Anda di halaman 1dari 30

KONSEP DASAR PENDIDIKAN DALAM KEPERAWATAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN, PEMBELAJARAN, PENGAJARAN


DAN BELAJAR
Belajar adalah proses perubahan peri laku secara aktif, proses
mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses y ang
diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman,
proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.
Dan Pembelajaran y ang diidentikkan dengan kata mengajar berasal
dari kata dasar ajar yang berarti petunjuk y ang diberikan kepada orang
supaya diketahui (di turut) ditambah dengan awalan pe dan akhiran an
menjadi pembelajaran, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau
mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. (KBBI).
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan i lmu dan pengetahuan, penguasaan kemahi ran dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik. (Wikipedia.com)
Istilah pembelajaran sama dengan instruction atau
pengajaran. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan.
(Purwadinata, 1967, hal 22). Dengan demikian pengajaran diartikan sama
dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan
belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah.
Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah
kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara
optimal.
B. PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM
Sistem pendidikan pada hakikatnya adalah seperangkat sarana yang
dipolakan untuk membudayakan nilai-nilai budaya masyarakat yang dapat
mengalami perubahan-perubahan bentuk dan model sesuai dengan tuntutan
kebutuhan hidup masyarakat dalam rangka mengejar cita-cita hidup yang
sejahtera lahir maupun batin.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979) menjelaskan pula
bahwa, Pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur
tujuan/sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan,
struktur/jenjang. Kurikulum dan peralatan/fasilitas.
P.H. Combs (1982) mengemukakan dua belas komponen pendidikan
seperti berikut:
1. Tujuan dan Prioritas
Fungsinya mengarahkan kegiatan sistem. Hal ini merupakan informasi
tentang apa yang hendak dicapai oleh sistem pendidikan dan urutan
pelaksanaannya.
2. Peserta Didik
Fungsinya ialah belajar. Diharapkan peserta didik mengalami proses
perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan umum pendidikan.
3. Manajemen atau Pengelolaan
Fungsinya mengkoordinasikan, mengarahkan, dan menilai sistem
pendidikan. Komponen ini bersumber pada sistem nilai dan cita-cita yang
merupakan informasi tentang pola kepemimpinan dalam pengelolaan
sistem pendidikan.
4. Struktur dan Jadwal Waktu
Fungsinya mengatur pembagian waktu dan kegiatan.
5. Isi dan Bahan Pengajaran
Fungsinya untuk menggambarkan luas dan dalamnya bahan pelajaran yang
harus dikuasai peserta didik.
6. Guru dan Pelaksana
Fungsinya menyediakan bahan pelajaran dan menyelenggarakan proses
belajar untuk peserta didik.
7. Alat Bantu Belajar
Fungsinya untuk memungkinkan terjadinya proses pendidikan yang lebih
menarik dan lebih bervariasi.
8. Fasilitas
Fungsinya untuk tempat terselenggaranya proses pendidikan.
9. Teknologi
Fungsinya memperlancar dan meningkatkan hasil guna proses pendidikan.
Yang dimaksud dengan teknologi ialah semua teknik yang digunakan
sehingga sistem pendidikan berjalan dengan efisien dan efektif.
10. Pengawasan Mutu
Fungsinya membina peraturan-peraturan dan standar pendidikan.
11. Penelitian
Fungsinya untuk memperbaiki dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan penampilan sistem pendidikan.
12. Biaya
Fungsinya melancarkan proses pendidikan dan menjadi petunjuk tentang
tingkat efesiensi sistem pendidikan.
Pendidikan sebagai suatu sistem dapat pula digambarkan dalam bentuk
model dasar input-output berikut ini.
Segala sesuatu yang masuk dalam sistem dan berperan dalam proses
pendidikan disebut masukan pendidikan. Lingkungan hidup menjadi sumber
masukan pendidikan.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pendidikan diantaranya: filsafat
negara, agama, sosial, kebudayaan, ekonomi, politik, dan demografi. Ketujuh
faktor ini merupakan supra sistem pendidikan.
Jadi, pendidikan sebagai suatu sistem berada bersama, terikat, dan tertenun di
dalam supra sistemnya yang terdiri dari tujuh sistem tersebut. Berarti
membangun suatu lembaga pendidikan baru atau memperbaiki lembaga
pendidikan lama, tidak dapat memisahkan diri dari supra sistem tersebut.

C. PRINSIP DASAR PENDIDIKAN


1. Pendidikan Agama yang diutamakan sehingga akan melahirkan insan
yang IMTAQ (Iman dan Taqwa)
2. Pendidikan harus berwawasan IPTEK (Ilmu Pangetahuan jo
Teknologi)
3. Pendidikan Akhlak, moral dan etika harus dimasukkan ke kurikulum,
karano awak kini alah banyak yang krisis moral, etika dan Akhlak.
4. Pendidikan berorientasi kepada KOMPENTENSI dan KAPASITAS.
5. Pendidikan berwawasan lingkungan harus diterapkan sejak dini, untuk
memberikan pembelajaran dan perkenalan pada warisan memelihara
lingkungan hidup.
6. Pendidikan harus menanamkan rasa persaudaraan, rasa saling berbagi
antar sesama, menggalakkan rasa gotong royong dan kerjasama.
7. Pendidikan jangan teralalu pada pendekatan BISNIS, sehingga kalau
bisnis yang diutamokan, maka KUALITAS akan tereliminasi

D. TEORI-TEORI BELAJAR DAN TEORI MOTIVASI


Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori
belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikologi. Dalam tautan di bawah ini
akan dikemukakan empat jenis teori belajar, yaitu: (A) teori behaviorisme; (B)
teori belajar kognitif menurut Piaget; (C) teori pemrosesan informasi dari
Gagne, dan (D) teori belajar gestalt.
1. Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang
individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek
aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya
kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa
sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan
behaviorisme ini, diantaranya :
a. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing
menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
1) Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan
efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan
semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang
dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi
antara Stimulus- Respons.
2) Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi
bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan
pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan
kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu.
3) Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan
Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan
semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
b. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing
menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
1) Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang
dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan
(yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan
stimulus lainnya akan meningkat.
2) Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang
dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent
conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan
reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
c. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus
dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum
belajar, diantaranya :
1) Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi
dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
meningkat.
2) Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant
telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi
stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun
bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa
efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant
conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek
yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya
adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah
respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan
stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
d. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational
learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru
dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan
penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku
individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond),
melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara
lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar
belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama
dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan
penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih
memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan
punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku
sosial mana yang perlu dilakukan.
Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang
mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang
menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan
teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode
Ambang (the treshold method), metode meletihkan (The Fatigue
Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible
Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan
dorongan.
2. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai
pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang
banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan
kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu.
Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat
tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete
operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang
proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi.
James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah the
process by which a person takes material into their mind from the
environment, which may mean changing the evidence of their senses to
make it fit dan akomodasi adalah the difference made to ones mind or
concepts by the process of assimilation
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta
didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan
obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan
dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak
memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi
dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari
lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh
karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berfikir anak.
b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi
lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat
berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi
tidak asing.
d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling
berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
3. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran
merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut
Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi,
untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk
mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu.
Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase
yaitu:
a. Motivasi
b. Pemahaman
c. Pemerolehan
d. Penyimpanan
e. ingatan kembali
f. generalisasi
g. perlakuan dan
h. umpan balik.
4. Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti
sebagai bentuk atau konfigurasi. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa
obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan
yang terorganisasikan.
a. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang
terpenting yaitu :
1) Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu
menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua
yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek
seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan
figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-
samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan
figure.
2) Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan
(baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan
dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
3) Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan
cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek yang saling
memiliki.
4) Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang
pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan
dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
5) Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata
bidang pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler
dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan
susunan simetris dan keteraturan; dan
6) Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi
kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
b. Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:
1) Perilaku Molar hendaknya banyak dipelajari dibandingkan
dengan perilaku Molecular. Perilaku Molecular adalah
perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar,
sedangkan perilaku Molar adalah perilaku dalam keterkaitan
dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah,
bermain sepakbola adalah beberapa perilaku Molar. Perilaku
Molar lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku
Molecular.
2) Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan
antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral.
Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada,
sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang
nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah
sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal
kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan
hutan yang lebat (lingkungan geografis).
3) Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur
atau suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap
keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan
kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan
sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan
awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu.
4) Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah
merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu
reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses
yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan
yang diterima.
c. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
1) Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan
yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran,
hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu
kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek
atau peristiwa.
2) Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning);
kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang
pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas
makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang
dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan
masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan
alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik
hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses
kehidupannya.
3) Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah
pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan
stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan
yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika
peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena
itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas
pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami
tujuannya.
4) Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu,
materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan
situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
5) Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku
dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut
pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan
pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu
untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain
dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya
penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran
dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi).
Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap
prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan
generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan
masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat
membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok
dari materi yang diajarkannya.

E. KONDISI BELAJAR
1. Definisi Kondisi Belajar
Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi
proses dan hasil belajar. Definisi lain tentang kondisi belajar adalah suatu
yang mana terjadi aktifitas pengetahuan dan pengalaman melaluiberbagai
proses pengolahan mental. Sedangkan menurut Gagne dalambukunya
Condition of learning (1977) menyatakan The occurence of learningis
inferred from a difference in human beings performance before and after
being placed in a learning situation.
Terjadinya belajar pada manusia terdapat perbedaan dalam
penampilan/ kinerja manusiasebelum dan sesudah ia ditempatkan pada
situasi belajar. Dengan katalain ia menyatakan bahwa kondisi belajar
adalah suatu situasi belajar (learning situation) yang dapat menghasilkan
perubahan perilaku (performance) pada seseorang setelah ia ditempatkan
pada situasi tersebut.
Gagne membagi kondisi belajar atas dua, yaitu:
a. Kondisi internal (internal condition)
kemampuan yang telah ada pada diri individu sebelum ia mempelajari
sesuatu yang baru yang dihasilkan oleh seperangkat proses
transformasi (ingat information processing theory Gagne).
b. Kondisi Eksternal (eksternal condition)
ituasi perangsang di luar diri si belajar. Kondisi belajar yang
diperlukan untuk belajarberbeda-beda untuk setiap kasus. Begitu pula
dengan jeniskemampuan belajar yang berbeda akan
membutuhkankemampuan belajar sebelumnya yang berbeda dan
kondisieksternal yang berbeda pula.
2. Kondisi Belajar Untuk Berbagai Jenis Belajar
Gagne (dalam Richey, 2000) menyatakan bahwa dibutuhkanbelajar yang
efektif untuk berbagai jenis/ kategori kemampuan belajar.Kondisi belajar
dibagi atas lima kategori belajar sebagai berikut:
a. Keterampilan intelektual (Intellectual Skill):
untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah
pengambilan kembali keterampilan keterampilan bawahan (yang
sebelumnya), pembimbing dengan kata-kata atau alat
lainnya,pendemonstrasian penerapan oleh siswa dengan
diberikanbalikan, pemberian review.
b. Informasi verbal (Verbal Information):
untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah
pengambilan kembalikonteks dari informasi yang bermakna,
kinerja(performa nce) daripengetahuan baru yang konstruktsi, balikan
c. Stategi kognitif (Cognitive Strategy/problem solving):
untuk jenisbelajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah
pengambilankembali aturan-aturan dan konsep-konsep yang
relevan,penyajian situasi masalah baru yang berhasil,
pendemonstrasiansolusi oleh siswa.
d. Sikap(Attitude):
untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah
pengambilan kembali informasi danketerampilan intelektual yang
relevan dengan tindakan pribadiyang diharapkan. Pembentukan atau
pengingatan kembali modelmanusia yang dihormati, penguatan
tindakan pribadi denganpengalaman langsung yang berhasil maupun
yang dialami olehorang lain dengan mengamati orang yang dihormati.
e. Keterampilan motorik (Motor Skill):
untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah
pengambilan kembali rangkaianunsur motorik, pembentukan atau
pengingatan kembalikebiasaan-kebiasaan yang dilaksanakan, pelatiahn
keterampilan-keterampilan keseluruahn, balikan yang tepat.
3. Masalah-masalah Belajar Internal dan Eksternal
Secara umum kondisi belajar internal dan eksternal akan mempengaruhi
belajar. Kondisi itu antara lain,
a. pertama, lingkunganfisik.
Lingkungan fisik yang ada dalam proses dan di sekitar
prosespembelajaran memberi pengaruh bagi proses belajar.
b. Kedua , suasana emosional siswa.
Suasana emosional siswa akan memberi pengaruh dalam proses
pembelajaran siswa. Hal ini bisa dicermati ketika kondisiemosional
siswa sedang labil maka proses belajarpun akan mengalamigangguan.
c. Ketiga , lingkungan sosial.
Lingkungan sosial yang berada disekitar siswa juga turut
mempengaruhi bagaiman seorang siswa belajar.
Di bawah ini adalah masalah-masalah belajar yang bersifat internal dan
masalah-masalah yang bersifat eksternal:
a. Masalah belajar internal
Masalah yang timbul dari dalam diri siswa atau faktor-faktor internal
yang ditimbulkan ketidakberesan siswa dalam belajar. Faktor internal
berasal dari dalam dirianak itu sendiri, seperti:
1) Kesehatan
2) Rasa aman
3) Faktor kemampuan intelektual
4) Faktor afektif seperti perasaan dan percaya diri
5) Motivasi
6) f.Kematangan untuk belajar
7) Usia
8) Kematangan untuk belajar
9) Usia
10) Jenis kelamin
11) Latar belakang sosial
12) Kebiasaan belajar
13) Kemampuan mengingat
14) kemampuan penginderaan seperti: melihat, mendengar atau
merasakan.
Dengan pemahaman di atas maka dapat dikemukakan bahwa masalah-
masalah belajar internal dapat bersifat:
1) Biologis
Masalah yang bersifat biologis artinya menyangkut masalah
yangbersifat kejasmanian, seperti kesehatan, cacat badan, kurang
makandan sebagainya.
2) Psikologis.
Masalah yang bersifat Psikologis adalah masalahyang bersifat
psikis seperti perhatian, minat, IQ, konstelasi psikis yangterwujud
emosi dan gangguan psikis.
b. Masalah belajar eksternal
Masalah-masalah yang timbul dari luar diri siswa sendiri atau faktor-
faktor eksternal yang menyebabkan ketidak beresan siswa dalam
belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa,
seperti:
1) Kebersihan rumah
2) Udara yang panas
3) Ruang belajar yang tidak memenuhi syarat
4) Alat-alat pelajaran yang tidak memadai
5) Lingkungan sosial maupun lingkungan alamiah
6) f.Kualitas proses belajar mengajar.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Belajar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun faktor
eksternal:
a. Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri siswa baik
kondisi jasmani maupun rohani siswa. Faktor Internal dibedakan
menjadi:
1) Faktor Fisiologis.
Faktor Fisiologis adalah suatu kondisi yang berhubungan
dengankeadaan jasmani seseorang, misalnya tentang fungsi organ-
organ, dansusunan-susunan tubuh yang dapat mempengaruhi
semangat danintensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Faktor
Fisiologis yang dapatmempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
a) Tonus (kondisi) badan
Kondisi jasmani pada umumnya dapat dikatakan
melatarbelakangi kegiatan belajar. Keadaan jasmani yang
optimal akan berbeda sekalihasil belajarnya bila dibandingkan
dengan keadaan jasmani yanglemah. Sehubungan dengan
keadaan atau kondisi jasmani tersebut,maka ada dua hal yang
perlu diperhatikan, yaitu:
(1) Cukupnya nutrisi (nilai makanan dan gizi), yaitu:
Tubuh yang kekurangan gizi makanan, akan mengakibatkan
merosotnya kondisi jasmani. Sehingga, menyebabkan
seseorangbelajarnya menjadi cepat lesu, mengantuk, dan
tidak adasemangat untuk belajar. Pada akhirnya siswa tidak
dapatmencapai hasil belajar yang diharapkan.
(2) Beberapa penyakit ringan yang diderita
Dapat berupa pilek, sakit gigi, batuk, dan lain sejenisnya.
Semua itu tentu akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
b) Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu
Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang dapat
mempegaruhikegiatan belajar di sini adalah fungsi-fungsi
panca indera. Panca inderayang memegang peranan penting
dalam belajar adalah mata dantelinga. Apabila mekanisme mata
dan telinga kurang berfungsi, maka tanggapan yang
disampaikan dari guru, tidak mungkin dapat diterimaoleh anak
didik. Jadi, siswa tidak dapat menerima dan memahamibahan-
bahan pelajaran, baik yang langsung disampaikan oleh
guru,maupun melalui buku bacaan.
2) Faktor Psikologis
Faktor Psikologis adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan
keadaan kejiwaan siswa. Faktor Psikologis dapat dibedakan
menjadi:
a) Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki anak
untukmencapai keberhasilan. Bakat anak akan dimulai tampak
sejak ia dapatberbicara atau sudah masuk Sekolah Dasar (SD).
Bakat yang dimilikisetiap anak tidaklah sama. Bakat akan
dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar anak
dalam bidang-bidang studi tertentu.Jadi, merupakan hal yang
tidak bijaksana apabila orang tuamemaksakan kehendaknya
untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan atau keahlian
tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakatyang dimiliki
anaknya. Dengan tidak adanya fektor penunjang danusaha
untuk mengembangkannya, maka bakat tersebut lama
kelamaanakan punah. Untuk itu agar kegiatan belajar berhasil
dengan didasaribakat tersebut maka harus adanya faktor
penunjang. Di antaranya,fasilitas untuk sarana, pembiayaan,
dan dorongan moral dari orang tuaserta minat yang dimiliki.

b) Minat
Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
ataukeinginan yang besar untuk sesuatu. Dalam minat, ada dua
hal yangharus diperhatikan:
(1) Minat Pembawaan
Minat ini muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain, baik kebutuhan maupun lingkungan.
(2) Minat yang muncul karena adanya pengaruh dari luar
Minat seseorang bisa saja berubah karena adanya
pengaruhlingkunga dan kebutuhan. Spesialisasi bidang
studi9 yang tidaksesuai dengan minatnya, tidak mempunyai
daya tarik baginya.
c) Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan psiko-fisik untuk
mereaksirangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan carayang tepat. Kemampuan dasar yang
tinggi pada anak, memungkinkananak untuk dapat
menggunakan pikirannya untuk belajar danmemecahkan
mpersoalan-persoalan baru secara tepat, cepat, danberhasil.
Sebaliknya, jika tingkat kemampuan dasar anak rendah
makadapat mengakibatkan ank mengalami kesulitan dalam
belajar.
d) Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal manusia yang
mendorongmanusia untuk berbuat sesuatu. Fungsi motivasi
adalah mendorongsesorang untuk interes pada kegitan yang
akan dikerjakan, menentukanarah perbuatan, yakni ke arah
tujuan yang hendak dicapai, danmendorong seseorang untuk
pencapaian prestasi, yakni dengan adanyamotovasi yang baik
dalam belajar, akan menunjukkan hasil belajar yangbaik pula.

b. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri siswa. Faktor
Eksternal dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1) Faktor Sosial
Faktor sosial dibagi menjadi beberapa lingkungan, yaitu:
a) Lingkungan keluarga,yaitu:
(1) Orang tua
Dalam kegiatan belajar, seorang anak perlu diberi dorongan
danpengertian dari orang tua. Apabila anak sedang belajar,
anak jangandiganggu dengan tugas rumah. Orang tua
berkewajiban memberipengertian dan dorongan serta
semaksimal mungkin membantu dalammemecahkan
masalah-masalah yang dihadapi anak di sekolah.
Didikanorang tua yang kurang baik akan berpengaruh tidak
baik pula terhadapkondisi anak dalam kegiatan belajar.
(2) Suasana rumah
Hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis
akanmenimbulakan suasana kaku dan tegang dalam
berkeluarga yangmenyebabkan anak kurang bersemangat
untuk belajar. Sedangkan suasana rumah yang akrab,
menyenangkan dan penuh kasih sayang, akan memberikan
dorongan belajar yang kuat bagi anak.
(3) Kemampuan ekonomi keluarga
Hasil belajar yang baik, tidak dapat diperoleh hanya
denganmengandalkan keterangan-keterangan yang
diberikan oleh guru didepan kelas, tetapi juga alat-alat
belajar yang memadai, sepertibuku,pensil, pena, peta,
bahkan buku bacaan. Sedangkan sebagian besar,alat-alat
pelajaran harus disediakan sendiri oleh murid
yangbersangkutan. Bagi orang tua yang keadaan
ekonominya kurang memadai, sudah barang tentu tidak
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya itu secara
maksimal. Maka murid akanmenanggung resiko yang tidak
diharapkan.
(4) )Latar Belakang Kebudayaan
Tingkat pendidikan dan kebiasaan dalam keluarga,
akanmempengaruhi sikap anak dalam belajar. Jadi, anak-
anak hendaknyaditanamkan kebiasaan yang baik agar
mendorong anak untuk belajar.
b) Lingkungan Guru, yaitu:
(1) Interaksi guru dan murid
Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara rutin
akanmenyebabkan proses belajar menjadi kurang lancar,
dan menyebabkananak didik merasa ada distansi (jarak)
dengan guru, sehingga seganuntuk berpartisipai aktif dalam
kegiatan belajar mengajar.
(2) Hubungan antar murid
Guru yang kurang bisa mendekati siswa dan kurang
bijaksana,maka tidak akna mengetahui bahwa di dalam
kelas ada grup yangsaling bersaing secara tidak sehat.
Suasana kelas semacam ini sangattidak diharapkan dalam
proses belajar. Untuk itu maka, guru harusmampu membina
jiwa kelas supaya dapat hidup bergotong-royongdalam
belajar bersama, hal ini dimaksudkan agar kondisi
individualsiswa berlangsung dengan baik.
(3) Cara penyajian bahan pelajaran
Guru yang hanya bisa mengajar dengan metode ceramah
saja, membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan
hanya mencatat saja. Guru yang progresif, adalah guru
yang mencoba metode-metode baru, yang dapat membantu
dalam meningkatkan kondisi belajar siswa.
c) Lingkungan Masyarakat, yaitu:
(1) TemanBergaul
Pergaulan dan teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam
danmembentuk kepribadian dan sosialisasi anak. Orang tua
harusmemperhatikan agar anak-anaknya jangan sampai
mendapat temanbergaul yang memiliki tingkah laku yang
tidak diharapkan. Karenaprilaku yang tidak baik, akan
mudah sekali menular kepada anak lain.
(2) Pola Hidup Lingkungan
Pola hidup tetangga yang berada di sekitar rumah di mana
anak ituberada, punya pengaruh besar terhadap
pertumbuhan danperkembangan anak. Jika anak berada di
kondisi masyarakat kumuhyang serba kekurangan, dan
anak-anak pengangguran misalnya, akansangat
mempengaruhi kondisi belajar anak, karena ia akan
mengalamikesulitan ketika memerlukan teman belajar atau
berdiskusi ataumeminjam alat-alat belajar.
(3) Kegiatan dalam masyarakat
Kegiatan dalam masyarakat dapat berupa karang taruna,
menari,olah raga, dan lain sebagainya. Bila kegiatan
tersebut dilakukan secaraberlebihan, tentu akan
menghambat kegiatan belajar. Jadi, orang tuaperlu
memperhatikan kegiatan anak-anaknya.
(4) Mass Media
Mass media adalah sebagai salah satu faktor penghambat
dalambelajar. Misalnya, bioskop, radio, video-kaset, novel,
majalah, dan lain-lain. Banyak anak yang terlalu lama
menonton TV, membaca novel,majalah yang tidak
dibertanggung jawabkan dari segi pendidikan.Sehingga,
mereka akan lupa akan tugas belajarnya. Maka dari itu,
bukubacaan, video-kaset, majalah, dan mass media lainnya
perlu diadakanpengawasan yang ketat dan diseleksi dengan
teliti.
2) Faktor Non-sosial
Faktor non-sosial adalah sebagai berikut:
a) Sarana dan prasarana sekolah, adalah sebagai berikut:
(1) Kurikulum
Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri pada
suatu kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan sekolah
adalah kurikulumnasional yang disahkan oleh pemerintah,
atau suatu kurikulum yangdisahkan oleh suatu yayasan
pendidikan.
Kurikulum pada dasarnya disusun berdasarkan tuntutan
zaman dan kemajuan masyarakat yang didasarkan suatu
rencana pembangunanlima tahunan yang diberlakukan
pemerintah. Dengan kemajuan danperkembangan
masyarakat, timbul tuntunan kebutuhan baru, akibatnya
kurikulum perlu dikonstruksi yang menimbulkan lahirnya
kurikulum baru.
Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah.
Masalah-masalah itu adalah:
(a) Tujuan yang akan dicapai mungkin berubah, bila tujuan
berubahmaka pokok bahasan, kegiatan belajar
mengajar, dan evaluasi akanberubah. Sekurang-
kurangnya, kegiatan belajar mangajar perludiubah,
(b) Isi pendidikan berubah; akibatnya buku-buku pelajaran
dan bukubacaan serta sumber yang lain akan berubah.
Hal ini menimbulkananggaran pendidikan disemua
tingkat,
(c) Kegiatan belajar mengajar berubah, akibatnya guru
harusmempelajari strategi, metode, teknik, dan
pendekatan mengajaryang baru. Bila pendekatan belajar
berubah, maka kebiasaan siswaakan mengalami
perubahan, dan
(d) Evaluasi berubah; akibatnya guru akan mempelajari
metode danteknik evaluasi belajar yang baru. Bila
evaluasi berubah, maka siswaakan mempelajari cara-
cara belajar yang sesuai dengan ukuranlulusan yang
baru.
(2) Media pendidikan
Media pendidikan dapat berupa buku-buku di
perpustakaan,laboratorium, LCD, komputer dan lain
sebagainya. Pada umumnya,sekolah masih kurang memiliki
media tersebut, baik dalam jumlahmaupun
kualitas.Lengkapnya media pendidikan merupakan
kondisibelajar yang baik. Hal itu tidak berarti bahwa
lengkapnya mediapendidikan menentukan jaminan
terselenggaranya proses belajar yangbaik. Justru disinilah
timbul masalah bagaimana mengelola mediapendidikan
sehingga terselenggara proses belajar yang berhasil baik.
Media pendidikan dalam proses belajar adalah barang
mahal.Barang-barang tersebut dibeli dengan uang
pemerintah dan uangmasyarakat. Maksud pembelian
tersebut adalah untuk mempermudahsiswa belajar. Dengan
tersedianya media pendidikan berarti menuntutguru dan
siswa dalam menggunakannya.
Peranan guru adalah sebagai berikut:
(a) memelihara, mengatur media untuk menciptakan
suasana belajar yang menggembirakan,
(b) Memelihara dan mengatur sasaran pembelajaran yang
berorientasi pada keberhasilan siswa belajar, dan
(c) mengorganisasi belajar siswa sesuai dengan prasarana
dan sarana secara tepat guna.
Peranan siswa sebagai berikut:
(a) ikut serta dan berperan aktif dalam pemanfaatan media
pendidikan secara baik,
(b) ikut serta dan berperan aktif dalam pemanfaatan media
pendidikan secara tepat guna,
(c) menghormati sekolah sebagai pusat pembelajaran
dalam rangka pencerdasan kehidupan generasi muda
bangsa.
(3) Keadaan gedung
Dengan banyaknya jumlah siswa yang membeludak,
keadaangedung dewasa ini masih sangat kurang. Mereka
harus duduk berjejal-jejal di dalam kelas. Faktor ini tentu
menghambat lancarnya kondisibelajar siswa. Keadaan
gedung yang tua dan tidak direnovasi, sertakenyamanan
dan kebersihan di dalam kelas yang masih kurang. Hal
itu,dapat menimbulkan ketidak nyamanan siswa dalam
belajar. Sehinggakegiatan belajar mengajar tidak dapat
berjalan dengan baik.
(4) Sarana Belajar
Sarana belajar di sekolah, juga akan mempengaruhi kondisi
belajarsiswa. Perpustakaan yang tidak lengkap, papan tulis
yang sudah buram,laboratorium yang darurat atau tidak
lengkap, tempat praktikum yangtidak memenuhi syarat,
tentu akan mempengaruhi kualitas belajar, danpada
akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Adakalanyajuga, sarana yang sudah begitu lengkap tidak
disertai dengan sistempelayanan yang ramah. Contohnya,
pegawai perpustakaan yangcenderung tidak ramah, dan
tidak membantu, peraturan-peraturan yangtidak
memberikan layanan yang jelas terhadap pemakai sarana,
sikaparogan petugas menganggap bahwa pusat-pusat
layanan itu adalahmiliknya karena ia mempunyai otoritas.
(5) Waktu belajar
Karena keterbatasan gedung sekolah, sedangkan jumlah
siswabanyak, maka ada siswa yang harus terpaksa sekolah
di siang hinggasore hari. Waktu di mana anak-anak harus
beristirahat, tetapi harusmasuk sekolah. Mereka
mendengarkan pelajaran sambil mengantuk.Berbeda
dengan anak yang belajar di pagi hari. Sebab, pikiran
merekamasih segar, dan jasmani dalam kondisi baik.
Karena belajar di pagihari, lebih efektif daripada belajar
pada waktu lainnya. Oleh karena itualangkah baiknya
kegiatan belajar di sekolah dilaksanakan pada pagi hari.
(6) Rumah
Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta
perkampunganyang terlalu padat dan tidak memiliki sarana
umum untuk anak, akanmendorong siswa untuk berkeliaran
ke tempat-tempat yang sebenarnyatidak pantas dikunjungi.
Kondisi rumah dan perkampungan seperti inijelas
berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.
(7) Alam
Hal ini dapat berupa keadaan cuaca yag tidak mendukung
anakuntuk melangsungkan proses belajar mengajar.
Kalaupun berlangsung,tentu kondisi belajar siswa akan
kurang optimal.
5. Cara Mendiagnosa Masalah Belajar dan Mengatasinya
Yang dimaksud dengan proses mendiagnosis adalah prosespemeriksaan
terhadap suatu gejala yang tidak beres. Diagnosis masalahbelajar
dilakukan jika guru menandai atau mengidentifikasi adanyakesulitan
belajar pada muridnya. Diagnosis masalah belajar dilakukan secara
sistematis dan terarah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi adanya masalah belajar
Untuk mengidentifikasi masalah belajar diperlukan
seperangkatketerampilan khusus, sebab kemampuan mengidentifikasi
yangberdasarkan naluri belakang kurang efektif.Gejala-gejala
munculnyamasalah belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk,
biasanya munculdalam bentuk perubahan perilaku yang menyimpang
atau dalammenurunnya hasil belajar. Perilaku yang menyimpang juga
muncul dalam berbagi bentuk seperti: suka mengganggu teman,
merusak alat- alat pembelajaran dan lain sebagainya.
b. Menelaah atau menetapkan status siswa
Penelaahan dan penetapan status murid dilakukan dengan cara:
1) Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan dari murid
2) Menetapkan tingkat ketercapaian tujuan khusus oleh murid dengan
menggunakan teknik dan alat yang tepat.
3) Menetapkan pola pencapaian murid, yaitu seberapa jauh ia berbeda
dari tujuan yang ditetapkan itu.
c. Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar
Membuat perkiraan yang tepat adalah suatu perbuatan yangkompleks
yang keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh berbagaifaktor.
Beberapa prinsip yang harus diingat dalam memperkirakansebab
terjadinya masalah belajar:
1) Gejala yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda
2) Sebab yang sama dapat menimbulkan gejala yang berbeda
3) Berbagai penyebab dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan
gejala masalah yang makin kompleks.

F. PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT


Seperti dikemukakan oleh Andrias Harefa (2000) bahwa pembelajaran
akan mampu membuat manusia tumbuh dan berkembang sehingga
berkemampuan, menjadi dewasa dan mandiri. Manusia mengalami
transformasi diri, dari belum/tidak mampu menjadi mampu atau dari
ketergantungan menjadi mandiri. Dan, transformasi diri ini seharusnya terus
terjadi sepanjang hayat, asalkan ia tidak berhenti belajar, asal ia tetap
menyadari keberadaannya yang bersifat present continuous, on going process,
atau on becoming. Persoalannya adalah, sebagian besar manusia tidak
mendisiplinkan dirinya untuk tetap belajar tanpa henti. Sebagian besar
manusia berhenti belajar setelah merasa dewasa. Sikap gede rasa ini umumnya
disebabkan oleh kebodohan yang bersifat sosial dan mental/ psiko-spiritual.
Sebagian orang merasa telah dewasa karena telah berusia di atas 17
atau 21, atau telah selesai sekolah atau kuliah, telah memiliki gelar akademis,
telah memiliki pasangan hidup, telah memiliki pekerjaan dan jabatan yang
memberinya nafkah lahiriah. Hal-hal itu telah membuat mereka berhenti
belajar, sehingga tidak lagi mengalami transformasi-transformasi dalam
kehidupannya, sehingga mereka tidak siap mengantisipasi perubahan-
perubahan yang timbul. Sebaliknya bagi mereka yang senantiasa menjadikan
proses belajar merupakan bagian dari kehidupannya mereka akan senantiasa
siap mengantisipasi perubahan yang timbul atau bahkan perubahan yang
diperoleh mereka sebagai akibat langsung dari proses belajar yang senantiasa
mereka lakukan. Konsekwensi perubahan yang terjadi akan menjadi titik tolak
bagi mereka untuk senantiasa terus belajar on becoming a learner istilah
yang dipakai Andrias Harefa- untuk selalu siap mengantisipasi perubahan
yang akan muncul lagi sebab perubahan merupakan sesuatu yang abadi,
selamanya akan muncul on and on.

G. PERBEDAAN PEMBELAJARAN ANAK DAN DEWASA


Sejak kita lahir kita telah mengenal pengetahuan yang terutama
diajarkan oleh ibu. Sesuai dengan perintah dalam agama Islam bahwa kita
harus membaca, membaca tidak hanya dalam artian harfiah, membaca
keadaan sekeliling, keadaan di desa, keadaan di kota, di pegunungan, di
lautan, membaca dengan semua panca indera yang diberikan yang maha
pencipta.
Menurut Andrias Harefa dalam bukunya Mengasah Paradigma
Pembelajar, belajar adalah proses humanisasi. Mulai dari proses penyadaran
diri sendiri menuju proses pembelajaran sampai akhirnya dengan sendirinya
menjadi proses pembiasaan.
Banyak yang berpendapat bahwa ketika kita di bangku pra SD, SD,
SMP, SMU sampai perguruan tinggi hanya merupakan formalitas dan sebuah
cara untuk mencari pekerjaan. Padahal banyak juga yang tidak lulus
pendidikan formal namun menjadi orang-orang yang berhasil misalnya Bill
Gates, Bob Sadino, dan masih banyak lagi.
Untuk lebih memaknai proses humanisasi telah disebutkan pula dalam
surat Adz Dzariyat ayat 56 sudah dikatakan bahwa manusia dan jin semua
diciptakan untuk beribadah pada Allah SWT. Salah satu cara beribadah adalah
dengan cara belajar sebanyak-banayaknya supaya ibadah lebih bermakna.
Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda, "Perumpamaan orang yang
mempelajari Ilmu di waktu kecil seperti memahat batu, sedangkan
perumpamaan mempelajari ilmu ketika dewasa adalah seperti menulis di atas
air."
Tidak mudah memahat sebuah batu namun akan lebih tidak mudah
untuk menulis di atas air. Sedemikian penting masalah pendidikan pada masa
kanak-kanak karena dari merekalah akan lahir generasi yang akan melakukan
suatu keajaiban dan membangunkan umat dari tidurnya.
Dalam buku Mendidik Anak Bersama Nabi, karangan Muhammad
Suwaid, disebutkan bahwa menumbuhkan kecintaan pada anak-anak adalah
salah satu metode supaya mereka memasuki proses penyadaran akan
pentingnya ilmu. Dan akan melahirkan pembiasaan sampai dewasa untuk
menuntut ilmu sehingga terbiasa melakukan sesuatu sesuai ilmu pengetahuan.
Ketika dewasa diharpkan dapat bekerja dengan kualitas tinggi tanpa sadar
karena terbiasa mengerjakan sesuatu dengan kemampuan yang luar biasa.
Dalam berbagai segmen orang yang diajarkan hal-hal yang utama
diperhatikan yaitu bagaimana pengajar dapat mengembangkan kemampuan
orang yang belajar dalam psikomotorik, kognitif, dan afektif.
Pada anak-anak , mereka cenderung untuk harus dikenalkan banyak
hal dibanding pada orang dewasa. Karena masa kanak-kanak dan remaja
berbeda dengan orang dewasa, maka proses pembelajaran bagi orang dewasa
tentu haruslah berbeda dengan dunia sekolah pada umumnya. Perbedaan
utama pada materi yang diajarkan, metode mengajar dan latihan maupun
evaluasi yang diberikan.
Seiring dengan beranjak dewasa, kemampuan analisis lebih menonjol
terutama dalam mengaplikasikan materi yang diajarkan. Untuk mendapatkan
hasil yang berkualitas pada pengajaran orang dewasa, maka diperlukan
pengajar yang juga berkualitas, mampu mengintegrasikan agama pada materi,
mampu membuat pelajar dewasa lebih aktif berpartisipasi serta memacu dalam
kreativitas.
Mengajar segmen apapun tidak bisa dibilang mudah karena semua
segmen memiliki tingkat kendala yang berbeda terutama dari aspek fisik dan
psikologi.
Materi pada anak-anak lebih sedikit namun mereka cenderung belum
mengenal pengetahuan yang luas, disitu pengajar terpacu untuk mengeluarkan
kemampuan supaya anak-anak mengerti dengan materi yang disampaikan
secara sederhana. Karena mereka sangat simpel membuat pengajar lebih
memperkecil materi pada hal-hal di sekitar anak-anak. Sedang pada orang
dewasa, mereka cenderung telah banyak mengenal pengetahuan. Dalam hal ini
pengajar terpacu utuk mengaktifkan otak kanan maupun kiri dari orang
dewasa dalam penerapan.
Seperti yang dikatakan Elizabeth B. hurlock dalam buku
Perkembangan Anak, bahwa pembelajaran pada anak ditekankan untuk
pembentukan sikap, perilaku emosional maupun karakter individu.
Pembentukan motorik tangan dan kaki melaui pelatihan keterampilan diri,
kelompok, dalam menulis, menggambar, mewarnai. Perkembangan
komunikasi dengan membangun kosakata, belaja mengucapkan kata,
menggabungkan kata menjadi kalimat yang betul secara tata bahasa.
Perkembangan emosi dan sosial serta perkembangan bermain.
Dalam proses pembelajaran orang dewasa, telah banyak melewati fase-
fase diatas menuju fase yang lebih kompleks. Dengan tingkat emosional dan
karakter yang terbentuk dari masa kecilnya. Diperlukan guru yang bersih
hatinya dan dapat menyeimbangkan dengan karakter murid dewasa. Salah satu
fungsi pengajar pada orang dewasa sebgai fasilitator, karena individu dewasa
cenderung telah mengetahui kompetensi masing-masing dan labih siap karena
mereka sudah mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai. Sehingga siswa
dewasa dapat dilibatkan dalam menyiapkan bahan alat atau model dalam
kegiatan belajar. Siswa dapat diajak lebih aktidf berdiskusi mupun membuat
presentasi sebagai laporan kegiatan. Akifitas belajar pada orang dewasa dapat
dilakukan dalam kelas maupun setelah diluar jam pelajaran dengan melakukan
forum diskusi kelompok antar siswa dengan pengajar seperti seorang
mahasiswa yang mengambil tingkat pasca sarjana. Orang dewasa tentunya
memiliki sikap yang lebih kritis dalam belajar supaya mereka mencapai target
mereka. Untuk itu diperlukan guru yang bersifat inovator yang mampu
mengembangkan kegiatan belajar mengajar. Untuk mencapai keseimbangan
pembelajaran diperlukan lingkungan yang kondusif, meski sudah dewasa
masih juga diperlukan penghargaan untuk pencapaian prestasi, maupun
penghentian memberi hadiah jika dirasa berlebihan ataupun hukuman jika ada
pelanggaran untuk mengembalikannya pada kesadaran awal orang dewasa
yang belajar supaya mencapai target.
Setelah berbagai uraian diatas, semoga dapat terus memacu dalam
saling menerima dan memberi ilmu. Ada pepatah yang menyebutkan,
"Belajarlah walau sampai ke negeri Cina, belajarlah dari masa kecilmu sampai
ke liang lahat." Baik guru maupun murid anak-anak maupun dewasa, semua
masih harus terus menyempurnakan diri agar tercipta suatu kondisi yang
berkesinambungan untuk dapat beribadah yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai