Anda di halaman 1dari 3

1

PENGEMBANGAN MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL


(MPKP) JIWA

Pendahuluan

Bencana yang tidak habis-habisnya, baik dibuat oleh manusia maupun kejadian alam
merupakan sumber stresor yang berat yang dapat mengakibatkan terjadinya berbagai
masalah kesehatan jiwa dari yang ringan sampai yang berat. Masalah kesehatan jiwa yang
ringan berupa masalah psikososial seperti kecemasan, psikosomatis bisa terjadi pada orang
yang mengalami bencana. Bahkan keadaan yang lebih berat seperti depresi dan psikosis
dapat terjadi bila orang yang mengalami masalah psikososial tidak ditangani dengan baik.

Penanganan yang cepat dan tepat masalah kesehatan jiwa memungkinkan hasil yang baik.
Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa pemulihan normal (25%) dan kemandirian (25%)
akan tercapai jika pasien gangguan jiwa ditangani dengan benar. Dengan fakta seperti ini
bahkan produktifitas pasien gangguan jiwa masih dapat diharapkan.

Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat (2005) dilanjutkan oleh Direktorat Bina Kesehatan
Jiwa (2006) Departemen Kesehatan Republik Indonesia menetapkan tatanan pelayanan
kesehatan jiwa dalam bentuk piramida. Piramida pelayanan kesehatan jiwa tersebut
menjabarkan bahwa pelayaan kesehatan jiwa bersifat berkesinambungan dari komunitas ke
rumah sakit dan sebaliknya. Pelayanan kesehatan jiwa dimulai di masyarakat dalam bentuk
pelayanan mandiri oleh pasien dan keluarganya. Pelayanan lanjutan berikutnya adalah di
Puskesmas, Rumah Sakit Umum, dan yang paling tinggi adalah pelayanan di rumah sakit
jiwa sebagai pelayanan rujukan tertinggi untuk kesehatan jiwa.

Upaya mewujudkan kesinambungan pelayanan kesehatan jiwa telah dimulai di Indonesia


yaitu di NAD dan NIAS, daerah yang terkena dampak gempa dan tsunami pada tahun 2004
yang lalu. Bentuk pelayanan yang diterapkan adalah pelayanan kesehatan jiwa di
masyarakat (Community Mental Health Nursing (CMHN)). Pelayanan kesehatan jiwa
masyarakat diberikan oleh perawat puskesmas yang dilatih BC-CMHN (Basic Course of
Community Mental Health Nursing). Program ini telah memperlihatkan hasil dengan
ditemukannya 2645 pasien di 11 kabupaten/kota di NAD dan 127 pasien di 2 kabupaten di
NIAS. Dari jumlah pasien tersebut baru 1088 yang dirawat di rumah oleh perawat CMHN
yang menghasilkan 346 orang mandiri, 512 perlu bantuan, dan 184 orang masih
memerlukan perawatan total.

Dengan keberhasilan program CMHN, maka diharapkan pasien yang tidak tertangani di
masyarakat akan dirujuk ke rumah sakit jiwa untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik
bahkan yang spesialistik. Tatanan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat telah
dikembangkan dengan baik di NAD. Tahap berikutnya adalah mengembangkan pelayanan
prima (excelelent service) yang profesional di rumah sakit jiwa Banda Aceh. Untuk itu akan
dikembangkan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP). Hal ini dimaksudkan agar
rumah sakit jiwa dapat berperan optimal sebagai rujukan tertinggi (top referral) pelayanan
kesehatan jiwa di NAD.

MPKP sebagai Pelayanan Prima Keperawatan

Pelayanan prima keperawatan dikembangkan dalam bentuk model praktek keperawatan


profesional (MPKP), yang pada awalnya dikembangkan oleh Sudarsono (2000) di Rumah
2

Sakit Ciptomangunkusumo dan beberapa rumah sakit umum lain. Menurut Sudarsono
(2000), MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia
yang ada yaitu:
1. Model praktek Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada yang sudah
doktor, sehingga praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di ruangan tersebut
juga dilakukan penelitian keperawatan, khususnya penelitian klinis.
2. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan spesialis yang
dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di ruangan ini digunakan hasil-
hasil penelitian keperawatan dan melakukan penelitian keperawatan.
3. Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode pemberian
asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Metode yang digunakan pada model
ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim yang disebut tim
primer.
4. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan
menuju profesional I.

MPKP di Rumah Sakit Jiwa

Di rumah sakit jiwa telah dikembangkan MPKP dengan memodifikasi MPKP yang telah
dikembangkan di rumah sakit umum. Beberapa modifikasi yang dilakukan meliputi 3 jenis
yaitu:
1. MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada yang berlatar belakang pendidikan
SPK, namun Kepala Ruangan dan Ketua Timnya minimal dari D3 Keperawatan
2. MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaganya minimal D3 Keperawatan.
3. MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan yaitu
MPKP I
MPKP dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3 keperawatan tetapi Kepala
Ruangan (Karu) dan Ketua Tim (Katim) mempunyai pendidikan minimal S1
Keperawatan.
MPKP II
MPKP Intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan dan mayoritas Sarjana
Ners keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa.
MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners keperawatan, sudah
memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan doktor keperawatan yang bekerja di
area keperawatan jiwa..

MPKP telah diterapkan di berbagai rumah sakit jiwa di Indonesia (Bogor, Lawang, Pakem,
Semarang, Magelang, Solo, dan RSUD Duren Sawit). Bentuk MPKP yang dikembangkan
adalah MPKP transisi dan MPKP pemula. Hasil penerapan menunjukkan hasil BOR
meningkat, ALOS menurun, angka lari pasien menurun. Ini menunjukkan bahwa dengan
MPKP pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan bermutu baik.
3

Berdasarkan pemikiran tersebut dipandang perlu pengembangan MPKP di RSJ Banda Aceh,
agar pelayanan di RSJ lebih spesialistik dan profesional. Pada modul ini akan
dikembangkan penatalaksanaan kegiatan keperawatan berdasarkan 4 pilar nilai profesional
yaitu management approach, compensatory reward, professional relationship dan patient
care delivery.

Pilar-pilar professional diaplikasikan dalam bentuk aktivitas-aktivitas pelayanan


professional yang dipaparkan dalam bentuk 4 modul. Modul-modul tersebut adalah:
Modul I : Manajemen Keperawatan
Modul II : Compensatory Reward
Modul III : Professional Relationship
Modul IV : Patient Care Delivery

Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP dengan model
MPKP pemula. Kegiatan tersebut dapat dikembangkan jika tenaga keperawatan yang
bekerja lebih berkualitas atau model MPKP telah meningkat ke bentuk MPKP Profesional.

Anda mungkin juga menyukai