Anda di halaman 1dari 10

DISCHARGE PLANNING

Oleh : Ngatini, S.Kep., Ns., M.Kep

Di sampaikan pada pelatihan keperawatan stroke 14 Januari -15 Februari 2019

I. DISKRIPSI SINGKAT
Discharge Planning merupakan suatu proses pendekatan interdisipliner
perawatan berkelanjutan yang dimulai saat pasien masuk ke unit pelayanan
kesehatan yang meliputi : identifikasi, pengkajian, menentukan tujuan,
implementasi, koordinasi, dan evaluasi yang berisikan program pemberian
pendidikan kesehatan, pada pasien stroke mengenai nutrisi, aktivitas/latihan,
pemakaian obat, maupun hal-hal khusus seperti tanda dan gejala suatu penyakit
dan perawatan lanjutan di rumah atau di unit perawatan komunitas untuk proses
penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai
pasien merasa siap untuk kembali kelingkungannya (Departement of Health and
Human Services USA, 2013; Lin, et al, 2013; Yosafiantiet al, 2010)

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini, peserta mampu memahami Discharge
Planning pada pasien stroke.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti penjelasan materi ini peserta mampu:
1. Mengetahui pengertian Discharge Planning
2. Tujuan Discharge Planning
3. Manfaa Discharge Planning
4. Pelaksanaan Discharge Planning

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


1. Mengetahuai pengertian Discharge Planning
2. Tujuan Discharge Planning
3. Manfaat Discharge Planning
4. Pelaksanaan Discharge Planning
a. Prinsip- prinsip Discharge Planning
b. Langkah- langkah Discharge Planning
c. Implementasi Discharge Planning
d. Evaluasi Discharge Planning

IV. BAHAN PEMBELAJARAN


1. Modul
2. PC/ laptop
3. LCD
4. Sound system
5. Pointer
6. Formulir Rekammedik
7. Panduan Demonstrasi
8. Panduan Praktek Lapangan

V. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN


Langkah 1: Pengkondisikan
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat, memberkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan
disampaikan
2. Tujuan pembelajaran dan pokok bahasan yang akan disampaikan serta metode
pembelajaran yang akan digunakan, sebaiknya disepakati antara peserta dan
fasilitator.

Langkah 2 : Penyampaian Materi

1. Penyampaian paparan materi sesuai urutan pokok bahasan dan sub pokok bahasan
dengan menggunakan bahan tayang.
2. Penyampaian materi dengan metode ceramah dan curah pendapat/ tanya jawab

Langkah3 :Rangkuman dan kesimpulan

1. Melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi yang


disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Menerangkan poin- poin penting dari materi yang disampaian
3. Membuat kesimpulan

VI. URAIAN MATERI


A. Pengertian Discharge Planning

Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian keputusan


dan aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan
yang kontinu dan terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga pelayanan
kesehatan (Potter & Perry, 2005:1106).

Merupakan proses koordinasimultidisiplin yang memastikan klien


mendapatkan perencanaan untuk pelayanan berkelanjutan setelah meninggalkan
pelayanan kesehatan tertentu.

Proses ini membantu transisi klien dari satu lingkungan kelingkungan


yang lain, Contohnya dari RS kepelayanan rehabilitasi dan dari pelayanan
rehabilitasi kerumah

Perencanaan tersebut melibatkan berbagai pihak dalam membuat


pengkajian, berkolaborasi dengan klien dan keluarga,dan mengkomunikansikan
informasi yang penting kepada organisasi atau individu yang bertanggung jawab
terhadap pelayanan ke klien setelah pulang

B. Tujuan Discharge Planning

1. Mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis. Menurut


Naylor(1990) dapat Meningkatkan kontinuitas perawatan,meningkatkan
kualitas perawatan memaksimalkan manfaat sumber pelayanan kesehatan.
Mengurangi hari rawatan pasien, mencegah kekambuhan, meningkatkan
perkembangan kondisi kesehatan pasien
2. Menurut Mamon et al (1992), dapat meningkatkan kemajuan pasien,
membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup optimal sebelum
dipulangkan.

3. Memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua


fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan. Discharge
planning memberikan efek yang penting dalam menurunkan komplikasi
penyakit, pencegahan kekambuhan dan menurunkan angkam ortalitas dan
morbiditas (Leimnetzer et al,1993: Hester, 1996)

4. Menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan


kesehatan . Seorang Discharge Planners bertugas membuat rencana,
mengkoordinasikan ,memonitor ,memberikan tindakan dan proses kelanjutanp
erawatan (Powell,1996).

5. Mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien dan


keluarga. Perawat dianggap sebagai seseorang yang memiliki kompetensi
lebih dan punya keahlian dalam melakukan pengkajian secara akurat,
mengelola dan memiliki komunikasi yang baik dan menyadari setiap kondisi
dalam masyarakat. (Harper, 1998 ).

C. ManfaatDischarge Planning
1. Mengurangi pelayanan yang tidak terencana (unplanned admission)
2. Mengantispasi terjadinya kegawat daruratan seletah kembali ke rumah
3. Mengurangi LOS (Length Of Stay) pasien di rumah sakit
4. Meningkatkan kepuasan individu dan pemberi layanan
5. Menghemat biaya selama proses perawatan
6. Menghemat biaya ketika pelaksanaan perawatan di luar rumah sakit atau di
masyarakat karena perencanaan yang matang.
7. Hasil kesehatan yang dicapai menjadi optimal.
8. KeuntunganDischarge Planning
Bagi pasien :
a. Dapat memenuhi kebutuhan pasien
b. Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai
bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.
c. Menyadari haknya untuk dipenuhi segal kebutuhannya
d. Merasan yaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh
support sebelum timbulnya masalah.
e. Dapat memilih prosedur perawatannya
f. Mengertiapa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang
dapatdihubunginya

Bagi Perawat :

a. Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat digunakan.


b. Menerima informasi kunci setiap waktu
c. Memahami perannya dalam sistem
d. Dapat mengembanngan ketrampilan dalam prosedur baru.
e. Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbedaan cara
yang berbeda.
f. Bekerja dalam suatu system dengan efektif.

D. PelaksanaanDischarge Planning
1. Prinsip – prinsipDischarge Planning
a. Dibuat pada saat klien masuk RS
b. Berfokus kepada kebutuhan klien dan keluarganya
c. Melibatkan berbagai pihak yang terkait
d. Coreografer dilibatkan dalam penataan ruang setelah klien dirawat di
rumah
e. Caregiver juga dilibatkan dalam perencanaan

2. Langkah – langkah Discharge Planning


a. Mengidentifikasi kebutuhan klien
Pengkajian dilakukan awal klien masuk untuk mengetahui kebutuhan
pengobatan, tindakan dan follow up.P rogram pengobatan ,tindakan dan
follow up perkembangan klien harus diberitahukan kepada klien dan
keluarganya. Klien juga harus diberikan pendidikan kesehatan tentang
pengertian ,tanda dan gejala yang mengidikasikan adanya masalah atau
komplikasi dan siapa yang harus dihubungi jika hal tersebut terjadi, pada
fase ini klien harus diberi kesempatan untuk bertanya

Pertanyaan yang mungkindiajukanperawatdalampengkajian


1) Jika anda pulang, Bagaimana anda merawat diri di rumah?
2) Dengan pertimbangan tindakan yang dilakkukan. Apa yang
anda butuhkan untuk merawat di rumah ?
3) Bantuan apa yang anda butuhkan ?
4) Apa bantuan yang anda punya di rumah ?
b. Mengantisipasi perubahan kebutuhan klien dan merencanakan terpenuhi
kebutuhan
1) Komunikasi dan interasi keluarga dengan klien dapat berubah setelah
klien pulang, misalnya klien membutuhkan alat bantu tertentu setelah
di rawat di rumah sakit
2) Perawat harus peka terhadap perubahan keperawatan tersebut dan
menentukan apa kebutuhan klien dan keluarga.
3) Perawat harus bias menjawab pertanyaan klien dan keluarganya.

Pertanyaan yang diajukan

1) Apakah kegiatan rutin keluarga berubah setelah klien pulang ?


2) Apakah keluarga dapat memberikan perawatan yang dibutuhkan
klien ?
3) Apakah klien dan keluarga membutuhkan assisten perawat di rumah
dari perawat ?
4) Apa sumber-sumber yang ada dikeluarga dan apa keteratasannya ?

c. Memastikan pelayanan berkelanjutan


1) Setelah kebutuhan klien teridentifikasi dan perencanaan telah dibuat,
perawat harus menyiapkan pelayanan berkelanjutan melalui koordinasi
2) pelayanan dengan klien dan tenaga pelayanan lain.
3) Perencanaan pulang tidak lengkap tanpa mempertimbangkan sumber –
sumber yang ada di masyarakat dan proses rujukan berdasarkan
kebutuhan klien.
4) Rujukan harus mempertimbangkan klien dan sumber yang tersedia
seperti asuransi kesehatan, keadaan financial dan lain-lain.

PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING TERKAIT TINDAKAN

Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dan tindakan latihan fisik yang diberikan
perawat dapat berlanjut setelah pasien pulang. Aktivitas fisik, khususnya latihan yang
meningkatkan kekuatan dan keseimbangan tungkai bawah dapat membantu agar pasien tidak
mudah jatuh. Apabila timbul masalah spastisitas (kekakuan) otot setelah stroke, hal tersebut
dapat dikurangi dengan memanaskan atau mendinginkan atau dengan latihan perenggangan
(ROM) pasif dan aktif

Gangguan bicara seperti disfasia atau afasia dialami sekitar 25% penderita stroke,
bahkan kehilangan sama sekali kemampuannya untuk bicara (Suwantara, 2004). Menurut
Agustina, dkk (2009) sebagai upaya untuk mencegah pasien stroke terkait masalah komunikasi
verbal yang terganggu, pasien stroke membutuhkan adanya bantuan untuk terapi bicara.

PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING TERKAIT PENCEGAHAN BERULANG

Perawat memeriksa ulang instruksi pemulangan dokter, melakukan instruksi pengambilan


obat-obatan dan menjelaskan tentang bagaimana pemberian obat dengan prinsip pemberian yang
benar, memberikan materi mengenai perubahan lingkungan rumah yang baik bagi pasien stroke,
khususnya untuk mencegah jatuh dan menanyakan kebutuhan akan alat-alat medis yang khusus
(kursi roda) berkaitan dengan perawatan pasien.
PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING TERKAIT PERTEMUAN

Keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Pasien stroke sangat
membutuhkan perhatian dan bantuan yang berasal dari orang-orang terdekatnya (keluarga) baik
saat di rawat di ruang rawat maupun saat telah pulang ke rumah. Dukungan keluarga pada pasien
stroke sangat dibutuhkan untuk mencapai proses penyembuhan/ pemulihan.

PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING TERKAIT PERENCANAAN TINDAK


LANJUT

1. Sebelum pasien dan keluarga meninggalkan rumah sakit perawat mengingatkan kembali
kepada keluarga untuk memahami keterbatasan pasien sehingga harus lebih sabar dalam
melakukan perawatan dirumah. Perawat dan dokter juga mengingatkan pasien dan keluarga
untuk datang kembali ke rumah sakit untuk melakukan kontrol kondisi pasien sesuai jadwal
yang ditetapkan.
2. Discharge Planning dan pengkajian fungsional seharusnya dimulai sesegera mungkin
setelah pasien dirawat di rumah sakit untuk menentukan kebutuhan rehabilitasi. Hal ini harus
tersedia di segala tingkat fasilitas kesehatan
3. Pencegahan sekunder dari stroke juga sangat penting pada saat discharge planning.
Pengobatan untuk menurunkan tekanan darah, kolesterol, terapi antipletelet, diabetes dan
atrial fibrilasi (apabila terdapatin dikasi) harus diresepkan ketika perencanaan pulang.
4. Pasien harus diberikan informasi tentang pentingnya dari kepatuhan pengobatan dan perilaku
kesehatan seperti berhenti merokok, modifikasi polamakan, mengurangi asupan natrium,
meningkatkan olahraga, mengurangi stres, dan asupan alkohol. Konseling dapat dilakukan
oleh dokter non-spesialis yang terlatih, petugas kesehatan non-dokter, atau kelompok sebaya
pada setting dengan fasilitas kesehatan yang minim. Pada tempat perawatan stroke yang lebih
maju hal ini dapat dilakukan oleh staff khusus.

IMPLIKASI KEPERAWATAN

1. Perawat diharapkan dapat memantau pelaksanaan discharge planning pasien stroke


seperti terapi ROM atau speech therapy
2. Perawat diharapkan dapat memberikan edukasi kepada keluarga mengenai pentingnya
tetap melakukan upaya rehabilitasi seperti rutin latihan ROM bagi pasien stroke post
perawatan serta edukasi mengenai medikasi, pola hidup sehat bagi pasien dan
perubahan lingkungan yang sesuai untuk pasien stroke yang akan dirawat di rumah.
3. Perawat diharapkan dapat memulai discharge planning sesegera mungkin, apabila
bisa dilakukan sejak hari pertama pasien masuk ke bangsal.

KESIMPULAN

1. Discharge planning memiliki tujuan utama memandirikan pasien dan keluarga


sehingga memungkinkan dilakukan perawatan di rumah tanpa memperburuk kondisi
pasien.
2. Discharge planning pada pasien stroke meliputi edukasi yang dilakukan oleh tenaga
medis maupun kesehatan mengenai aktivitas fisik serta latihannya, medikasi, pola
hidup sehat, perubahan lingkungan yang dilakukan, serta jadwal rutin kontrol ke
rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

1. Agustina, H. R., Ayu, P. P., &Irman, S. (2009). Kajian kebutuhan perawatan di


rumah bagi klien dengan stroke di rumah sakit umum daerah Cianjur.

2. American Stroke Association (2016). Innovation at Heart: Accelerating Progress to


Save Lives, an Annual Report.
http://www.strokeassociation.org/STROKEORG/AboutStroke/AboutStroke_UCM_308
529_SubHomePage.jsp
3. Marthalena Siahaan (2009). Pengaruh Discharge Planning Yang Dilakukan Oleh
Perawat Terhada pKesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi
Pemulangan di RSUP H. Adam Malik Medan. http://respository.USU.ac.id.
4. Nursalam & Efendi, F (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta :Salemba
Medika.
5. Perry & Potter. (2005). Fundamental Keperawatan. Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
6. Robbins, J., Stephanie, A. K., Ronald, E. G., Jacqueline, A. H., Angela, L. H., Gentry,
LR., et al. (2007). The effects of lingual exercice in stroke patients with
dysphagia. Arch Phys Med Rehabil, 10.1016/j.apmr.200.11.002.x.
7. Ulfah & Ahyana (2016). Pelaksanaan Discharge Planning pada Pasien Stroke di
Rumah Sakit Umum Daerah. Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh
8. Wahyuni, A., Nurrachmah, E., &Gayatri, D. (2012). Kesiapan pulang pasien penyakit
jantung koroner melalui penerapan discharge planning. Jurnal Keperawatan
Indonesia. Vol 15 no 3 hal. 151-158
9. Wulandari, dkk. 2011. Laporan hasil praktek manajemen di Ruang Boegenvile
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai