepala Ruangan akan melakukan supervisi terhadap tindakan yang akan dilakukan
oleh perawat. Diruang keperawatan, Karu menyampaikan maksud dan tujuan supervisi
kepada perawat pelaksana.
Karu : Selamat pagi, apa semuanya sudah lengkap?
PP 1 : Sudah ibu
Karu : baik, pagi ini saya akan melakukan supervisi. Jadi, tujuan untuk dilakukannya
supervise adalah untuk mempelajari dan memperbaiki tindakan yang akan
dilakukan kepada pasien kita.
PP 2 : Untuk sepervisi sendiri tindakan apa yang akan dilakukan supervisi?
Karu : Pada hari ini, saya akan melakukan supervisi terhadap tindakan perawatan, sesuai
dengan jadwal apakah benar pasien yang bernama Ny. H kamar No. 1 akan
dilakukan tindakan perawatan luka dan mengganti balutan?
PP 3 : Memang benar hari ini jadwal perawatan luka dan mengganti balutan pada pasien
atas nama Ny. H kamar no.8
Karu: Kalau begitu silahkan dipersiapkan peralatannya terlebih dahulu.
PP 4 : Baik bu
Diruang Ners Station
Katim : Baik teman teman, segera dipersiapkan alat dan bahannya untuk perawatan luka
dan perawatan luka dan mengganti balutan
PP 1 : Baik ners, akan segera saya persiapkan.
Katim : Yang lain tolong dibantu juga ya ????
PP 2 : Iya ners akan segera saya siapkan.
Karu : Baik, pada hari ini kita mempunyai 1 pasien yang akan dilakukan perawatan
luka dan mengganti balutan. Jadi, untuk format penilaian yang akan dilakukan
pada supervisi pada hari ini saya akan melakukan beberapa penilaian terhadap
tindakan yang akan dilakukan dan nanti saya akan memberikan penilaian terhadap
beberapa insrumet tindakan seperti teknik perawatan luka yang benar. Mungkin ini
ada beberapa format/instrumen penilaian silahkan di baca dulu (menyerahkan map
kepada PP).
PP 3 : Iya bu (menerima map).
Karu : Ada yang ingin ditanyakan dari format penilaian tersebut?
PP 4 : Tidak ada bu
Karu : Bagaimana perlengkapan untuk perawatan luka? Sudah lengkap dan siap?
Katim : Sudah bu.
Karu : Oke, kita pasien sekarang ya.
Setelah itu Karu, PP, Katim, ke ruangan pasien
PP 1: Selamat pagi bu ?
Pasien : Ya selamat pagi,.
Katim : Bagaimana kabarnya hari ini bu ?
Pasien : Luka pada kepala, tangan dan dada saya masih sakit.
PP 2 : Buk, kami akan merawat luka dan mengganti balutan, tujuannya luka pada
tubuh agar cepet sembuh dan tidak terjadi infeksi. Bagaimana buk apa
diperbolehkan?
Pasien : Ya, silahkan bu.
PP 3 : Ada yang ditanyakan sebelumnya ?
Pasien : tidak ada bu.
Kemudian PP 1 & PP 2 melakukan perawatan luka kepada Ny. H.
Katim : Ibu kami sudah merawat luka dan mengganti balutan, apakah sudah merasa
lebih nyaman dan apakah nyerinya masih terasa?
Pasien : Iya nyeri nya masih terasa saat balutanya di buka.
Diruangan Nurse Station.
Karu : Baik tadi saya sudah melakukan penilaian terhadap hasil kerja perawatan
luka pada hari ini. Untuk secara prosedur perawatan luka secara keseluruhan sudah
baik, tapi tadi ada hal-hal yang perlu kita perhatikan bersama.
Katim : Apa itu bu?
Karu : Dalam pemasangan tadi kurangnya interksi/komunikasi kepada pasien, nah
tujuan untuk komunikasi kepada pasien dalam melakukan tindakan yaitu pertama
untuk distraksi/pengalihan rasa nyeri pasien. Sepertinya hal itu yg perlu kita
perhatikan Dan yang kedua adalah pada saat membuka balutan usahakan untuk
pelan-pelan agar pasienya tidak mengalami nyeri. Oke ada yg ingin di klarifikasi?
PP 4 : Iya bu, saya menyadari akan hal itu dan nanti akan kami perbaiki.
Karu : Ya bagus sekali, interksi dan komunikasi dalam hal ini komunikasi terapeutik
sangat penting dilakukan dan untuk semuanya sangat bagus sekali apa yang kalian
lakukan pada hari ini pertahankan terus dan sepertinya hanya itu yang bisa saya
sampaikan., untuk kurang dan lebihnya mohon maaf, saya tutup pertemuan ini,
wasalammualaikum wr,wb.
Semua: Waalaikum salam wr..wb, Terimakasih atas kritik dan sarannya.
PP dan Katim kembail keruangnya dan karu melakukan dokumentasi keperawatan untuk
hasil supervisi
PROPOSAL PATIENT SAFETY RUANG
RAWAT INAP PUSKESMAS BANGSALSARI
Oleh :

Ilham Tarich Gustama P 20020039


Ira Badriya Hidayati 20020043
Maria Ulfa Dwi Suryandari 20020054
Mayuni Putri Intan Safitri 20020071
Reni Willi Astuti 20020073
Riskiyah 20020073
Rita Nur Hidayati 20020074

PROGAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2020/2021

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Gerakan "Patient safety" atau Keselamatan Pasien telah menjadi spirit
dalam pelayanan rumah sakit di seluruh dunia. Tidak hanya rumah sakit di
negara maju yang menerapkan Keselamatan Pasien untuk menjamin mutu
pelayanan, tetapi juga rumah sakit di negara berkembang, seperti Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan
Menteri Kesehatan no 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Peraturan ini menjadi tonggak utama operasionalisasi Keselamatan Pasien di
rumah sakit seluruh Indonesia.
Banyak rumah sakit di Indonesia yang telah berupaya membangun dan
mengembangkan Keselamatan Pasien, namun upaya tersebut dilaksanakan
berdasarkan pemahaman manajemen terhadap Keselamatan Pasien. Peraturan
Menteri ini memberikan panduan bagi manajemen rumah sakit agar dapat
menjalankan spirit Keselamatan Pasien secara utuh. Program Keselamatan
Pasien (patient safety) adalah suatu sistem yang memastikan rumah sakit
membuat asuhan pasien menjadi lebih aman. Komponen yang termasuk di
dalamnya adalah: pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolan risiko pasien,
pelaporan analisa insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tindakan yang seharusnya diambil. Melihat
lengkapnya urutan mekanisme Keselamatan Pasien tersebut, maka, jika
diterapkan oleh manajemen rumah sakit, diharapkan kinerja pelayanan klinis
rumah sakit dapat meningkat serta hal-hal yang merugikan pasien (medical error,
nursing error, dan lainnya) dapat dikurangi semaksimal mungkin.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah melakukan tindakan keselamatan pasien, mahasiswa mampu
mengaplikasikan keselamatan pasien di Rawat Inap Puskesmas Bangsalsari.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Kepala ruangan mampu mengevaluasi dan menilai kinerja perawat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan.
b. Perawat mampu memberi skor kepada pasien dengan resiko jatuh
c. Perawat mampu meminimalisir resiko infeksi kepada pasien
d. Perawat mampu melaksanakan assesment lanjutan tentang resiko jatuh
e. Perawat mampu memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang
resiko jatuh dan resiko infeksi

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Perawat ·

Sebagai pedoman untuk melakukan tindakan kepada pasien, salah


satunya tentang keselamatan kepada pasien
1.3.2 Bagi Institusi

Membantu menyusun pedoman atau petunjuk tentang pelaksanaan


tindakan keperawatan sehingga tercipta pelayanan keperawatan professional
1.3.3 Bagi Pasien

Pasien mendapat pelayanan keperawatan yang berkualitas dan sesuai


dengan tuntutan pasien dan terhindar dari medical error, nursing error

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan


cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan. Patient
safety (keselamatan pasien) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya dilakukan. Patient safety adalah tidak adanya kesalahan atau
bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan pasien (patient safety)
adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman,
mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan
implementasi solusi untuk meminimalkan resiko.
Meliputi: assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko.

2.2 Tujuan Sistem Patient safety


Tujuan Sistem Keselamatan Pasien adalah:
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien.
2. Meningkatnya akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat.
3. Menurunnya KTD di Ruang Rawat Inap
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
penanggulangan KTD

Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:


1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)
2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang
efektif)
3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan
keamanan dari pengobatan resiko tinggi)
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery
(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan
pasien, kesalahan prosedur operasi)
5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi
risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien
terluka karena jatuh)

2.3 Urgensi Patient safety

Tujuan utama rumah sakit adalah merawat pasien yang sakit dengan
tujuan agar pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali, sehingga
tidak dapat ditoleransi bila dalam perawatan di rumah sakit pasien menjadi
lebih menderita akibat dari terjadinya risiko yang sebenarnya dapat dicegah,
dengan kata lain pasien harus dijaga keselamatannya dari akibat yang timbul
karena error. Bila program keselamatan pasien tidak dilakukan akan
berdampak pada terjadinya tuntutan sehingga meningkatkan biaya urusan
hukum, menurunkan efisisiensi, dan lain-lain.

2.4 Isu, Elemen, dan Akar Penyebab Kesalahan


1. Lima isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu:
a. Keselamatan pasien
b. Keselamatan pekerja (nakes)
c. Keselamatan fasilitas (bangunan, peralatan)
d. Keselamatan lingkungan
e. Keselamatan bisnis.

2. Elemen Patient safety


a. Adverse drug events (ADE) atau medication errors (ME) (ketidakcocokan
obat atau kesalahan pengobatan)
b. Restraint use (kendali penggunaan)
c. Nosocomial infections (infeksi nosokomial)
d. Surgical mishaps (kecelakaan operasi)
e. Pressure ulcers (tekanan ulkus)
f. Blood product safety atau administration (keamanan produk darah atau
administrasi)
g. Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba)
h. Immunization program (program imunisasi)
i. Falls (terjatuh)
j. Blood stream-vascular catheter care (aliran darah-perawatan kateter
pembuluh darah)
k. Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor incident
reports (tinjauan sistematis, tindakan lanjutan, dan pelaporan
pasien/pengunjung laporan kejadian)

3. Most Common Root Causes of Errors (Akar Penyebab Kesalahan yang


Paling Umum):
a. Communication problems (masalah komunikasi)
b. Inadequate information flow (arus informasi yang tidak memadai)
c. Human problems (masalah manusia)
d. Patient-related issues (isu berkenaan dengan pasien)
e. Organizational transfer of knowledge (organisasi transfer pengetahuan)
f. Staffing patterns/work flow (pola staf/alur kerja)
g. Technical failures (kesalahan teknis)
h. Adequate policies and procedures (kebijakan dan prosedur yang
tidak memadai)

2.5 Standar Keselamatan Pasien


Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient
safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of
Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002), yaitu:
1. Hak pasien
Standarnya adalah pasien & keluarganya mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi tentang rencana & hasil pelayanan termasuk
kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). Kriterianya
adalah sebagai berikut:
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan
penjelasan
yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana
dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien
termasuk kemungkinan terjadinya KTD
2. Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah Puskesmas harus mendidik pasien &
keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien. Kriterianya adalah keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat
ditingkatkan dengan keterlibatan pasien adalah partner dalam proses
pelayanan. Karena itu, di RS harus ada sistim dan mekanisme mendidik
pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga
dapat:
a. Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan kriteri
sebagai berikut:
a. Koordinasi pelayanan secara menyeluruh
b. Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan
sumber daya
c. Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
d. Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
4. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
Standarnya adalah:
a. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
b. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan & memelihara kompetensi staf
serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien,
dengan kriteria sebagai berikut:
i. Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat
topik keselamatan pasien
ii. Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang
pelaporan insiden.
iii. Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
5. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien. Standarnya adalah:
a. RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
b. Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat, dengan criteria
sebagai berikut:
i. Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal
terkait dengan keselamatan pasien.
ii. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan
kendala komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang
ada.

2.6 Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit


WHO Collaborating Centre for Patient safety pada tanggal 2 Mei 2007
resmi menerbitkan “Nine Life Saving Patient safety Solutions” (“Sembilan
Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit”). Panduan ini mulai
disusun sejak tahun 2005 oleh pakar keselamatan pasien dan lebih 100
negara, dengan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah
keselamatan pasien.
Sebenarnya petugas kesehatan tidak bermaksud menyebabkan cedera
pasien, tetapi fakta tampak bahwa di bumi ini setiap hari ada pasien yang
mengalami KTD (Kejadian Tidak Diharapkan). KTD, baik yang tidak dapat
dicegah (non error) mau pun yang dapat dicegah (error), berasal dari berbagai
proses asuhan pasien.
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat,
mampu mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses
pelayanan kesehatan. Sembilan Solusi ini merupakan panduan yang sangat
bermanfaat membantu RS, memperbaiki proses asuhan pasien, guna
menghindari cedera maupun kematian yang dapat dicegah.
a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-
Alike
Medication Names).
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang
membingungkan staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling
sering dalam kesalahan obat (medication error) dan ini merupakan suatu
keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini
di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat
bingung terhadap nama merek atau generik serta kemasan. Solusi
NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko
dan memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang
dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.
b. Pastikan Identifikasi Pasien.
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi
pasien secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan,
transfusi maupun pemeriksaan; pelaksanaan prosedur yang keliru orang;
penyerahan bayi kepada bukan keluarganya, dsb. Rekomendasi ditekankan
pada metode untuk verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk
keterlibatan pasien dalam proses ini; standardisasi dalam metode
identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan;
dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta penggunaan protokol
untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.
c. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien
antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa
mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang
tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien.
Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien
termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang
bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya
dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima,dan
melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.
d. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah.
Kasus-kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan
sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan
tidak adanya informasi atau informasinya tidak benar. Faktor yang paling
banyak kontribusinya terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah
tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi.
Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan yang
tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan; pemberian
tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan
prosedur; dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur Time out sesaat
sebelum memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien,
prosedur dan sisi yang akan dibedah.
e. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated).
Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras
memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi
khususnya adalah berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat
standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan pencegahan atas
campur aduk/bingung tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.
f. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat
transisi/pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah
suatu proses yang didesain untuk mencegah salah obat (medication errors)
pada titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah menciptakan suatu
daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang
diterima pasien juga disebut sebagai “home medication list”, sebagai
perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan/atau perintah
pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi; dan komunikasikan
daftar tsb kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan
ditransfer atau dilepaskan.
g. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).

Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain


sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian
Tidak Diharapkan) yang bisa menyebabkan cedera atas pasien melalui
penyambungan spuit dan slang yang salah, serta memberikan medikasi
atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah
menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail/rinci bila
sedang mengenjakan pemberian medikasi serta pemberian makan
(misalnya slang yang benar), dan bilamana menyambung alat-alat kepada
pasien (misalnya menggunakan sambungan & slang yang benar).
h. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV,
HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum
suntik. Rekomendasinya adalah penlunya melarang pakai ulang jarum di
fasilitas layanan kesehatan; pelatihan periodik para petugas di
lembagalembaga layanan kesehatan khususnya tentang prinsip-pninsip
pengendalian infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka
mengenai penularan infeksi melalui darah;dan praktek jarum sekali pakai
yang aman.
i. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi
Nosokomial.
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di
seluruh dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit.
Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang pimer untuk
menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya adalah mendorong
implementasi penggunaan cairan “alcohol-based hand-rubs” tersedia pada
titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf
mengenai teknik kebarsihan taangan yang benar mengingatkan
penggunaan tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran kepatuhan
penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan/observasi dan
tehniktehnik yang lain.

Anda mungkin juga menyukai