Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MANAGEMEN KEPERAWATAN
“DISCHARGE PLANNING”

Nama Kelompok :
1. Halimatus Sa’diyah (11300160..)
2. Arnis RositaSyntia (1130016038)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Discharge planning merupakan salah satu elemen penting dalam
pelayanan keperawatan. Discharge planning adalah proses
mempersiapkan pasien yang dirawat di rumah sakit agar mampu mandiri
merawat diri pasca rawatan (Carpenito, 2009 ; Kozier, 2004). Sedangkan
menurut Nursalam & Efendi (2008) discharge planning merupakan
proses mulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan sampai pasien
merasa siap kembali ke lingkungannya. Dengan demikian discharge
planning merupakan tindakan yang bertujuan untuk dapat memandirikan
pasien setelah pemulangan.
Menurut Discharge Planning Association (2008) tujuan dari
discharge planning adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik
pasien untuk dapat mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal
setelah pulang. Discharge planning juga bertujuan memberikan pelayanan
terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan yang berkualitas
(Nursalam, 2011). Namun, saat ini masih ditemukan berbagai masalah
terkait pelaksanaan discharge planning.
Pelaksanaan discharge planning merupakan bagian dari tugas
perawat. Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang secara
langsung terlibat dalam pelaksanaan discharge planning yang juga
menentukan keberhasilan proses discharge planning tersebut (Tomura et
al., 2011). Menurut Owyoung (2010), peran perawat dalam pelaksanaan
discharge planning yaitu mengidentifikasi kebutuhan pasien secara
spesifik, serta mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien
secara optimal dan mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan.
Pelaksanaan discharge planning yang baik akan berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas kesehatan pasien.
Discharge planning diperlukan untuk memberikan motivasi dalam
mencapai kesembuhan pasien (Moran et al., 2005). Discharge planning
sangat diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dirumah
sakit, sehingga perlu dipersiapkan oleh perawat dan dilakukan sedini mungkin.
Discharge planning yang diberikan secara dini akan memberikan dampak
terhadap pemendekan lamanya perawatan pasien di rumah sakit, dapat
memberikan dampak pada penurunan anggaran biaya rumah sakit, dapat
menurunkan angka kekambuhan setelah mereka pulang dari rumah sakit, dan
dapat memungkinkan intervensi rencana pulang dilakukan dengan tepat waktu
(Swanburg, 2000).

1.2. Rumusan masalah


a. Apa pengertian dari Discharge Planning ?
b. Bagaimana proses dari Discharge Planning ?
c. Apa sajakah hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
Discharge Planning ?

1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa pengertian dari Discharge Planning ?
b. Untuk mengetahui bagaimana proses dari Discharge Planning ?
c. Untuk mengetahui apa sajakah hal-hal yang harus diperhatikam dalam
melaksanakan Discharge Planning?
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Discharge Planning
Discharge planning merupakan bagian dari proses keperawatan dan fungsi
utama dari perawatan. Discharge planning harus dilaksanakan oleh perawat
secara terstuktur dimulai dari pengkajian saat pasien masuk ke rumah sakit
sampai pasien pulang (Potter & Perry, 2010). Pelaksanaan discharge planning,
sebagian besar belum dilaksanakan oleh perawat di rumah sakit. Kendatipun
dilakukan, belum dilaksanakan sesuai standard an prosedur pelaksanaan.
Kurangnya pemahaman tentang mekanisme pelaksanaan discharge planning
dan tingginya beban kerja menyebabkan perawat cenderung tidak melakukan
discharge planning kepada pasien (Zees, 2010).

2.2 Tujuan Discharge Planning


Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik
untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang
(Carpenito, 2007). Discharge planning juga bertujuan memberikan pelayanan
terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit
dan komunikasi yang efektif (Discharge Plannimg Association, 2008). The
Royal Mardsen Hospital (2004) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya
discharge planning antara lain untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara
fisik dan psikologis untuk ditransfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang
dapat disetujui. Selain itu discharge planning bertujuan mnyediakan informasi
tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan kesehatan untuk
mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses pemulangan. Discharge
planning akan memfasilitasi proses pemindahan yang nyaman dengan
memastikan semua fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah
dipersiapkan untuk menerima pasien, mempromosikan tahap kemandirian yang
tertinggi kepada pasien, teman-teman, dan keluarga dengan menyediakan,
memandirikan aktivitas perawatan diri.
2.3 Prinsip Discharge Planning
Prinsip-prinsip discharge planning adalah sebagai berikut :
a. Klien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan
dan kebutuhan dari klien perlu dikaji dan dievaluasi.
b. Kebutuahan dari klien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan
masalah yang mungkin muncul pada saat klien pulang nanti, sehingga
kemungkinan masalah yang muncul di rumah dapat segera ditangani.
c. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang
merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja
sama.
d. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas
yang ada. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang
disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun
fasilitas yang tersedia di masyarkat.
e. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan.
Setiap klien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus
dilakukan.

2.4 Proses Discharge Planning


Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis,
sosial, budaya dan ekonomi. Perry & Potter (2010) membagi proses discharge
planning atas tiga fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan.
Pada fase akut, perhatian utama medis berfokus pada usaha discharge planning.
Pada fase transisional, kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi tingkat
urgensinya semakin berkurang, pasien mulai dipersiapkan untuk pulang dan
merencanakan kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase pelayanan
bekerlanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan
pelaksanaan aktivitas perawatan bekerlanjutan yang dibutuhkan setelah
pemulangan.
Perry & Potter (2010) menyusun format discharge planning sebagai berikut:
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi dan komunikasi data tentang klien (Potter & Perry, 2010).
Menurut Carpenito (2007) pengkajian discharge planning berfokus pada 4
area yang potensial, yaitu pengkajian fisik dan psikososial, status fungsional,
kebutuhan health education dan konseling.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning,
dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan pasien dan keluarga. Yaitu
mengetahui problem, etiologi (penyebab), support sistem (hal yang
mendukung pasien sehingga dilakukan discharge planning).
c. Perencanaan
Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi kebutuhan
pasien. Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran
yang baik untuk persiapan pulang pasien, yang disingkat dengan METHOD
yaitu :
1) Medication (obat). Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus
dilanjutkan setelah pulang.
2) Environment (lingkungan). Lingkungan tempat pasien akan pulang dari
rumah sakit sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas
pelayanan yang dibutuhkan untuk kelanjutan perawatannya.
3) Treatment (pengobatan). Perawat harus memastikan bahwa pengobatan
dapat berlanjut setelah pasien pulang, yang dilakukan oleh pasien dan
anggota keluarga.
4) Health Teaching (pengajaran kesehatan). Pasien yang akan pulang
sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan kesehatan, termasuk
tanda dan gejala yang mengindikasi kebutuhan perawatan kesehatan
tambahan.
5) Outpatient Referal. Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah
sakit atau agen komunitas lain yang dapat meningkatkan perawatan
yang kontinu.
6) Diet Pasien. Sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya dan
pasien sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya
d. Implementasi
Implementasi dalam discharge planning adalah pelaksanaan rencana
pengajaran referral. Seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentasi
pada catatan perawat dan ringkasan pulang (discharge summary). Instruktur
tertulis diberikan kepada pasien. Demontrasi ulang harus memuaskan,
pasien dan pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan
melakukannya dengan alat yang diunakan dirumah.
e. Evaluasi
Evaluasi sangat penting dalam proses discharge planning. Perencanaan dan
penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas dan
pelayanan yang sesuai. Keberhasilan program rencana pengulangan
tergantung pada enam variabel:
1) Derajat penyakit
2) Hasil yang diharapkan
3) Durasi perawatan yang dibutuhkan
4) Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
5) Komplikasi tambahan
6) Ketersediaan sumber-sumber untuk mencapai pemulihan

2.5. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Discharge Planning


Meskipun pasien telah dipulangkan, penting bagi pasien dan keluarga
mengetahui apa yang telah dilaksanakan dan bagaimana mereka dapat
meneruskan untuk meningkatkan status kesehatan pasien. Selain itu, ringkasan
pulang tersebut dapat disampaikan oleh perawat praktisi/perawat home care
dan mungkin dikirim ke dokter primer/dokter yang terlibat untuk dimasukkan
dalam catatan institusi untuk meningkatkan kesinambungan perawatan dengan
kerja yang kontinu ke arah tujuan dan pemantauan kebutuhan yang berubah
(Doenges & Moorhouse, 2000).
Discharge Planning harus disesuaikan dengan :
1. Identifikasi dan kaji apa yang kebutuhan pasien yang harus dibantu pada
discharge planning
2. Kolaborasikan bersama pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya untuk
memfasilitasi dilakukannya discharge planning
3. Mengajarkan kepada pasien dan keluarga tentang strategi pencegahan
agar tidak terjadi kekambuhan atau komplikasi
4. Rekomendasikan beberapa pelayanan rawat jalan atau rehabilitasi pada
pasien dengan penyakit kronis
5. Komunikasi dan koordinasikan dengan tim kesehatan lainnya tentang
langkah atau rencana dari discharge planning yang akan dilakukan.

2.6. Mekanisme Discharge planning


Discharge planning mencakup kebutuhan seluruh pasien, mulai dari fisik,
psikologis, sosial, budaya, dan ekonomi. Proses ini tiga fase, yaitu akut,
transisional, dan pelayanan berkelanjutan. Pada fase akut, diutamakan upaya
medis untuk segera melaksanakan discharge planning. Pada fase transisional,
ditahap ini semua cangkupan pada fase akut dilaksankan tetapi urgensinya
berkurang. Dan pada fase pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk
berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan
berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Discharge planning merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan
dirumah sakit yang perlu dilaksanakan secara komprehensif. Proses pelaksanaan
discharge planning terdiri dari 5 tahapan yaitu : seleksi pasien, menentukan tujuan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Keefektifan pelaksanaan discharge planning perlu dinilai oleh perawat.
Indikator penilaian terhadap keberhasilan discharge planning adalah criteria proses
dan criteria hasil yang dapat diukur dengan peningkatan status fungsional, jumlah
hari rawatan atau kunjungan berulang (readmission).

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan
keperawatan gerontik khususnya untuk mahasiswa perawat untuk selalu
melaksanakan discharge planning secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, Erb, Bernman, Synder. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Konsep,


Proses Dan Praktik. 7th ed. Jakarta: EGC; 2011.
Nursalam. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan
Profesional. (3, ed.). Jakarta: Salemba Medika; 2011.

Anda mungkin juga menyukai