I. DISKRIPSI SINGKAT
Discharge Planning merupakan suatu proses pendekatan interdisipliner
perawatan berkelanjutan yang dimulai saat pasien masuk ke unit pelayanan
kesehatan yang meliputi : identifikasi, pengkajian, menentukan tujuan,
implementasi, koordinasi, dan evaluasi yang berisikan program pemberian
pendidikan kesehatan, pada pasien stroke mengenai nutrisi, aktivitas/latihan,
pemakaian obat, maupun hal-hal khusus seperti tanda dan gejala suatu penyakit
dan perawatan lanjutan di rumah atau di unit perawatan komunitas untuk proses
penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai
pasien merasa siap untuk kembali kelingkungannya (Departement of Health and
Human Services USA, 2013; Lin, et al, 2013; Yosafiantiet al, 2010)
1. Penyampaian paparan materi sesuai urutan pokok bahasan dan sub pokok bahasan
dengan menggunakan bahan tayang.
2. Penyampaian materi dengan metode ceramah dan curah pendapat/ tanya jawab
C. ManfaatDischarge Planning
1. Mengurangi pelayanan yang tidak terencana (unplanned admission)
2. Mengantispasi terjadinya kegawat daruratan seletah kembali ke rumah
3. Mengurangi LOS (Length Of Stay) pasien di rumah sakit
4. Meningkatkan kepuasan individu dan pemberi layanan
5. Menghemat biaya selama proses perawatan
6. Menghemat biaya ketika pelaksanaan perawatan di luar rumah sakit atau di
masyarakat karena perencanaan yang matang.
7. Hasil kesehatan yang dicapai menjadi optimal.
8. KeuntunganDischarge Planning
Bagi pasien :
a. Dapat memenuhi kebutuhan pasien
b. Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai
bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
c. Menyadari haknya untuk dipenuhi segal kebutuhannya
d. Merasan yaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh
support sebelum timbulnya masalah.
e. Dapat memilih prosedur perawatannya
f. Mengertiapa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang
dapatdihubunginya
Bagi Perawat :
D. PelaksanaanDischarge Planning
1. Prinsip – prinsipDischarge Planning
a. Dibuat pada saat klien masuk RS
b. Berfokus kepada kebutuhan klien dan keluarganya
c. Melibatkan berbagai pihak yang terkait
d. Coreografer dilibatkan dalam penataan ruang setelah klien dirawat di
rumah
e. Caregiver juga dilibatkan dalam perencanaan
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dan tindakan latihan fisik yang diberikan
perawat dapat berlanjut setelah pasien pulang. Aktivitas fisik, khususnya latihan yang
meningkatkan kekuatan dan keseimbangan tungkai bawah dapat membantu agar pasien tidak
mudah jatuh. Apabila timbul masalah spastisitas (kekakuan) otot setelah stroke, hal tersebut
dapat dikurangi dengan memanaskan atau mendinginkan atau dengan latihan perenggangan
(ROM) pasif dan aktif
Gangguan bicara seperti disfasia atau afasia dialami sekitar 25% penderita stroke,
bahkan kehilangan sama sekali kemampuannya untuk bicara (Suwantara, 2004). Menurut
Agustina, dkk (2009) sebagai upaya untuk mencegah pasien stroke terkait masalah komunikasi
verbal yang terganggu, pasien stroke membutuhkan adanya bantuan untuk terapi bicara.
Keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Pasien stroke sangat
membutuhkan perhatian dan bantuan yang berasal dari orang-orang terdekatnya (keluarga) baik
saat di rawat di ruang rawat maupun saat telah pulang ke rumah. Dukungan keluarga pada pasien
stroke sangat dibutuhkan untuk mencapai proses penyembuhan/ pemulihan.
1. Sebelum pasien dan keluarga meninggalkan rumah sakit perawat mengingatkan kembali
kepada keluarga untuk memahami keterbatasan pasien sehingga harus lebih sabar dalam
melakukan perawatan dirumah. Perawat dan dokter juga mengingatkan pasien dan keluarga
untuk datang kembali ke rumah sakit untuk melakukan kontrol kondisi pasien sesuai jadwal
yang ditetapkan.
2. Discharge Planning dan pengkajian fungsional seharusnya dimulai sesegera mungkin
setelah pasien dirawat di rumah sakit untuk menentukan kebutuhan rehabilitasi. Hal ini harus
tersedia di segala tingkat fasilitas kesehatan
3. Pencegahan sekunder dari stroke juga sangat penting pada saat discharge planning.
Pengobatan untuk menurunkan tekanan darah, kolesterol, terapi antipletelet, diabetes dan
atrial fibrilasi (apabila terdapatin dikasi) harus diresepkan ketika perencanaan pulang.
4. Pasien harus diberikan informasi tentang pentingnya dari kepatuhan pengobatan dan perilaku
kesehatan seperti berhenti merokok, modifikasi polamakan, mengurangi asupan natrium,
meningkatkan olahraga, mengurangi stres, dan asupan alkohol. Konseling dapat dilakukan
oleh dokter non-spesialis yang terlatih, petugas kesehatan non-dokter, atau kelompok sebaya
pada setting dengan fasilitas kesehatan yang minim. Pada tempat perawatan stroke yang lebih
maju hal ini dapat dilakukan oleh staff khusus.
IMPLIKASI KEPERAWATAN
KESIMPULAN